Anda di halaman 1dari 13

JURNAL 1

Tanggal
Judul 7 April 2020
KARAKTERISASI EKSTRAK HERBA MENIRAN
(Phyllanthus niruri Linn) DENGAN ANALISA
FLUORESENSI
Jurnal Jurnal Farmasi Higea
Volume & Halaman Vol. 5, No. 2, Hal 15-22
Tahun 2013
Penulis Harrizul Rivai, Refilia Septika, Agusri Boestari
Reviewer Depi Sakinah
Tanggal 7 April 2020

Tujuan Untuk mengetahui kandungan kimia didalam ekstrak herba


meniran dengan analisa fluoresensi.
Abstrak Telah dilakukan pembuatan dan karakterisasi ekstrak ramuan
meniran (Phyllanthus niruri Linn). Ekstrak dibuat
menggunakan etanol 96% sebagai pelarut dan dipekatkan
dengan rotary evaporator. Karakter ekstrak ditentukan dengan
menggunakan analisis fluoresensi. Analisis fluoresensi
dilakukan pada fraksi metanol, fraksi etil asetat, fraksi
kloroform, dan fraksi eter. Fluoresensi fraksi diamati di bawah
UV 254 nm dan UV 366 nm setelah penambahan reagen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa fraksi itu positif
untuk alkaloid ditandai dengan warna hijau terang di bawah
UV 254 nm, positif terhadap flavonoid yang ditandai oleh
cahaya warna kuning di bawah UV 366 nm. Dalam penelitian
ini juga diuji sifat fisik kimia ekstrak.

Pendahuluan Herba meniran sudah dikembangkan menjadi fitofarmaka.


Untuk menjamin mutu fitofarmaka, bahan bakunya yang
berupa simplisia dan ekstrak harus dapat dikarakterisasi.
Salahsatu cara karakterisasi ekstrak adalah dengan cara
melihat dari respon fluoresensinya bila direaksikan dengan
berbagai pereaksi kimia. Oleh karena itu pada penelitian ini
akan dicoba menentukan karakterisasi ekstrak herba meniran
dengan melihat fluoresensinya dibawah sinar tampak dan sinar
ultra violet direaksikan dengan berbagai reagen

Alat Labu alas bulat, kertas saring, kapas, labu ukuran 100 ml,
seperangkat alat soklet, vial (Pyrex), bejana (Pyrex), gelas
ukur (Pyrex), pipet tetes, lampu UV 254 nm dan 366 nm,
timbangan analitik, mikroskop.
Bahan Herba meniran kering yang dikeringkan, dijadikan ekstrak,
etanol 95% (Merck), kloroforom (Merck), etil asetat (Merck),
methanol (Merck), air, Natrium Hidroksida (Merck), asam
pikrat(Merck), asam klorida (Merck), asam asetat (Merck),
asam sitrat (Merck), larutan iodine 5% (Merck), besi (III)
korida 5% (Merck), ammonium (Merck), asam sulfat (Merck),
kalium kromat (Merck), asam asetat glacial (Merck), toluene,
asam sitrat 50%.
Metodologi Metode yang digunakan pada penelitian ini sangat banyak, di
mulai dari pembuatan ekstrak meniran, uji skrinning fitokimia
ekstrak meniran, karakterisasi spesifik ekstrak herba meniran
dan uji karakterisasi simplisia.
Hasil Ekstrak herba meniran mengandung senyawa alkaloid,
flavonoid, saponin, steroid, tannin, dan fenolik. Ekstrak herba
meniran dapat dikarakterisasi dengan lampu UV 254 nm dan
366 nm dengan menimbulkan reaksi warna hijau terang
menandakan positif mengandung alkaloid, warna merah muda
menandakan positif steroid, warna kuning kehijauan positif
flavonoid.
Pembahasan Dari hasil yang didapat bahwa ekstrak dari herba meniran
mengandung alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, fenolik dan
tannin yang dapat dilihat pada hasil uji fitokimia yang telah
dilakukan dengan cara penambahan pereaksi yang tepat.
Penelitian ini dilakukan pada komponen non polar dengan
menggunakan eter, dan semi polar dengan penambahan
chloroforom, etil asetat, polar dengan penambahan methanol
dan air. Identifikasi senyawa no menambahkan reagen dan
diamati dibawah sinar UV 254 nm dan UV 366 nm sehingga
didapat warna sinar dibawah lampu UV 254 nm dan 366 nm
yaitu warna hijau terang, hijau pucat, hijau, coklat, hitam, hijau
kecoklatan, merah muda dimana warna hijau terang yang
terlihat menentukan adanya alkaloid, warna merah muda
menunjukkan adanya steroid, warna kuning menunjukkan
adanya flavonoid, warna hijau yang muncul menandakan
adanya senyawa tannin, sedangkan pada senyawa fenolik
hanya terlihat pada cahaya biasa munculnya warna kuning
kehijauan.

