Anda di halaman 1dari 14

Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kulit Buah Tamarillo (Solanum Betaceum Cav.

)
Terhadap Ekspresi VEGF (Studi pada Mukosa Bukal Tikus yang Diinduksi Karagenan)
Puri Indira Ning Prasasti, Janti Sudiono
Departemen Patologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti
Jakarta, Indonesia
Penulis korespondensi: Prof. drg. Janti Sudiono, MDSc., Sp.PMM(K)
Departemen Patologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi, UniversitasTrisakti
Jl. Kyai Tapa No. 1, Jakarta Barat 11440
Indonesia
e-mail: jantish@trisakti.ac.id
ABSTRAK
Latarbelakang
Inflamasi merupakan suatu proses fungsi pertahanan tubuh untuk melawan berbagai macam
rangsangan. Ekstrak etanol kulit buah Tamarillo memiliki senyawa flavonoid sebagai
antiinflamasi. Tujuan penelitian mengetahui efek antiinflamasi ekstrak etanol kulit buah
Tamarillo (Solanum betaceum Cav.) pada mukosa bukal tikus yang diinduksi karagenan
melalui ekspresi VEGF.
Metode
Sampel penelitian dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yang secara berturut-turut diberikan
suspensi natrium diklofenak selaku kontrol positif, suspensi NaCl selaku kontrol negatif,
suspensi ekstrak etanol kulit buah Tamarillo dosis 70, 140, dan 280 mg/kgBB. Kemudian
dilakukan pewarnaan imunohistokimia dengan menggunakan aplikasi ImageJ dan
pengamatan mikroskopis untuk melihat ekspresi VEGF pada jaringan mukosa bukal tikus.
Uji One Way ANOVA digunakan untuk mengetahui perbedaan efek anti inflamasi.
Hasil
Uji One Way ANOVA ini terdapat perbedaan yang signifikan terhadap jumlah ekspresi VEGF
antar kelompok pada jam ke-72. Ekspresi tertinggi VEGF ini ditemukan pada dosis 280
mg/kgBB setelah 72 jam induksi karagenan. Berdasarkan uji Spearman’s Rho tingkat
kekuatan kelompok penelitian 72 jam terhadap ekspresi VEGF berkorelasi sangat kuat atau
sangat tinggi.
Kesimpulan
Ekstrak etanol kulit buah Tamarillo berpotensi sebagai antiinflamasi terutama pada jam ke-
72 dengan dosis 280 mg/kgBB. Efek antiinflamasi ini setara dengan Natrium diklofenak
sebagai kontrol positif.
Kata kunci: Kulit buah Tamarillo, Flavonoid, Inflamasi, Ekspresi VEGF
Anti-Inflammatory Essay Of Tamarillo (Solanum betaceum Cav.) Fruit Peel Ethanol
Extract On VEGF Expression (Study on Buccal Mucosa of Rats induced by
Carrageenan)
ABSTRACT
Background
Inflammation is a process of the body's defense function against various kinds of stimuli.
expression of VEGF in endothelial cells and fibroblast like derived cells. The purpose of this
research to determine the anti-inflammatory effect of ethanol extract of Tamarillo (Solanum
betaceum Cav.) fruit peels on the buccal mucosa of rats induced by carrageenan through
VEGF expression.
Methods
The study sample was divided into 5 groups. Positive control was given diclofenac sodium
suspension while negative control was given NaCl suspension. Tamarillo peel fruit ethanol
extract suspension at doses of 70, 140, and 280 mg/kg BW. Immunohistochemical staining
and microscopic observation using ImageJ were then performed to evaluate the expression of
VEGF in the buccal mucosa of the rats. One Way ANOVA test was used to determine
differences in the anti-inflammatory effect.
Results
In the One Way ANOVA test there was a significant difference in VEGF expression between
groups at 72 hours. The highest expression of VEGF was found at a dose of 280 mg/kg BW
after 72 hours of carrageenan induction. Based on the Spearman's Rho test, the power level of
the 72-hour study group on VEGF expression correlated very strongly or very high.
Coclusion
The ethanol extract of Tamarillo peel has the potential as an anti-inflammatory, especially at
