Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi DokterBagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak
Oleh:
Bioladwiko
30101206598
Pembimbing:
dr.Ariawan Setiadi, Sp. A
Nama : Bioladwiko
NIM : 30101206598
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Judul : Seorang Anak usia 12 tahun dengan Dengue Shock Syndrome
Teratasi
Pembimbing,
A. IDENTITAS PENDERITA
• Nama : An. M
• Umur : 12tahun
• Jenis kelamin :Laki-laki
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Alamat : Grogol, Karang Tengah,Demak
• Bangsal : Dahlia
• No. CM : 0120014550xx
• Masuk RS : Kamis, 20 Oktober 2016 jam 19.44
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu penderita dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2016
pukul 22.30 WIB di ruang Dahlia dan didukung dengan catatan medis.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 20 oktober 2016 pukul 22.30WIB di
Bangsal Dahlia RSUD Sunan Kalijaga Demak. Anak laki-laki usia 12 tahun 3
bulan, BB : 45 kg, tinggi badan 160 cm.
a. Keadaan umum: Tampak lemah, pucat dan gelisah
b. Kesadaran : apatis ( GCS : E4V4M5 )
c. Tanda vital:
a) TD : 100/70 mmHg
b) Nadi : 100x/menit (reguler, isi, dan tegangan lemah)
c) RR : 26 x/menit
d) Suhu : 37,0 oC (aksila)
d. Status Gizi
BB sekarang : 45 kg
TB sekarang : 160 cm
HAZ = Usia 12 tahun, TB 160 cm = 0<x<2 SD (perawakan sesuai usia)
BMI for age = Usia 12 tahun, BMI 17,57 = 0 < x < 1 SD (normal)
Kesan :Gizi cukup
e. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : mesocephal, rambut tidak mudah dicabut
b) Kulit : sianosis (-), turgor kembali cepat<2 detik, ikterus (-)
c) Mata : cekung -/-, konjungtiva anemis -/-, edem palpebra -/-
d) Telinga : sekret -/-, hiperemis -/-
e) Hidung : nafas cuping hidung (-), epistaksis (-), secret (-)
f) Mulut :bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-), perdarahan gusi (-),
mukosa hiperemis (-), tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak
hiperemis.
g) Leher : tidak ada pembesaran KGB
h) Thorax
Pulmo :
- Inspeksi : simetris, retraksi costa -/-
- Palpasi : sterm fremitus kanan = kiri, krepitasi (-)
- Perkusi : sonor seluruh lapang paru, redup -
- Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor
- Inspeksi : pulsasi iktus kordis tak tampak
- Palpasi :Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid
claviculasinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
- Perkusi : redup
- Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
i) Abdomen
• Inspeksi : datar
• Auskultasi : BU (+) normal
• Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
• Palpasi :turgor kembali cepat, nyeri tekan
epigastrium(+), hepar teraba ± 3 cm di bawah arcus costa
Kesan : Hepatomegali
j) Ekstremitas
a. Akral dingin : Superior (+/+) Inferior (+/+)
b. Kulit pucat : Superior (-/-) Inferior (-/-)
c. Oedem Extremitas : Superior (-/-) Inferior (-/-)
d. Ptekie : Superior (-/-) Inferior (-/-)
e. Capillary Refill : Superior (>2”/>2”) inferior (>2”/>2”)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium Darah Rutin
Pemeriksaan 20/10/2016 21/10/2016 22/10/2016 23/10/2016 24/10/2016
Hemoglobin 20,1 gr/dl 18,8 gr/dl 13,8 gr/dl 14,1 gr/dl 13,8 gr/dl 14,3 gr/dl
Hematokrit 53,6 % 50,1 % 37,2 % 38,4 % 37,6 % 39,4 %
Leukosit 11.500/µl 8.400/µl 7.600/µl 6.200/µl 5.800/µl 5.500/µl
Trombosit 23.000/µl 12.000/µl 21.000/µl 15.000/µl 25.000/µl 41.000/µl
Widal O/H - - 1/200 1/100 - -
E. PROBLEM MASALAH
Problem aktif Problem pasif
• Demam • Riwayat imunisasi tidak
• Nyeri kepala dapat dinilai
• Nyeri perut • Nafsu makan dan minum
• Nyeri otot menurun
• Lemas/letargi
• Muntah
• Nadi cepat, isi dan
tegangan lemah
• Akral dingin
• Pf : nyeri abdomen di
epigastrium,
Hepatomegali
Laboratorium :
Trombositopeni,
hemokonsentrasi
