Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-
Indonesia
*suirta2013@gmail.com
Kata kunci: Tenggulun, Protium Javanicum Burm, aktivitas antiinflamasi topikal, TPA
ABSTRACT: Protium javanicum, Burm (Tenggulun) has been used traditionally in Bali as
medicines to treat inflamation. This research aimed to evaluate topical anti-inflammatory activity
of stem bark ether extract and essential oil of leaves on ear edema rats induced by TPA (12-O-
tetradecanoylphorbol-13-acetate). Extraction of stem bark was done by maceration and the
essential oil was produced by steam distillation. Complete Randomized Design with nine
treatment groups was used in this study. Each of the treatment had five repetitions. The
inflammation was measured after 6 hours of treatment. Trituration of 180 g crude ethanol extract
with ether gave 6.30 g ether extract and steam distillation of 4.5 kg fresh leaves yielded 2.5 g of
the essential oil. Phytochemical study showed that stem bark ether extract only contained
triterpenoid while the essential oil of leaves contained flavonoid, terpenoid, and steroid
compounds. The yield of % inhibited antiinflamatory activity showed that KEI (58,34%), KEII
(54,17%), KEIII (45,85%) and KAI (50,02%) was insignificantly different to positive control
8
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016
dexamethason which inhibited inflammation by 62.50%. The result of histology test showed that
ether extracts and essential oils can inhibit the formation of inflammatory cells of more than
50%. Dosis of 20 mg/ear of ether extract (formed 17 inflammatory cells) and 20 mg/ear of
essential oil (formed 20 inflammatory cells) can inhibit the formation of inflammatory cells
induced by TPA (formed 64 of inflammatory cells).
9
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016
10
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016
yang dipotong-potong kecil diambil minyak stirrer selama 3 jam, kemudian dipisahkan
atsirinya dengan destilasi uap. Minyak atsiri filtratnya. Prosedur ini diulang lagi dua kali
yang didapat dipisahkan dari fraksi air dengan menggunakan masing-masing 60 g
dengan menggunakan corong pisah. Destilasi ekstrak etanol. Semua filtrate ekstrak dietil
uap dikerjakan 3 kali dengan masing-masing eter yang didapat digabung dan diuapkan
menggunakan 1,5 kg daun tenggulun. pelarut dietil eternya dengan cara destilasi.
Minyak atsiri yang didapat kemudian Ekstrak yang didapat kemudian ditimbang,
digabung dan dimurnikan dari fraksi air. dilakukan uji fitokimia dan uji antiinflamasi.
Timbang berat minyak yang didapat. Minyak
yang didapat dilakukan uji fitokimia dan diuji Uji Aktifitas Antiinflamasi Secara Topikal
aktifitas antiinflamasinya. pada Telinga Tikus dengan Ekstrak Dietil
eter dan Minyak Atsiri dengan Mengukur
Ekstraksi Kulit Batang Tenggulun dengan Ketebalan Telinga Tikus
Etanol Dalam penelitian ini menggunakan
Kulit batang tenggulun yang digunakan tikus jenis Wistar dengan berat antara 150-
dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringkan 200 gram. Tikus-tikus ini diadaptasi selama
di tempat terbuka yang bebas dari matahari satu minggu pada suhu kamar, diberikan
langsung. Kulit yang telah kering kemudian makanan berupa pellet dan air minum
ditumbuk sampai halus, diayak sehingga secukupnya. Tikus dikelompokkan menjadi 9
didapatkan serbuk kulit batang tenggulun. kelompok dengan masing-masing kelompok
Sebanyak 1 kg kulit batang tenggulun terdiri dari 5 ekor tikus. Perlakuan diberikan
kering dimaserasi dengan 2,5 L etanol selama dengan cara meneteskan sampel pada bagian
1 hari. Setelah 1 hari filtrate dipisahkan dari luar dan bagian dalam telinga kanan tikus..