Kelebihan Kelebihan jurnal ini adalah menjelaskan hasil dari penelitian


jurnal dengan terperinci, hasil fraksinasi ekstrak herba meniran
dijelaskan menggunakan penjelasan tabel. Alat dan Bahan
yang dicantumkan mudah dimengerti.
Kekurangan Kekurangan dari jurnal ini tidak menjelaskan hasil skrining
fitokimia dengan menggunakan tabel agar lebih mudah
dipahami.

JURNAL 2

Judul EFEK PEMBERIAN SEDUHAN SELEDRI (APIUM


GRAVEOLENS L.)TERHADAP KADAR ASAM URAT
PADA TIKUS PUTIH JANTAN STRAIN WISTAR
(RATTUS NORVEGICUS) HIPERURISEMIA.
Jurnal Jurnal kedokteran
Volume & Halaman Vol. 9, No. 2, Hal 75-81
Tahun 2013
Penulis Reni Deviandri, Fathiyah Safitri, Djaka Handaja
Reviewer Depi Sakinah
Tanggal 7 April 2020

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh seduhan


seledri (Apium graveolens L.) terhadap penurunan kadar asam
urat pada tikus putih jantan hiperurisemia
Abstrak Efek pemberian seduhan seledri (Apium graveolens L)
terhadap kadar asam urat pada tikus jantan strain wistar
(Rattus norvegicus) Hiperurisemia. Latar belakang: salah satu
jenis tanaman yang diduga dapat menurunkan kadar asam urat
adalah seledri. Seledri mengandung flavonoid dan 3-n
buthylphtalide (3nB) dapat menurunkan kadar asam urat
dengan menghambat kerja enzim xantin oksidase. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh seduhan
seledri (Apium graveolens L.) terhadap penurunan kadar asam
urat pada tikus putih jantan hiperurisemia. Metode penelitian:
menggunakan eksperimental murni, dngan rancangan
Randomized Post Ttest Control Group Design. Sampel
penelitian dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I: kontrol
positif (saripati hati ayam mentah 3 ml/150gr BB selama 21
hari + pakan normal selama 7 hari), II, III dan IV: diberikan
saripati hati ayam mentah 3 ml/150grBB selama 21 hari +
seduhan seledri dengan dosis 50, 100, 150mg/ekor/hari selama
7 hari, V: Kontrol negatif (pakan normal selama 28 hari).
Pengukuran kadar asam urat dengan menggunakan metode
kolometrik enzimatik. Hasil : Hasil pengukuranasam urat
kelompok dengan pemberian seduhan seledri dosis
150mg/ekor/hari menunjukan kadar asam urat paling rendah
(4,679 ± 0,687) dibanding dengan kelmpok kontrol positif
menunjukan kadar asam urat paling tinggi (11,563± 1,541).
Kesimpulan : ada hubungan antara dosis seduhan seledri
(apium graveolens L.) terhadap kadar asam urat pada tikus
putih jantan (Rattus Norvegicus) hiperurisemia.
Pendahuluan Berbagai penelitian telah berhasil membuktikan bahwa
beberapa obat bahan alam sangat efektif untuk digunakan pada
kondisi hiperurisemia. Disamping itu, obat yang berasal dari
bahan alam ini relatif lebih aman, murah dan mudah diperoleh,
karena dapat disediakan sendiri dirumah dengan proses
pembuatan yang sedrhana (florakita, 2009). Adapun manfaat
penelitian secara akademis adalah untuk memberikan
informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian
lebih lanjut mengenai efek penurunan kadar asam urat seduhan
seledri, mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama
mengenai bahan alam yang dapat digunakan sebagai
pengobatan alternatif, sedangkan tujuan secara klinis adala
melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh pilihan terapi
adjuvant dengn menggunakan bahan alam disekitar kita
dengan biaya yang terjangkau masyarakat luas.

