Anda di halaman 1dari 6

E. Johannes dkk./ MANASIR vol. 1 no. 1 (2013), hal.

27-32
Aktivitas Antimitotik -Sitosterol Isolat Dari Hydroid Aglaophenia Cupressina Lamoureoux
Terhadap Pembelahan Awal Sel Zigot Bulu Babi Tripneustes Gratilla Linn.
Eva Johannes , Syafaraenan , Rosana Agus dan Muh. Ruslan Umar
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar 90245
Antimitotic Activity Of -Sitosterol Isolated From Hydroid Aglaophenia Cupressina Lamoureoux
Against Early Division Of Zygotic Cells Of Sea Urchin Tripneustes Gratilla Linn.
Eva Johannes , Syafaraenan , Rosana Agus and Muh. Ruslan Umar
Biology Dept. MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar 90245
ABSTRAK. Hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux adalah hewan invertebrata laut yang banyak mengandung
senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif tersebut digunakan sebagai bahan dasar obat antibiotik maupun antikanker.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan -sitosterol hasil isolasi dari hydroid dalam menghambat
perkembangan sel zigot bulu babi Tripneustes gratilla Linn. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimental, dengan tahapan perlakuan : isolasi -sitosterol dari hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux,
melalui maserasi dengan methanol, partisi dengan n-heksan, fraksinasi dengan kolom kromatografi, UV,IR dan NMR.
Selanjut dilakukan uji aktivitas antimitotik, dengan konsentrasi - sitosterol (0,1 g/mL, 1g/mL, dan 10 g/mL)
yang disuntikkan ke dalam bagian gonad jantan dan betina dari bulu babi Tripneustes gratilla Linn. Fertilisasi
dilakukan dengan cara 1 ml sperma dan 5 ml sel telur difertilisasikan dalam gelas ukur yang berisi 60 ml air laut
bebas protozoa, lalu diinkubasikan pada suhu kamar. Pengamatan sel yang membelah dilakukan setelah 2 jam
inkubasi dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi kamera. Hasil penelitian diperoleh nilai penghambatan
pada konsentrasi 0,1 g/mL adalah 49,5% , dan pada konsentrasi 1g/mL dan 10g/mL dengan hasil 71,5% dan
86,5%. Hal ini menunjukkan bahwa -sitosterol memiliki kemampuan untuk menghambat pembelahan sel zigot bulu
babi T. gratilla Linn, dengan nilai IC50 = 1,033.
Kata kunci: Antimitotik, -sitosterol, isolat, Hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux, zigot, Bulu babi
Tripneustes gratilla Linn.
ABSTRACT. Hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux is an invertebrate sea animal which contain various
bioactive compounds. These bioactive compounds are used as raw materials for antibiotics and anticancer drugs. This
research was aimed to find out the ability of -sitosterol isolated from hydroid in inhibiting the development of
zygotic cells of sea urchin (Tripneustes gratilla Linn.). This study was an experimental study with the following
treatment steps: isolation of -sitosterol from hydroid Agalophenia cupressina Lamoureoux by maceration with
methanol, partition with n-hexane, fractionation with column chromatography, UV, IR, and NMR. An antimitotic
activity test was then performed with the concentration of 0.1g/mL, 1 g/mL, and 10 g/mL injected into male and
female gonad sections of sea urchin (Trupneustes gratilla Linn.). The fertilization procedures involved 1 mL of sperm
and 5 mL of ovum fertilized in beaker glass containing 60 mL protozoan-free seawater, and then was incubated. The
dividing cells were observed after 2 hours of incubation using a camera-equipped microscope. It was observed that the
inhibition rate at 0.1 g/mL was 49.5%, at 1 g/mL was 71.5%, and at 10 g/mL was 86.5%. These results indicated
that -sitosterol compound has the ability to inhibit the division of zygotic cells of sea urchin (T. gratilla Linn.), IC50 =
1,033
Keywords: Antimitotic, -sitosterol, Isolate, Hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux, zygote, Sea urchin,
Tripneustes gratilla Linn.

rian senyawa antitumor dari bahan alam. Penelitian bahan obat antitumor dari alam umumnya difokuskan untuk mendapatkan senyawa aktif yang memiliki kemampuan menekan proliferasi sel tumor, memiliki efek sitotoksik antimitotik atau mempunyai kemampuan dalam
menginduksi terjadinya proses apoptosis pada sel tumor
[2]. Lebih dari 2000 spesies telah berhasil diisolasi dari
organisme laut dan 8 phylum telah diuji di laboratorium
kanker diberbagai negara maju. Hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN
Sel tumor adalah sel yang mengalami perubahan bentuk, sifat dan kinetiknya. Pertumbuhannya menjadi otonom, liar, tidak terkendali, lepas dari koordinasi pertumbuhan normal. Perubahan sel itu terjadi karena mutasi
gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel
yaitu proto-onkogen dan anti-onkogen [1]. Berbagai
usaha telah dilaku-kan untuk menyembuhkan penyakit
tersebut, yang saat ini intensif dilakukan adalah penca27