ampasnya dengan cara menyaring. Ampas Kelompok pertama (Ka), telinga tikus ditetesi
yang didapat dimaserasi lagi dengan 2,5 L dengan 40 µL aseton. Kelompok
etanol selama 1 hari, kemudian disaring. kedua/control negatip (KN) pada telinga
Prosudur yang sama dilakukan lagi terhadap kanan ditetesi dengan 40 µL TPA. Kelompok
1 kg kulit batang tenggulun . Semua filtrate ketiga/control positip (KP), pada telinga
yang didapat kemudian digabung dan kanan ditetesi dengan 40 µL TPA, setelah 30
diuapkan pelarut etanolnya dengan rotary menit diolesi dengan 0,05 mg dexametazon.
vacuum evaporator. Ekstrak pekat yang Kelompok keempat (KEI),kelima (KEII),
didapat kemudian ditimbang dan dilakukan keenam (KEIII), pada telinga kanan ditetesi
uji fitokimia. dengan 40 µL TPA, setelah 30 menit ditetesi
dengan ekstrak dietil eter yang dilarutkan
Ekstraksi Ekstrak Etanol dengan Dietil dalam 40µL aseton dengan variasi berat : 20
eter mg, 12 mg, 6 mg. Kelompok ketujuh (KAI),
Ekstrak etanol yang didapat kemudian kedelapan (KAII), kesembilan (KAIII), pada
dipisahkan dari fraksi non polarnya dengan telinga kanan ditetesi dengan 40 µL TPA,
pelarut dietil eter. Sebanyak 60 g ekstrak setelah 30 menit ditetesi dengan minyak atsiri
etanol dimaserasi dengan 300 mL dietil eter yang dilarutkan dalam 40µL aseton dengan
sambil diaduk dengan magnetic stirrer selama variasi berat: 20 mg, 12 mg, dan 6 mg .
3 jam. Ekstrak dietil eter dipisahkan dengan Ketebalan telinga tikus diukur dengan jangka
menyaring sehingga didapat filtrate dietil sorong setelah 6 jam. Dari ketebalan telinga
eter. Ekstrak etanol ditambah lagi dengan 300 yang didapat hitung % hambatan peradangan.
mL dietil eter dan dimaserasi sambil diaduk
dengan magnetic
11
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016
Uji Aktifitas Antiinflamasi Secara Topikal dilengkapi dengan test Dunnett’s psot hoc. p
pada Telinga Tikus dengan Ekstrak Dietil < 0,05 sebagai indikasi signifikan.
eter dan Minyak Atsiri dengan Uji
Histologi Jaringan Telinga Tikus.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Sediaan Histo1ogis
Jaringan kulit hasil biopsi kulit tikus Isolasi Minyak Atsiri dari Daun
masing-masing dengan diameter 5 mm dan Tenggulun dan Ekstraksi Kulit Batang
ke dalaman sampai sub kutan diperlakukan Tenggulun Serta Uji Fitokimia Hasil
mengikuti tahapan fiksasi, dehidrasi, clearing Ekstraksi
dan embeding. Pemotongan menggunakan Sebanyak 4,5 kg daun tenggulun segar
mikrotom rotari (Jung Histocut Leica 820), yang telah dipotong-potong kecil dilakukan
tebal 5 mikro meter untuk selanjutnya destilasi dengan menggunakan destilasi uap.
dilakukan penempelan pada gelas obyek, lalu Dengan destilasi uap, dapat memisahkan
diinkubasi pada suhu 60o C selama 2 jam. senyawa-senyawa atsiri dengan efektif dan
Sebelum dilakukan pengecatan, slide hasil maksimal. Kodestilat yang terbentuk
melalui proses deparafinisasi dan rehidrasi antara minyak dan air dapat memisahkan
meliputi perendaman dalam larutan xylene 2 senyawa-senyawa atsiri yang bertitik didih
x 5 menit, etanol 100% selama 2 menit, tinggi menguap pada titik didih sekitar
etanol 96% 2 x 2 menit, etanol 70% selama 2 98OC.Destilat yang didapat dipisahkan fraksi
menit dan aquadest selama 2 menit. minyaknya dari air dengan corong pisah.
Dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin Hasil destilasi didapat minyak atsiri sebanyak
Gill selama 5 menit. Tahap selanjutnya 2,5 g (rendemen 0,06%) yang berwarna
dilakukan perendaman dengan air kran kuning pucat. Dari hasil uji fitokimia minyak
selama 5 menit. Selanjutnya sediaan daun tenggulun positip mengandung senyawa
direndam dalam larutan Eosin 1% selama 15 golongan flavonoid, terpenoid dan fenolik.
detik kemudian direndam dalam Aquabidest Sebanyak 2 kg kulit batang tenggulun
selama 15 detik. Dehidrasi dalam etanol 70% kering yang sudah ditumbuk halus dimaserasi
selama 10 detik, etanol 96% 2x 10 detik, menggunakan pelarut etanol. Hasil ekstraksi
etanol 100% selama 10 detik dan xylene 2 x didapat berat kering ekstrak etanol sebanyak
2 menit, keringkan selama 2 jam dalam suhu 180 g (rendemen 9%). Ekstrak yang didapat
ruang, lalu mounting pada medium berbasis berwarna merah muda. Digunakan pelarut
xylene (DPX). Pengamatan dilakukan dengan etanol dalam ekstraksi karena etanol dapat
metode analisis digital. Sediaan dengan mengekstrak senyawa non polar maupun
pembesaran 400 kali menggunakan senyawa polar. Gugus alkil pada etanol dapat
mikroskop Olympus CX41 (Japan), difoto menarik senyawa-senyawa yang bersifat non
dengan kamera Optilab Pro (Miconos, polar sedangkan gugus hidroksinya dapat
Indonesia). Masing masing preparat difoto menarik senyawa yang bersifat polar. Hasil
sebanyak 3 kali dengan menggunakan format uji fitokimia menunjukkan ekstrak etanol
JPEG menggunakan perangkat lunak Optilab positip mengandung senyawa fenolik,
Viewer 1.0 (Miconos, Indonesia). flavonoid dan terpenoid.
Ekstrak etanol yang diperoleh
Analisis statistik kemudian dimaserasi dengan pelarut dietil
Data hasil penelitian diolah dengan eter. Dietil eter merupakan pelarut yang
analisis varian (ANOVA) atau t-test dan bersifat semi polar sehingga akan dapat
mengekstraksi senyawa-senyawa semi polar
12
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016
yang terdapat pada ekstrak etanol. Senyawa tikus disebabkan oleh terjadinya migrasi dari
terpenoid bersifat semi polar sehingga akan sel sel radang seperti limposit, monosit,
ikut terekstrak dalam pelarut dietil eter. Dari basofil, neutrofil dan eusinofil ke daerah
180 g ekstrak etanol (3 kali maserasi dengan inflamasi. Untuk menghilangkan bengkak
@ 60 g) didapatkan ekstrak pekat dietil eter pada telinga tikus perlu diberikan obat
berwarna hijau dengan berat 6,30 g antiinflamasi. Obat ini berfungsi untuk
(rendemen 3,5%). Hasil uji fitokimia, ekstrak menekan atau menghambat inflamasi dengan
dietil eter hanya positip mengandung cara menghambat pembentukan mediator
senyawa terpenoid. inflamasi prostaglandin, menghambat migrasi
sel-sel radang ke daerah inflamasi dan
menghambat pelepasan prostaglandin dari
sel-sel tempat kedudukannya. Pemberian
Uji Aktivitas Antiinflamasi Secara Topikal
ekstrak dietil eter tenggulun dan minyak
pada Telinga Tikus dengan Ekstrak Dietil
atsiri daun tenggulun dapat menghambat
eter dan Minyak Atsiri Tenggulun dengan
inflamasi yang terjadi pada telinga tikus
Mengukur Ketebalan Telinga Tikus
dengan mengukur ketebalan telinga tikus
Uji aktivitas antiinflamasi secara
setelah diberikan ekstrak dibandingkan
topical pada telinga tikus dilakukan dengan
dengan yang diberikan TPA. Uji aktivitas
cara telinga tikus ditetesi senyawa TPA (12-
antiinflamasi secara topical pada telinga tikus
O-tetradekanoilporbol asetat) sehingga
dengan menggunakan ekstrak dietil eter dan
menimbulkan pembengkakan atau inflamasi
minyak atsiri daun tenggulun hasilnya seperti
pada telinga tikus. Pembengkakan ketebalan
pada Table 1.
telinga tikus diukur dengan menggunakan
jangka sorong. Pembengkakan pada telinga
Tabel 1: Hasil Uji Aktifitas Antiinflamasi Secara Topical pada Telinga Tikus dengan Ekstrak
Dietil Eter dan Minyak Atsiri.
