1
Gustav Ali AKbar., 2Hesti Riasari, M.Si., Apt., 3Wiwin Winingsih M.Si., Apt
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
Soekarno - Hatta 354, Bandung - Jawa Barat
e-mail : 1gustavoxygen@gmail.com, 2hmm_riasari@yahoo.com,
3
winingsih341@gmail.com.
A. Pendahuluan
Sumber daya alam khususnya tanaman di Indonesia sangat melimpah.
Ribuan jenis tanaman tumbuh di Indonesia, dan setiap jenisnya memiliki manfaat
yang berbeda beda. Namun, pengetahuan akan sumber daya botani ini masih
kurang dimiliki oleh masyarakat luas, dan masih mengandalkan obat obatan
sintetis yang efek kedepannya akan berakibat negative. Padahal jika potensi ini di
manfaatkan sebaik baiknya, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi salah satu
negara yang dikenal dengan obat obatan alaminya.
Salah satu tanaman yang tumbuh subur di Indonesia adalah sukun
(Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg). Daun sukun ini banyak digunakan untuk
kebutuhan masyarakat, baik hanya digunakan sebagai kebutuhan sehari hari atau
sebagai obat walaupun masih sangat sedikit yang menggunakannya sebagai obat.
Sumber daya alam khususnya tanaman di Indonesia sangat melimpah.
Ribuan jenis tanaman tumbuh di Indonesia, dan setiap jenisnya memiliki manfaat
yang berbeda beda. Namun, pengetahuan akan sumber daya botani ini masih
kurang dimiliki oleh masyarakat luas, dan masih mengandalkan obat obatan
sintetis yang efek kedepannya akan berakibat negative. Padahal jika potensi ini di
manfaatkan sebaik baiknya, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi salah satu
negara yang dikenal dengan obat obatan alaminya.
B. Landasan Teori
1. Klasifikasi Sukun (Syamsu, 1991)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus altilis
Nama daerah : Sukun, sokon
C. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil determinasi yang diperoleh dapat dipastikan bahwa kedua
varietas yang digunakan berasal dari tanama Sukun.
Aerob 1 Anaerob
Sitosterol2 3
Gambar C.1. Plat KLT bercak ekstrak etanol terung ungu, ekstrak etanol
terung gelatik, dan pembanding kuersetin pada UV 366 nm.terlihat warna
hijau
Tahap yang selanjutnya dilakukan adalah pengukuran kadar flavonoid steroid
total dengan menggunakan spektofotometer Visible UV-Vis. Prosedur pertama
yang dilakukan adalah membuat larutan seri kuersetin pada konsentrasi 2,5 ; 5; 7,5 ;
10; 12,5 ; dan 15 ppm dari larutan induk 1000 ppm. Pelarut yang digunakan adalah
methanol pa kemudian ditambahkannya AlCl3 kalium heksa sianoferrat dan FeCl3
dan asam sulfat sebagai pemberi warna pada visual dan auksokrom / kromokofor
dan asam asetat glasial untuk hidrolisis glikon menjadi aglikon pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang 417 720 nm. Sebelum pengukuran, kuersetin
sitosterol dilakukan optimasi terlebih dahulu. Hasil optimasi panjang gelombang
kuersetin sitosterol didapat sebesar 432 731 nm. Kurva kalibrasi larutan
pembanding kuersetin sitosterol dapat dilihat pada Gambar C.2. sedangkan untuk
hasil absorbansi dapat dilihat pada Tabel C.2.
Absorbansi
Linearitas dan Rentang
0.8
0.6
f(x) = 0.0469714285714286 x − 0.065
0.4 R² = 0.995075313536408 absorbansi
0.2 Linear (absorbansi)
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi ppm Sitosterol
9 7.65
8
7
Absorbansi x10-1
6 5.17
5 3.89
4
3 2.29
1.68 1.77
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
konsentrasi kuersetin
Tahap terakhir dari penelitian ini ialah tahap uji aktivitas menggunakan metode
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) pada larva udang Artemia salina Leach.
Tujuan dari metode ini adalah untuk menentukan suatu potensial antikanker pada
suatu senyawa serta melihat efek toksik. Efek toksik yang dimaksud disini adalah
sel yang dapat membunuh sel lain selain sel target. Metode ini menggunakan larva
udang sebagai objek uji, digunakannya larva karena larva merupakan sel yang
sedang aktif membelah. Parameter pengujian ini adalah nilai LC 50 yakni
merupakan konsentrasi yang dapat menyebabkan 50% kematian pada suatu
populasi. Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki efek toksik jika nilai LC 50 < 30
ppm untuk zat aktif dan < 1000 ppm untuk ekstrak. Nilai LC 50 yang diperoleh
untuk terung ungu adalah sebesar 537,032 ppm dan terung gelatik sebesar
359,750 ppm. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa terung ungu dan
terung gelatik memiliki potensi efek toksik terhadap Artemia salina Leach. pada
pengujian tahap awal dengan metode BSLT karena memiliki nilai LC 50 yang lebih
rendah dari 1000 ppm. Untuk grafik hubungan konsentrasi dengan % mortalitas
dapat dilihat pada Gambar D.3.
90
80
70
60
%mortalitas
50
40
30
20
10
0
200 400 500 600 700 800
konsentrasi ekstrak
Wuri N , Djoko A B, Dwi R I . 2013 . uji potensi ekstak daun sukun (artocarpus
…………altilis) terhadap lalat rumah (musca domestica) dengan metode semprot.
………..Universitas brawijaya. Malang