E. Johannes dkk./ MANASIR vol. 1 no. 1 (2013), hal. 27-32


diantaranya untuk golongan yang aktif kurang lebih
30% masuk ke dalam filum Coelenterata, yang juga
mengandung senyawa sitotoksik [3].
Hydroid adalah invertebrata laut dari filum coelenterata
yang hidup menempel pada spons, kaya akan senyawa
kimia seperti: alkaloid, steroid, terpenoid, histamine
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan
[4]. Menurut Joana at al., 2011 [5]. Hydroid memiliki
senyawa bioaktif yang paling menjanjikan untuk diisolasi bagi kepentingan pengobatan penyakit manusia.
Dari hasil isolasi dan karakterisasi metabolit sekunder
hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux [6], menemukan salah satu senyawa bioaktif dari golongan steroid yaitu -sitosterol, diduga senyawa tersebut memiliki aktivitas antimitotik. Namun bagaimana senyawa
tersebut dapat menghambat pembelahan sel zigot bulu
babi perlu diteliti lebih lanjut.
Studi penghambatan pada perkembangan sel zigot bulu
babi merupakan salah satu model yang digunakan untuk
mendeteksi aktivitas sitotoksik, teratogenik, dan antineoplastik dari senyawa baru. Sel zigot bulu babi memiliki sensitivitas selektif terhadap obat dan mengalami
tahapan pembelahan seperti halnya sel kanker, sehingga
banyak digunakan dalam penelitian antikanker. Misalnya untuk melihat pengaruh suatu senyawa dalam
menghambat laju pembelahan dan pertumbuhan sel
yang disebut sebagai sifat antimitotik atau sitotoksik [3].
Pada penelitian ini ingin diketahui bioaktivitas -sitosterol sebagai antimitotik terhadap pembelahan sel zigot
bulu babi Tripneustes gratilla Linn. Dengan menggunakan Metode Grafik Probit Log-Konsentrasi.

monitor dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Selanjutnya dikromatografi kolom flash/tekan menggunakan
eluen yang sesuai. Proses ini dilakukan berulang-ulang
hingga diperoleh isolate murni.
Eludasi struktur
Eludasi struktur senyawa dengan menggunakan metode
spektroskopi, meliputi data UV, IR dan NMR.
Penyiapan Sel Telur dan Sperma Bulu Babi
Tripneustes gratilla LINN.
Bulu babi Tripneustes gratilla Linn., jantan dan betina
diinduksi dengan penyuntikan 1 ml KCl 10% ke dalam
bagian gonad. Sperma yang berwarna putih susu dan sel
telur yang berwarna kuning keemasan ditampung pada
gelas kimia yang berbeda. Setelah itu dimasukkan pada
lemari pendingin. Fertilisasi dilakukan dengan cara 1 ml
sperma dan 5 ml sel telur difertilisasikan dalam gelas
kimia yang berisi 50 ml air laut bebas protozoa.
Persiapan Sampel Uji
Ekstrak dan senyawa hydroid Aglaophenia cupressina
Lamoureoux ditimbang sebanyak 1 mg kemudian dilarutkan dengan DMSO sebanyak 100 l, diencerkan dengan air laut bebas protozoa sehingga diperoleh konsentrasi 1000 g/ml sebagai stok. Dari larutan stok ini dipipet menggunakan mikropipet ke dalam tabung
eppendorf untuk mendapat konsentrasi 1, 10, 100 dan
1000 g/ml. Kemudian dibuat kontrol positif dengan
menggunakan air laut bebas protozoa.
Pelaksanaan Uji
Tabung eppendorf berisi -sitosterol ditambahkan air
laut sesuai perhitungan untuk mencukupkan volume
akhir hingga 1 ml. Kemudian ditambahkan zigot sebanyak 100 g/ml setelah 10 menit terjadi fertilisasi.
Dilakukan pengulangan 3 kali untuk setiap sampel uji
dan kontrol.Selanjutnya disimpan pada suhu 15 20oC
dengan diselingi pengocokan. Pengamatan sel yang
membelah dilakukan setelah 2 jam inkubasi dengan
menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan kamera. Kemudian dilakukan perhitungan IC50 dengan
menggunakan metode Grafik Probit Log-Konsentrasi
[8].

