Tanggal
Judul 7 April 2020
KARAKTERISASI EKSTRAK HERBA MENIRAN
(Phyllanthus niruri Linn) DENGAN ANALISA
FLUORESENSI
Jurnal Jurnal Farmasi Higea
Volume & Halaman Vol. 5, No. 2, Hal 15-22
Tahun 2013
Penulis Harrizul Rivai, Refilia Septika, Agusri Boestari
Reviewer Depi Sakinah
Tanggal 7 April 2020
Alat Labu alas bulat, kertas saring, kapas, labu ukuran 100 ml,
seperangkat alat soklet, vial (Pyrex), bejana (Pyrex), gelas
ukur (Pyrex), pipet tetes, lampu UV 254 nm dan 366 nm,
timbangan analitik, mikroskop.
Bahan Herba meniran kering yang dikeringkan, dijadikan ekstrak,
etanol 95% (Merck), kloroforom (Merck), etil asetat (Merck),
methanol (Merck), air, Natrium Hidroksida (Merck), asam
pikrat(Merck), asam klorida (Merck), asam asetat (Merck),
asam sitrat (Merck), larutan iodine 5% (Merck), besi (III)
korida 5% (Merck), ammonium (Merck), asam sulfat (Merck),
kalium kromat (Merck), asam asetat glacial (Merck), toluene,
asam sitrat 50%.
Metodologi Metode yang digunakan pada penelitian ini sangat banyak, di
mulai dari pembuatan ekstrak meniran, uji skrinning fitokimia
ekstrak meniran, karakterisasi spesifik ekstrak herba meniran
dan uji karakterisasi simplisia.
Hasil Ekstrak herba meniran mengandung senyawa alkaloid,
flavonoid, saponin, steroid, tannin, dan fenolik. Ekstrak herba
meniran dapat dikarakterisasi dengan lampu UV 254 nm dan
366 nm dengan menimbulkan reaksi warna hijau terang
menandakan positif mengandung alkaloid, warna merah muda
menandakan positif steroid, warna kuning kehijauan positif
flavonoid.
Pembahasan Dari hasil yang didapat bahwa ekstrak dari herba meniran
mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, fenolik dan
tannin yang dapat dilihat pada hasil uji fitokimia yang telah
dilakukan dengan cara penambahan pereaksi yang tepat.
Penelitian ini dilakukan pada komponen non polar dengan
menggunakan eter, dan semi polar dengan penambahan
chloroforom, etil asetat, polar dengan penambahan methanol
dan air. Identifikasi senyawa no menambahkan reagen dan
diamati dibawah sinar UV 254 nm dan UV 366 nm sehingga
didapat warna sinar dibawah lampu UV 254 nm dan 366 nm
yaitu warna hijau terang, hijau pucat, hijau, coklat, hitam, hijau
kecoklatan, merah muda dimana warna hijau terang yang
terlihat menentukan adanya alkaloid, warna merah muda
menunjukkan adanya steroid, warna kuning menunjukkan
adanya flavonoid, warna hijau yang muncul menandakan
adanya senyawa tannin, sedangkan pada senyawa fenolik
hanya terlihat pada cahaya biasa munculnya warna kuning
kehijauan.
JURNAL 2
Pembahasan
Hasil uji daya hipoglikemia ekstrak air tapak dara terhadap kadar glukosa
darah pada kelinci percobaan disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1, tersaji
bahwa kadar glukosa darah kelinci pada awal percobaan pada semua
kelompok berkisar antara 91,7-94 mg/dl dan tidak berbeda nyata (P>0,05).
Menurut Malole dan Pramono (1989), kadar glukosa darah normal pada
kelinci berkisar antara 75-150 mg/ dl. Setelah pemberian sukrosa 3 g/kgbb,
kadar glukosa darah kelinci percobaan sangat bervariasi. Data Tabel 1
menunjukkan bahwa respon kadar glukosa darah yang diamati setelah
perlakuan hiperglikemia mengalami kenaikan dan terus naik mencapai
kadar tertinggi pada menit ke-60 setelah perlakuan. Kemudian perlahan
turun hingga mendekati kadar glukosa awal sampai pada menit ke-180.
Menurut Gottesman 2004, glibenklamid merupakan obat hipoglikemik oral
golongan sulfonilurea, yang bekerja menurunkan kenaikan kadar gula darah
dengan cara meningkatkan kerja insulin untuk menurunkan kadar glukosa
darah. Peran insulin dalam penyerapan glukosa ke dalam sel dimulai dari
ditangkapnya insulin oleh reseptor pada membran sel, kemudian kompleks
insulin-reseptor akan mengaktifkan ATP-ase membran sehingga memecah
ATP menjadi ADP. Kompleks insulin-respetor ini akan memberi signal
untuk mengatifkan tranporter glukosa (GLUT-4) sehingga siap untuk
menerima dan memindahkan glukosa dari luar ke dalam sel (Lienheard et al.,
2002).
