Abstract
An isolation of pathogenic Enterobacteriaceae bacteria has been done on spiced foods with turmeric and without
turmeric ingredients. Food samples were taken randomly from 8 traditional food vendors at a traditional market in
north Bandung during three seasons for 6 months. Next step was extraction of turmeric rhizome with sequential
extraction method using n-hexane, ethyl acetate and ethanol. Those extracs were applied onto 4 chosen bacterial
isolates using Kirby Bauer method, cylinder/hole plate method, and dilution method. There were 8 bacterial isolates
which always present in all season. Also there were 4 isolates only found in rainy season. Eight isolates among them
were pathogens. Total frequency of bacteria in samples with turmeric ingredients was lower than that without
turmeric ingredients. The effect of extracts on all tested bacteria (Escherchia coli, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa, and Staphylococcus aureus), showed that n-hexane extract could inhibit the growth of
Escherchia coli, Klebsiella pneumoniae and Staphylococcus aureus at concentration of 50.000 ppm on solid
medium. However in liquid medium, all tested bacteria were inhibited at the concentration of 1000 ppm.
43
44 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002
penggaraman, pengasaman, penambahan zat kimia yang terlindungi dari sinar matahari. Potongan yang
tertentu, dan lain-lain. Bahan-bahan alami terutama sudah lemas digerus sampai halus lalu dimaserasi
rempah-rempah juga digunakan dengan tujuan yang secara bertahap dengan pelarut n-heksan, etil-asetat,
sama selain tujuan utamanya sebagai bumbu atau dan etanol masing-masing selama 24 jam12)13).
penambah cita rasa5). Oleh sebab itu, perlu diteliti
2.4 Uji Hayati
pengaruh lamanya pendedahan makanan pada
lingkungan dan perbedaan musim terhadap Uji hayati pengaruh n-heksan, etil-asetat, dan
keberadaan Enterobacteriaceae patogen pada makanan etanol hasil ekstraksi dari rimpang kunyit terhadap
berbumbu dan tidak berbumbu. pertumbuhan bakteri uji hasil isolasi dlakukan
Kunyit (Curcuma longa L.) merupakan salah menggunakan metode Kirby Bauer14), metode
satu tanaman rempah-rempah yang digunakan dalam “cylinder”/”hole plate”15), dan metode pengenceran
proses pengolahan makanan6). Penggunaan kunyit (“dilution method”)14).
dalam pengolahan makanan dapat membantu
2.4.1 Metode Kirby Bauer
memperlambat proses kerusakan makanan7). Beberapa
penelitian secara in vitro, membuktikan bahwa Melalui proses aseptik, sebanyak 0,1 mL
senyawa aktif dalam rimpang kunyit mampu biakan bakteri uji yang mengandung 1,00x106 sel
menghambat pertumbuhan jamur, virus, dan bakteri disebarkan pada medium “Nutrient Agar” yang telah
baik Gram positif maupun bakteri Gram negatif8) membeku dalam cawan petri dengan metode “spread
seperti E. coli dan Staphylococcus aereus9), 10). Pada plate”.Terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan
penelitian ini juga dilihat efektivitas kunyit dalam untuk menentukan konsentrasi ekstrak yang dapat
menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri yang menghambat pertumbuhan bakteri uji sehingga
diisolasi dari makanan. diperoleh konsentrasi 500.000 ppm, 300.000 ppm, dan
100.000 ppm. Konsentrasi 500.000 ppm dibuat dengan
2. Bahan dan Metode
cara melarutkan 500 mg ekstrak kering dalam 1 mL
2.1 Sampel makanan
larutan pengekstrak. Konsentrasi 300.000 ppm dibuat
Sampel makanan siap saji diperoleh dari dengan melarutkan 300 mg ekstrak kering dalam 1 mL
delapan warung nasi yang berada di salah satu pasar larutan pengekstrak, sedangkan konsentrasi 100.000
tradisional di Bandung Utara. Pengambilan sampel ppm dibuat dengan melarutkan 100 mg ekstrak kering
dilakukan selama tiga musim berturut-turut dalam dalam 1mL larutan pengekstrak.
