Anda di halaman 1dari 14

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BENALU KOPI

(Scurrula ferrugenia (Jack) Danser) TERHADAP RADANG PADA TIKUS


YANG DIINDUKSI KARAGENAN

TO TEST INFLAMMATORY OPPOSE EFFECT OF ETHANOL


EXTRACT OF PARASITE COFFE (Scurrula ferruginea (Jack) Danser)
TOWARD RATS INFLAMED IS INDUCIBLE CARRAGEENAN

Nurdeniyati Tampubolon, Aminah Dalimunthe*, Marianne


Departemen Farmakologi Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155

Disetujui Oleh:
Pembimbing I,

(Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt )


NIP 197806032005012004

Pembimbing II,

(Marianne, S.Si., M.Si.,Apt)


NIP 198005202005012006

Korespondensi Penulis:
* Departemen Farmakologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Dharma No. 5 Pintu 4 Kampus USU
Telp. (061) 8223558; Fax. (061) 8219775
Medan 20155, Indonesia
Hp. 081375837690

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL BENALU KOPI


(Scurrula ferrugenia (Jack) Danser) TERHADAP RADANG PADA TIKUS
YANG DIINDUKSI KARAGENAN
ABSTRAK
Inflamasi adalah mekanisme protektif yang berguna untuk membersihkan
tubuh dari penyebab cedera, dan mempersiapkan jaringan tubuh membentuk
kembali jaringan yang mengalami cedera. Obat antiinflamasi salah satunya adalah
diklofenak yang masuk dalam golongan NSAID (non-sterodial anti-inflammatory
drug) memiliki efek samping mual, gastritis, eritemia kulit dan sakit kepala.
Benalu kopi (Scurrulla ferruginea (Jack) Danser) mengandung beberapa senyawa
metabolit salah satunya flavonoid yang berkhasiat sebagai antiinflamasi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak etanol benalu kopi terhadap
radang buatan pada telapak kaki tikus yang diinduksi karagenan.
Pengujian ekstrak etanol benalu kopi (EEBK) terhadap efek antiinflamasi
dengan metode paw edema menggunakan pletismometer. Sebanyak 25 ekor tikus
Wistar jantan diukur volume awal kaki kiri tikus dengan menggunakan
pletismometer, lalu dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol pelarut
diberikan CMC Na 0,5%, kontrol positif diberikan natrium diklofenak dosis 2,25
mg/kg bb dan kelompok uji diberikan EEBK dosis 100, 200, 400 mg/kg bb.
Setelah diukur volume awal kaki tikus, kemudian diberi suspensi bahan uji secara
oral sesuai dengan kelompoknya. Satu jam kemudian, masing-masing telapak kaki
tikus diinduksi karagenan 1% sebanyak 0,05 ml, pengukuran volume radang
dilakukan selama 6 jam dengan interval waktu 30 menit.
Hasil perhitungan persen hambat radang menunjukkan kelompok
percobaan yang diberi suspensi natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb sebesar
67,75% diikuti dengan EEBK dosis 400 mg/kg bb sebesar 64,43% memiliki
persen hambat radang yang lebih besar dari kelompok yang diberi bahan uji
EEBK dosis 100 dan 200 mg/kg bb yaitu 21,10% dan 43,07%. Berdasarkan hasil
perhitungan AUC yang dianalisis dengan uji Post Hoc Tukey HSD menunjukkan
bahwa EEBK dosis 400 mg/kg bb memberikan efek antiinflamasi yang sama
dengan natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb dan menunjukkan efek
antiinflamasi yang lebih baik dari EEBK dosis 100 dan 200 mg/kg bb.
EEBK dosis 100; 200 dan 400 mg/kg bb memiliki efek antiinflamasi
terhadap kaki tikus yang diinduksi karagenan dan EEBK dosis 400 mg/kg bb
memiliki efek antiinflamasi yang sama dengan natrium diklofenak.
Kata kunci: ekstrak etanol benalu kopi, natrium diklofenak dan antiinflamasi

