Anda di halaman 1dari 8

Nama : Eka Aprilia Ningtyas

NIM : 1712379

48 Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 5(2), Maret 2017


ISSN 2302-187X

STANDARISASI DAN EFEK ANTIKONVULSI EKSTRAK ETANOL DAUN UBI


JALAR PADA MENCIT PUTIH JANTAN
Erjon, Gita Octaria Zizba, Sari Meisyayati1*
1* STIFI BhaktiPertiwi Palembang E-mail :erjonplg@gmail.com

ABSTRAK

Daun ubi jalar dilaporkan memiliki kandungan flavonoid yang dapat memodulasi GABAa. Hal
ini berperan dalam memberikan efek antikonvulsi. Untuk itu telah dilakukan standarisasi ekstrak
dan pengujian efek antikonvulsi ekstrak etanol daun ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) lam) pada
mencit putih jantan yang diinduksi striknin dengan dosis 200, 400, 800 mg/kgbb dan diazepam
sebagai pembanding. Uji standarisasi melibatkan parameter spesifik dan non spesifik sesuai
dengan metode standarisasi literatur yang sah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
memiliki bentuk kental, warna hijau kehitaman, bau khas dan rasa pahit, kadar senyawa larut air
57,24%, kadar senyawa larut etanol 40,11%, kadar air 5,11%, kadar abu total 7,85%, kadar abu
larut asam 5,48% dan kadar abu tidak larut asam 0,72%, dan profil kromatografi lapis tipis dari
ekstrak menunjukkan flavonoid, fenolik, steroid, dan alkaloid. arameter pengamatan efek
antikonvulsi yang digunakan adalah waktu timbul kejang, waktu pemulihan, dan waktu
kematian. Hasil menunjukkan ada perbedaan yang signifikan, ekstrak etanol daun ubi jalar telah
mampu menekan waktu timbul kejang (314,8±16,27 detik) dan menunda waktu kematian
(323,8±8,10 detik) pada dosis 200 mg/kgbb. Efek antikonvulsi tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak
dosis 800 mg/kgbb, dengan waktu timbul kejang (555,6±11,63 detik) dan waktu pemulihan
(83,4±4,66 detik). Hasil menunjukkan bahwa peningkatan dosis ekstrak daun ubi jalar (Ipomoea
batatas (L.) lam) memiliki korelasi dalam memperlama waktu timbul kejang, mempercepat
pemulihan, dan menunda waktu kematian. Sehinga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
dosis, maka semakin besar efek antikonvulsi.

Kata kunci : ubi jalar, standarisasi, antikonvulsi, striknin


EVEKTIVITAS ANTIEPILEPSI EKSTRAK DIKLOROMETANA PEGAGAN (Centella
asiatica (L.) Urb.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN MENGGUNAKAN METODE MES (
MAXIMUM ELECTROSHOCK SEIZURE)

Ivana, 2008

Pembimbing : (1) Aguslina Kirstishanti, (11) Farid Suhud

ABSTRAK

Epilepsi adalah gangguan neurologik dengan insiden cukup yinggi dan selama ini terapi epilepsi
dengan pengobatan sintetik dalam jangka waktu lama mengakibatkan timbulnya efek samping
yang besar bagi penderita. Untuk itu diperlukan suatu alternatif dalam mengobati alternatif
dalam mengobati epilepsi dengan menggunakan obat tradisional seperti pegagan (Centella
asiatica (L.) Urb.). penelitian terhadap efek antiepilepsi pegagan bertujuan untuk mengetahui
khasiat antiepilepsi dari pegagan pada mencit putih (Mus musculus) jantan dengan menggunakan
Maximum Electroshock Seizure sebagai penginduksi kejang. Pada penelitian ini digunakan 60
ekor mencit yang dibagi dalam kelompok kontrol (10 ekor), kelompok perbandingan (10 ekor),
dan kelompok uji (40 ekor). Kelompok kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,5%, kelompok
pembanding diberi Fenitoin-Na (13 mg/kg BB mencit) dan kelompok uji diberi suspensi ekstrak
diklorometana Pegagan dengan dosis 300 mg/kg BB mencit, 600 mg/kg BB mencit, 900 mg/kg
BB mencit dan 1000 mg/kg BB mencit. Semua pemberian dilakukan secara oral dan didiamkan
selama 30 menit sebelum diinduksi. Efek antiepilepsi ditandai dengan penurunan jumlah waktu
kejang tonik, klonik dan tonikklonik. Berdasarkan analisa statistik (Anova One way), pegagan
dalam bentuk ekstrak diklorometana secara oral punya efek sebagai antiepilepsi terhadap mencit
putih jantan yang diinduksi oleh Maximum Electroshock Seizure, dosis efektif yang diperoleh
dari ekstrak diklorometana pegegan sebagai antiepilepsi adalah dosis 1000 mg/kg BB mencit,
aktivitas antiepilepsi dari ekstrak diklorometana pegagan pada dosis 300, 600 dan 900 mg/kg BB
mencit lebih kecil sedangkan dosis 1000 mg/kg BB mencit lebih baik jika dibandingkan dengan
Fenitoin-Na.

