Anda di halaman 1dari 28

TUGAS ILMU SOSIAL DAN PERILAKU KESEHATAN

PERUBAHAN PERILAKU, INDIVIDU SAMPAI SOSIAL

Disusun oleh :

Dosen Pengampu

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan


rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Ilmu
Sosial dan Perilaku Kesehatan” yang merupakan tugas kelompok untuk memenuhi nilai tugas.

Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sebagai suri
teladan bagi sekalian umat manusia dalam segala bentuk aspek kehidupan.

Segenap potensi telah diupayakan dengan harapan dapat memenuhi kesempurnaan isi
dari makalah ini. Namun, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Secara khusus makalah ini di dedikasikan sebagai wujud terima kasih kepada Dosen
Pembimbing mata kuliah yang dengan tulus membimbing, dan mengajar kami.

Akhir kata, semoga bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan
semoga tugas ini dapat menjadi bacaan yang memberikan manfaat dalam menambah khasanah
ilmu pengetahuan bagi kita semua, Amin.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan ................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Perilaku...............................................................................................................................3
B. Bentuk – bentuk Perubahan Perilaku.................................................................................6
C. Strategi Perubahan Perilaku...............................................................................................6
D. Teori tentang Perubahan Perilaku......................................................................................7
E. Tahap – tahap Proses Perubahan.......................................................................................11
F. Konsep Dasar Perilaku Sosial...........................................................................................12
G. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial......................................................................................13
H. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial.......................................................14
I. Macam – macam Perilaku Sosial..................................................................................... 16
PENUTUP.....................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat
dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada
pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan,
kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan
pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implicit dan eksplisit atau bersifat tertutup
dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen.
Pemimpin secara konstan mencoba menggerakkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk
memecahkan masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk
merubah orang lain dan memecahkan masalah.

Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit.
Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan).

Perilaku individu dalam masyarakat yang masing-masing memiliki kepentingan-


kepentingan yang berbeda dan melakukan saling berhubungan. Kadangkala bekerjasama
kadang juga saling bertentangan, pola perilaku ini dilakukan secara berulang-ulang dan tidak
dapat diramalkan

Perubahan perilaku sosial masyarakat sangat dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan
juga faktor ekonomi. Saat ini dizaman demokrasi yang sangat gencar, menimbulkan
perubahan-perubahan besar, misal setiap warga negara bebas untuk menyampaikan pendapat
di muka umum dengan berbagai cara, di era sebelum reformasi dimana demokrasi yang saat
itu dibungkam dengan kekuatan, kekuasaan, maka tidak dapat dengan bebas untuk
melakukan penyampaian pendapat. Perubahan perilaku tersebut terwujud atas dorongan dari
interaksi masyarakat yang sangat kuat untuk menginginkan adanya perubahan. 

1
B.   Rumusan Masalah

1.     Apakah pengertian perilaku individu dan perilaku sosial

2.     Apa saja bentuk dan jenis perubahan perilaku individu dan perubahan perilaku sosial

3.     Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu dan perubahan
perilaku sosial?

4.     Apa saja macam-macam perubahan perilaku Individu dan perubahan perilaku social

C.   Tujuan

1.     Untuk mengetahui konsep dasar perilaku individu dan perilaku sosial.

2.     Untuk mamahami bentuk dan jenis perilaku individu dan perilaku sosial.

3.     Untuk mengetahui dan memahami maksud dari perubahan perilaku individu dan


perubahan perilaku sosial.

4.     Untuk mengetahui dan memahami macam-macam perubahan perilaku individu dan


perubahan perilaku sosial.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Perilaku
1. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit.
Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan).

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media
massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu
akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian
besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan,
menyimpulkan dan evaluasi.

Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat
terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995)
menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara
tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka,
mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social
(Atkinson dkk, 1993). Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat
diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara
menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat digunakan
pertanyaan berbentuk skala.

Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut Sarwono (1993)
perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan

3
sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam
dirinya.

Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar
diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam
proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan
keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya
bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya
perilaku tersebut.

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas
dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang
sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan
kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan
perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku
adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau
secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum
dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku
makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern yaitu keturunan dan motif. Sedangkan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.

Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan


predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan
tindakan seringkali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh
sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan
perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi
bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap

4
seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut,
melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).

3. Aspek Perilaku

Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni :

1) Aspek fisik
2) Aspek psikis
3) Aspek sosial

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan,
keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi sikap dan sebagainya.