BAHAN DAN METODA


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia organik
Jurusan Kimia F. MIPA UNHAS dan Laboratorium
Fitokimia F. Farmasi UNHAS pada bulan Agustus
2012 sampai Desember 2012, dengan menggunakan
metode eksperimental. Sampel Hydroid dan Bulu Babi
diambil di perairan pulau Lae-lae, Makassar, dengan
kedalamam 1 3 meter dari permukaan laut.
Ekstraksi, Partisi dan Isolasi [7]
Sampel yang telah dikeringkan dihaluskan kemudian
dimaserasi dengan metanol selama 1x24 jam pada suhu
kamar. Ekstrak yang diperoleh diuapkan dengan rotafapor hingga diperoleh maserat kental, selanjutnya dipartisi cair-cair dengan menggunakan pelarut n-heksan.
Hasil ekstrak kental n-heksan dianalisis dengan kromatografi lapis tipis.
Hasil partisi difraksinasi menggunakan kolom kromatografi vakum menjadi beberapa fraksi kemudian di

HASIL DAN DISKUSI


A. HASIL
Analisis Fisikokimia Isolat
Berbentuk Kristal putih (bening) sebanyak 23 mg, titik
leleh 138C-139C. Karakter senyawa tidak berpendar
dibawah UV, tampak dengan uji warna KLT, dengan
28

E. Johannes dkk./ MANASIR vol. 1 no. 1 (2013), hal. 27-32


noda berwarna biru kemudian memudar, menunjukkan
noda tunggal dengan nilai Rf yang sama 0,35 cm. Selanjutnya dilakukan uji IR dan NMR.

Uji Aktivitas Antimitotik


Uji aktivitas antimitotik -sitosterol terhadap
pembelahan sel zigot bulubabi Tripneustes gratilla
Linn.. Dari pengujian tersebut diperoleh hasil,
semuanya bersifat antimitotik (tabel 1).
Tabel 2. Hasil Pengamatan Penghambatan
Pembelahan Sel Zigot Bulu Babi (T.
gratilla Linn) dengan -sitosterol
Konsentrasi (g/mL)

0,1
1
10

Penghambatan
Pembelahan Sel (%)
untuk -sitosterol
49,5
71,6
86,5

Data diolah secara analisis probit dan diperoleh hasil; sitosterol memiliki IC50 (inhibitory concentration) =
1,033 g/mL sedangkan untuk kontrol positip vinkristin
memiliki IC50 = 0,102g/mL ( Tabel 3).

Gambar (1) Spektrun IR -sitosterol


Tabel 1. Data spectrum 1H, 13C NMR, HMBC
senyawa =sitosterol

Tabel 3. Hasil Perhitungan IC50 menurut Metode


Grafik Probit Log-Konsentrasi

-sitosterol

B. Diskusi
1. Eludasi struktur Senyawa Isolat [9]
Spektrum IR (KBr) menunjukkan serapan pada bilangan gelombang 3433 cm-1, indikasi terhadap adanya gugusan hidroksil didukung oleh adanya puncak serapan
pada 1050 cm-1 menunjukkan adanya C-O. Serapan
pada 2956, 2938, dan 2869 cm-1 berasal dari metil dan
metilen, serapan pada 1634 cm-1 berasal dari uluran
C=C menunjukkan adanya gugus Olefin, dan tekukkan
C-H muncul pada 1465 cm-1.

Gambar 2. Struktur molekul -sitosterol


29

E. Johannes dkk./ MANASIR vol. 1 no. 1 (2013), hal. 27-32


pada C 50,2 (C-9) dan 71,9 (C-5), sinyal-sinyal proton
pada H 0,91 ppm (H-9) dengan sinyal karbon pada C
36,2 (C-10), sinyal proton pada H 2,28 (H-11) dengan
sinyal karbon pada C 32,0 (C-8), 39,8 (C-12) dan 50,2
ppm (C-9), sinyal proton pada H 0,98 ppm (H-14)
dengan sinyal sinyal karbon pada C 32,0 (C-8) dan
42,4 ppm (C-13), sinyal proton pada H 1,58 ppm (H15) dengan sinyal sinyal karbon pada C 32,0 (C-8) dan
56,8 (C-14). Sinyal proton H 0, 83ppm (H-27) dengan
sinyal-sinyal karbon pada C29,2 (C-25) dan 45,9 ppm
(C-24), sinyal proton pada H 0,82 ppm (H-28) dengan
sinyal karbon pada C 12,0 (C-29), 26,1 (C-23) dan 45,9
(C-24), ditunjuk pada Gambar 2. Dengan demikian
dipastikan bahwa senyawa ini adalah -sitosterol.