72 hours at a dose of 280 mg/kg BW. This anti-inflammatory effect is equivalent to
diclofenac sodium as a positive control.
Keywords: Tamarillo peel fruit, Flavonoids, Inflammation, VEGF Expression
PENDAHULUAN
Respons normal terhadap cedera merupakan inflamasi. Histamin, bradikinin,
prostaglandin, dan serotonin semuanya dilepaskan saat terjadi cedera. Dinding kapiler
menjadi lebih permeabel akibat pelepasan zat ini, 1 yang menyebabkan vasodilatasi. Protein
dan cairan dilepaskan dari kapiler (sel) setelah reseptor nyeri distimulasi. Sel fagosit, juga
dikenal sebagai leukosit, bermigrasi ke tempat cedera untuk menghilangkan zat yang
berpotensi berbahaya. Rubor (kemerahan), dolor (nyeri), tumor (pembengkakan), kalor
(panas), dan fungtio laesa (kehilangan fungsi sel) adalah tanda fagositosis yang berlebihan.
Gejala-gejala ini menyebabkan ketidaknyamanan penderita dan memerlukan perawatan untuk
meringankannya.1,2
Obat golongan NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatories) biasa digunakan sebagai
obat anti-inflamasi yang cara kerjanya dengan menghentikan produksi enzim siklooksigenase
(COX) yang mengkonversi asam arakidonat ke bentuk prostaglandin. Selain efek
terapeutiknya, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) memiliki efek samping seperti
kemampuan menyebabkan tukak lambung atau usus, yang dapat menyebabkan anemia.
Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dapat menimbulkan sejumlah efek
samping negatif, jadi mencari alternatif alami yang dapat mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan terutama dari tumbuhan dapat membantu meminimalkan efek negatif ini.5
Indonesia merupakan Negara di kawasan tropis yang memiliki kekayaan
biodiversitas. Keanekaragaman ini dapat dimanfaatkan, salah satunya ialah dengan
memanfatkan tanaman obat sebagai obat herbal masyarakat. Tanaman obat dapat ditemui
dengan berbagai jenis dan khasiat. Namun, nyatanya eksistensi tanaman obat belum secara
maksimal dieksplorasi untuk dimanfaatkan, salah satunya adalah tanaman Tamarillo
(Solanum betaceum Cav.). 3
Tamarillo dengan nama lain Solanum betaceum Cav. adalah salah satu buah dalam
suku Solanacea yang tumbuh di daerah subtropis. Para petani saat ini banyak
membudidayakan buah Tamarillo, salah satunya di daerah Karo, Sumatera Utara.
Berdasarkan data, terjadi kenaikan hasil tanam kulit buah Tamarillo di Indonesia pada tahun
2011 dari 482.305 ton menjadi 519.481 ton dan terus mengalami kenaikan produksi hingga
sebanyak 545.646 ton pada 2013. Hal ini menunjukkan bahwa produksi Tamarillo mengalami
peningkatan setiap tahun nya. Seiring peningkatan produksi, kuantitas limbah kulit tanaman
ini nyatanya juga meningkat, khususnya di daerah Sumatera Utara. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengolahan limbah kulit buah Tamarillo yang dapat dimanfaatkan antara lain untuk
mengekstraksi antosianin dari kulit buah Tamarillo dan melakukan uji antioksidan dan
antiinflamasi kuersetin. Kuersetin dianggap mengurangi edema, tanda peradangan, dengan
menghambat mediator peradangan (serotonin, bradikinin, histamin, dan prostaglandin)
dengan bertindak sebagai anti-inflamasi. Flavonoid yang terdapat pada kulit buah Tamarillo
dapat menghambat siklooksigenase dan lipooksigenase, mencegah akumulasi leukosit pada
area peradangan, serta mengurangi peradangan.4 Meningkatkan resistensi kapiler dan
mempertahankan permeabilitas merupakan fungsi penting yang dilakukan oleh flavonoid.
Akibatnya, flavonoid digunakan pada penyakit seperti berkurangnya permeabilitas pembuluh
darah. Senyawa antioksidan flavonoid akan menghentikan respon inflamasi dengan