Alat Timbangan analitik, pisau, mortal martil, gelas ukur dan


spatula. Alat yang digunakan unntuk uji hiperurisemia adalahh
kandang metabolik lengkap dengan tempat makan dan minum
timbangan analitik syringe, kanule, gelas ukur, gelas beker
serta pipet tetes. Sedangkan alat untuk analisis kadar asam urat
dalam serum adalah mikrohematrikrit, pipet tetes, tabung
eppeendorf 2ml, spektrofotometer dengan panjang gelombang
500-550 nm,mikropipet, sentripuge, tabung kuvet.
Bahan 25 ekor tikus putih jantan strainwistar usia 2-3 bulan, saripati
hati ayam, reagen asam urat pakan tikus dan aquadest.
Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni (true
experimen) yang dilakukan didalam laboraterium dengan
menggunakan hewan coba tikus putih jantan untuk keperluan
eksplorasi. Design penelitian yang digunakan adalah poost test
control group design, yaitu dilakukan
pengamantan/pengukuran kadar asam urat sesudah perlakuan
(rofieq, 2001). Penelitian dilakukan selama 32 hari
dilaboratorium kimia kampus III Universitas Muhamadia
Malang.
Hasil Diketahui bahwa induksi sari pati hati ayam menyebabkan
peningktan kadar asam urat dan pemberian seduhan seledri
dapat menurunkan kadar asam urat serum secara signifikan
pada tikus yang di induksi seduhan seledri selama 21 hari. Hal
ini menunjukan bahwa flavonoid dan 3-n butilphthalid (3 nB)
bersipfat anti oksidan yang dapat mencegah produksi asam
urat yang berlebuhan pada tikus. Dengan demikian hasil
penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu
pemberian seduhan seledri (apium graveolens L.) dapat
menurunkan kadar asam urat serum tikus putih (Rattus
norvegicus) hiperurisemia.
Pembahasan Pemberian dosis seduhan seledri diberikan dalam tiga variasi
dosis yang berbeda untuk mengetahui dosis mana yang paling
efektif menghambat kenaikan kadar asam urat serum tikus.
Diketahui bahwa dosis paling efektif yaitu dosis yang paling
tinggi yang mampu memberikan hasil yang paling mendekati
normal adalah kelompok perlakuan IV yaitu pemberian
seduhan seledri sebnyak 150 mg/ekor/dl. Dosis ini bila
dikonversikan untuk manusia maka akan didapatkan dosis
volume besar yaitu 6 mg/150ml.
Kelebihan Kelebihan jurnal ini adalah menjelaskan hasil dari penelitian
jurnal dengan terperinci, hasil yang didapatkan dijelaskan
menggunakan tabel dan diagram sehingga mudah dimengerti.
Kekurangan -
JURNAL 3
Judul Ekstrak Air Tapak Dara Menurunkan Kadar Gula
dan Meningkatkan Jumlah Sel Beta Pankreas
Kelinci Hiperglikemia