Spektrum 1H NMR senyawa 2 memperlihatkan adanya


2 gugus metal dengan multiplisitas singlet pada H 0,67
(3H,s) dan 1,00 ppm (3H,s) dan 4 gugus metal dengan
sinyal pada H 0,80 ( 3H, d,J = 6,7) 0,82 (3H, d, J =
6,7), 0,83 (3H, t,J = 6,7) dan 0,91 ppm (3H, t,J = 6,1).
Analisis spektrum COSY senyawa 2 menunjukkan korelasi 1H-1H tetangga antara sinyal proton pada H 1,15
ppm (H-1) dengan sinyal proton pada H 1,84 ppm (H2) dengan sinyal proton pada H 3,51 ppm (H-3), sinyal
proton pada H 3,51 ppm (H-3) dengan sinyal proton
pada H 14,2 ppm (H-4), serta sinyal proton pada H
5,34 ppm (H-6) dengan sinyal proton pada H 1, 98 ppm
(H-7), sinyal proton pada H 1,98 ppm (H-7) dengan
sinyal proton pada H 1,49 ppm (H-8), sinyal proton
pada H 1,49 ppm (H-8) dengan sinyal proton pada H
0,91 ppm (H-9), sinyal proton pada H 1,48 (H-11)
dengan sinyal proton pada H 2,00 ppm (H-12), juga
sinyal proton pada H 1,49 ppm (H-8) dengan sinyal
proton pada H 0,98 (H-14), sinyal proton pada H 1,58
ppm (H-15) dengan sinyal proton pada H 1,82 ppm (H16) , sinyal proton pada H 1,82 ppm (H-16) dengan
sinyal proton pada H 1,07 ppm (H-17) , sinyal proton
pada H 1,07 ppm (H-17) dengan sinyal proton pada H
1,34 ppm (H-20). Analisis spectrum COSY juga
menunjukkan korelasi 1H -1H tetangga antara sinyal
proton pada H 1,34 ppm (H-20) dengan sinyal proton
pada H 1,98 ppm (H-22), sinyal proton pada H 1,98
ppm (H-22) dengan sinyal proton pada H 1,14 ppm (H23), sinyal proton pada H 1,14 ppm (H-23) dengan
sinyal proton pada H 0,89 ppm (H-24), sinyal proton
pada H 0,89 ppm (H-24) dengan sinyal proton pada H
1,23ppm (H-28), sinyal proton pada H 1,23 (H-28)
dengan sinyal proton pada H 0,83 ppm (H-29), sinyal
proton pada H 0,89 ppm (H-24) dengan sinyal proton
pada H 1,65 ppm (H-25) dengan sinyal proton pada H
0,80 ppm (H-27) serta sinyal proton pada H 1,65 ppm
(H-25) dengan sinyal proton pada H 0,82 ppm (H-26).
Berdasarkan data spektroskopi diatas memberikan
petunjuk bahwa senyawa ini merupakan -sitosterol
(Gambar 2).
Struktur senyawa ini dapat dibuktikan dengan
spectrum HMBC yang menunjukkan korelasi jarak jauh
1
H -13C antara sinyal proton pada H 1,15 ppm (H-1)
dengan sinyal sinyal karbon pada C 19,1 (C-19), 36,2
(C-10), dan 71,9 (C-5), sinyal proton pada H 1,84 ppm
( H-2) dengan sinyal sinyal karbon pada C 37,3 (C-1),
42,4 (C-4), 140,8 (C-3), sinyal proton pada H5,34 ppm
(H-6) dengan sinyal sinyal karbon pada C 32,0 (C-7),
sinyal proton pada H 1,98 ppm (H-7) dengan sinyal
karbon pada C 32,0 (C-8), 56,8 (C-14), sinyal proton
pada H1,49 ppm (H-8) dengan sinyal-sinyal karbon

Gambar 3. Korelasi COSY dan HMBC -sitosterol


Penghambatan -sitosterol
Nilai penghambatan pada konsentrasi 0,1 g/mL adalah
49,5% ini berarti sebagian sel zigot bulu babi T. gratilla
Linn masih dapat bertahan dan menyesuaikan diri pada
konsentrasi tersebut. Tetapi pada konsentrasi yang lebih
tinggi 1g/mL dan 10g/mL dengan nilai 71,5% dan
86,5% semakin kecil kemampuan sel bulu babi untuk
melakukan pembelahan. Hal ini menunjukkan bahwa sitosterol memiliki kemampuan untuk menghambat
pembelahan sel zigot bulu babi T. gratilla Linn.
Semakin tinggi konsentrasi senyawa yang digunakan,
maka nilai penghambatan juga semakin besar. Hal ini
sesuai dengan pendapat [10] bahwa sitosterol
merupakan suatu senyawa yang banyak digunakan
untuk dijadikan bahan dasar obat .