menghentikan enzim siklooksigenase membuat prostaglandin dan menangkap radikal bebas
yang merusak jaringan, ini juga akan menghentikan biosintesis asam arakidonat.9
Pengujian Inflamasi dalam bentuk suspensi karagenan dapat digunakan dalam
pengujian peradangan untuk memastikan aktivitas anti-inflamasi.6 Karagenan, yang berasal
dari lumut laut Irlandia Chondrus crispus dan digunakan sebagai agen patologis penyebab
peradangan yang merupakan senyawa iritan. Sebagai senyawa iritan yang menyebabkan
kerusakan sel dan melepaskan mediator yang memulai proses inflamasi, digunakan metode
karagenan. Uji aktivitas antiinflamasi induksi karagenan merupakan uji aktivitas antiinflamasi
yang sering digunakan.7 Ada sejumlah manfaat menggunakan karagenan sebagai sitokin
inflamasi; tidak berbekas, tidak merusak jaringan di sekitar tempat suntikan, dan reaktif
daripada senyawa iritan lainnya terhadap obat antiradang.
Proses menciptakan pembuluh darah baru dari yang sudah ada dikenal sebagai
angiogenesis. Perkembangan angiogenesis sangat penting untuk proses penyembuhan luka.5
Selama fase ini, proliferasi endotel terus membentuk jaringan vaskular yang memenuhi
semua kebutuhan sel penyembuhan luka. Vascular endothelial growth factor (VEGF)
merupakan bentuk glikoprotein pro angiogenik untuk mendukung permeabilitas kapiler dan
proliferasi, migrasi, dan kelangsungan hidup sel endotel. Vascular Endothelial Growth
Factor dijadikan sebagai inisiator dalam tubuh, sehingga sel yang haus oksigen dapat
memulai peningkatan pembuluh darah. Glikoprotein ini pertama kali digambarkan sebagai
protein yang dapat meningkatkan proliferasi sel endotel dan permeabilitas vaskular. Itu juga
ditemukan menjadi stimulator utama angiogenesis dan vaskulogenesis. Vascular Endothelial
Growth Factor dipicu oleh sejumlah faktor yang berbeda. Hipoksia jaringan atau sel adalah
faktor perangsang utama, diikuti oleh berbagai sitokin. Ada sejumlah cara untuk melihat
Vascular Endothelial Growth Factor salah satunya adalah dengan menggunakan metode
immunohistokimia. Walaupun kadar Vascular Endothelial Growth Factor yang bersirkulasi
dipengaruhi dan disekresikan oleh trombosit dan leukosit sebagai bagian dari proses
pembekuan normal, pemeriksaan kadar Vascular Endothelial Growth Factor memiliki
keuntungan karena lebih mudah dilakukan.
METODE
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimental laboratorik dengan sampel
menggunakan bahan biologi tersimpan (BBT) blok paraffin yang berasal dari mukosa
bukal tikus penelitian sebelumnya. Kemudian dilakukan pewarnaan
immunohistokimia untuk melihat ekspresi VEGF dan hasil ekspresi VEGF diamati
secara mikroskopis menggunakan aplikasi ImageJ.
b. Tempat penelitian
Penelitian ini diselenggarakan di Laboratorium OPaDCORE Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Trisakti. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September –
Desember 2022.
c. Hewan Coba
Sampel penelitiannya yaitu bahan biologi tersimpan (BBT) blok paraffin, yang
diambil dari mukosa bukal tikus yang mengalami inflamasi hasil induksi karagenan
dengan, dan tanpa pemberian ekstrak etanol kulit buah Tamarillo sebelum induksi
inflamasi. Kelompok penelitian terdahulu terbagi menjadi lima kelompok, yaitu
kelompok kontrol negatif (suspensi CMC NaCl 0,5%), kontrol positif (suspensi
natrium diklofenak dalam CMC Na 0,5% dosis 7 mg/kgBB) dan kelompok perlakuan
yang secara berurutan ditambahkan suspensi ekstrak etanol kulit buah Tamarillo
dalam CMC Na 0,5% dosis 70 mg/kgBB; 140 mg/kgBB; 280 mg/kgBB.
d. Kulit buah Tamarillo
Diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% kemudian
dibagi menjadi tiga dosis, yaitu 70 mg/kgBB, 140 mg/kgBB, dan 280 mg/kgBB.

