Anda di halaman 1dari 9

║Journal Caninus Denstistry Volume 2, Nomor 1 (Februari 2017): 31 - 39

Konsentrasi Hambat Minimum Dan Konsentrasi Bunuh Minimum Ekstrak Daun Kemangi
(Ocimum Sanctum L.) Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans

Silvia Desmara, Sri Rezeki, Sunnati


Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tumbuhan yang memiliki kualitas minyak esensial yang
baik. Minyak esensial Ocimum sanctum L. banyak mengandung eugenol yang berperan aktif sebagai
zat antifungal dan mampu menghambat pertumbuhan jamur yang telah resistensi terhadap obat anti
jamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum
L.) terhadap pertumbuhan C. albicans. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris
dengan desain postest only control group dengan 4 kelompok perlakuan, 1 kelompok kontrol negatif
(akuades) dan 1 kelompok kontrol positif (nistatin). Parameter yang diamati adalah jumlah rata-rata
koloni (CFU). Data dianalisis dengan one way ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan uji
menggunakan uji Kruskal-Walls dengan post hoc uji Mann-Whitney. Hasil menunjukkan semua
konsentrasi berbeda bermakna dengan kontrol negatif, sedangkan konsentrasi ekstrak 100%
dibandingkan dengan kontrol positif tidak ada perbedaan bermakna.. Ekstrak daun kemangi (Ocimum
sanctum L.) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan C. albicans yaitu KBM sebesar 25% dengan
pengenceran ekstrak etanol, sedangkan dengan akuades terdapat KHM sebesar 25% .

Kata kunci: Kandidiasi oral, daun kemangi (Ocimum sanctum L.), Candida albicans

ABSTRACT
Basil (Ocimum sanctum L.) is a plant that has a good quality essential oils. The essential oil Ocimum
sanctum L many contain eugenol which plays an active role as an antifungal agent and is able to
inhibit the growth of fungi that have resistance to antifungal drugs. This study aims to determine the
effect of extracts of basil (Ocimum sanctum L.) on the growth of C. albicans. This research was a
laboratory experimental with posttest only control group design with 4 treatment groups, one
negative control group (distilled water) and one positive control group (Nystatin). The parameters
measured were the Colony Forming Unit (CFU). Data were analyzed by one-way ANOVA followed
by a test using the Kruskal-Walls with post hoc Mann-Whitney test. Result showed that all
concertations significantly different with negative control, while at 100% concertation compared to
positive control did not showed significant difference. Extracts of basil (Ocimum sanctum L.) has an
influence on the growth of C. albicans that is MFC at 25% the ethanol extract dilution, whereas with
distilled water contained MIC 25%.

Key words : Candidiasis oral, basil (Ocimum sanctum L.), Candida albicans

PENDAHULUAN tingkat mortalitas hingga 50%2 dan penyebab


Insidensi dan prevalensi infeksi jamur 52% kasus kandidemia antara tahun 2000 dan
telah meningkat sejak tahun 1980-an, khususnya 2005.3 Menurut penelitian yang dilakukan di
pada pasien dengan imunocompromised. (cit. Italia selama 16 tahun pada 394 kasus
Arendrup dkk, 2005; Espinel-ingroff dkk, 2009) kandidemia diperoleh 44,2% C. albicans dan
Lebih dari 90% infeksi jamur pada manusia 55,8% non-albicans dengan tingkat mortalitas
disebabkan oleh Candida albicans (C. albicans), 28,2%.4
Candida glabrata, Candida parapsilosis, Candida albicans ditemukan di rongga
Candida tropicalis, dan Candida krusei (cit. mulut pada lebih dari 75% pada populasi (cit.
Pfaller dkk, 2007).1 Selain itu, C. albicans Ruhnke M, 2002)2 atau hampir 50% populasi
merupakan infeksi nosokomial urutan keempat di dunia (cit. Scully C, 2008).5 Candida albicans
beberapa rumah sakit Amerika Serikat dengan adalah spesies Candida tersering penyebab