30

E. Johannes dkk./ MANASIR vol. 1 no. 1 (2013), hal. 27-32


Hasil pengamatan menunjukkan -sitosterol merupakan
senyawa yang memiliki potensi sebagai zat antimitotik.
Hasil uji memperlihatkan -sitosterol memiliki IC50
=1,033g/mL. Jika dibandingkan dengan vinkristin
murni yang memiliki IC50 = 0,104 g/mL maka sitosterol memiliki kemampuan untuk digunakan
sebagai bahan baku obat antikanker.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa: Senyawa kimia -sitosterol dari
hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux berpotensi untuk dikembangkan sebagai senyawa antikanker
berdasarkan nilai IC50 =1,033 g/mL lebih besar dari
nilai IC50 vinkristin sebagai kontrol positip.

Gambar 4. Sel Bulu Babi dengan Konsentrasi 0.1


g/ml

UCAPAN TERIMA KASIH


Diucapkan terima kasih banyak kepada LP2M
UNHAS yang membantu dalam pembiayaan
sehingga penelitian ini dapat berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Gambar 5. Sel Bulu Babi dengan Konsentrasi 1


g/ml

Gambar 6. Sel bulu babi dengan konsentrasi 10


g/ml
Inhibitory Concentration (IC50)
Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan zat yang akan digunakan, oleh [8], uji toksisitas
antikanker didasarkan adanya efek toksik pada sel. Salah satu uji efek sitotoksik dengan menggunakan metode antimitotik yaitu penghambatan pembelahan sel telur
bulu babi setelah fertilisasi. Metode penghambatan
pembelahan sel dihitung sebagai IC50.

1.

Sukardja I.D.G., 2000. Onkologi klinik.


Edidi II. Erlangga University Press. Surabaya

2.

Berninghausen and Leippe, 1997. Necrosis


Versus Apoptosis as the Mechanisms of
Target Cell Death Induced by entamoeba
hystolitica. Infaction and Imunity. 65(9);
3615-3620.

3.

Angka, S.L. dan Suhartono, M.T., 2000,


Bioteknologi Hasil Laut , PKSPL-IPB,
Bogor.

4.

Paradise, M.A. Grassi, G. Conti,F. Passareli


and M.G. Curci Abu Erra (2006). Fire Coral
Persistant Cutaneous Reaction (online),
(http://jr.science.wep.muhio.edu/filecourse
diakses 9 Desember 2009).

5.

R. Joana; Luisa Peixe; Newton C.M.Gomes;


Ricardo Calado., 2011 . Cnidarians as a
Sources of
New Marine Bioactive
Compound An Overview of the Last Decade
and Future Steps for Bioprospecting.
www.mdpi.com/journal/marinedrugs
Review(diakses 20 Juli 2012) Marine Drugs.
ISSN 1660-3397
Johannes, Eva, 2008, Isolasi, Karakterisasi
dan Uji Bioaktivitas Metabolit Sekunder
Dari Hydroid Aglaophenia cupressina

6.

31

E. Johannes dkk./ MANASIR vol. 1 no. 1 (2013), hal. 27-32


Lamoureoux Sebagai Bahan Dasar
Antimikroba, Program Pascasarjana Unhas,
Makassar. Hal. 10-14, 36-42.
7. Gisela, 1994. Screening of Marine Samples,
in Natural Products Workshop work Book.
Marine Science Intitute University of The
Philiphines. Philiphine.
8. Thomson, W.J., Rahman, A., Ginoudhary,
M.I., 2001. Bioassay Techniques For Drug
Development, Harword academic Publisher,
Australia. Page 39-41
9. Silverstein, Bassler and Morrill., 1986.
Penyelidikan Spektrometrik Senyawa
Organik. Terjemahan Hartomo, Anny Victor
Purba. Penerbit Erlangga.
10. Usman, 2012. Dasar-Dasar Kimia Organik
Bahan Alam. Penerbit Dua satu Press.

32

Anda mungkin juga menyukai