Jurnal Jurnal Vetriner


Volume & Halaman Vol. 12, No. 1, Hal 7-12
Tahun 2011
Penulis Srikayati Widyaastuti dan I Nyoman Suarsana
Reviewer Depi Sakinah
Tanggal 7 April 2020

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ekstrak air


tapak darah (catharanthus rouseus) menurunkan kadar glukosa
darah dan meningkatkan julah sel beta pangkeras pada kelinci
hiperglikemia.
Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui peran
ekstrak air tapak dara (Catharanthus roseus)
menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan
jumlah sel beta pankreas pada kelinci hiperglikemia.
Penelitian ini menggunakan 15 ekor kelinci jantan lokal,
ditempatkan secara acak dan dibagi ke dalam 5
kelompok perlakuan. Kelompok 1 (K-) adalah perlakuan
kontrol negatif, kelompok 2 (K+) adalah kelompok
positif hiperglikemia, kelompok 3 (KT1) dan kelompok
4 (KT2) adalah kelompok hiperglikemia yang diberi
50% ekstrak air daun tapak dara dosis masing-masing 1
dan 2 g/kg bb dan kelompok 5 (KO) adalah kelompok
hiperglikemia yang diberi obat glibenklamid 2 mg/kg bb.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
air daun tapak dara dosis 1 g/kg bb belum mampu
menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci
hiperglikemia sedangkan pemberian dosis 2 g/kg bb
mampu menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci
dalam keadaan hiperglikemia dan tidak berbeda nyata
bila dibandingkan dengan perlakuan obat glibenklamid
(P>0,05). Secara imunohistokimia dapat dinyatakan
bahwa ekstrak air daun tapak dara mampu menstimulasi
sel beta pankreas untuk menghasilkan hormon insulin.
Pendahuluan
Kerusakan pada sel-sel beta penghasil insulin menyebabkan produksi atau
sekresi isulin mengalami penurunan. Keadaan ini dapat menyebabkan kondisi
hiperglikemia yang mengakibatkan terjadinya penyakit diabetes. Oleh
karena itu, perlu dicari suatu obat alternatif yang mengandung bahan aktif
yang berfungsi sebagai penurun kadar glukosa darah dan dapat mempercepat
regenerasi sel beta. Akhir-akhir ini, komponen bahan aktif dari beberapa
tanaman obat, dan bahan pangan telah dilaporkan mempunyai aktivitas
biologis yang berguna untuk pengobatan penyakit diabetes secara empiris.
Efek hipoglikemik komponen bioaktif pada tanaman tersebut berkontribusi
dalam mengembalikan fungsi sel beta pankreas sehingga menyebabkan
peningkatan sekresi insulin (Klein et al., 2007). Dilaporkan pula, kebanyakan
tumbuhan yang mengandung flavonoid, glikosida, alkaloid, terpenoid, dan
keratenoid mempunyai efek sebagai antidiabetes (Kim et al., 2006).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah
tapak dara (Catharanthus roseus). Bagian-bagian tanaman ini baik pada akar,
batang, daun hingga bunga mengandung zat kimia, seperti alkaloid,
leurosine,vinblastin, vincristine, dan vindoline yang bermanfaat untuk
mengobati diabetes
melitus, hepatitis, asma dan bronkitis (Dalimartha, 2003; Sumarsi dan
Hutajulu, 2003).

Alat Blender, lemari pendingin, blood glucose test meter.


Bahan Kelinci jantan lokal 15 ekor umur 5 bulan dengan rataan badan
1570g, tapak darah segar, ekstek tapak darah, suklosa,
glibenklamid, aquadest.
Metodologi Metode yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari
penyiapan ekstak daun tapak darah, perlakuan hewan
percobaan, aalisis kadar glukosa darah, deteksi insulin pada
pangkreas secara imunohistokimia dan analisis data.
Hasil Pemberian ekstrak air daun tapak dara mampu
mencegah naiknya kadar glukosa darah pada kelinci
dalam keadaan hiperglikemia sesaat dan secara
imunohis-tokimia mampu menstimulasi sel beta
pankreas untuk menghasilkan hormon insulin.