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 31
kandidiasis oral dan denture stomatitis (DS). Trichophyton rubrum, 400.00±25.00 g/ml pada
Candida albicans ditemukan sekitar 80% dari Microsporum gypseum, 400.00±00.00 g/ml pada
mikroorganisme yang diisolasi dari lesi oral (cit. Microsporum nanum dan 383.33±52.04 g/ml
Martinez dkk, 2013; Pereira dkk, 2013).6 pada Epidermophyton flocossum.13
Perawatan kandidiasis oral dapat Berdasarkan latar belakang di atas
diberikan baik secara topikal maupun sistemik, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
antara lain nistatin, amfoterisin B, klotrimazol, mengenai pengaruh, KHM dan KBM ekstrak
ketokonazol, flukonazol, dan itrakonazol.7 daun Ocimum sanctum L. terhadap pertumbuhan
Amfoterisin B memiliki efek samping kulit C. albicans.
panas, keringatan, sakit kepala, demam, lesu,
anoreksia, kejang dan penurunan fungsi ginjal. BAHAN DAN METODE
Efek samping klotrimazol dapat terjadi rasa Jenis penelitian ini penelitian
terbakar, eritema, edema, gatal dan urtikaria. eksperimental laboratoris dengan desain postest
Ketokonazol memiliki efek samping seperti mual only control group untuk mengetahui pengaruh,
dan muntah, sakit kepala, nyeri perut, gusi KHM dan KBM ekstrak daun Ocimum sanctum
berdarah, erupsi kulit dan trombositpnea. Nistatin L. terhadap pertumbuhan C. albicans. Sampel
dapat menimbulkan efek samping mual, muntah, yang digunakan untuk penelitian ini adalah C.
dan diare ringan. Itrakonazol dapat menimbulkan albicans strain ATCC 10231 yang diperoleh dari
efek samping berupa mual dan muntah pada Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
10%-15% pasien.8 Hewan (FKH) Unsyiah. Bahan uji yang
Sebagian kecil obat yang digunakan digunakan dalam penelitian ini adalah daun
untuk pengobatan anti jamur bersifat fungistatik Ocimum sanctum L. Sebanyak 10 kg yang
dan telah mengalami resistensi sehingga berasal dari Desa Cot Keueng, Kec. Kuta Baro,
diperlukan pengobatan alternatif (cit. De Oliveira Kab. Aceh Besar.
dkk, 2006).1 Berbagai penelitian telah dilakukan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
untuk mengetahui efektifitas antifungal minyak ini adalah Timbangan digital, Colony counter,
esensial dari tanaman herbal yang memiliki Gelas ukur (merk Pyrex), Labu erlenmeyer (merk
khasiat sebagai antifungal (cit. Ahmad A dkk, Pyrex), Vortex, Cawan petri, Kertas saring no. 1
20011; Pinto E dkk, 2013)9 Menurut World (merk Whatman), Jarum ose, Rotary vacum
Association Organization (WHO) sekitar 80% evaporator, Pinset, Pipet tetes, Pipet eppendorf +
penduduk Afrika lebih memilih tumbuhan tip, Blender, Tabung reaksi, Kaca preparat,
sebagai obat dibandingkan obat-obatan sintetik Batang sebar / L, Mikroskop cahaya (merk
(cit. WHO, 2002; Wilcox dkk, 2004).10 Olympus), Sterilisator, Lampu spiritus, Autoklaf
Sekitar 3000 minyak esensial telah (merk ALP), Inkubator (merk Memmert),
diisolasi dari 2000 spesies tanaman dan Spektrofotometer, Kamera (merk Cannon
menunjukkan adanya peningkatan produksi dan Digital), dan Alat tulis.
konsumsi minyak esensial di seluruh dunia (cit. Bahan-bahan yang digunakan adalah
Djilani and Dicko, 2012).11 Daun kemangi Sarung tangan, Masker, Etanol 96% sebanyak 10
mengandung senyawa tanin, flavonoid, steroid, ml, Kertas label, Sabouraud Dextrose Agar
dan minyak esensial yang terdiri dari sinalol, (SDA), 80 ml n-Hexana, 40 ml dichloromethana,
linalool, eugenol, dan asam monosinat (cit. Akuades sebanyak 1 ml, Larutan NaCl 0,9%,
Sutrisna dkk, 2009).12 Efektifitas minyak esensial Nistatin suspensi oral 100.1000 IU/ml,
dan komponen-komponenya terhadap obat anti Aluminium foil, dan Brom-cresol purple.
jamur merupakan hal yang penting dalam
melawan biofilm C. albicans yang telah resistensi CARA PENELITIAN
dengan cara menghambat membran ergosterol Pembuatan Ekstrak Daun Ocimum sanctum
dan mengganggu jalur sinyal morfogenesis yeast L.
menjadi hifa.11 Prosedur dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:
Daun Ocimum sanctum L. juga persiapan bahan, ekstraksi daun Ocimum
menghambat pertumbuhan beberapa jamur sanctum L., dan distilasi.58 Pada tahap persiapan
dengan Konsentrasi Hambat Minumum (KHM) bahan, daun Ocimum sanctum L. yang segar
150.00±025.00 pada Trichophyton ditimbang sebanyak 1 kg dan dicuci sampai
mentagrophytes, 400.00±00.00 g/ml pada bersih dengan menggunakan air mengalir.