F. DIAGNOSIS BANDING
DHF
Demam Dengue
Syok Septik
G. DIAGNOSIS KERJA
1. Diagnosis utama : DSS syok teratasi
2. Diagnosis komorbid :-
3. Diagnosis komplikasi :-
4. Diagnosis gizi : gizi baik
5. Diagnosis sosial ekonomi : kurang
6. Diagnosis Imunisasi : imunisasi dasar sulit dinilai
7. Diagnosis Pertumbuhan : sesuai dengan usia
8. Diagnosis Perkembangan : sesuai dengan usia
H. INITIAL PLAN
Initial Plan Diagnosis
• Darah rutin
• Pemeriksaan IgG dan IgM Dengue
• Kadar elektrolit
• X foto Thorax RLD
Initial Plan Terapi
• Oksigen 2-5L/menit
• Infus RL 20 tpm
• Inj. Ranitidin 2x1 amp iv
• Inj. Ondansetron 3x1 amp iv
• P/O Parasetamol 3x500 mg tab
Initial Edukasi
• Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami,
penyebab, dan penatalaksanaan yang dilakukan
• Menjelaskan prognosis dari penyakit tersebut
• Menjelaskan pada keluarga pasien dan pasien sendiri untuk merubah
gaya hidup menjadi lebih bersih. Menyarankan pasien dan keluarganya
agar melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang
meliputi 4 M plus : menguras, meutup, mengubur, memantau serta
jangan menggantung baju, memelihara ikan, menaburkan bubuk abate
di tempat penampungan yang tidak terjangkau,mencegah gigitan
nyamuk dengan menggunakan lotion anti nyamuk atau menggunakan
kelambu.
• Memotivasi pasien dan keluarganya agar mengkonsumsi makanan
bergizi supaya meningkatkan daya tahan tubuh karena DBD adalah
penyakit yang disebabkan virus, yang dapat dicegah dan diobati
dengan daya tahan tubuh yang baik.
I. PROGNOSIS
• Quo ad vitam (kehidupan) : dubia ad Bonam
• Quo ad sanationam (sembuh) : dubia ad Bonam
• Quo ad functionam (fungsi organ) : dubia ad Bonam
J. PROGRESS NOTE
A. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan demam 3 hari yang lalu,demam dirasakan naik
turun, sudah diberi obat, namaun tidak membaik.. Sebelumnya pasien
melakukan aktivitas, makan dan minum seperti biasa, tiba-tiba demam tinggi
mendadak tidak pernah bepergian jauh, tidak bepergian keluar jawa atau
daerah timur Indonesia. Pasien tidak mampu beraktifitas seperti biasanya dan
hanya bisa beristirahat dikamar tidur. Demam disertai nyeri perut, mual (+),
muntah 4 kali sehari, lemas (+), gelisah (+), badan terasa pegel-pegel (+)
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum pasien tampak letargi.
2. Tanda vital pasien: nadi 100 x/menit (reguler, isi dan tegangan lemah,
pernafasan 26 x/menit, suhu 37,0º C (axilla)
3. Pemeriksaan fisik didapatkan tanda akral dingin, nyeri tekan epigastrik dan
hematomegali.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah didapatkan trombositopeni dan
hemokonsentrasi
Untuk menegakkan diagnosis harus memenuhi kriteria sebagai berikut (WHO):
Klinis :
1. Panas 2 – 7 hari
2. Tanda-tanda perdarahan, paling tidak tes RL yang positif
3. Adanya pembesaran hepar
4. Gangguan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah, nadi
meningkat dan lemah serta akral dingin
Laboratorium :
1. Terjadi hemokonsentrasi (PCV meningkat > 20 %)
2. Thrombocytopenia (Thrombocyte <100.000/cmm)
Dengan merujuk kepada pengertian dari DHF Shock (DSS), yaitu demam
berdarah dengue yang disertai dengan gangguan sirkulasi, terdiri dari, maka
dapat diperoleh pula kriteria klinis DSS sebagai berikut :
DHF grade III :
1. Tekanan darah sistolik < 80 mmHg
2. Tekanan nadi < 20 mmHg
3. Nadi cepat dan lemah
4. Akral dingin
DHF grade IV :
1. Shock berat
2. Tekanan darah tidak terukur, nadi tidak teraba
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada
pasien ini sudah memenuhi kriteria DSS,. Selain itu pasien juga sulit
makan dan minum sehingga mengalami kesulitan intake nutrisi dan
keluarga pasien tidak bisa merawat pasien di rumah. Sehingga pasien ini
memenuhi kriteria untuk dirawat inap di rumah sakit.