Pembahasan
Hasil uji daya hipoglikemia ekstrak air tapak dara terhadap kadar glukosa
darah pada kelinci percobaan disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1, tersaji
bahwa kadar glukosa darah kelinci pada awal percobaan pada semua
kelompok berkisar antara 91,7-94 mg/dl dan tidak berbeda nyata (P>0,05).
Menurut Malole dan Pramono (1989), kadar glukosa darah normal pada
kelinci berkisar antara 75-150 mg/ dl. Setelah pemberian sukrosa 3 g/kgbb,
kadar glukosa darah kelinci percobaan sangat bervariasi. Data Tabel 1
menunjukkan bahwa respon kadar glukosa darah yang diamati setelah
perlakuan hiperglikemia mengalami kenaikan dan terus naik mencapai
kadar tertinggi pada menit ke-60 setelah perlakuan. Kemudian perlahan
turun hingga mendekati kadar glukosa awal sampai pada menit ke-180.
Menurut Gottesman 2004, glibenklamid merupakan obat hipoglikemik oral
golongan sulfonilurea, yang bekerja menurunkan kenaikan kadar gula darah
dengan cara meningkatkan kerja insulin untuk menurunkan kadar glukosa
darah. Peran insulin dalam penyerapan glukosa ke dalam sel dimulai dari
ditangkapnya insulin oleh reseptor pada membran sel, kemudian kompleks
insulin-reseptor akan mengaktifkan ATP-ase membran sehingga memecah
ATP menjadi ADP. Kompleks insulin-respetor ini akan memberi signal
untuk mengatifkan tranporter glukosa (GLUT-4) sehingga siap untuk
menerima dan memindahkan glukosa dari luar ke dalam sel (Lienheard et al.,
2002).
Berdasarkan pada jumlah sel beta pankreas dan profil hormon insulin secara
imunohisto- kimia dapat dinyatakan bahwa ekstrak air daun tapak dara diduga
mampu merangsang sel beta untuk menghasilkan dan melepaskan hormon
insulin. Meskipun demikian perlu dilakukan analisis kadar hormon insulin
pada serum atau plasma.
Kelebihan Kelebihan jurnal ini adalah menjelaskan hasil dari penelitian
jurnal dengan terperinci, hasil yang didapatkan dijelaskan
menggunakan tabel dan gambar fotomikrograf pewarnaan
imunohistokimia insulin pada sel beta pankreas sehingga
mudah dimengerti.
Kekurangan -

JURNAL 4

Judul Efek Farmakologi Pegagan (Centella asiatica (L.)


Urban) Sebagai Suplemen Pemacu Daya Ingat
Jurnal Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN
Alauddin Makassar
Volume & Halaman 262-266
Tahun 2016
Penulis Bayyinatul Muchtaromah Dan Leny Rusvita
Umami
Reviewer Depi Sakinah
Tanggal 07 April 2020

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara


penyediaan dan lama pemberian pegagan untuk
meningkatkan daya ingat tikus
Abstrak Pegagan telah lama digunakan sebagai obat herbal
berbagai macam penyakit diantaranya : tekanan darah
tinggi, diabetes, sariawan dan penambah daya ingat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara
penyediaan dan lama pemberian pegagan untuk
meningkatkan daya ingat tikus. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap faktorial yang
terdiri dari cara penyediaan (ekstrak etanol daun pegagan,
daun segar dan rebusan) serta lama pemberian ekstrak
pegagan (28 hari dan 42 hari). Penelitian ini terdiri dari 5
perlakuan dan 3 ulangan. Cara pemberian pegagan berupa
daun segar dan rebusan diketahui dapat meningkatkan daya
ingat tikus yang mengalami nekrosis sel otak, tidak berbeda
nyata dengan cara pemberian ekstrak.