periode enam bulan, yaitu musim kemarau (12-24 Juli Sebanyak 50 µL ekstrak diteteskan pada kertas
2000), peralihan (11-23 November 2000), dan cakram berdiameter 6 mm lalu diuapkan dengan
penghujan (13-25 Februari 2001). Pengambilan “dryer” sehingga pelarut akan menguap dan yang
sampel makanan pada setiap musim dilakukan tersisa pada kertas cakram adalah residu ekstrak.
sebanyak 3 kali selama 7 hari, terdiri dari pagi, siang, Volume 50 µL tersebut merupakan volume maksimal
dan sore hari. Sampel makanan yang diambil terdiri yang dapat dis erap oleh kertas cakram. Kontrol negatif
dari 2 jenis yaitu berbumbu dan tidak berbumbu, dibuat dengan meneteskan 50 µL larutan pengekstrak
masing-masing terdiri dari 3 macam yaitu berupa pada kertas cakram kemudian larutan tersebut
daging ayam, ikan, dan tahu. Jadi, total sampling diuapkan dengan “dryer” sehingga diharapkan tidak
sebanyak 126 kali dalam satu musim, atau sebanyak menghambat pertumbuhan bakteri uji. Sebagai kontrol
378 kali selama 3 musim. Ulangan pada masing- positif, digunakan sirup kloramfenikol (tanpa
masing sampel dilakukan sebanyak 2 kali (duplo). pengenceran) dengan meneteskan 50 µL sirup pada
kertas cakram. Kertas cakram pada masing-masing
2.2 Isolasi bakteri dari sampel makanan
perlakuan kemudian diletakkan di atas medium
Isolasi Enterobacteriaceae dari sampel “Nutrient Agar” tadi. Diameter daerah hambatan yang
makanan dilakukan menggunakan medium “Eosin terbentuk kemudian diukur setelah diinkubasi selama
Methylen Blue Agar” (EMB Agar), “Salmonella- 24 jam pada temperatur 280 C.
Shigella Agar” (SSA), dan “Selenith Broth”. Bakteri
2.4.2 Metode “cylinder”/”hole plate”
yang berhasil diisolasi kemudian diidentifikasi melalui
serangkaian uji biokimia 11). Empat jenis isolat Satu mililiter bakteri uji yang mengandung
kemudian dipilih untuk digunakan sebagai bakteri uji 1,00x106 sel dituangkan bersama 15 mL “Nutrient
dalam uji hayati. Pada langkah kerja ini juga Agar” ke dalam cawan petri dan dibiarkan membeku,
dilakukan penghitungan frekuensi ditemukannya lalu dibuat silinder/sumur berdiameter 9 mm pada agar
bakteri yaitu dengan cara menghitung keberadaan dengan menggunakan pelubang agar. Konsentrasi
bakteri pada setiap sampel makanan. ekstrak 500.000 ppm, 100.000 ppm, dan 50.000 ppm
yang diujikan pada metode ini ditentukan melalui uji
2.3 Ekstraksi senyawa dari rimpang kunyit
pendahuluan. Konsentrasi tersebut dibuat dengan
Ekstrak rimpang diperoleh dengan menimbang melarutkan ekstrak dalam “Dimethyl Sulfoxide”
1000 gram rimpang segar yang telah dibersihkan dan (DMSO). Sebanyak 50 µL konsentrasi ekstrak
dipotong kecil, kemudian dikering-anginkan di tempat diteteskan ke dalam sumur pada medium “Nutrient
JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002 45
Agar” tadi. Sebagai kontrol negatif , digunakan aeruginosa, E. agglomerans, S. aureus, dan S.
DMSO tanpa ekstrak sebanyak 50 µL yang diteteskan epidermidis16).
ke dalam sumur, sedangkan kontrol positif Pada umumnya, semua jenis bakteri yang
menggunakan Penisilin-G. Penisilin-G dilarutkan ke berhasil diisolasi merupakan bakteri yang dapat hidup
dalam DMSO untuk membuat konsentrasi uji, bebas di alam, terutama pada air, tanah, dan partikel
kemudian sebanyak 50 µL diteteskan ke dalam sumur. debu di udara 1). E. coli merupakan bakteri predominan
Volume 50 µL ini disesuaikan dengan metode yang ditemukan pada ketiga musim pengambilan
sebelumnya. Diameter daerah hambatan yang sampel. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan
terbentuk kemudian diukur setelah diinkubasi selama bakteri ini beradaptasi dengan baik pada berbagai
24 jam pada temperatur 280 C. habitat18) dan mampu tumbuh secara aktif pada
lingkungan perairan11)13) sehingga kontaminasi E. coli
2.4.3 Metode pengenceran (“dilution method”)
pada makanan dapat terjadi melalui air yang tercemar.