TO TEST INFLAMMATORY OPPOSE EFFECT OF ETHANOL


EXTRACT OF PARASITE COFFE (Scurrula ferruginea (Jack) Danser)
TOWARD RATS INFLAMED IS INDUCIBLE CARRAGEENAN
ABSTRACT
Inflammation is protective mechanismt useful to rid the body from injury
causes, and to prepare the bodys tissue to reshape tissue of injury causes. One of
anti-inflammatory drug which one is diclofenac it is included of NSAID class
(non-sterodial anti-inflammatory drug) and some the effect will be happen like
nausea, gastritis, skin eritemia and headaches. Parasite coffee (Scurrulla
ferruginea (Jack) Danser) contains several metabolites, one of which flavonoids
are efficacious as anti-inflammatory. The purpose of this research was to
determine the effect of ethanol extracts of coffee parasite toward artificial
inflammation in rats induced foot carrageenan.
Testing of ethanol extract of coffee parasite (EECP) toward the antiinflammatory effect by paw edema method and using pletismometer. Twenty-five
male Wistar rats measured initial volume of the left leg mice using pletismometer,
and then divided into 5 groups they are control group solvent given CMC Na
0,5%, the positive control given diclofenac sodium dose of 2.25 mg/kg bw and the
test group was given EECP doses of 100, 200, 400 mg/kg bw. After the initial
volume measured foot mice, then given the test material orally suspension in
accordance with the group. One hour later, each of the carrageenan-induced rat
foot 1% increments of 0.05 ml, inflammation volume measurements conducted
for 6 hours with intervals of 30 minutes.
The results of calculation of percent inhibition was showing trial groups of
rats given the suspension of diclofenac sodium dose of 2.25 mg/kg bw of 67.75%,
followed by EECP dose of 400 mg/kg bw of 64.43% has inhibitory percent bigger
than the group that EECP test material was given a dose of 100 and 200 mg/kg bw
is 21.10% and 43.07%. Based on calculations AUC were analyzed by Tukey HSD
Post Hoc test showed that EECP dose of 400 mg/kg bw given the same antiinflammatory effects of diclofenac sodium dose of 2.25 mg/kg bw and than
showed better anti-inflammatory effects of EECP doses of 100 and 200 mg/kg bw.
Dose of EECP is 100; 200 and 400 mg/kg bw have anti-inflammatory
effects toward carrageenan-induced rats foot and Dose of EECP is 400 mg/kg bw
have the same anti-inflammatory effects of diclofenac sodium.
Keywords: ethanol extract of coffee parasite, and anti-inflammatory diclofenac
sodium

PENDAHULUAN
Latar belakang
Inflamasi adalah mekanisme
protektif yang dihasilkan didalam
tubuh untuk membersihkan tubuh
dari
penyebab
cedera
dan
memperbaiki jaringan tubuh yang
mengalami cedera (Barber, 2013).
Gejala proses inflamasi yang sudah
dikenal yaitu kalor (panas), rubor
(kemerahan), tumor (bengkak), dolor
(sakit) dan fungsio laesa (kehilangan
fungsi) (Gunawan, 2007).
Obat merupakan semua zat
baik kimiawi, hewani
maupun
nabati yang dalam dosis yang sesuai
dapat menyembuhkan, meringankan
atau mencegah penyakit berikut
gejalanya. Obat yang digunakan
dimasa lalu adalah obat yang berasal
dari tanaman, dimana orang-orang
pada zaman dahulu mendapatkan
pengalaman dengan cara mencobacoba berbagai macam daun atau akar
tumbuhan untuk mengobati penyakit.
Pengetahuan ini secara turuntemurun
disimpan
dan
dikembangkan, sehingga muncul
pengobatan tradisional (Tan dan
Rahardja., 2010).
Obat antiinflamasi nonsteroid
(non-sterodial
anti-inflammatory
drug, NSAID) adalah kelompok
senyawa terapeutik yang besar dan
sering digunakan. Sediaan NSAID
mempunyai
efek
analgetik,
antipiretik dan antiinflamasi. Efek
merugikan dari golongan obat ini
yang paling sering terjadi adalah
luka gastrointestinal dan ginjal
(Stringer,
2008).
Diklofenak
termasuk NSAID yang terkuat
antiradangnya namun memiliki efek
samping yaitu mual, gastritis,
eritemia kulit dan sakit kepala
(Gunawan, 2007). Adanya efek yang
merugikan
dengan penggunaan
NSAID yang terbuat dari bahan