Berdasarkan pada jumlah sel beta pankreas dan profil hormon insulin secara
imunohisto- kimia dapat dinyatakan bahwa ekstrak air daun tapak dara diduga
mampu merangsang sel beta untuk menghasilkan dan melepaskan hormon
insulin. Meskipun demikian perlu dilakukan analisis kadar hormon insulin
pada serum atau plasma.
Kelebihan Kelebihan jurnal ini adalah menjelaskan hasil dari penelitian
jurnal dengan terperinci, hasil yang didapatkan dijelaskan
menggunakan tabel dan gambar fotomikrograf pewarnaan
imunohistokimia insulin pada sel beta pankreas sehingga
mudah dimengerti.
Kekurangan -
JURNAL 4
JURNAL 5
Tujuan
Abstrak Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap
manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya
integritas epitelial daro kulit. Kulit berperan sangat penting
dalam mengatur keseimbangan air serta elektrolit,
termoregulasi, dan berfungsi sebagai barrier terhadap
lingkungan luar termasuk mikroorganisme. Saat barier ini
rusak karena berbagai penyebab, maka kulit tidak dapat
melaksanakan fungsinya secara adekuat. Oleh karena itu
sangat penting untuk mengembalikan integritasnya sesegera
mungkin. Penyembuhan luka yang normal merupakan suatu
proses kompleks dan dinamis. Proses penyembuhan luka
dapat dibagi menjadi tiga fase pokok, yaitu hemostatis dan
inflamasi, proliferasi, serta maturasi, dan remodelling.
Penyembuhan luka melibatkan aktivitas jaringan yang terdiri
atas sel-sel darah, jenis jaringan, sitokin, dan faktor
pertumbuhan yang menyebabkan peningkatan aktivitas
seluler. Beberapa faktor gizi diperlukan untuk perbaikan luka
dapat meningkatkan penyembuhan waktu dan hasil luka.
Proses penyembuhan dapat dibantu dengan pengobatan secara
alami yaitu dengan pemberian gel lidah buaya secara topikal
yang diteliti dapat mempercepat proses penyembuhan luka
karena tumbuhan lidah buaya dapat merangsang proliferasi
beberapa jenis sel.
Pendahuluan Merujuk kepada beberapa aktivitas farmakologi, dikaitkan
dengan tanaman lidah buaya termasuk antiinframasi
antiarthirtis, antibakteri, antijamur, dan efek hipoglikemik.
Karena sifat antibakteri dan anti jamur dari lida buaya,
tanaman ini mencegah terhadap timbulnya ketombe dikepala.
Efek lain dari lidah buaya yaitu pada bagian gelnya dapat
menyembukan luka dan trauma kulit lainnya. Demikian pula
untuk mengurangi rasa sakit pada lokasi trouma terlihat
dengan penggunaan obat ini. Efek kelembaban dari lidah
buaya telah dibuktikan dalam bentuk produk topikal dengan
baik. Komponen penyembuh berhubungan dengan senyawa
yang disebut glukomanan, yang diperkaya dengan
polisakarida. Glukomanan mempengaruhi faktor
pertumbuhan fibroblas dan meransang aktifitas dan
proliferasi sel dan meningkatkan produksi dan sekresi
kolagen. Lendir lidah buaya tidak hanya meningkatkan
jumlah kolagen di situs luka, tetapi juga meningkatkan
koneksi transversal antar ikatan sehingga sebagai hasilnya
mempercepat perbaikan luka.
Alat dan Bahan Alat :
Bahan :
Gel lidah buaya
Metodologi Deskriptif.
Hasil Penggunaan lidah buaya terutama lendirnya efektif untuk
mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi rasa sakit
pada luka.
Pembahasan Luka merupakan hilangnya integritas epitelial dari kulit.
Kulit merupakan barier. Saat barier ini rusak karena berbagai
penyebab maka kulit tidak dapat melaksanakan fungsinya
secara adekuat. Oleh karena itu sangat penting untuk
mengembalikan integritas nya sesegera mungkin.
Penyembuhan luka melibatkan proses yang kompleks.
Pemberian lidah buaya terutama lendirnya secara topikal
pada luka dapat mempercepat penyembuhan luka karena
lendir lidah buaya mengandung glikoprotein, yang mencegah
inflamasi rasa sakit dan mempercepat perbaikan dan
glukomanan, yaitu senyawa yang diperkaya dengan
polisakarida yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan
fibroblas dan meransang aktivitas dan prolifelasi sel dan
meninkatkan produksi sekresikolagen sehingga dapat
mempercepat penyembuhan luka dan meransang
pertumbuhan kulit.
Kelebihan Kelebihan dari jurnal ini yaitu menjelaskan secara rinci efek
dari gel lidah buaya dan bahasa yang digunakan sederhana
sehingga mudah dipahami.
Kekurangan Kekurangannya yaitu tidak menjelaskan tujuan, metodologi
serta hasil dari penelitian.