Konsentrasi ekstrak 20.000 ppm, 10.000 ppm, E. coli yang hidup di tanah dapat mengkontaminasi
5.000 ppm, dan 1.000 ppm yang digunakan pada makanan melalui partikel debu yang diterbangkan
metode ini ditentukan melalui uji pendahuluan dengan angin. Keberadaan P. vulgaris pada makanan dapat
mengacu pada metode sebelumnya. Konsentrasi berasal dari air dan tanah, terutama tanah yang
tersebut dibuat dengan melarutkan ekstrak dalam mengandung materi organik terdekomposisi13) yang
DMSO. Sebanyak 50 µL “Nutrient Broth”, 100 µL terdapat disekitar lokasi pengambilan sampel. Pada
senyawa uji, dan 100 µL biakan bakteri dalam musim peralihan, frekuensi ditemukan P. aeruginosa
“Nutrient Broth” yang mengandung 1,00x106 sel, lebih tinggi dibandingkan musim yang lain. Hal ini
dimasukkan secara bersamaan ke dalam “micro well disebabkan pada bulan November, rata-rata
plate”. Sebagai kontrol negatif, sebanyak 50 µL temperatur dan kelembaban udara lebih tinggi
“Nutrient Broth”, 100 µL Penisilin-G yang telah dibanding bulan yang lain (Tabel 4), sehingga kondisi
dilarutkan dalam DMSO, dan 100 µL biakan bakteri yang hangat basah tersebut sangat mendukung
dalam “Nutrient Broth” yang mengandung 1,00x106 pertumbuhan bakteri ini17). Empat jenis bakteri
sel, dimasukkan ke dalam “micro well plate”. Sebagai ditemukan pada musim penghujan saja yaitu P.
kontrol negatif, sebanyak 50 µL “Nutrient Broth”, 100 alcaligenes, S. odorifera, S. epidermidis, dan S.
µL larutan DMSO, dan 100 µL biakan bakteri dalam aureus. Hal ini terjadi karena pada musim penghujan,
“Nutrient Broth” yang mengandung 1,00x106 sel, mikroba yang terdapat di udara akan terjatuh bersama
dimasukkan secara bersamaan ke dalam “micro well air hujan sehingga populasinya di tanah dan air
plate”. Inkubasi dilakukan selama 6 jam pada menjadi tinggi dan kemungkinan menyebabkan
temperatur 280 C. Pengamatan jumlah sel bakteri uji kontaminasi pada makanan juga tinggi.
dilakukan setiap 2 jam sekali. Sebanyak 12 mL kultur
3.2 Keberadaan bakteri pada sampel makanan
dalam “micro well plate” diencerkan menggunakan
garam fisiologis 0,85%, lalu 0,1 mL enceran ditanam Frekuensi ditemukannya bakteri pada semua
pada “Nutrient Agar” yang telah membeku dalam jenis makanan uji yang berbumbu lebih rendah
cawan petri dengan metode “spread plate”. dibandingkan pada makanan yang tidak berbumbu.
Perhitungan jumlah sel bakteri dilakukan setelah Hal ini dapat disebabkan oleh adanya beberapa bahan
diinkubasi selama 24 jam temperatur 280 C. bumbu yang digunakan dalam pengolahan makanan
mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan
3. Hasil dan Pembahasan
bakteri13). Frekuensi ditemukannya bakteri pada
3.1 Perolehan isolat bakteri
sampel tahu dan ikan lebih banyak dan paling sedikit
Bakteri yang berhasil diisolasi dari sampel ditemukan pada sampel daging ayam (Gambar 2). Hal
makanan ada sebanyak 8 jenis yang sama baik pada ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan
musim kemarau, peralihan, dan penghujan sedangkan komposisi kimia dan sifat fisik ketiga jenis makanan
pada musim penghujan saja ditemukan empat jenis tersebut.
lainnya (Gambar 1). Di antara 12 jenis bakteri yang
berhasil diisolasi, delapan di antaranya merupakan
patogen, yaitu E. coli, P. vulgaris, K. oxytoca, P.