sintetik, maka perlu dilakukan


pencarian solusi, dalam hal ini
peneliti ingin mencari terapi
alternatif dari tumbuhan.
Benalu merupakan tumbuhan
parasit yang menempel pada pohon
sebagai inang, tumbuhan ini
digunakan
masyarakat
untuk
mengobati batuk, diuretik, sebagai
anti radang, pemeliharaan kesehatan
paska persalinan dan penghilang
nyeri (Karnizam, 2015). Benalu kopi
(Scurrulla ferruginea (Jack) Danser),
umumnya dikenal sebagai tanaman
merambat yang tumbuh di daerah
tropis, tumbuhan semak parasit yang
melekat pada inangnya. Batang dan
daun dari tumbuhan ini telah banyak
digunakan
untuk pengobatan
tradisional (Devehat, 2002). Uji
farmakologi benalu kopi yang pernah
dilakukan adalah dalam penurunan
kadar glukosa darah mencit putih
jantan (Dillasamola, 2015).
Benalu kopi mengandung
beberapa
senyawa
metabolit
sekunder antara lain asam lemak
(asam
oleat,
asam
linoleat),
kuersitrin, kuersetin, rutin, ikarisid
B2, avikulin, katekin, epikatekin
(BPOM RI., 2010). Benalu kopi
mempunyai famili yang sama dengan
benalu
cemara
(Tapinanthus
bangwensis (Engl dan K. Krause))
dan benalu karet (Loranthus
micranthus
Linn)
yaitu
Loranthaceae,
dimana
hasil
penelitian yang dilakukan terhadap
benalu cemara dan benalu karet
menunjukkan efek antiinflamasi
(Iwuanyanwu, 2010; Agbo, 2014).
Penggunaan NSAID yang
memberikan efek merugikan seperti
mual, gastritis, eritemia kulit dan
sakit kepala dalam terapi mendorong
peneliti untuk melakukan uji efek
antiinflamasi ekstrak etanol benalu

kopi (EEBK) terhadap radang


pada tikus yang diinduksi karagenan
1% metode paw udem dengan
pembanding positif yaitu natrium
diklofenak, beberapa hasil penelitian
telah membuktikan khasiat benalu
kopi serta kandungan kimia benalu
kopi yang memiliki kesamaan famili
dengan benalu cemara dan benalu
karet.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode
eksperimental
yaitu
mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variable terikat dengan
tahapan penelitian sebagai berikut:
penyiapan
sampel,
pembuatan
ekstrak benalu kopi, penyiapan
hewan percobaan, pembuatan bahan
uji, pengujian efek anti inflamasi
ekstrak benalu kopi terhadap radang
pada tikus .
Alat
Alat-alat yang digunakan
adalah neraca analitik (Vibra), neraca
hewan (GW-1500), kandang tikus,
pletismometer digital (Ugo Basile cat
No.7140), lumpang dan stamfer,
gelas ukur 10 mL (Pyrex), beaker
gelas 100 mL (Pyrex), labu tentukur
10 mL (Pyrex), labu tentukur 100
mL (Pyrex), gelas arloji, penunjuk
waktu, pipet tetes, sudip, oral sonde
tikus, spuit, spatula, kertas perkamen
dan batang pengaduk.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah ekstrak
etanol benalu kopi (Nova Valentina
mnurung), natrium diklofenak, CMC
Na (Merck), karagenan (Asian
chemical), larutan natrium klorida
0,9% (Widatra Bhakti), air suling
untuk
injeksi
(Ikapharmindo

Putramas), larutan triton dan air


suling.
Penyiapan Bahan Uji
Penyiapan
bahan-bahan
meliputi penyiapan suspensi CMC
Na
0,5%,
suspensi
natrium
diklofenak, suspensi EEBK dan
karagenan 1%.
Pembuatan suspensi CMC Na
0,5%
Sebanyak 0,5 gram CMC Na
ditaburkan kedalam lumpang berisi
air suling panas sebanyak 10 mL,
ditutup dan dibiarkan selama 15
menit hingga diperoleh massa yang
transparan, digerus lalu diencerkan
dengan air suling hingga 100 mL.
Pembuatan
suspensi
natrium
diklofenak 2,25 mg
Ditimbang sebanyak 50 mg
natrium diklofenak, dimasukkan
kedalam lumpang lalu ditambahkan
perlahan-lahan suspensi CMC-Na
digerus hingga homogen kemudian
masukkan suspensi kedalam labu
tentukur 100 mL, tambahkan
kembali CMC-Na sampai garis
tanda.
Pembuatan suspensi EEBK 100;
200 dan 400 mg/kg bb
Ditimbang
masing-masing
EEBK sebanyak 100 mg, 200 mg
dan 400 mg ekstrak benalu kopi,
dimasukkan kedalam lumpang lalu
tambahkan suspensi CMC-Na gerus
hingga homogen. Tuangkan suspensi
yang terbentuk kedalam labu
tentukur 10 ml, tambahkan kembali
suspensi CMC-Na hingga sampai
garis tanda.
Pembuatan
indikator
radang
(karagenan 1%)
Ditimbang sebanyak 100 mg
karagenan,
masukkan
kedalam