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 32
Kemudian 1 kg daun Ocimum sanctum L. FeCl3. Amati perubahan warna yang terjadi.
dikeringkan selama 7 hari pada temperatur Eugenol menunjukkan cairan bening sampai
ruangan kemudian dihaluskan hingga diperoleh kuning muda.16
bubuk halus, selanjutnya diekstraksi dengan 6. Uji minyak atsiri dilakukan dengan
metode maserasi yaitu dengan merendam bubuk mengambil larutan uji sebanyak 1 ml di pipet
tersebut dengan larutan 80 ml n-Hexana dan 40 lalu diuapkan di atas cawan porselin hingga
ml dichlorometana dalam labu erlenmeyer selama diperoleh residu. Hasil positif minyak atsiri
72 jam, setelah itu dilakukan penyaringan dengan ditandai dengan bau khas yang dihasilkan oleh
kertas saring no. 1 (merk Whatman) sampai residu tersebut. (cit. Ciulei, 1984).17
didapatkan filtrat, kemudian filtat didistilasi
selama 3 jam dengan suhu vakum evaporator 25- Pembuatan Media Sabouraud Dextrose Agar
30 ºC, kemudian didapatkan ekstrak kental daun (SDA)
Ocimum sanctum L. (100%). Setelah itu Bubuk SDA dilarutkan dan dipanaskan
dilakukan penimbangan sampai diperoleh berat dalam 1000 ml akuades pada labu erlenmeyer.
konstan.53 Lalu bungkus dengan aluminium foil dan
disterilkan pada autoklaf dengan suhu 121ºC
Uji Fitokimia selama 15 menit.18
Uji fitokimia fraksi daun Ocimum
sanctum L. dilakukan untuk mengetahui adanya Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun
kandungan beberapa senyawa kimia, yaitu:14–17 Ocimum sanctum L.
1. Uji flavonoid dilakukan dengan meletakkan Ekstrak kental daun Ocimum sanctum L.
beberapa tetes Magnesium dan HCl pada (konsentrasi 100%) yang diencerkan dengan
ekstrak. Setelah beberapa menit adanya menggunakan etanol 96%, kemudian
perubahan warna merah muda menunjukkan dihomogenkan dengan menggunakan vortex
adanya kandungan flavonoid.14 hingga diperoleh konsentrasi 25%, 50%, dan
2. Uji tanin dan fenol dilakukan dengan 75%, adapun rumus pengenceran yang digunakan
meletakkan FeCl3 2% sebanyak 2 ml ke adalah:
ekstrak. Adanya perubahan warna biru C1.V1 = C2.V2
kehijauan atau hitam menunjukkan adanya
kandungan tanin.15 Keterangan:
3. Uji saponin dilakukan dengan meletakkan 20 C1 : konsentrasi awal V1: volume awal
ml air ke ekstrak sebanyak 2 ml kemudian C2 : konsentrasi akhir V2 : volume akhir
dikocok menggunakan tabung selama 15
menit. Terbentuknya busa pda tabung tersebut Kultur Candida albicans
menunjukkan adanya kandungan saponin.15 Kultur C. albicans dilakukan pada
4. Uji alkaloid dilakukan dengan meletakkan media SDA untuk dikultur. Setelah itu diinkubasi
beberapa tetes Dragendroff’s reagent dengan suhu 37 ºC selama 48 jam.19 Kultur
(solution of Potassium Bismuth Iodide) ke dilakukan dengan teknik goresan T (streak T)
ekstrak, adanya perubahan warna menjadi dengan cara membagi petri disk menjadi 3 bagian
merah menunjukkan adanya alkaloid dan menggunakan spidol. Pertama-tama pijari jarum
Wagner’s reagent (Iodine in Potassium ose menggunakan lampu spiritus dan ditunggu
Iodide), adanya perubahan warna menjadi dingin, lalu mengambil 1 ose biakan murni untuk
coklat kemerahan menunjukkan adanya diinokulasi pada daerah 1 dengan goresan zig-zag
alkaloid.15 dan goresan dibuat sepadat mungkin. Lalu
5. Uji eugenol dilakukan dengan mentetesi 1 dilanjutkan pada daerah 2 dengan goresan zig-
tetes minyak atsiri ekstrak kemangi ke zag (tegak lurus pada goresan pertama) dengan
masing-masing dua gelas objek. Pada salah goresan yang lebih renggang dari daerah goresan
satu gelas objek ditambahkan setetes larutan 1dan sebanyak 2-3 goresan pertama harus
NaOH 3 %. Kemudian dijenuhkan dengan dikenakan pada daerah goresan 1. Selanjutnya
KBr serbuk. Tutup dengan kaca preparat. pada daerah 3 lakukan hal serupa yaitu goresan
Amati kristal Natrium Eugenolat yang zig-zag tegak lurus terhadap daerah 2 dengan
terbentuk di bawah mikroskop. Pada gelas goresan yang lebih renggang dari daerah goresan
objek yang lain tambahkan 2 tetes larutan 2. Cawan petri yang sudah digores biakan C.