Tatalaksana umum DBD Disertai Syok (Dengue Syok Sindrom (DSS) /
Derajat III, IV)
• Penggantian Volume plasma segera
• Cairan IV Bolus RL 10-20 ml/KgBB dalam 30 menit
• Bila Syok belum teratasi berikan RL 20 ml/KgBB + Koloid 20-30
ml/KgBB/Jam Max 1500 ml/hari
• Pemberian cairan 10 ml/KgBB/Jam tetap diberikan 1 Jam Paska
Syokditurunkan 7 ml/KgBB/Jam diturunkan 5ml/KgBB/Jam
sampai 3 ml/KgBB/Jam apabila TTV dan Diuresis baik
• Monitoring Urin 1 ml/KgBB/Jam
• Cairan tidak perlu diberikan 48 pasca syok teratasi
• Oksigen 2-4 L/Menit
• Koreksi Asidosis Metabolik
• Tranfusi Darah
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Dengue Shock Syndrome
1. Definisi
Dengue Shock Syndrome
Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindrom syok yang terjadi pada
penderita Dengue Hemorhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue.
Dengue Shock Syndrome bukan saja merupakan suatu permasalahan
kesehatan masyarakat yang menyebar dengan luas dan tiba-tiba, tetapi juga
merupakan suatu permasalahan klinis, karena 30-50% penderita demam berdarah
dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan kematian terutama bila
tidak ditangani secara dini dan adekuat.
2. Etiologi
Virus Dengue grub B Arbovirus yang sekarang dikenal dengan Genus Flavivirus
Famili Flaviviridae mempunyai 4 Serotipe :
• Den-1
• Den-2
• Den-3, paling sering di Indonesia
• Den-4
Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus
yang berbeda antigen.Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan serotipenya
adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini
akan memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan
terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis
DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.Dengue adalah
penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.Nyamuk ini
adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari.Faktor resiko penting pada
DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti umur, status imunitas, dan
predisposisi genetis.
Virus dengue yang matur terdiri dari single stranded RNA genom (ssRNA)
yang mempunyai polaritas positif. Genom ini dikelilingi oleh Nucleocapsid
icosahedral dengan diameter 30 nm.Nucleocapsid ini ditutupi oleh suatu lipid
envelope yang tebalnya 10 nm.Genom virus mengandung 3 protein struktural dan
7 protein non struktural.Protein struktural termasuk kapsul protein yang kaya
arginine dan lisin serta protein prM nonglycosylated. Sedangkan protein non
struktural dikenal sebagai NS1-7 yang mempunyai fungsi yang berbeda.13
3. Insiden
Suatu penelitian di Jakarta oleh Sumarmo (1973-1978) mendapatkan bahwa
penderita DSS terutama pada golongan umur 1-4 tahun (46,5%), sedang wong
(1973) dari singapura melaporkan pada umur 5-10 tahun dan di Manadoterutama
dijumpai pada umur 6-8 tahun kemudian pada tahun 1983 didapatkan terbanyak
pada umur 4-6 tahun.Tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin tetapi
kematian lebih banyak ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
Jumlah penderita DBD/DHF yang mengalami renjatan berkisar antara 26-
65%, dimana Sumarmo dkk.(1985) mendapatkan 63%, Kho dkk. (1979)
melaporkan 50%, Rampengan (1986) melaporkan 59,4% sedangkan WHO
(1973) melaporkan 65,45% dari seluruh penderita demam berdarah dengue yang
dirawat.