lumpang lalu tambahkan dengan


larutan NaCl 0,9% gerus hingga
homogen, sediaan yang terbentuk
dimasukkan kedalam labu tentukur
10 mL, tambahkan kembali larutan
NaCl 0,9% hingga garis tanda,
kemudian inkubasi pada inkubator
pada suhu 370C selama 24 jam.
Penyiapan Hewan Percobaan
Hewan
percobaan
yang
digunakan adalah tikus jantan putih
galur Wistar dengan berat badan
100-200 g. Sebanyak 25 ekor dibagi
menjadi
5
kelompok
setiap
kelompok terdiri dari 5 ekor tikus.
Sebelum pengujian hewan percobaan
dirawat dalam ventilasi yang baik
dan selalu dijaga kebersihannya.
Hewan yang sehat ditandai dengan
memperlihatkan gerakan yang lincah
(Darmono, 2011).
Prosedur
Penggunaan
Alat
Pletismometer (Ugo Basile Cat
No.7140)
Larutan reservoir
Ditimbang sebanyak 200 mg
natrium
klorida,
kemudian
dimasukkan kedalam labu tentukur
100 mL. Dilarutkan dengan air
suling
untuk
injeksi
hingga
homogen, lalu ditambahkan air
suling untuk injeksi sampai garis
tanda.
Penyiapan alat
Larutan untuk reservoir yang
disiapkan sebelumnya dimasukkan
kedalam reservoir yang telah
dirangkai pada alat, kemudian diisi
sel dengan memutar kepala katub
kira-kira 450 ke arah kiri atau kanan
sesuai dengan posisi reservoir itu
dihubungkan, alirkan beberapa kali
dengan memutar kepala katub untuk
menghindari gelembung udara. Atur
batas air sampai mendekati garis

merah bagian atas pada sel. Alat


dihidupkan maka tampilan grafik
lalu dihangatkan selama 15 menit.
Kalibrasi alat
Ditekan F1 dari menu utama
maka akan ditampilkan angka 0
secara otomatis kemudian tekan
kembali F1 yang akan menujukkan
angka 0,5 mL, tekan kembali tombol
F1 yang akan menunjukkan angka
1,0; 2,0; 4,0; 8,0 mL. Setelah itu,
pilihlah probe kalibrasi (2 mL) dan
tekan F2 untuk konfirmasinya.
Masukkan probe volume kedalam
sel, tunggu beberapa detik hingga
nilai yang ditunjukkan stabil. Alat
siap digunakan untuk pengukuran
kaki tikus.
Prosedur Pengujian Inflamasi
Tikus dipuasakan selama 18
jam dengan tetap diberi air minum
sebelum pengujian antiinflamasi.
Tikus dikelompokkan kedalam 5
kelompok, yaitu kelompok kontrol
pelarut (CMC Na 0,5%), kelompok
bahan uji (tiga dosis suspensi ekstrak
etanol daun benalu kopi), dan kontrol
positif (natrium diklofenak).
Hari pengujian, masingmasing hewan ditimbang dan diberi
tanda pada kaki kirinya, kemudian
kaki kiri tikus dimasukkan kedalam
sel yang berisi cairan khusus yang
telah disiapkan sebelumnya sampai
cairan naik pada garis batas atas,
pedal ditahan, dicatat angka pada
monitor sebagai volume awal (V0)
yaitu volume kaki sebelum diberi
obat dan diinduksi dengan larutan
karagenan. Masing-masing tikus
diberi suspensi bahan uji secara oral
sesuai dengan kelompoknya. Satu
jam kemudian, kepada masingmasing telapak kaki tikus disuntik
secara intraplantar dengan 0,05 mL
larutan karagenan 1%. Setelah 30