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 33
albicans ditutup rapat kemudian diinkubasi di disesuaikan dengan alat spektrofotometer yang
dalam inkubator selama 48 jam (2 hari) pada kekeruhannya setara dengan Mc. farland 0,5 (1,5
suhu 37ºC.20 x 106 CFU/ml) dengan panjang gelombang 530
nm.23
Pewarnaan Gram
Untuk memastikan bahwa Pengeceran Bertingkat Candida albicans
mikroorganisme yang tumbuh adalah benar C. Pengenceran dilakukan dengan cara
albicans, maka perlu dilakukan konfirmasi awal mengambil 1 ml suspensi C. albicans yang telah
dengan melakukan pewarnaan Gram. dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer
Pewarnaan Gram diawali dengan mengambil 1 menggunakan pipet eppendorf, lalu dicampurkan
jarum ose koloni C. albicans yang telah dikultur dengan larutan 9 ml NaCl sehingga diperoleh
dan diolesi pada kaca preparat, lalu dikeringkan larutan dengan tingkat pengenceran 10-1. Larutan
dan difiksasi diatas api spiritus. Preparat tersebut pada tingkat pengenceran 10-1 diambil sebanyak
ditetesi larutan kristal violet sebagai pewarna 1 ml dan dihomogenkan dengan 9 ml NaCl,
utama, setelah dibiarkan selama 1 menit preparat sehingga diperoleh larutan dengan tingkat
dicuci dengan air mengalir. Setelah itu, larutan pengenceran 10-2, begitu seterusnya sampai
lugol ditetesi pada preparat, setelah dibiarkan tingkat pengenceran 10-6. Masing-masing
selama 1 menit preparat dicuci dengan air suspensi sebanyak 0,1 ml disebarkan dan
mengalir, kemudian ditetesi dengan etanol 96% diratakan pada cawan petri berisi media SDA
sedikit demi sedikit sehingga etanol yang jatuh dengan menggunakan batang sebar.24 Setiap
berwarna bening, lalu preparat dicuci kembali suspensi diinkubasikan pada suhu 37ºC selama
dengan air mengalir.setelah dicuci, preparat 24 jam dan diamati jumlah koloninya. Jumlah
diberi tetesan larutan safranin dan dibiarkan koloni C. albicans yang dipilih memiliki jumlah
selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air koloni antara 30-300 koloni.20
mengalir. Preparat kemudian dikeringkan
menggunakan kertas tisu dengan cara Uji Aktivitas Antifungal Ekstrak Daun
menempelkan kertas tisu di samping ulasan. Ocimum sanctum L. Menggunakan
Setelah kering preparat selanjutnya diamati di Metode Dilusi dengan Standart Plate Count
bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x (SPC)
untuk konfirmasi warna C. albicans.20,21 Pengaruh, KHM, dan KBM pada
penelitian ini didapatkan dengan enam kelompok
Uji Fermentasi perlakuan yang terdiri dari satu kelompok kontrol
Kemudian dilanjutkan uji fermentasi positif (nistatin suspensi oral 100.000 IU/ ml),
terhadap bahan pembenihan karbohidrat satu kelompok kontrol negatif (akuades) dan
(glukosa, maltosa, sukrosa, laktosa) dan ditambah empat kelompok perlakuan. Suspensi C.albicans
Brom-cresol purple sebagai indikator. yang digunakan untuk uji aktivitas antifungal
Terbentuknya asam pada reaksi fermentasi adalah berdasarkan SPC yaitu berjumlah 30-300
ditandai dengan adanya perubahan warna kuning koloni.20
pada indikator. Terbentuknya gas diketahui Kelompok perlakuan 1 terdiri dari 1 ml
dengan menggunakan tabung durham yang ekstrak daun Ocimum sanctum L. dengan
diletakkan terbalik dalam tabung reaksi, ruang konsentrasi 25 % ditambahkan dengan 0,1 ml
kosong dalam tabung durham menunjukkan suspensi C. albicans. Kelompok perlakuan 2
adanya gas.20 C. albicans menunjukkan adanya terdiri dari 1 ml ekstrak daun Ocimum sanctum L.
fermentasi asam dan gas pada glukosa dan dengan konsentrasi 50 % ditambahkan dengan
maltosa, terbentuknya asam pada sukrosa dan 0,1 ml suspensi C. albicans. Kelompok perlakuan
pada laktosa tidak ada reaksi fermentasi.22 3 terdiri dari 1 ml ekstrak daun Ocimum sanctum
L. dengan konsentrasi 75 % ditambahkan dengan
Pembuatan Suspensi Candida albicans 0,1 ml suspensi C. albicans. Kelompok perlakuan
Pembuatan suspensi dilakukan dengan 4 terdiri dari 1 ml ekstrak daun Ocimum sanctum
mengambil C. albicans dengan menggunakan L. dengan konsentrasi 100 % ditambahkan
jarum ose, kemudian dimasukkan ke dalam dengan 0,1 ml suspensi C. albicans. Kelompok
tabung reaksi yang sudah berisi NaCl 0,9%, kontrol positif (K+) terdiri dari 1 ml nistatin
kemudian dihomogenkan. Suspensi C. albicans ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi C. albicans.