e. Pengamatan Mikroskopis
Ekspresi VEGF diamati melalui sediaan immunohistokimia dari masing-masing
sampel di bawah mikroskop digital dengan pembesaran 40x10 pada tiga lapang
pandang. Ekspresi VEGF dikatakan positif bila sel endotel berwarna kecoklatan pada
daerah sub – epitel. Ekspresi VEGF dihitung secara semi kuantitatif menggunakan
cell counter pada aplikasi ImageJ. Ekspresi VEGF dikategorikan dalam kategori
ringan, sedang, dan kuat. Dikatakan kategori lemah bila jumlah ekspresi VEGF 1-3,
sedang bila jumlah ekspresi VEGF sebesar 4-8, Berat bila jumlah ekspresi VEGF 9-
12. 9(Gambar 1.)
Gambar 1. Parameter kategori ekspresi VEGF 9

f. Analisis Data
Data pengamatan mikroskopis yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat.
Fungsi analisis univariat adalah guna mengidentifikasi persentase masing-masing
variabel dan diikuti analisis bivariat guna mengamati korelasi antara variabel
tergantung dengan variabel bebas melalui penggunaan Spearman’s corelation.
Sedangkan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok dilakukan uji One Way
ANOVA. Bila ditemukan perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji Post
Hoc-Tukey.
Hasil
Uji Fitokimia
Hasil uji fitokimia yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak
etanol kulit buah terung Belanda positif memiliki kandungan senyawa fenolik, flavonoid,
tanin, dan alkaloid.

Pengamatan Mikroskopis

Hasil pengamatan mikroskopis berdasarkan jumlah rerata ekspresi VEGF dapat


dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil rata-rata ekspresi VEGF dan kategori ekspresi VEGF pada sediaan
histopatologis mukosa bukal tikus 24, 48, dan 72 jam setelah diinjeksi karagenan.

Waktu Penelitian
24 jam 48 jam 72 jam

Kelompok Penelitian Kategori Jumlah Kategori Jumlah Kategori


Jumlah
Rerata Ekspresi Rerata Ekspresi Rerata Ekspresi
Ekspresi VEGF Ekspresi VEGF Ekspresi VEGF
VEGF VEGF VEGF
Kontrol positif 25,6 2 16 1 6,6 1
Kontrol positif 24 1 - - 21,3 1
Kontrol negatif 24,3 1 15,3 1 4 1
Kontrol negatif 19,3 1 - - 12,6 1
Ekstrak 70 mg/kgBB 47,6 2 30,3 2 21,6 1
Ekstrak 70 mg/kgBB 24 2 - - 18 1
Ekstrak 140mg/kgBB 19 1 19,6 1 14 1
Ekstrak 140mg/kgBB 24 2 - - 15 1
Ekstrak 280mg/kgBB 17 2 14 1 0 0
Ekstrak 280mg/kgBB 17 2 - - 13,6 1

Pada tabel dapat dilihat jumlah sel dari setiap lapang pandang yang sudah
dihitung kemudian diambil rata-ratanya di setiap kelompok dan hasil kategori ekspresi
VEGF dari rata-rata tersebut. Skor kategori ekspresi VEGF dinilai dalam 4 kriteria,
yakni 0 (tidak terdapat ekspresi VEGF), 1 (ekspresi VEGF dalam jumlah
sedikit/ringan), 2 (ekspresi VEGF dalam jumlah sedang), dan 3 (ekspresi VEGF
dalam jumlah banyak/berat).

Pengamatan mikroskopis terlihat pada gambar 2, 3, dan 4.