menit, dilakukan pengukuran dengan


cara mencelupkan kaki tikus
kedalam sel plestimometer yang
berisi cairan khusus sampai larutan
mencapai garis batas atas, dan pedal
ditahan. Dicatat angka pada monitor,
perubahan volume cairan (udem)
yang terjadi dicatat sebagai volume
kaki tikus (Vt) pengukuran dilakukan
setiap 30 menit selama 360 menit,
dan setiap kali pengukuran larutan
sel tetap dicukupkan sampai garis
tanda atau garis merah bagian atas
sel dan kaki tikus dikeringkan
terlebih dahulu lalu pada menu
utama ditekan tombol 0. Volume
radang adalah selisih volume kaki
tikus
setelah
dan
sebelum
disuntikkan karagenan. Pada waktu
pengukuran, volume cairan harus
sama setiap kali pengukuran, tanda
batas pada kaki tikus harus jelas,
kaki tikus harus tercelup sampai
batas yang dibuat (Juheini, 1990).
Perhitungan Persen Radang dan
Persen Inhibisi Radang
Volume radang adalah selisih
volume udem telapak kaki tikus
setelah dan sebelum disuntikan
karagenan.
Persen radang dapat dihitung dengan
rumus di bawah ini:
Vt - V0
Persen radang =
100 %
V0
Keterangan:
Vt = Volume udem kaki pada
waktu t
Vo = Volume awal kaki tikus
Persen
inhibisi
radang
dihitung dengan rumus di bawah ini:
a-b
Persen inhibisi radang =
a
100 %
Keterangan:
a = Persen radang rata-rata kelompok
kontrol

b = Persen radang rata-rata


kelompok
bahan uji dan obat
pembanding.
Analisis Statistik
Data
hasil
penelitian
dianalisa mengguanakan program
SPSS versi 20. Data hasil penelitian
ditentukan
homogenitas
dan
normalitasnya untuk menentukan
analisis statistik yang digunakan
serta dianalisa dengan menggunakan
uji Anova untuk menentukan
perbedaan
rata-rata
diantara
kelompok. Jika terdapat perbedaan
dilanjutkan dengan uji Post Hoc
Tukey HSD untuk melihat perbedaan
nyata antar perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan Baku Ekstrak
Pada penelitian ini digunakan
ekstrak etanol benalu kopi yang
sama dengan ekstrak yang digunakan
Nova Valentina Manurung (2015)
pada penelitian yang berjudul
karakterisasi simplisia dan skrining
fitokimia serta uji aktivitas anti
oksidan
ekstrak
benalu
kopi
(Scurrula ferruginea (Jack) Danser)
dengan metode DPPH. Oleh karena
itu, identifikasi, skrining fitokimia
sampel dan karakterisasi tidak
dilakukan lagi. Hasil identifikasi
tumbuhan yang dilakukan dipusat
penelitian dan pengembangan LIPI
Bogor,
menunjukkan
bahwa
tumbuhan yang diteliti adalah
Scurrula ferruginea (Jack) Danser,
dapat dilihat pada Lampiran 1
halaman 35.
EEBK disimpan di dalam
lemari pendingin dalam wadah
tertutup rapat sehingga EEBK
terhindar dari kontaminasi zat-zat
asing. Penyimpanan didalam lemari
pendingin bertujuan untuk mencegah
tumbuhnya
jamur
sehingga

mencegah ekstrak agar tidak terkena


sinar matahari langsung. Secara
organoleptik, EEBK yang disimpan
tidak ditumbuhi kapang dan jamur.
EEBK yang digunakan berwarna
hijau pekat.

Hasil Analisa Persen Radang Ratarata Kaki Tikus


Hasil analisa persen radang
kaki tikus dapat dilihat pada Tabel 1,
dimana hasil tersebut diperoleh dari
perubahan volume udem kaki tikus.

Tabel 1. Persen radang rata-rata kaki tikus


Kelomp
ok
percoba
an
Na
CMC
0,5%
EEBK
100
mg/kg
BB
EEBK
200
mg/kg
BB
EEBK
400
mg/kg
BB
Na.dikl
ofenak
2,25
mg