Kata kunci : Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.), antiepilepsi


Uji Aktivitas Antikonvulsan Ekstrak Etanol Herba Inggu ( Ruta Angustifolia (L.) Pers.)
terhadap Mencit yang Diinduksi Strikhnin

1
Yufi Fatihi Muthahar, 2Sri Peni Fitrianingsih, 3Lanny Mulqie

1.2.3
Prodi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam
Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116

Email: 1yufifatihi@gmail.com, 2spfitrianingsih@gmail.com, 3lannymulqie.26@gmail.com

ABSTRAK. Konvulsan adalah perubahan sementara pada perilaku akibat eksitasi yang
berlebihan dari suatu populasi neuron sehingga menggunakan fungsi normal otak. Herba inggu
diketahui memiliki aktivitas antikonvulsan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
aktivitas antikonvulsan dan menentukan dosis ekstrak etanol herba inggu yang memiliki aktivitas
antikonvulsan terbesar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 6 kelompok mencit yang
diinduksi strikhnin 2 mg/kg BB intraperitonial. Kelompok uji diberi ekstak etanol herba inggu
(EEI) dosis 250;500;1000 mg/kg BB peroral. Kelompok kontrol diberi Na-CMC intraperitonial.
Hasil penelitian menunjukkan ekstark etanol herba inggu dosis dosis 250;500;1000 mg/kg BB
p.o dapat memperpanjang onset kejang dengan nilai signifikansi (p<0,05). Ekstrak etanol herba
inggu 1000 mg/kg BB p.o secara signifikan (p<0,05) dapat memperpendek durasi kejang dan
menurunkan jumlah kematian. Onset kejang terpanjang, durasi kejang terpendek dan penurunan
jumlah kematian terbesar terjadi pada EEI dosis 1000 mg/kg BB. Semua ekstrak etanol herba
inggu (250;500;1000 mg/kg BB p.o) menunjukkan aktivitas antikonvulsan dengan aktivitas
terbesar pada ekstarak etanol herba inggu dosis 1000 mg/kg BB.

Kata Kunci : Antikonvulsan, Ruta angustifolia (L.) Pers., Strikhnin.

Farmasi, gelombang 2, tahun akademik 2016-1017


Aktivitas Antikonvulsan Fraksi Etil Asetat ... (Didi Rohadi, dkk)
213

AKTIVITAS ANTIKONVULSAN FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI TIDAK


LARUT ETIL ASETAT DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA MENCIT
Anticonvulsant Activity of Ethyl Acetate Fraction and Unsolved Ethyl Acetate Fraction of Sirsak
Leaf (Annona muricata L.) in Mice
Didi Rohadi1, Moch. Saiful Bachri2, Laela Hayu Nurani2
1Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon 2Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta. Naskah diterima tanggal 1 April 2015

ABSTRAK

Ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dilaporkan mempunyai aktivitas antikonvulsan.
Untuk mengetahui fraksi mana yang mempunyai efek maka perlu dilakukan fraksinasi dengan
etil asetat sehingga dihasilkan fraksi etil asetat dan fraksi tidak larut etil asetat. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui aktivitas antikonvulsan dari masing-masing fraksi. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan 8 kelompok mencit yang diinduksi pentylentetrazol 90 mg/kg
BB. Kelompok fraksi etil asetat (FE) dosis 100;200;400 mg/kgBB, kelompok fraksi tidak larut
etil asetat (FT) dosis 100;200;400 mg/kgBB, Kelompok kontrol negatif diberi Na-CMC 0,5%
dan kelompok kontrol positf diberi fenobarbital dosis 50 mg/kg BB secara peroral. Hasil
penelitian menunjukkan semua fraksi dapat memperpanjang onset tonik dan menurunkan
kejadian tonik serta menurunkan jumlah kematian. Penurunan jumlah kematian terbesar terjadi
pada FE400, sedangkan onset tonik terlama terjadi pada FT400. Durasi tonik terpendek terjadi
pada FE400. Kesimpulan dari penelitian ini, semua fraksi baik fraksi etil asetat maupun fraksi
tidak larut etil asetat daun sirsak menunjukkan aktivitas antikonvulsan dengan aktivitas terbesar
pada fraksi etil asetat dosis 400 mg/kg BB.

Kata kunci : Annona muricata. L, Antikonvulsan, Pentylentetrazol


PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KANDUNGAN TOTAL FENOLIK

EKSTRAK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA LAM).