4. Patofisiologi
Patofisiologi pada Dengue Shock Syndrom ialah tejadinya peninggian
permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak dengan akibat terjadinya
perembesan plasma dan elekrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan
masuk kedalam ruang interstitial, sehingga menyebabkan hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi cairan ke rongga serosa.
Pada penderita dengan renjatan berat maka volume plasma dapat berkurang
sampai kurang lebih 30 % dan berlangsung selama 24-48 jam.Renjatan
hipovolemi ini bila tidak segera diatasi maka dapat mengakibatkan anoksia
jaringan, asidosis metabolik, sehingga terjadi pergeseran ion kalium intraseluler
ke ekstraseluler. Mekanisme ini diikuti pula dengan penurunan kontraksi otot
jantung dan venous pooling, sehingga lebi lanjut akan memperberat renjatan.
Sebab lain kematian penderita DSS ialah perdarahan hebat saluran
pencernaan yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak
diatasi adekuat.
Terjadinya perdarahan ini disebabkan oleh :
a. Trombositopenia hebat, dimana trombosit mulai menurun pada masa
demam dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan.
b. Gangguan fungsi trombosit
c. Kelainan system koagulasi, masa tromboplastin partial, masa
protrombin memanjang sedangkan sebagian besar penderita
didapatkan masa thrombin norma. Beberapa factor pembekuan
menurun, termasuk factor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen.
d. Pembekuan intravaskuler yang meluas (Disseminated Intravascular
Coagulation-DIC).
5. Manifestasi Klinis
Dengue Shock Syndrome (DSS) menurut klasifikasi WHO (1975)
merupakan demam berdarah dengue derajat III dan IV atau demam berdarah
dengue dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai tingkat renjatan.
Renjatan :
Terjadinya renjatan pada DBD biasanya terjadinya pada saat atau setelah
demam menurun yaitu antara hari ke-3 dan ke-7, bahkan renjatan dapat terjadi
pada hari ke-10.
Manifestasi klinik renjatan pada anak terdiri atas :
a. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan
dan hidung.
b. Anak semula rewel, cengeng dan gelisah lambat-laun ksadaran
menurun menjadi apati, spoor dan koma.
c. Peubahan nadi baik frekuensi maupun amplitudonya.
d. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang.
e. Tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang.
f. Oligouri sampai anuria.
6. Diagnosis
Hingga kini diagnosis DBD/DSS masih berdasarkan atas patokan yang telah
dirumuskan oleh WHO pada tahun 1975 yang terdiri dari 4 kriteria klinik dan 2
kriteria laboratorik dengan syarat bila criteria laboratorik terpenuhi ditambah
minimal 2 kriteria klinik (satu diantaranya ialah panas) seperti yang telah
diuraikan diatas.
Derajat I dan II disebut DHF/DBD tanpa renjatan sedang derajat III dan IV
disebut DHF/DBD dengan renjatan atau DSS.Wong dkk. (1973) juga
mengemukakan beberapa tanda dan gejala yang perlu diperhatikan dalam
diagnosis klinik penderita dengue shock syndrome, yaitu :
1. Clouding of sensorium
2. Tanda-tanda hipovolemia, seperti akral dingin, tekanan darah menurun
3. Nyeri perut
4. Tanda-tanda perdarahan diluar kulit, dalam hal ini seperti epistaksis,
hematemesis, melena, hematuri, dan hemoptisis
5. Trombositopenia berat
6. Adanya pleural efosion pada toraks foto
7. Tanda-tanda miokarditis pada EKG
Laboratorium :
3. Terjadi hemokonsentrasi (PCV meningkat > 20 %)
4. Thrombocytopenia (Thrombocyte <100.000/cmm)
Dengan merujuk kepada pengertian dari DHF Shock (DSS), yaitu demam
berdarah dengue yang disertai dengan gangguan sirkulasi, terdiri dari, maka
dapat diperoleh pula kriteria klinis DSS sebagai berikut :
DHF grade III :
5. Tekanan darah sistolik < 80 mmHg
6. Tekanan nadi < 20 mmHg
7. Nadi cepat dan lemah
8. Akral dingin
DHF grade IV :
3. Shock berat
4. Tekanan darah tidak terukur, nadi tidak teraba
8. Penatalaksanaan
Pada dasarnya bersifat suportif,yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat
perdarahan. Pasien DB dapat berobat jalan,sedangkan pasien DBD dirawat di
ruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan
perawatan intensif. Fase kritis pada umunya terjadi pada hari ke-3.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam
tinggi,anoreksia dan muntah. Pasien perlu diberi minum banyak,50ml/kgBB
dalam 4-6 jam pertama berupa air teh dengan gula,sirup,susu,sari buah atau
oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi,berikan cairan rumatan 80-
100ml/kgBB dalam 24 jam berikutnya. Hipererksi dapat diatasi dengan
antipiretik,dan bila perlu surface cooling dengan kompres es dan alkohol
70%.Parasetanol direkomendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis 10-
15mg/kgBB/kali.