Persen radang kaki tikus dan SD pada menit ke30


60
90
120
150
180

210

240

270

300

330

360

51,71
1,85

65,30
2,87

73,96
1,79

78,91
4,00

84,91
5,21

87,03
4,67

89,40
5.32

89,80
4,58

87,72
4,36

84,85
4,96

81,08
5,23

77,26
5,75

48,92
0,50

53,40
2,91
*

58,35
3,30
*

69,51
3,15
*

78,04
3,46
*

78,85
1,94
*

82,05
1,24
*

78,55
1,45
*

74,33
3,95
*

71,68
4,23*

69,26
4,19
*

65,40
4,47*

33,57
0,82
*#

39,34
0,81
*#

45,18
0,67
*#

50,09
0,88
*#

52,22
0,55
*#

54,81
1,07
*#

56,83
1,01
*

54,32
1,21
*

51,01
1,11
*

48,30
0,75*

45,98
0,63
*

44,28
0,54*

28,33
0,45
*#

32,17
1,83
*#

35,65
2,02
*#

42,19
0,63
*#

45,18
0,46
*#

46,89
0,59
*#

43,77
0,90
*#

41,27
1,28
*#

36,33
0,52
*#

33,70
0,28*#

29,43
0,71
*#

27,48
1,20*#

25,82
2,02

28,63
3,39

31,85
3,55

38,58
2,41

41,68
3,47

44,66
3,05

38,27
3,27

34,81
3,64

32,57
4,12

29,71
3,15

26,74
3,66

24,91
3,41

Keterangan :
EEBK : Ekstrak Etanol Benalu Kopi
*
: Bahan uji berbeda dengan kontrol negatif (P<0,05)
#
: Bahan uji sama dengan kontrol positif (P>0,05)
Berdasarkan
hasil
perhitungan persen radang rata-rata
kaki tikus menunjukkan kelompok
percobaan yang diberi suspensi CMC
Na 0,5%, suspensi EEBK dosis 100;
200; 400 mg/kg bb dan suspensi
natrium diklofenak dosis 2,25 mg
dari menit ke-30 sampai menit ke180 mengalami peningkatan persen
radang, dimana pada menit ke-180
yang memiliki persen radang
terbesar yaitu kelompok percobaan
yang diberi suspensi CMC Na 0,5%
(85,50%) dan yang memiliki persen
radang terkecil yaitu kelompok
percobaan yang diberi suspensi

natrium diklofenak dosis 2,25 mg


(44,57%).
Menit ke-210 sampai menit
ke-360 suspensi EEBK dosis 400
mg/kg bb dan natrium diklofenak
dosis 2,25 mg telah mengalami
penurunan persen radang sedangkan
kelompok percobaan yang diberi
suspensi EEBK dosis 100; 200
mg/kg
bb
belum
mengalami
penurunan persen radang. Setelah
dihitung persen radang rata-rata kaki
tikus, kemudian dibuat kedalam
bentuk
grafik.
Grafik
hasil
pengukuran persen radang rata-rata
kaki tikus dapat dilihat pada Gambar
1.

100
80
60
Radang kaki tikus (%)
CM C Na 0,5 %

40

EEBK 100 mg

EEBK 200 mg

EEBK 400 mg

Na.diklofenak

20
0
30

60

90

120 150 180 210 240 270 300 330 360


Waktu Pengamatan (menit ke-)

Gambar 1. Radang rata-rata kaki tikus tiap waktu pengamatan


Pada Gambar dapat dilihat
bahwa suspensi natrium diklofenak
2,25 mg, suspensi EEBK dosis 100;
200 dan 400 mg/kg bb memiliki
persen radang yang lebih kecil dari
suspensi CMC Na 0,5% (kontrol
negatif). Nilai persen radang
kelompok bahan uji lebih kecil dari
kelompok
kontrol
pelarut

menyatakan bahwa kelompok bahan


uji mampu menekan radang yang
disebabkan oleh karagenan.
Hasil Analisa Persen Inhibisi
Radang Rata-rata Kaki Tikus
Efek antiinflamasi dilihat dari
besarnya persen inhibisi radang ratarata tiap waktu pengukuran (Tabel 2).

Tabel 2. Persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus.


Waktu
(menit ke-)

EEBK 100
mg/kg bb

EEBK 200 mg/kg


bb

EEBK 400 mg/kg bb

Na diklofenak 2,25 mg

30

5,39

35,08

35,08

50,06

60

18,22

39,75

50,73

56,15

90

21,10

38,91

51,79

56,96

120

11,91

36,52

46,53

51,10

150

8,09

38,49

46,79

50,91

180

9,39

37,02

46,12

48,68

210

8,22

36,43

51,04

57,19

240

12,52

39,51

54,04

61,23

270

15,26

41,84

58,58

62,87

300

15,52

43,07

60,28

64,98

330

15,81

43,29

63,70

67,02

360

15,35

42,68

64,43

67,75

Berdasarkan
hasil
perhitungan persen inhibisi radang
rata-rata kaki tikus, kelompok
percobaan yang diberi suspensi
natrium
diklofenak
2,25
mg
(67,75%) dan EEBK dosis 400
mg/kb bb (64,43%) memiliki persen
inhibit radang lebih besar dari

kelompok yang diberi suspensi


EEBK dosis 100; 200 mg/kg bb dan
suspensi CMC Na 0,5%. Nilai persen
hambatan radang rata-rata kaki tikus,
kemudian dibuat kedalam bentuk
grafik. Grafik hasil pengukuran
persen hambatan radang rata-rata
dapat dilihat pada Gambar 2.