Gambar 2. Gambar sediaan histopatologis pada 24 jam paska perlakuan menggunakan


aplikasi ImageJ. (A) Jumlah eksoresi VEGF pada sediaan kelompok kontrol positif
sebanyak 26 sel ; (B) Jumlah ekspresi VEGF pada sediaan kelompok kontrol negatif
sebanyak 25 sel ; (C) Jumlah ekspresi VEGF pada sediaan kelompok ekstrak dengan
dosis 70 mg/kgBB sebanyak 62 sel ; (D) Jumlah ekspresi VEGF pada sediaan
kelompok ekstrak dengan dosis 140 mg/kgBB sebanyal 47 sel ; (E) Jumlah ekspresi
VEGF pada sediaan kelompok ekstrak dengan dosis 280 mg/kgBB sebanyak 46 sel.

Gambar 3. Gambar sediaan histopatologis pada 48 jam paska perlakuan menggunakan


aplikasi ImageJ. (A) Jumlah ekspresi VEGF pada sediaan kelompok kontrol positif
sebanyak 38 sel ; (B) Jumlah ekspresi VEGF pada sediaan kelompok kontrol negatif
sebanyak 17 sel ; (C) Jumlah ekspresi VEGF pada sediaan kelompok ekstrak dengan
dosis 70 mg/kgBB sebanyak 38 sel ; (D) Jumlah ekspresi VEGF pada sediaan
kelompok ekstrak dengan dosis 140 mg/kgBB sebanyak 15 sel ; (E) Jumlah ekspresi
VEGF pada sediaan kelompok ekstrak dengan dosis 280 mg/kgBB sebanyak 20 sel.
Gambar 4. Gambar sediaan histopatologis pada 72 jam paska perlakuan
menggunakan aplikasi ImageJ. (A) Jumlah ekspresi VEGF pada sediaan kelompok
kontrol positif sebanyak 11 sel ; (B) Jumlah ekspresi VEGF pada sediaan kelompok
kontrol negatif sebanyak 3 sel ; (C) Jumlah ekspresi VEGF pada sediaan kelompok
ekstrak dengan dosis 70 mg/kgBB sebanyak 23 sel ; (D) Jumlah ekspresi VEGF
pada sediaan kelompok ekstrak dengan dosis 140 mg/kgBB sebanyak 13 sel ; (E)
Jumlah ekspresi VEGF pada sediaan kelompok ekstrak dengan dosis 280 mg/kgBB
sebanyak 11 sel.
Hasil pengukuran penelitian dilakukan dengan menghitung kadar ekspresi VEGF
secara imunohistokimia pada mukosa bukal tikus yang diinduksi karagenan, kemudian
dilanjutkan dengan membandingkan hasil pengukuran pada setiap kelompok. Seluruh data
kemudian diolah menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 26
untuk mencari sebaran frekuensi data, serta hubungan antara variabel. Analisis univariat
dilakukan untuk mencari rerata (mean), nilai minimum, nilai maksimum, nilai median, dari
kadar ekspresi VEGF pada mukosa bukal tikus dalam kelompok kontrol maupun kelompok
ekstrak. Hasil analisis univariat disajikan dalam tabel 3.
Tabel 2. Jumlah kadar ekspresi VEGF tiap kelompok

Uji Normalitas
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas (Shapiro Wilk)
Jumlah Ekspresi VEGF Shapiro-Wilk
Keterangan
Positif (Sig.)
24 jam 0.870 Data Berdistribusi Normal
48 jam 0.986 Data Berdistribusi Normal
72 jam 0.923 Data Berdistribusi Normal
Berdasarkan uji shapiro-wilk pada Tabel 3. menunjukkan bahwa semua data
pada pengamatan 24 jam, 48 jam, dan 72 jam berdistribusi normal, selanjutnya
akan dilakukan uji homogenitas.