Segera beri infus kristaloid (Ringer Laktat atau NaCl 0,9% ) 20
ml/kgBB secepatnya( diberikan dalam lobus selama 30 menit) dan oksigen 2
liter/menit. Untuk DSS berat (DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi
tidak terukur, diberikan ringer laktat 20 mg/kgBB bersama koloid). Observasi
tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa
elektrolit dan gula darah.
Apabila dalam waktu 3 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat
belum dilanjutkan 20 ml/kgBB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau
koloid (dekstran 40) sebanyak 10-20 ml/kgBB, maksimal 30 ml/kgBB (koloid
diberikan pada jalur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan secepatnya.
Observasi keadaan umum, tekanan darah,keadaan nadi tiap 15 menit, dan
periksa hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis,elektrolit dan gula darah.
9. Komplikasi
1. Perdarahan massif
2. Kegagalan pernapasan akibat udema parau atau kolaps paru
3. Ensefalopati dengue
4. Kegagalan jantung
11. Pencegahan
Pengembangan vaksin untuk dengue sangat sulit karena keempat
jenis serotipe virus bisa mengakibatkan penyakit.Perlindungan terhadap
satu atau dua jenis serotipe ternyata meningkatkan resiko terjadinya
penyakit yang serius.
Saat ini sedang dicoba dikembangkan vaksin terhadap keempat
serotipe sekaligus.sampai sekarang satu-satunya usaha pencegahan atau
pengendalian dengue dan dhf adalah dengan memerangi nyamuk yang
mengakibatkan penularan. A. aegypti berkembang biak terutama di
tempat-tempat buatan manusia, seperti wadah plastik, ban mobil bekas
dan tempat-tempat lain yang menampung air hujan. nyamuk ini menggigit
pada siang hari, beristirahat di dalam rumah dan meletakkan telurnya pada
tempat-tempat air bersih tergenang.
Pencegahan dilakukan dengan langkah 4 M :
1. menguras bak air
2. menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat
berkembang biak nyamuk
3. mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air
4. memantau.
Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan
insektisida yang membunuh larva nyamuk seperti abate. Hal ini bisa
mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa minggu, tapi
pemberiannya harus diulang setiap beberapa waktu tertentu.di tempat
yang sudah terjangkit dhf dilakukan penyemprotan insektisida secara
fogging, tapi efeknya hanya bersifat sesaat dan sangat tergantung pada
jenis insektisida yang dipakai. Di Samping itu partikel obat ini tidak
dapat masuk ke dalam rumah tempat ditemukannya nyamuk
dewasa.Untuk perlindungan yang lebih intensif, orang-orang yang
tidur di siang hari sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa
nyamuk di pintu dan jendela, menggunakan semprotan nyamuk di
dalam rumah dan obat-obat nyamuk yang dioleskan.
12. Prognosis
Prognosa penderita tergantung dari beberapa faktor :
1. Sangat erat kaitannya dengan lama dan beratnya renjatan, waktu,
metode, adekuat tidaknya penanganan
2. Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam pertama
pemberian infuse dimulai
3. Panas selama renjatan
4. Tanda-tanda serebral
DAFTAR PUSTAKA