80
70
60
50
40
Inhibisi radang kaki tikus (%) 30
EEBK 100 mg
EEBK
20200 mg

EEBK 400 mg

Na.diklofenak

10
0

Waktu Pengamatan (menit ke-)


Ga
mbar 2 Persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus tiap waktu pengamatan
Dari tabel Anova, dapat
dilihat bahwa nilai sig 0,000 yang
menyimpulkan bahwa H0 ditolak,
yang berarti ada perbedaan yang
signifikan dari lima kelompok
kemudian dilakukan uji beda ratarata Post Hoc Tukey HSD.
Pengujian Post Hoc Tukey
HSD dilakukan untuk melihat
kelompok perlakuan mana yang
memiliki efek sama atau berbeda dan
efek terkecil sampai terbesar antara
satu dengan yang lainnya. Dari data
tabel Tukey HSD pada kolom subset
1 terdapat dua nilai yaitu natrium
diklofenak dan EEBK 400 mg/kg bb
hal ini menyatakan kedua data tidak
memiliki perbedaan yang signifikan,
berarti bahwa EEBK dosis 400
mg/kg
bb
memberikan
efek
antiinflamasi yang hampir sama
dengan natrium diklofenak. Pada
tabel subset 2,3 dan 4 terdapat EEBK
dosis 200 mg/kg bb, EEBK 100
mg/kg bb dan CMC Na 0,5 % hal ini
menunjukkan
bahwa
ketiga
kelompok tersebut memiliki efek
yang berbeda signifikan dengan
natrium diklofenak.

Berdasarkan uraian di atas


dapat disimpulkan bahwa EEBK
memiliki efek antiinflamasi. Hal ini
didasarkan dari temuan adanya
kandungan flavonoid di dalam
benalu kopi yang diketahui mampu
menghambat radang pada kaki tikus,
dimana
berdasarkan
penelitian
sebelumnya kandungan flavonoid
yang berada dalam benalu cemara
dan benalu karet berkhasiat sebagai
antiinflamasi.
Mekanisme
antiinflamasi yang dilakukan oleh
flavonoid dapat melalui beberapa
kemungkinan mekanisme, antara lain
dengan cara menghambat aktivitas
enzim
cyclooxigenase
dan
lipooxigenase,
menghambat
akumulasi leukosit, menghambat
degranulasi
neutrofil,
dan
menghambat pelepasan histamine
(Iwuanyanwu, et al., 2010; Agbo, et
al., 2014., Reynerston, 2007).
Menurut Robinson (1995) flavonoid
dapat
menghambat
enzim
siklooksigenase yang berperan pada
biosintesis
prostaglandin.
Jenis
flavonoid yang diketahui berperan
dalam aktivitas antiinflamasi adalah

kuersetin,
isohamnetin.

kaempferol

dan

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang
telah
dilakukan
dapat
disimpulkan:
a ekstrak etanol benalu kopi
(Scurrula ferrugenia (Jack)
Danser) dosis 100; 200 dan
400 mg/kg bb memiliki efek
antiinflamasi terhadap kaki
tikus
yang
diinduksi
karagenan.
b ekstrak etanol benalu kopi
(Scurrula ferrugenia (Jack)
Danser) dosis 400 mg/kg bb
memiliki efek antiinflamasi
yang sama dengan natrium
diklofenak.
Saran
Disarankan pada peneliti
selanjutnya
untuk
mengisolasi
senyawa-senyawa
metabolit
sekunder yang terdapat dalam benalu
kopi (Scurrulla ferrugenia (Jack)
Danser) dan menguji senyawa mana
yang efektif terhadap inflamasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agbo, M.O., Nworu, C.S., Okoye,
F.B.C., Osadebe, P.O. (2014).
Isolation
And
Structure
Elucidation Of Polyphenols
From Loranthus Micranthus
Linn. Parasitic on Hevea
Brasiliensis
With
Antiinflammatory Property.
Excli Journal. 2014 (13):
859-868.
Angka, S.L., dan Suhartono. (2000).
Bioteknologi Hasil Laut.
Bogor:
Pusat
Kajian
Sumberdaya Pesisir dan
Lautan Institut Pertanian
Bogor. Halaman 10.