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 34
Kelompok kontrol negatif (K-) terdiri dari 1 ml Hasil kultur C. albicans pada media SDA
akuades ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi C. setelah diinkubasi dengan suhu 37º C selama 48
albicans. jam menunjukkan koloni berwarna krem
Kemudian masing-masing tabung keputihan. Hasil pewarnaan Gram diperoleh
diambil 0,1 ml suspensi dengan menggunakan koloni berbentuk budding (tunas) berwarna ungu
pipet Eppendorf dan ditanam dengam metode yang diamati dengan menggunakan mikroskop
spread plate pada media SDA, kemudian cahaya pada pembesaran 1000x.
diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam, koloni Hasil uji fermentasi karbohidrat (glukosa,
yang terbentuk pertumbuhannya dihitung dengan maltosa, sukrosa, laktosa) yang sudah
colony counter. Konsentrasi Hambat Minimum ditambahkan Brom-cresol purple ditemukan
(KHM) dari ekstrak daun Ocimum sanctum L. bahwa glukosa dan maltosa menunjukkan
adalah yang menunjukkan jumlah koloni C. perubahan warna menjadi kuning yaitu
albicans paling sedikit pada SDA dan terbentuknya asam dan gas, pada sukrosa hanya
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) adalah menunjukkan adanya asam sedangkan pada
pada SDA yang sama sekali tidak terdapat laktosa tidak menghasilkan asam maupun gas.
pertumbuhan C. albicans.21 Hal ini menunjukkan bahwa spesies tersebut
adalah C.albicans.
Analisis Data Suspensi C. albicans yang telah disesuaikan
Penelitian ini selanjutnya dianalisa dengan alat spektrofotometer pada panjang
dengan menggunakan uji menggunakan uji gelombang 530 nm (1,5 x 106 CFU/ml) yang
Kruskal-Walls kemudian dilanjutkan post hoc uji kekeruhannya setara dengan Mc. Farland 0,5.
Mann-Whitney untuk melihat KHM dan KBM Pengenceran bertingkat Candida albicans
dengan bantuan perangkat SPSS (Statistical dilakukan sebanyak 6 kali, pada pengenceran 10-
Package for The Social Sciences). 3 ditemukan jumlah koloni sebanyak 120
koloni/cawan sehingga dipilih untuk pengujian
HASIL PENELITIAN sampel karena memenuhi kriteria jumlah koloni
Bahan uji yang digunakan dalam yaitu 30-300 koloni/cawan.
penelitian ini adalah daun Ocimum sanctum L. Pengujian KHM dan KBM ekstrak daun
yang diekstraksi dengan metode maserasi Ocimum sanctum L. terhadap pertumbuhan C.
menggunakan larutan 80 ml n-Hexana dan 40 ml albicans dilakukan pada media SDA dengan
dichlorometana. Hasil ekstraksi yang didapat pengulangan sebanyak 3 kali. Pada konsentrasi
sebanyak 27 gr ekstrak kental daun Ocimum 25% tidak ada koloni yang tumbuh sama seperti
sanctum L. (konsentrasi 100%) yang dihasilkan oleh kontrol positif (nistatin
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa suspensi oral 100.000 IU/ml), sementara jumlah
ekstrak daun Ocimum sanctum L. mengandung rata-rata koloni yang tumbuh pada kelompok
senyawa tanin, fenol, minyak esensial, eugenol, kontrol negatif (akuades) yaitu sebanyak 193 x
steroid, dan terpenoid. (Tabel 1) 104 CFU/ml. (Tabel 2)

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Ocimum Tabel 2. Jumlah koloni C.albicans setelah pengujian
sanctum L. dengan Ekstrak Daun Ocimum sanctum L. dengan
Kandungan Kimia Hasil Uji berbagai konsentrasi
Flavonoid - Jumlah Koloni Jumlah
Kelompok (CFU/ml) Rata-rata
Tanin +
Perlakuan P1 P2 P3 Koloni
Fenol + (CFU/ml)
Saponin - 25% 0 0 0 0
50% 0 0 0 0
Alkaloid -
75% 0 0 0 0
Minyak esensial + 100% 0 0 0 0
Eugenol + Akuades (K-) 118 238 225 193x104
Nistatin 0 0 0 0
Steroid +
suspensi oral
Terpenoid +
Keterangan: + : Ada kandungan; - : Tidak ada kandungan