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas (Levene’s Test)

Jumlah Ekspresi Shapiro-


Keterangan
VEGF Positif Wilk (Sig.)
24 jam 0.163 Data Homogen
48 jam 0.259 Data Homogen
72 jam 0.051 Data Homogen
Berdasarkan uji Levene’s test pada Tabel 4. didapatkan seluruh data
pada pengamatan 24 jam, 48 jam, dan 72 jam homogen, sehingga pengujian
efek anti inflamasi ekstrak etanol kulit buah Tamarillo (Solanum betaceum
Cav.) terhadap jumlah VEGF pada mukosa bukal tikus dapat dilanjutkan
pengujian statistik menggunakan One Way ANOVA.
One Way ANOVA
Tabel 5. Hasil Uji One Way ANOVA

One Way ANOVA


Perlakuan
Rerata p-value Kesimpulan
Kontrol Positif 25.60
Kontrol Negatif 24.30
24 jam Ekstrak 70 mg/kgBB 47.60 0.147 Tidak Terdapat Pengaruh
Ekstrak 140 mg/kgBB 40.60
Ekstrak 280 mg/kgBB 41.00
Kontrol Positif 16.00
Kontrol Negatif 15.34
48 jam Ekstrak 70 mg/kgBB 30.34 0.138 Tidak Terdapat Pengaruh
Ekstrak 140 mg/kgBB 19.67
Ekstrak 280 mg/kgBB 14.00
Kontrol Positif 11.00
Kontrol Negatif 4.00
72 jam Ekstrak 70 mg/kgBB 21.67 0.002 Terdapat Pengaruh
Ekstrak 140 mg/kgBB 14.00
Ekstrak 280 mg/kgBB 0.00
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan One Way ANOVA yang disajikan pada
Tabel 5. menunjukkan nilai signifiikansi (p-value) pada pengamatan 24 jam sebesar 0.147
(>0.05), kemudian pada pengamatan 48 jam diperoleh p-value sebesar 0.138 (>0.05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah ekspresi VEGF antar
kelompok perlakuan pada jam ke-24 dan jam ke-48. Sedangkan nilai pada pengamatan 72
jam diperoleh p-value sebesar 0.002 (<0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan jumlah ekspresi VEGF antar kelompok perlakuan pada jam ke-72. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pemberian Ekstrak Etanol kulit buah Tamarillo
(Solanum betaceum Cav.) pada 72 jam memiliki efek terhadap ekspresi VEGF pada
mukosa bukal tikus yang diinduksi karagenan. Karena hasil One Way ANOVA
menunjukkan efek yang signifikan pada setiap kelompok, maka selanjutnya dilakukan uji
lanjut (post-hoc) dengan Tukey.
Tabel6. Hasil Post Hoc – Tukey jam ke-72

Subset
Kelompok N
1 2 3
Ekstrak 280 mg/kkBB 2 0.00  
Kontrol Positif 2 4.00 4.00
Ekstrak 140 mg/kkBB 2 11.00 11.00 11.00
Ekstrak 70 mg/kkBB 2 14.00 14.00
Kontrol Negatif 2   21.67

Berdasarkan uji post-hoc menunjukkan bahwa pada jam ke-72, terdapat perbedaan
jumlah ekspresi VEGF antara kelompok ekstrak 70mg/kgbb dengan kelompok kontrol
negatif, kemudian juga pada kelompok ekstrak 280mg/kgbb dengan kelompok ekstrak
280mg/kgbb. Selain itu juga didapatkan perbedaan jumlah yang signifikan antara
kelompok ekstrak 140mg/kgbb dengan kelompok ekstrak 280mg/kgbb.

Uji Korelasi

Berdasarkan uji korelasi antara kelompok penelitian 24 jam terhadap kadar VEGF
menggunakan uji Spearman’s Rho, diketahui nilai signifikansi atau Sig. (2-tailed) sebesar
0,211, karena nilai Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka hal ini berarti terdapat
hubungan yang tidak signifikan (berarti) antara kedua variabel. Selain itu juga diperoleh
angka koefisien korelasi sebesar 0,433, yang mana hal ini mendandakan bahwa tingkat
kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel jumlah rerata ekspresi VEGF dengan
kategori ekspresi VEGF hanya memiliki korelasi yang cukup. Sedangkan untuk arah
hubungan, koefisien korelasi bernilai positif, maka hubungan antara kedua variabel searah.