Perlakuan Dosis/telinga Ketebalan telinga (mm) % % Hambatan
Peradangan Peradangan
Ka (aseton) 40 µL 0,5; 0,5; 0,5; 0,5; 0,5
KN (TPA) 40 µL 1,1: 1; 0,9; 1; 0,9 96
KP (Dexametazon) 0,05 mg 0,8; 0,7; 0,7; 0,6; 0,6 36 62,50
KEI (Ekstrak eter) 20 mg 0,7; 0,7; 0,7; 0,6; 0,6 40 58,34
KEII 12 mg 0,9; 0,6; 0,6; 0,7; 0,8 44 54,17
KEIII 6 mg 0,9; 0,6; 0,8; 0,7; 0,8 52 45,85
KAI (Minyak atsiri) 20 mg 0,7; 0,7; 0,7; 0,8; 0,8 48 50,02
KAII 12 mg 0,85; 0,85; 0,8; 0,8; 0,75 62 31,27
KAIII 6 mg 0,9; 0,9; 0,9; 0,8; 0,9 80 16,67
Persen peradangan (inflamasi) dihitung dengan Persen hambatan inflamasi dihitung dengan
menggunakan rumus : menggunakan rumus:
% inflamasi = (a – b ) / a X 100 % hambatan inflamasi = (a – b ) / a X 100
a adalah ketebalan telinga perlakuan setelah 6 jam a adalah % inflamasi control negative
b adalah ketebalan telinga control (hanya dengan b adalah % inflamasi dengan perlakuan
pelarut aseton)
13
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016
120
100
80
60
40
Series 3
20 Series 2
Series 1
0
kontrol 6 mg 12 mg 20 mg
Hasil uji aktivitas antiinflamasi mengikuti tahapan fiksasi, dehidrasi, clearing dan
menunjukkan bahwa persen hambatan embeding. Pemotongan menggunakan mikrotom
peradangan dari ekstrak tenggulun didapatkan : rotary, tebal 5 mikrometer untuk selanjutnya
KEI (58,34%) , KEII (54,17%) , KEIII (45,85%) dilakukan penempelan pada gelas objek, lalu
dan KAI (50,02%) yang menunjukkan hambatan diinkubasi pada suhu 60OC selama 2 jam. Proses
yang tidak berbeda secara bermakna dengan fiksasi bertujuan untuk menjaga supaya preparat
hambatan yang diberikan oleh control positip KP tidak rusak (bergeser posisi, membusuk atau
(62,50%). Ekstrak eter 12 mg dan 20 mg masih rusak). Zat yang sering digunakan dalam fiksasi
memberikan hambatan peradangan yang lebih adalah formalin. Preparat dilakukan pewarnaan
besar dari atsiri 20 mg. dengan hematoxylin Gill selama 5 menit.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan
ketebalan 5 mikrometer akan terlihat transparan
Uji Aktivitas Antiinflamasi Secara Topikal meskipun dibawah mikroskop. Pawarna
pada Telinga Tikus dengan Ekstrak Dietil hamatoxylin memberi warna biru pada nucleus.
Eter dan Minyak Atsiri Tenggulun dengan Pengamatan dengan metode analisis digital.
Uji Histology Jaringan Telinga Tikus. Sediaan dengan pembesaran 400 kali
Telinga tikus yang telah ditetesi larutan menggunakan mikroskop Olympus CX41
TPA dan ekstrak tenggulun dilakukan uji (Japan), difoto dengan kamera Optilab Pro
histology dengan cara jaringan hasil biopsy (Miconos, Indonesia). Hasil uji aktivitas
telinga tikus dengan diameter 5 mm dan antiinflamasi secara topical dengan uji histology
kedalaman sampai sub kutan diperlakukan jaringan telinga tikus terlihat pada Table 2.