Baratawidjaja, K.G., dan Rengganis,


I. (2009). Imunologi Dasar.
Jakarta:
Balai
Penerbit,
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia.
Halaman 267, 268 dan 276.
Barber, P., dan Robertson, D. (2013).
Intisari Farmakologi Untuk
Perawat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran. EGC.
Halaman 90, 92 dan 93.
Bawa, I.G.A.G., Putra, A.A.B., dan
Laila, I.D. (2007).Penentuan
Ph
Optimum
Isolasi
Karagenan Dari Rumput Laut
Jenis Eucheuma cottonii.
Jurnal Kimia. 2007 (1): 1520.
Badan POM RI. (2010). Acuan
Sediaan Herbal. Volume
Kelima.
Edisi
Pertama.
Jakarta: Direktorat OAI,
Deputi II, Badan POM RI.
Halaman 144-146.
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku
Patofisiologi.
Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.
EGC. Halaman 159,160.
Darmono, D. (2011). Buku Ajar
Farmakologi Eksperimental.
Jakarta: Penerbit UI Press.
Halaman 3-5.
Devehat, F.L.L dan Tomasi, S.
(2002). Flavonols From
Scurrula ferruginea (Jack)
Danser (Loranthaceae). Z
Naturforsch (57c): 10921095.
Dillasamola,
D.,
Dharma,
S.,Khaira,N.Q.A.
(2015).
Perbandingan
Pengaruh
Pemberian Ekstrak Etanol

Defatting
Dan
Ekstrak
Etanol Daun benalu kopi
Scrulla ferrugenia (Jack)
Danser Terhadap Kadar
Glukosa Darah Mencit Putih
Jantan. Scientia. 2015(5):
108-113.
Ditjen

POM. (1995). Materia


Medika Indonesia. Jilid VI.
Jakarta:
Departemen
Kesehatan RI. Halaman 300306

Goodman., Gilman. (2008). Dasar


Farmakologi
Terapi.
Jakarta:
Penerbit
Buku
Kedokteran. EGC. Halaman
639, 640.
Gunawan, S.G. (2007). Farmakologi
dan Terapi. Edisi Kelima.
Jakarta
:
Departemen
Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas
KedokteranUniversitas
Indonesia.
Halaman 232, 240.
Iwuanyanwu, K.C.P., Onyeike, E.N.
dan Wegwu, M.O. (2010).
Antiinflamatory effect of
crude methanolic extract and
fraction of African mistletoe
Tapinanthus
bangwensis
(Engl & K. Krause) on
wistar albino rats. Scholars
Research Library. 2010 (6):
76-83.
Juhaeni,

F.W.,
Mariana,
Y.,
Rusmawan, I. (1990). Efek
Antiinflamasi
Jahe
(Zingiber officinale, Rosc)
terhadap radang buatan pada
tikus
putih.
Majalah
Farmakologi dan Terapi
Indonesia 7 (1). Jakarta.
Halaman 9-13.

Karnizam, I. (2015). Keluarga Jenis


Tanaman
Benalu
(Loranthus).
http://tengkutya.pun.bz/kelu
arga-jenis-tanamanbenalu.xhtml.
Mutschler, E. (1999). Dinamika
Obat:
Buku
Ajar
Farmakologi
dan
toksikologi.
Penerjemah:
Widiyanto B.M. dan Ranti
S.A. Edisi kelima. Cetakan
Ketiga. Bandung: Penerbit
ITB. Halaman 194-208.
Price, S.A. dan Wilson, L.M. (1995).
Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-proses
Penyakit.
Edisi Keempat. Cetakan
Pertama, Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran. EGC.
Halaman 50.
Putra, W.S. (2015). Kitap Herbal
Nusantara.
Yogyakarta:
Katahati. Halaman: 24.
Reynertson,K.A.
(2007).
Phytochemical Analysis Of
Bioactive Constituents From
Edible Myrtaceae Fruits.
Dissertation.
The
City
University Of New York.
Stringer, J.L. (2008). Konsep Dasar
Farmakologi
Panduan
Untuk Mahasiswa. Jakarta:
Penerbit Buku kedokteran.
EGC. Halaman 289.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B. dan
Alwi, I. (2009). Buku Ajar
Ilmu
Penyakit
Dalam.
Jakarta: Interna Publishing.
Halaman 2402, 2404.
Tjay, H.T., dan Rahardja, K. (2010).
Obat-obat Penting: Khasiat,

Penggunaan dan Efek-efek


sampingnya. Edisi Kelima.
Cetakan Pertama. Jakarta:
P.T.
Elex
Media
Komputindo. Halaman 3,
326-328

Verawaty. (2008). Pemetaan Tekstur


dan Karakteristik Gel Hasil
Kombinasi Karagenan dan
Kojak. (skripsi). Bogor:
Program Sarjana Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Halaman
10.

Anda mungkin juga menyukai