Korelasi antara kelompok penelitian 48 jam terhadap kadar ekspresi VEGF yang telah
diuji dengan Spearman’s Rho, menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara kedua variabel
atau Sig. (2-tailed) sebesar 1,00 yang mana hal ini menandakan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara jumlah rerata ekspresi VEGF dengan kategori ekspresi
VEGF karena angkanya >0,05.
Korelasi antara kelompok penelitian 72 jam terhadap kadar ekspresi VEGF, diketahui
nilai signifikansi atau Sig. (2-tailed) sebesar 0,000, yang mana angka ini lebih kecil dari
0,05, maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan (berarti) antara
kelompok penelitian 72 jam terhadap kadar ekspresi VEGF. Selain itu juga diperoleh
angka koefisien korelasi sebesar 1,000, yang mana hal ini mendandakan bahwa tingkat
kekuatan kelompok penelitian 72 jam terhadap kadar ekspresi VEGF berkorelasi sangat
kuat atau sangat tinggi. Sedangkan untuk arah hubungan, koefisien korelasi bernilai
positif, maka hubungan antara kedua variabel searah.

Diskusi
Inflamasi adalah Suatu respon biologis terhadap cedera jaringan ataupun infeksi,
berfungsi untuk mempertahankan homeostasis tubuh akibat adanya agen atau senyawa asing
yang masuk. Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan bahan alam sudah dilakukan oleh
masyarakat Indonesia, salah satunya dengan menggunakan kulit buah Tamarillo yang
memiliki efek antiinflamasi. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek
antiinflamasi ekstrak etanol kulit buah Tamarillo (Solanum Betaceum Cav) terhadap mukosa
bukal tikus yang diinduksi oleh karagenan melalui ekspresi VEGF yang diamati
menggunakan sediaan imunohistokimia.

Dalam proses penyembuhan luka, vaskuler berperan dalam mensuplai oksigen yang
dibutuhkan untuk proses metabolisme sel. Ekstrak kulit buah Tamarillo mengandung senyawa
flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin memilki dampak yang baik terhadap area yang
mengalami inflamasi, merangsang angiogenesis pada proses penyembuhan luka. Proses
angiogenesis tersusun dari beberapa tahapan yang dimulai dari proses inisiasi, yaitu
dilepaskan enzim protease dari sel endotel yang teraktivasi yaitu dengan pembentukan
pembuluh darah vaskular, antara lain terjadinya degradasi matriks ekstraseluler (Extra
Celullar Matrix), migrasi dan proliferasi sel endotel serta pembuatan ECM baru yang
dilanjutkan dengan maturasi dan stabilisasi pembuluh darah yang terkontrol dan dimodulasi
untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Dalam keadaan normal, VEGF diekspresikan dalam
kadar yang bervariasi oleh jaringan, tekanan oksigen dapat berfungsi sebagai regulator
VEGF. Paparan kondisi hipoksia akan menginduksi ekspresi VEGF dengan cepat.
Sebaliknya, dalam kondisi oksigen normal, ekspresi VEGF menurun dan mengalami
stabilisasi. Tingkat ekspresi VEGF bergantung pada jumlah sitokin inflamatori, VEGF terlibat
dalam banyak tahap proses angiogenik, yaitu menstimulasi degradasi matriks ekstraseluler di
sekitar sel endotel, meningkatkan proliferasi dan migrasi sel endotel, membantu pembentukan
struktur pembuluh darah. Selain itu, tingkat ekspresi VEGF juga diketahui meningkat pada
masa penyembuhan luka terutama dalam fase granulasi.10