Pendahuluan Masyarakat Indonesia yang telah memanfaatkan pegagan


secara turun-temurun adalah masyarakat Sasak Lombok,
Bengkulu dan Jawa. Mereka mengkonsumsi pegagan dalam
bentuk segar sebagai lalapan untuk makan pagi atau
siang, sedangkan rebusannya banyak digunakan mengobati
berbagai penyakit termasuk penyakit penurunan daya ingat.
Namun demikian sampai saat ini belum ada bukti ilmiah
tentang efek konsumsi pegagan sebagai mana kebiasaan
masyarakat tersebutterhadap kemampuan daya ingat. Oleh
karena hal tersebut di atas, pada penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan efek pemberiaan pegagan segar dan
rebusan dibandingkan dengan ekstea dalam memacu
kemampuan daya ingat pada hewan percobaan tikus.
Alat dan Bahan Alat :
Rotary evaporator, Alat uji yang digunakan adalah alat uji
menghindar pasif metode jarvik.
Bahan :
Pegagan (segar, air rebusan dan ekstak etanol),
menggunakan 30 ekor tikus putih betina strain wistar umur 4
bulan dengan berat badan 200-250 g, hormon prostaglandin,
aloksan, Na CMC 0,5%, Aquadest
Metodologi Rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri dari cara
penyediaan (ekstrak etanol daun pegagan, daun segar dan
rebusan) serta lama pemberian ekstrak pegagan (28 hari dan
42 hari). Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan.
Cara pemberian pegagan berupa daun segar dan rebusan
diketahui dapat meningkatkan daya ingat tikus yang
mengalami nekrosis sel otak, tidak berbeda nyata dengan
cara pemberian ekstrak.
Hasil Hasil analisis statistik menunjukkan adanya
pengaruh cara penyediaan pegagan terhadap kemampuan
daya ingat tikus putih (Rattus norvegicus), tetapi lama
pemberian serta interaksi cara penyediaan dan lama
permberian pegagan tidak berpengaruh terhadap
kemampuan daya ingat tikus putih (Rattus norvegicus ).
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa tiga
macam sediaan pegagan yang terdiri dari bentuk ekstek ( P1),
daun segar (P2), maupun air rebusan (P3) memiliki lama
waktu retensi yang tidak mengindikasikan bahwa bentuk
sediaan pegagan yang selama ini diwarisi oleh masyarakat
lokal indonesia (Bengkulu, Jawa dan Lombok) sama-sama
berkhasiat untuk memperbaiki nekrosis sel otak dan memacu
daya ingat.
Kemampuan pegagan untuk memacu daya ingat di duga
disebabkan oleh senyawa triterpenoid saponin (asiaticoside)
yang terkandung didalamnya (kumar dan gupta, 2006).
Senyawa ini diketahui dapat memperbaiki kerusakan
pembulu darah sehingga mempelancar peredaran dara ke
otak dan mampe meregenerasi sel dan penyembuhan luka
(Febrianika, 2008). Proses ini diawali penghambatan Na +
K+ ATVac pada otak yang mengakibatkan depolarisasi
kalsium didalam retikulum.
Kelebihan Kelebihan dari jurnal ini yaitu menjelaskan hasil uji retensi I
dan uji retensi II dengan menggunakan diagram sehingga
mudah dipahami.
Kekurangan Kekurangannya yaitu alat dan bahan yang digunakan tidak
dikelompokkan sehingga menyulitkan pembaca.

JURNAL 5

Judul LIDAH BUAYA (ALOE VERA) UMTUK


PENYEMBUHAN LUKA
Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Volume & Halaman Vol. 5, No. 4. Hal : 149-153
Tahun 2016
Penulis Rienda Monica Novyana dan Susianti
Reviewer Depi Sakinah
Tanggal 07 April 2020