46 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002
70
60
(kehadiran
50
40 Kemarau
bakteri/126 sampel)
Peralihan
30
Penghujan
20
10
Total Frekuensi
Gambar 1. Diagram batang total frekuensi ditemukannya bakteri selama pengambilan sampel.
Keterangan aksis :
E.c: E. coli, P.v: P. vulgaris, K.p: K. pneumonieae, K.o: K. oxytoca, K.r: K. rhinosleromatis, P.a: P. aeruginosa,
E.a: E. agglomerans, A.o: A. odorans, P.alc: P. alcaligenes, S.o: S. odorifera,
S.e: S. epidermis, S.a: S. aureus.
(kehadiran
60
50
bakteri/126 sampel)
40
30
Total Frekuensi
20
10
0
Kemarau Peralihan Penghujan
Musim
Daging ayam berbumbu Daging ayam tanpa bumbu
Ikan berbumbu Ikan tanpa bumbu
Tahu berbumbu Tahu tanpa bumbu
Gambar 2. Diagram batang total frekuensi semua jenis bakteri yang ditemukan pada setiap jenis sampel makanan
berbumbu dan tidak berbumbu selama pengambilan sampel.
JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002 47
350
250
Total Frekuensi
200
150
100
50
Gambar 3. Diagram batang total frekuensi ditemukannya bakteri pada semua sampel makanan baik pagi, siang, dan
sore hari selama 3 musim pengambilan sampel.
Tabel 1. Diameter daerah hambatan (mm) bakteri uji yang dihasilkan oleh ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol
dengan metode Kirby Bauer.
Keterangan:
* terdapat daerah pertumbuhan/pemadatan koloni bakteri mengelilingi cakram,
I : 500.000 ppm, II : 300.000 ppm, III : 100.000 ppm
A : larutan n-keksan, B : larutan etil asetat, C : larutan etanol.
48 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002
Tabel 2. Diameter daerah hambatan (mm) bakteri uji yang dihasilkan oleh ekstrak n-heksan dengan metode
“Cylinder”/”Hole Plate”.
I : 500.000 ppm
II : 100.000 ppm
III : 50.000 ppm
50 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002
Tabel 3. Jumlah sel bakteri uji setelah diberi ekstrak n-heksan dengan metode pengenceran (“dilution method”)
Tabel 4. Rata-rata temperatur, curah hujan, kelembaban nisbi, dan kecepatan angin di kota Bandung
Rata-rata
Rata-rata curah hujan (mm) Rata-rata Rata-rata
Bulan Temperatur dan banyaknya hari kelembaban kecepatan angin
udara yang hujan nisbi (%) (Knot)
(Celcius)
Juli 2000 22,9 8,2 (10 hari) 73 4
Agustus 2000 23,0 6,6 (5 hari) 70 4
September 2000 23,2 5,6 (7 hari) 66 5
Oktober 2000 23,7 8,4 (15 hari) 78 4,3
November 2000 23,3 12,4 (26 hari) 83 3
Desember 2000 23,9 5,9 (15 hari) 73 5
Januari 2001 22,7 8,4 (27 hari) 82 4,6
Februari 2001 22,7 11,3 (23 hari) 79 5,7
konsentrasi 10.000 ppm dan Penisilin-G terus menghasilkan enzim penisilinase. Oleh sebab itu, S.
mengalami penurunan mulai jam ke-0 sampai inkubasi aureus yang tumbuh pada medium yang mengandung
jam ke-6. Pada perlakuan konsentrasi 20.000 ppm, Penisilin-G dapat terbunuh sebagian sehingga
jumlah sel meningkat setelah inkubasi jam ke-4 dan populasinya menurun seperti yang terlihat pada
ke-6. Hal ini kemungkinan disebabkan pada inkubasi jam ke-2.