Shintia Susanti Toripah, Jemmy Abidjulu, Frenly Wehantouw


Program Studi Farmasi Fakultas MIPA UNSRAT Manado

ABSTRAK

Kelor (Moringa oliefera Lam) merupakan tanaman perdu yang mengandung flavonoid, saponin
sitokinin, asam-caffeolylquinat dan mengandung asam lemak tak jenuh seperti linoleat (omega 6)
dan alfalinolenat (omega 3). Tujuan penelitian yaitu menguji aktivitas antioksidan dan
menentukan kandungan total fenolik dari ekstrak daun kelor Moringa Oliefera Lam. Ekstraksi
dilakukan dengan cara fraksinasi menggunakan pelarut metanol, kloroform dan etil asetat.
Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) yang
diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Uji fitokimia total
fenolik dilakukan menggunakan metode folin Ciocalteav. Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai
IC50 fraksi etil asetat sebesar 117,19 ppm, kloroform-metanol sebesar 189,09 ppm, kloroform
sebesar 286,75 ppm dan metanol 111,7 ppm. Kandungan total fenolik dari fraksi metanol daun
kelor sebesar 126,52 mg/kg ekivalen asam galat

Kata kunci : Daun Kelor (Moringa oleifera Lam), Total Fenolik, antioksidan, DPPH.

PENDAHULUAN
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa reaktif, yang secara umum diketahui
sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan di kulit terluarnya (Winarsi,
2007). Radikal bebas terbentuk pada saat molekul yang kehilangan elektron menjadi tidak stabil.
Radikal bebas juga merupakan produk alamiah hasil metabolisme sel.
Tubuh memiliki sistem pertahanan alami untuk menetralisir radikal bebas agar tidak
berkembang dan menjadi berbahaya bagi tubuh. Pengaruh lingkungan dan kebiasaan buruk
seperti radiasi ultraviolet, polusi, kebiasaan mengonsumsi “junk food” dan merokok, dapat
membuat sistem pertahanan tubuh tidak mampu menghadapi radikal bebas yang berjumlah besar.
Adanya radikal bebas didalam tubuh manusia berperan dalam patologi dari berbagai penyakit
degeneratif yakni kanker, aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak, dan penyakit
degenerasi saraf seperti perkinson (Silalahi, 2006). Radikal bebas dapat ditangkal atau diredam
dengan pemberian antioksidan atau dengan mengkonsumsi antioksidan (Halliwel, 2007).
Menurut Cockell dan Knowland (1999) Efek radikal bebas dapat menyebabkan peradangan
dan penuaan serta memacu zat karsinogenik yang menyebabkan kanker. Untuk menetralisir
radikal bebas, tubuh membutuhkan antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari
serangan radikal bebas dan meredam dampak negatifnya. Antioksidan merupakan suatu senyawa
yang sangat berguna bagi kesehatan manusia. Senyawa antioksidan dapat menginaktifasi
bekembangnya reaksi oksidasi sehingga sering digunakan sebagai radikal bebas (Winarsi,2007).
Ada banyak bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, misalnya rempah-
rempah, teh, coklat, biji-biji serelia, sayur- sayuran, enzim dan protein. Kebanyakan sumber
antioksidan alami ialah tumbuhan dan umumnya merupakan senyawa fenolik yang tersebar di
seluruh bagian tumbuhan (Sarastani dkk., 2002). Senyawa fenolik atau polifenolik antara lain
dapat berupa golongan flavonoid. Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan telah banyak
diteliti belakangan tahun ini, dimana flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau
mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Giorgio, 2000).
Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan obat ialah kelor, Tanaman kelor
(Moringa oleifera Lam) telah dikenal selama berabad-abad sebagai tanaman multiguna padat
nutrisi dan berkhasiat obat. Kelor dikenal sebagai The Miracle Tree atau pohon ajaib karena
terbukti secara alamiah merupakan sumber gizi berkhasiat obat yang kandungannya di luar
kebiasaan kandungan tanaman pada umumnya.
Kelor diketahui mengandung lebih dari 90 jenis nutrisi berupa vitamin esensial, mineral,
asam amino, antipenuaan, dan antiinflamasi. Kelor mangandung 539 senyawa yang dikenal
dalam pengobatan tradisional afrika dan india serta telah digunakan dalam pengobatan
tradisional untuk mencagah lebih dari 300 penyakit, berbagai bagian dari tanaman kelor
bertindak sebagai stimulan jantung dan peredaran darah, memiliki antitumor, antipiretik,
antiepilepsi, antiinflamasi, antiulcer, diuretik, antihipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan,
antidiabetik, antibakteri dan antijamur.

Anda mungkin juga menyukai