Tujuan
Abstrak Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap
manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya
integritas epitelial daro kulit. Kulit berperan sangat penting
dalam mengatur keseimbangan air serta elektrolit,
termoregulasi, dan berfungsi sebagai barrier terhadap
lingkungan luar termasuk mikroorganisme. Saat barier ini
rusak karena berbagai penyebab, maka kulit tidak dapat
melaksanakan fungsinya secara adekuat. Oleh karena itu
sangat penting untuk mengembalikan integritasnya sesegera
mungkin. Penyembuhan luka yang normal merupakan suatu
proses kompleks dan dinamis. Proses penyembuhan luka
dapat dibagi menjadi tiga fase pokok, yaitu hemostatis dan
inflamasi, proliferasi, serta maturasi, dan remodelling.
Penyembuhan luka melibatkan aktivitas jaringan yang terdiri
atas sel-sel darah, jenis jaringan, sitokin, dan faktor
pertumbuhan yang menyebabkan peningkatan aktivitas
seluler. Beberapa faktor gizi diperlukan untuk perbaikan luka
dapat meningkatkan penyembuhan waktu dan hasil luka.
Proses penyembuhan dapat dibantu dengan pengobatan secara
alami yaitu dengan pemberian gel lidah buaya secara topikal
yang diteliti dapat mempercepat proses penyembuhan luka
karena tumbuhan lidah buaya dapat merangsang proliferasi
beberapa jenis sel.
Pendahuluan Merujuk kepada beberapa aktivitas farmakologi, dikaitkan
dengan tanaman lidah buaya termasuk antiinframasi
antiarthirtis, antibakteri, antijamur, dan efek hipoglikemik.
Karena sifat antibakteri dan anti jamur dari lida buaya,
tanaman ini mencegah terhadap timbulnya ketombe dikepala.
Efek lain dari lidah buaya yaitu pada bagian gelnya dapat
menyembukan luka dan trauma kulit lainnya. Demikian pula
untuk mengurangi rasa sakit pada lokasi trouma terlihat
dengan penggunaan obat ini. Efek kelembaban dari lidah
buaya telah dibuktikan dalam bentuk produk topikal dengan
baik. Komponen penyembuh berhubungan dengan senyawa
yang disebut glukomanan, yang diperkaya dengan
polisakarida. Glukomanan mempengaruhi faktor
pertumbuhan fibroblas dan meransang aktifitas dan
proliferasi sel dan meningkatkan produksi dan sekresi
kolagen. Lendir lidah buaya tidak hanya meningkatkan
jumlah kolagen di situs luka, tetapi juga meningkatkan
koneksi transversal antar ikatan sehingga sebagai hasilnya
mempercepat perbaikan luka.
Alat dan Bahan Alat :
Bahan :
Gel lidah buaya
Metodologi Deskriptif.
Hasil Penggunaan lidah buaya terutama lendirnya efektif untuk
mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi rasa sakit
pada luka.
Pembahasan Luka merupakan hilangnya integritas epitelial dari kulit.
Kulit merupakan barier. Saat barier ini rusak karena berbagai
penyebab maka kulit tidak dapat melaksanakan fungsinya
secara adekuat. Oleh karena itu sangat penting untuk
mengembalikan integritas nya sesegera mungkin.
Penyembuhan luka melibatkan proses yang kompleks.
Pemberian lidah buaya terutama lendirnya secara topikal
pada luka dapat mempercepat penyembuhan luka karena
lendir lidah buaya mengandung glikoprotein, yang mencegah
inflamasi rasa sakit dan mempercepat perbaikan dan
glukomanan, yaitu senyawa yang diperkaya dengan
polisakarida yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan
fibroblas dan meransang aktivitas dan prolifelasi sel dan
meninkatkan produksi sekresikolagen sehingga dapat
mempercepat penyembuhan luka dan meransang
pertumbuhan kulit.
Kelebihan Kelebihan dari jurnal ini yaitu menjelaskan secara rinci efek
dari gel lidah buaya dan bahasa yang digunakan sederhana
sehingga mudah dipahami.
Kekurangan Kekurangannya yaitu tidak menjelaskan tujuan, metodologi
serta hasil dari penelitian.

Anda mungkin juga menyukai