konsentrasi yang tinggi, senyawa yang terdapat dalam Pada kontrol negatif, jumlah sel S. aureus
ekstrak n-heksan akan berikatan secara acak dengan menurun setelah jam ke-4 sampai pengamatan jam ke-
lipida pada membran sehingga menyebabkan 6. Hal ini dapat disebabkan oleh keterbatasan nutrien
kerusakan membran sel. Setelah jam ke-2, senyawa dalam medium pertumbuhannya. Kultur S. aureus
aktif dalam medium akan menurun konsentrasinya dipelihara dalam 150 µL medium “Nutrient Broth”
sehingga tidak cukup untuk menghambat pertumbuhan dengan jumlah sel sebanyak 1,00x106 sel/0,1 mL. Hal
sel yang masih hidup. Akibatnya sel akan ini yang menyebabkan nutrien yang tersedia mungkin
bereproduksi sehingga jumlahnya terus meningkat cukup menunjang pertumbuhan bakteri ini selama 4
mulai jam ke-4 sampai jam ke-6. Pada kontrol negatif, jam. Pertambahan jumlah sel yang pesat pada jam ke-
jumlah sel P. aeruginosa menurun mulai jam ke-4 2 sampai jam ke-4 dapat menghabiskan nutrien
sampai pengamatan jam ke-6. Hal ini dapat sehingga setelah jam ke-4 sebagian sel akan mati
disebabkan oleh rendahnya konsentrasi oksigen dalam karena kekurangan nutrien atau karena laju
“micro well”. Oksigen yang terlarut dalam medium pertumbuhannya lambat. Kondisi tersebut berbeda bila
mungkin cukup untuk menunjang pertumbuhan melihat pertumbuhan bakteri ini pada kondisi ideal
bakteri ini selama 4 jam, tetapi setelah itu, jumlah yaitu sebanyak 1,00x106 sel/mL dipelihara dalam 150
oksigen semakin berkurang sehingga pertumbuhan mL medium “Nutrient Broth”.
populasi menurun. Pada ketiga metode pengujian yang digunakan,
Ekstrak n-heksan dapat menghambat ekstrak n-heksan dapat menghambat pertumbuhan
pertumbuhan K. pneumoniae pada konsentrasi 1000 bakteri uji pada konsentrasi yang sangat tinggi. Hal ini
ppm. Setelah inkubasi 4 jam, jumlah sel menjadi dapat terjadi karena ekstrak yang diperoleh masih
8,08x106 sel/mL, sedangkan pada kontrol negatif berupa ekstrak kasar yang terdiri dari berbagai macam
menjadi 3,10x107 sel/mL. Seperti pada P. aeruginosa, senyawa. Satu atau lebih senyawa aktif yang terdapat
jumlah sel K. pneumoniae, yang paling rendah yaitu dalam ekstrak kasar tersebut kemungkinan bekerja
2,19x104 sel/mL dihasilkan pada jam ke-2 dengan antagonis dalam menghambat pertumbuhan bakteri
konsentrasi 20.000 ppm (Tabel 3). Penisilin dapat uji.
diinaktivasi oleh enzim penisilinase atau β-laktamase
4. Kesimpulan
dengan cara merusak cincin β-laktam. Pada bakteri
Gram negatif, β-laktamase dikode oleh gen kromosom Enterobacteriaceae patogen terdapat pada
dengan melibatkan kontrol represor yang diinduksi makanan, baik yang berbumbu maupun yang tidak
oleh adanya antibiotik β-laktam19). Oleh sebab itu, berbumbu. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi dari
bakteri yang tumbuh pada medium yang mangandung makanan tersebut adalah E. coli, P. vulgaris, K.
Penisilin-G dapat terbunuh sebagian sehingga pneumoniae, K. oxytoca, P. aeruginosa, E.
populasinya menurun seperti yang terlihat pada K. agglomerans, S. aureus, dan S. epidermidis. Selain itu,
pneumoniae (inkubasi jam ke-2 sampai jam ke-4). adanya bumbu dan lamanya waktu pendedahan
Setelah itu, dapat terjadi induksi dihasilkannya β- makanan pada lingkungan mempengaruhi kehadiran
laktamase oleh sel. Akibatnya, sel yang tidak terbunuh bakteri kontaminan. Bumbu kunyit berperan dalam
pada jam sebelumnya akan bereproduksi sehingga menghambat pertumbuhan bakteri, terbukti dari
terjadi peningkatan jumlah sel pada jam ke-6. ekstrak n-heksan yang diekstraksi dari rimpang kunyit
Pada S.aureus, ekstrak n-heksan 1000 ppm dapat menghambat pertumbuhan E. coli, K.
dapat menghambat pertumbuhan setelah inkubasi jam pneumoniae, P. aeruginosa, S. aureus.