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 35
Tabel 3. Jumlah koloni C.albicans setelah pengujian Tabel 4. Hasil Uji Kruskal-Wallis
dengan Ekstrak Daun Ocimum sanctum L. dengan Nilai
pengenceran pelarut akuades. Signifikasi
Pertumbuhan Candida
Jumlah Koloni albicans pada berbagai
Kelompok (CFU/ml) 0,005
konsentrasi ekstrak dan
Perlakuan Akuades kelompok control
25% 262 x 104
50% 247 x 104 Uji Kruskal-Wallis menunjukkan nilai
Keterangan:CFU/ml Colony Forming Unit/ml p=0,005 yang artinya p<0,05. Hal ini
menunjukkan ekstrak daun Ocimum sanctum L.
Uji statistik penelitian ini menggunakan berpengaruh terhadap pertumbuhan C. albicans
one way ANOVA dengan syarat terdiri atas lebih (Tabel 5.5).
dari dua kelompok, distribusi data normal, dan Hasil analisis dengan uji Mann-Whitney
varian data sama (homogen). Penelitian ini menunjukkan bahwa semua konsentrasi tidak
memiliki 6 kelompok dengan 4 kelompok berbeda bermakna dengna kontrol positif.
perlakuan dan 2 kelompok kontrol. Uji Pada penelitian ini terdapat kesalahan
normalitas menggunakan Shapiro-Wilk pada prosedur pengenceran. Larutan pengencer
menghasilkan sebaran data normal pada p>0,05. seharusnya menggunakan akuades, tapi karena
Hasil uji menunjukkan bahwa data tidak tidak menyatu dengan ekstraknya (tidak larut),
homegen, maka dilakukan uji alternatif maka diganti dengan etanol dan didapatkan hasil
menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan post hoc seperti table 2 Sehingga dilakukan pengulangan
uji Mann-Whitney. menggunakan sisa ekstrak, dibuat konsentrasi
50% dan 25% dengan pengenceran air.

Tabel 4. Hasil Uji Mann-Whitney ekstrak Daun Ocimum sanctum L. Terhadap Pertumbuhan C. albicans
Nistatin
suspensi oral
Kel Perlakuan Akuades (K-) 25% 50% 75% 100%
100.000 IU/ml
(K+)

Akuades - 0,037* 0,037* 0,037* 0,037* 0,037*

25% 1,000 - 1,000 1,000 1,000 1,000

50% 1,000 1,000 - 1,000 1,000 1,000

75% 1,000 1,000 1,000 - 1,000 1,000

100% 1,000 1,000 1,000 1,000 - 1,000

Nistatin suspensi
oral 100.000 0,037* 1,000 1,000 1,000 1,000 -
IU/ml (K+)

Keterangan: * = p<0,05, terdapat perbedaan bermakna

merupakan metode yang paling sederhana,


PEMBAHASAN murah, dan mudah. Prosesnya dengan
diekstrak dengan metode maserasi menempatkan bahan tanaman atau bubuk kasar
menggunakan larutan 80 ml n-Hexana dan 40 ml dalam wadah tertutup dan menambahkan pelarut
dichlorometana.25 Metode maserasi untuk pencair. Proses ini didiamkan selama
dipergunakan dalam penelitian ini karena tujuh hari, dengan sesekali diaduk.26

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 36
Hasil uji fitokimia ekstrak Daun Ocimum Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
sanctum L. pada penelitian ini menunjukkan oleh Prahatamaputra (2009) bahwa hasil
adanya kandungan senyawa tanin, fenol, steroid, fermentasi C. albicans ditunjukkan dengan
terpenoid, minyak esensial, dan eugenol. Hasil terbentunya asam dan gas pada glukosa, maltosa
ini sesuai dengan penelitian Sutrisna dkk (2009) dan terbentuknya asam pada sukrosa dan tidak
bahwa hasil skrining fitokimia daun kemangi memfermentasi laktosa.34
mengandung tanin, steroid, terpenoid, minyak Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa
esensial, dan eugenol.27 ekstrak daun Ocimum sanctum L. memiliki
Hasil kultur pada penelitian ini pengaruh terhadap pertumbuhan C. albicans. Hal
menunjukkan koloni C. albicans yang tumbuh ini disebabkan kandungan zat-zat aktif yang
berwarna krem keputihan, agak mengkilat dan terkandung dalam ekstrak daun Ocimum sanctum
halus. Hal ini sesuai pernyataan Kusumaningtyas L. berperan sebagai antifungal. Ekstrak daun
(2014) bahwa koloni C. albicans berwarna krem, Ocimum sanctum L. memiliki efektifitas minyak
agak mengkilat dan halus (cit. Lodder, 1970).28 esensial dan komponen-komponennya terhadap
Kultur C. albicans dilakukan pada media SDA obat anti jamur yang merupakan hal penting
yang merupakan media selektif untuk dalam melawan biofilm C. albicans yang telah
pertumbuhan fungal karena konsentrasi dekstrosa resistensi dengan cara menghambat C. albicans
yang tinggi dan pH yang bersifat asam. melalui membran ergosterol dan mengganggu
Penambahan antibiotik juga dilakukan pada jalur sinyal morfogenesis yeast menjadi hifa.11
media SDA untuk mencegah pertumbuhan Tetapi pada penelitian ini menggunakan
bakteri agar media lebih selektif sehingga sangat pengenceran ekstrak dengan etanol sehingga
baik digunakan untuk isolasi jamur.29 tidak ada pertumbuhan koloni Candida albicans.
Penambahan glukosa pada media SDA sangat Etanol memiliki sifat tidak berwarna,
baik sebagai media pertumbuhan jamur.30 Pada mudah menguap dan dapat bercampur dengna
penelitian teknik isolasi atau penanaman C. air.35 Pengenceran menggunakan pelarut akudes
albicans dilakukan dengan cara Streak Plate tidak dapat melarutkan ekstrak daun Ocimum
Method (cara gores). Kesalahan yang muncul sanctum L. Tetapi karena hasil menunjukkan
pada penelitian ini karena hasil kultur C. tidak ada pertumbuhan koloni sama sekali dari
albicans bertumpuk pada satu daerah. Hal ini konsentrasi terendah (25%). Maka dilakukan
disebabkan oleh penggoresan yang tidak pengulangan penelitian dengan menggunakan
sempurna, sehingga menghasilkan koloni yang pengenceran ekstrak dengan akuades sehingga
tidak terpisah. Untuk mencegah hal itu harus ditemukan konsentrasi daya hambat sebesar
digunakan lempengan media agar yang benar- 25%. Hal ini sesuai dengan penelitian Khoirani
benar kering permukaannya (cit. Lay, 1994).31 (2013) bahwa pengujian ekstrak daun kemangi
Pada penelitian ini uji konfirmasi C. dalam pelarut etanol dan air didapatkan bahwa
albicans dilakukan dengan perwarnaan Gram dan ekstrak lebih terlarut di dalam etanol yaitu 69% ±
uji fermentasi karbohidrat. Hasil perwarnaan 0,70%, sedangkan air sebesar 11,30% ± 2,92%.
Gram menunjukkan koloni berwarna ungu dan Hal ini menunjukan bahwa kandungan
berbentuk budding (tunas). Hasil penelitian ini senyawa aktif yang terdapat di dalam ekstrak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh kemangi lebih banyak bersifat semi polar dan
Haw dkk (2013) bahwa C.albicans berwarna non polar.36
ungu dan berbentuk budding (tunas).32
Pewarnaan Gram pada C. albicans dilakukan KESIMPULAN
karena C. albicans memiliki struktur dinding Berdasarkan penelitian yang telah
yang mirip dengan bakteri Gram-positif yaitu dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
memiliki peptidoglikan yang mampu menahan 1. Ekstrak daun Ocimum sanctum L.
zat warna krital violet.33 berpengaruh terhadap pertumbuhan C.
Pada penelitian ini uji fermentasi albicans.
menunjukkan glukosa dan maltosa menunjukkan 2. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
perubahan warna menjadi kuning yaitu ekstrak daun Ocimum sanctum L. terhadap
terbentuknya asam dan gas, pada sukrosa hanya pertumbuhan C. albicans dengan
menunjukkan adanya asam sedangkan pada pengenceran menggunakan pelarut 25%.
laktosa tidak menghasilkan asam maupun gas.