Hasil ekspresi VEGF pada kelompok kontrol negatif lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok perlakuan dan kontrol positif. Pada tabel 3 terbukti Ekstrak etanol Kulit buah
Tamarillo meningkatkan ekspresi VEGF dibandingkan kontrol negatif. Dengan ini
membuktikan bahwa ekstrak Ekstrak etanol kulit buah Tamarillo dapat meningkatkan proses
penyembuhan luka melalui peningkatan pembuluh darah baru, terutama konsentrasi 280
mg/kgBB pada jam ke- 72. Hasil uji fitokimia yang dilakukan dalam penelitian ini
membuktikan bahwa ekstrak etanol kulit buah Tamarillo memiliki senyawa tanin, flavonoid,
alkaloid.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain yang
mengatakan bahwa penurunan inflamasi ditunjukkan oleh suspensi ekstrak etanol kulit buah
Tamarillo dosis 70 mg/kgBB, 140 mg/kgBB, dan 280 mg/kgBB secara berturut-turut. Dosis
ekstrak etanol kulit buah Tamarillo yang berpotensi menurunkan inflamasi paling besar yaitu
280 mg/kgBB. 11

Pada penelitian lain juga mengatakan bahwa ekstrak etanol kulit buah Tamarillo memiliki
efek antiinflamasi dan efek tertinggi didapatkan pada dosis yang tertinggi. 1 Hal ini sesuai
dengan penelitian ini bahwa jumlah ekspresi VEGF tertinggi ada pada dosis 280 mg/kgBB.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain juga sejalan dengan penelitian ini, pada
penelitian tersebut dikatakan bahwa ekstrak etanol kulit buah terung Belanda memiliki
kandungan Flavonoid yang bereperan sebagai antiinflamasi.12

KESIMPULAN
Ekstrak etanol kulit buah Tamarillo berpotensi sebagai antiinflamasi terutama pada
jam ke- 72 dengan dosis 280 mg/kgBB. Efek antiinflamasi ini setara dengan Natrium
diklofenak sebagai kontrol positif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aprilianto, E., 2017, Uji Efek Antiinflamasi Infusa Kulit Alpukat (Persea americana
Mill) pada Mencit Jantan Galur Swiss yang Terinduksi Karagenin, Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Syarif, A., Estuningtyas, A., Setiawati, A., & Muchtar, A, 2012, Farmakologi dan
Terapi Edisi 5, Badan Penerbit FKUI Jakarta.
3. Supriyatna, Febriyanti, R., Dewanto, Wijaya, I., & Ferdiansyah, F., 2015, Fitoterapi
Sistem Organ: Pandangan Dunia Barat terhadap Obat Herbal Global, Edisi 2, CV
Budi Utama Yogyakarta
4. NRM Manurung, SA Sumiwi, 2016, Farmaka: Aktivitas Antiinflamasi berbagai
tanaman diduga berasal dari Flavonoid, Edisi 14, Universitas Padjajaran
5. Gunawan, S.G., 2007, Farmako logi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Goodman & Gilman, 2010, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
7. Putri, Y. I, 2017, Ekstraksi Kuersetin dari Kulit Terong Belanda (Solanum betaceum
Cav.) Menggunakan Pelarut Etanol, Skripsi, Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
8. Mutaqin, SP Fitrianingsih, 2019, Farmasi: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Buah Tamarillo (Solanum Betaceum Cav.) terhadap Escheria coli dan Bacillus
Subtillis,Edisi 5, Universitas Islam Bandung
9. Hamid, Iwan Sahrial, Dady Soegianto Nazar, Hermin Ratnani. 2013. Effectivity Of
Sambung Nyawa Leaf Extract To Inhibit Vascular Endothelial Growth Factor
Expression On Endothelials Of Chorioallantoic Membrane. Jurnal Veteriner Maret.
Vol. 14 No. 1: 85- 90
10. Rini BI, Small EJ. Biology and clinical development of vascular endothelial growth
factor targeted therapy in renal cell carcinoma. J Clin Oncol. 2005; 23:1028-43.
11. Retno, M. Ayu, R. Uji Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanolik Kulit Terung Belanda (
Solanum Betaceum Cav.) Pada mencit jantan yang diinduksi karagenin. Vol.16, No.2
Desember 2019, Hal.86-92
12. Siswarni, MZ. Yusrina, I. Rizka, R. Ekstraksi kuersetin dari kulit terong Belanda
(Solanum Betaceum Cav.) menggunakan pelarut etanol dengan metode maserasi dan
sokletasi.

Anda mungkin juga menyukai