ke-4 sebesar 2,29x107 sel/mL, sedangkan pada kontrol Daftar Pustaka
negatif sebesar 6,16x108 sel/mL. Konsentrasi 10.000
ppm dan 20.000 ppm mungkin tinggi untuk bakteri 1. Frazier, W.C. “Food Microbiology”, 2nd ed.,
ini, sehingga mampu menghambat populasi dengan McGraw-Hill Publishing Company LTD, New
jumlah sel paling rendah pada jam ke-4 bila Delhi, 36-176 (1974).
dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada kedua 2. Christchurch City Council. “Food Poisoning
konsentrasi tersebut, terjadi peningkatan jumlah sel Microorganism”,
pada inkubasi jam ke-6. Mekanisme ini kemungkinan (http://www.ccc.govt.nz.com) (1998).
sama seperti yang terjadi pada bakteri uji sebelumnya. 3. Andriani, R. “Uji Kehadiran Senyawa
Beberapa jenis bakteri Staphylococcus juga Antimikroba di dalam Ekstrak Makanan
52 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002
Tradisional Hasil Fermentasi Secara Asai Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 10, 141
Mikrobiologi”. Skripsi.Fakultas Farmasi, Institut (2000).
Teknologi Bandung, 11 – 12 (1995). 11. Black, J.G. “Microbiology: Principles and
4. Suharyono. “Diare Akut”, lembaga Penerbitan Exploration”, 4th ed., Prentice Hall Internasional,
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Inc. USA, 340-359, 638-663, A5-A8 (1999).
Jakarta.,66,67 (1986). 12. Harborne, J.B. “Metode Fitokimia: Penuntun Cara
5. Afrida. Uji Aktivitas Antibakteri dan Antifungi Modern Menganalisis Tumbuhan”, Terjemahan
Minyak Atsiri Empat Jenis Tanaman Suku K. Padmawinata dan I.Soediro. Edisi Kedua.
Zingiberaceae”, Penelitian Tanaman Obat di Penerbit ITB, Bandung, 1-42 (1987).
Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia, Edisi 13. Gitter, R.J., Robbit, J.M. dan Schwarting, AE.
X. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, “Pengantar Kromatografi”, Terjemahan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, K.Padmawinata. Edisi Kedua. Penerbit ITB,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 142 (2000). Bandung, 82-85 (1991).
6. Rukmana, R. “Kunyit”, Penerbit Kanisius, 14. Cappucino, J.G. and Sherman, N. “Microbiologi:
Yogyakarta, 1-25 (1994). A Laboratory Manual”, 2nd ed., The Benyamin
7. Castleman, M. “The Healing Herb: The Ultimate Cumings Publishing Company, Inc. 128-181
Guide to the Curative Power of Nature’s (1987).
Medicines”, Rodale Press, Emmaus. Pensylvania. 15. Gandjar, I. “Pedoman Praktikum Mikrobiologi
355-357 (1991). Dasar”, UI Press, 46,47 (1992).
8. Duke, J.A. “Chemicals and Their Biological 16. Rollins, D.M. and Joseph, S.W. “Pathogenic
Activities in Curcuma longa (Zingiberaceae)”, Microbiologi”, (http://www.life.umd.edu.com)
(http://www.chem.uwimona.com) (1992). (2000).
9. de-Padua, L.S., Bunyapraphatsara, N. and 17. Todar, K. “Antiphagocyte Defense”,
Lemmens, R.H.M.J. “Plant Resources of South (http://bact.wisc.edu.com) (1997).
East Asia: Medical and Poisonous Plant I”, 18. Imamuddin, H., Rahayu, R.D., Supriyati, D dan
Backhuys Publishers, Leiden, 12:1, 210-213 Kartina, G. “Pola Penyebaran Bakteri Koliform di
(1999). Aliran Sungai Brantas, Jawa Timur”, Jurnal
10. Budiarti, R. “Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Mikrobiologi Tropika, 2:1, 32-37 (1999).
Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) dan 19. Sherris, J.C. “Medical Microbiology an
Waktu Inkubasi terhadap Jumlah Koloni Bakteri Introduction to Infectious Diseases”, 2nd ed.,
Escherichia coli”, Penelitian Tanaman Obat di Prentice Hall International, Inc., 275-287, 357-
Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia, Pusat 380 (1990).
Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,