Tabel 2. Hasil uji aktivitas antiinflamasi secara topical dengan uji histology jaringan telinga tikus
14
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016
70
60
50
40
30
20
10
0
kontrol KN KP KEI KAI
Gambar 2: Bentuk histagram antara perlakuan inflamasi dengan jumlah sel radang yang
terbentuk pada telinga tikus.
15
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016
KP:TPA + Dexametazon 0,05mg ( 10 sel radang) KEI: TPA + ekstrak eter 20 mg (17 sel radang)
16
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016
protein synthesis and epithelial cell [12] Sukmajaya,”Isolasi dan Uji Aktivitas
growth,” Nature, 2006, 441:362-365. Antiinflamasi Minyak Atsiri Daun
[4] Murphy J.E., Robert C., Kupper T.S.,” Tenggulun (Protium javanicum Burm.
Interleukin-1 and cutaneous F.) terhadap Tikus Putih yang
inflammation: a crucial link between Diinduksi Karagenan”, Skripsi,
innate and acquired immunity”, J. Invest Jurusan Kimia, F MIPA, Universitas
Drematol, 2000, 114:602-608.
Udayana, Bukit Jimbaran, 2012.
[5] Chi YS., Lim H., Park H., Kim H.P.,”
[13] Otuki M.F., Lima F.V. Malheiros A.,
Effect of Wogonin, a plant flavonones
from Scutelaria radix on skin Yunez R.A., Calixto J.B.,”Topical
inflammation in vivo regulation on antiinflamatory effects of the ether
inflammation associated gene extract from Protium klenii and α-
expression”, Biochem Pharmacol, 2003, amirin pentacyclic triterpene”, Life
66:1271-1278. Sci., 2001, 69; 2225-2236
[6] Katzung B.G. Farmakologi Dasar dan [14] Santos R.A., Fiotuda B.R. Arruda
Klinik. Penerbit Salemba, Jakarta, 2002, B.R., Tiago S.M., Rao V.S.,
449-450. “Antihyperglycemic and
[7] Nicoloff B.L. dan Steven S.R. ,”What are hypolipidemic effects of α,β-amyrin, a
we learned in dermatology from the triterpenoid mixture from Protium
biology therapies?” J.Am.Acad. Deramtol, heptaphyllum in mice”, 2012, 11: 1-8
2006, 54:143-151. [15] Puspawati. The Chemical Constituen of
[8] Gottlieb A.B.,” Theraupetic options in the Protium javanicum Burm Leaf. ICICS
treatment of psoriasis and atopic Proceeding Seminar. 2012
dermatitis”, J.Am.Acad. Dermatol, 2005, [16] Otsuki M.F., Lima F.V., Yunes R.H.,
53:3-16. “Calixto J.B., Topical antiinflamatory
[9] Nala N. Usada Bali. PT Upada Sastra, Effects of The eter extract from Protium
Denpasar, 1983. klenii and α-amyrin pentacyclic
[10] Segatri. Taru Pramana khasiat Tanam- triterpenes”, Eur. J. Pharm. 2005,
tanaman untuk Obat Tradisional. 507:253-259
Penerbit Upada Sastra, Denpasar, [17] Rudiger A.L., Siani A.C., Vega J.V.F,” The
1989. Chemistry and Pharmacology of The
[11] Sanjaya I.M.A.,”Isolasi dan South America genus Protium Burm.
Identifikasi Senyawa Atsiri yang F.(Burseraceae)”, J. Pharmacognosy
Memiliki Aktivitas Antibakteri pada Review, 2007, 1(1) : 93-104
Daun Tenggulun (Protium javanicum [18] Duwiejua M., Zeitlin I.J., Waterman P.G.,
Chapman J., Mhango G.J., Pravon G.J.,
Burm. F.),” Skripsi, Jurusan Kimia,
“Anti-Inflamatory Activity of Resin From
FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Some Species of The Flant Family
Jimbaran, 2002. Burseraceae”, J. Planta Medica, 1993,
59(1) : 12-16
17