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 37
3. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ocimum sanctum (L.) essential oil and its
ekstrak daun Ocimum sanctum L. terhadap lead molecules induce apoptosis in Candida
pertumbuhan C. albicans dengan albicans. Res Microbiol 2014; 20: 1–9.
pengenceran menggunakan pelarut akuades 10. World Health Organization. Bulletin of The
25%. World Health Organization. In: Herbal
Medicine Research and Global Health: An
SARAN Ethical Analysis. 2008, pp. 577–656.
1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian efek 11. Raut JS, Karuppayil SM. A status review on
ekstrak daun Ocimum sanctum L. terhadap the medicinal properties of essential oils.
C. albicans menggunakan metode ekstraksi Ind Crops Prod 2014; 62: 250–64.
lain seperti sokletasi dan perkolasi 12. Restiyani D, Yuniarni U, Hazar S. Uji
aktivitas anti inflamasi dari ekstrak etanol
2. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih herba kemangi terhadap tikus jantan wistar.
lanjut mengenai KHM dan KBM ekstrak In: Prosiding Penelitian SPeSIA.
daun Ocimum sanctum L. terhadap Universitas Islam Bandung, 2015, pp. 1–7.
pertumbuhan C. albicans dengan 13. Balakumar S, Rajan S, Thirunalasundari T,
konsentrasi yang lebih rendah. et al. Antifungal activity of Ocimum
sanctum Linn. (Lamiaceae) on clinically
DAFTAR PUSTAKA isolated dermatophytic fungi. Asian Pac J
Trop Med 2011; 654–7.
1. Sardi JCO, Scorzoni L, Bernardi T, et al. 14. Mustika AD. Uji Aktivitas Antibakteri
Candida species: current epidemiology, Fraksi Etanol Daun Kemangi Terhadap
pathogenicity, biofilm formation, natural Pertumbuhan Salmonella typhi Secara In
antifungal products and new therapeutic Vitro. Universitas Tanjungpura, 2014.
options. J Med Microbiol 2013; 62: 10–24. 15. Ntezurubanza L, Scheffer J, Looman A.
2. Mayer FL, Wilson D, Hube B. Candida Composition of the essential oil of Ocimum
albicans pathogenicity mechanisms. canum grown in Rwanda. Pharm Weekbl Sci
Virulence 2013; 4: 119–28. 1985; 7: 273–7.
3. Pfaller M, Diekema D. Epidemiology of 16. Raaman N. Phytochemical Technique. New
invasive mycoses in North America. Crit Delhi: New India Publishing Agency, 2006,
Rev Microbiol 2010; 36: 1–53. pp. 9–24.
4. Caggiano G, Coretti C, Bartolomeo N, et al. 17. National Library of Medicine. Eugenol.
Candida Bloodstream Infections in Italy: National Institues of Health.
Changing Epidemiology during 16 Years of 18. Astarina N, Astuti K, Warditiani N. Skrining
Surveillance. Biomed Res Int 2015; 10: 1– Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang Bangle
10. (Zingiber purpureum Roxb.). Universitas
5. Mobeen N. Oral Candidiasis-A Short Udayana, 2013.
Review. Int J Cur Res Rev 2014; 6: 89–92. 19. Maharani S, Santoso O. Pengaruh
6. Javed F, Samaranayakeb LP, Romanos GE. pemberian larutan ekstrak Siwak (Salvadora
Treatment of oral fungal infections using persica) pada berbagai konsentrasi terhadap
antimicrobial photodynamic therapy: a pertumbuhan Candida albicans. In: Jurnal
systematic review of currently available PDGI. 2012, pp. 61–4.
evidence. Photochem Photobiol Sci 2014; 20. Kurtzman C, Fell J, Boekhout T. The Yeast:
13: 726–34. A Taxonomic Study. San Diego: Elsevier,
7. Ghom AG, Ghom SA. Treatment of Oral 2011, p. 100.
Candidiasis. In: Textbook of Oral Medicice. 21. Bibiana W. Analisa Mikroba di
India: Jaypee Brothers Medical Publishers Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada,
PVT. Ltd., 2014, p. 159. 1994, p. 20,38,51.
8. Setiabudy R, Bahry B. Obat Jamur. In: 22. Brooks G, Butel J, Morse S. Medical
Fakmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas Mycology. In: Jawetz, Melnick &
Kedokteran Universitas Indonesia, 2005, pp. Adelberg’s Medical Microbiology. United
571–81. States of America: McGraw Hill, 2010, p.
9. Khan A, Ahmad A, Khan LA, et al. 694.

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 38
23. Parija S. Textbook of Microbiology & Candida albicans Berbasis Fermentasi
Immunology. India: Elsevier, 2009. Karbohidrat Pada Air Bak WC Sekolah
24. Chess B. Laboratory Applications Menengah di Kelurahan Alalak Utara. J
microbiology. New York: McGraw-Hill, Wahana-Bio 2009; 2: 1–13.
2012. 35. Anonymous. Ethanol Science &
25. Singh S, Tewari G, Pande C, et al. Variation Technology. In: Etanol-Blended Fuels.
in essential oil composition of Ocimum United States: Nebraska Ethanol Board, p.
americanum L. from north-western 12.
Himalayan region. J Essent Oil Res 2013; 36. Khoirani N. Karakterisasi Simplisia dan
25: 278–90. Standardisasi Ekstrak Etanol Herba
26. Singh J. Maceration, Percolation and Kemangi (Ocimum americanum L.). UIN
Infusion Techniques for the Extraction of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Medicinal and Aromatic Plants. In:
Extraction Technologies for Medicinal and
Aromatic Plants. Italy: United Nations
Industrial Development Organization and
the International Centre for Science and
High Technology, 2008, pp. 67–82.
27. Sutrisna E, Wahyuni E. Potensi efek
antipiuretik daun kemangi (Ocimum
Sanctum.L) dan daun dewa (Gyrnura
pseudochia (L). Pharmacon 2009; 1: 9.
28. Kusumaningtyas E. Mekanisme Infeksi
Candida albicans Pada Permukaan Sel. In:
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis.
Kalimantan Tengah: Badan Litbang, 2014,
pp. 305–315.
29. Conda. Sabouraund Dextrose Agar
(European Pharmacopeia). Pronadisa Micro
Mol Biol; 1–2.
30. Getas IW, Wiadnya IBR, Waguriani LA.
Pengaruh Penambahan Glukosa dan Waktu
Inkubasi Pada Media SDA (Sabaroud
Dextrose Agar) Terhadap Pertumbuhan
Jamur Candida albicans. Media Bina Ilm
2014; 8: 51–7.
31. Anonymous. Panduan Praktikum
Mikrobiologi. Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, 2016, p. 32.
32. Haw B, Asma I, Eugene O, et al.
Phenotyping Identification of Candida
albicans for Production of in House
Helicase for Nucleic Acid-based Detections
for Fast Diagnosis. RJPBCS 2013; 4: 576–
83.
33. Haw B, Venugopal B, Eugene O, et al.
Isolation and identification of Candida
albicans to produce in house helicase for
PCR. In: Proceedings of The 2nd Annual
International Conference Syiah Kuala
University. Banda Aceh: Uninet Biosciences
Conference, 2012, pp. 1–6.
34. Prahatamaputra A. Karakteristik Jamur

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 39

Anda mungkin juga menyukai