4.   Faktor Pembentuk Perilaku

Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :

Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan,


sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

Faktor-faktor pendukung ( enebling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,


tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan


oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat
yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku

5
B. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku Individu.

1.   Perubahan Alamiah ( Natural Change )

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian
alamiah. Contoh : perubahan perilaku yang disebabkan karena usia seseorang.

2.   Perubahan terencana ( Planned Change )

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh


subjek.contoh  : perubahan perilaku seseorang karena tujuan tertentu atau ingin
mendapatkan sesuatu yang bernilai baginya.

3.   Kesediaan untuk berubah ( Readdiness to Change )

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam


organisasi, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima
inovasi atau perubahan tersebut, dan  ada sebagian orang lagi sangat lambat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut.

Contoh : perubahan teknologi pada suatu lembaga organisasi, misal dari mesin ketik
manual ke mesin komputer, biasanya orang yang usianya tua sulit untuk menerima
perubahan pemakaian teknologi tersebut.

C. Strategi Perubahan Perilaku Individu

Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku , dikelompokkan menjadi tiga :

1.   Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

Misal : dengan adanya peraturan-peraturan / perundang-undangan yang harus dipatuhi


oleh anggota masyarakat.

Strategi ini dapat berlangsung cepat akan tetapi belum tentu berlangsung lama karena
perubahan perilaku terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.

2.   Pemberian informasi

6
Dengan memberikan informasi-informasi tentang sesuatu hal yang berkaitan  dengan hal
tertentu.

3.   Diskusi partisipasi

Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua di atas yang dalam memberikan
informasi-informasi tentang peraturan baru organisasi tidak bersifat searah saja tetapi dua
arah.

D. Teori Tentang Perubahan Perilaku Individu

1. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan
penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan
antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang.
Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni

a.   Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-


stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus
ini berupa informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.

b.   Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-
stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.

c.   Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan


semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.

2.   Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku


tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan,
gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok
atau masyarakat.

7
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya
sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses
belajar pada individu yang terdiri dari :

a.   Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif
mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima
oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b.   Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia


mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

c.   Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

3. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung
kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan
perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan
orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu
yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :

a.   Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif
terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat
memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif.

b.   Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri
dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-
tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar.

8
c.    Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya
dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan
keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan
secara spontan dan dalam waktu yang singkat.

d.    Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan
pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan “layar”
dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah,
senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.

Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia
luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut
kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-
menerus dan berubah secara relatif.

Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :

1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang
bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari
bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin
bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia
mengikuti suatu proses belajar.

2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan


kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu
juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar
bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.

9
3. Perubahan yang fungsional.Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa
sekarang maupun masa mendatang.

4.    Perubahan yang bersifat positif.

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.

5. Perubahan yang bersifat aktif.

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif  berupaya melakukan
perubahan. Misalnya, manajer  ingin memperoleh pengetahuan baru tentang strategi
bisnis, maka manajer tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-
buku strategi bisnis, berdiskusi dengan manajer lain tentang strategi bisnis dan
sebagainya.

6.   Perubahan yang bersifat pemanen.

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi
bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, manajer belajar mengoperasikan program
akuntansi, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer program akuntansi
tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.

7.   Perubahan yang bertujuan dan terarah.

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misal seorang manajer
mewmpelajari strategi bisnis mempunyai tujuan jangka pendeknya untuk tahu tentang
apa-apa yang akan dilakukan dalam dunia bisnis, sedangkan tujuan jangka panjangnya
adalah untuk ahli dalam bisnis dan mungkin untuk opromosi ke jabatan yang lebih tinggi
karena telah menguasai bidang tertentu.

8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi
termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.

10
Cara-cara Perubahan Perilaku Individu

a. Dengan Paksaaan. Ini bisa dengan : Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan
ancaman huluman kalau tidak mentaati instruksi atau peraturan tersebut.
b. Dengan memberi imbalan : lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang,
tetapi blsa juga imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.
c. Dengan membina hubungan baik : Kalau kita mempunyai hubungan yang baik
dengan seseorang atau dalam organisasi. biasanya orang tersebut akan mengikuti
anjuran kita untuk berbuat sesuatu.
d. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi pada individu sehingga individu
akan berubah dengan kesadaran dirinya.
e. Dengan menunjukkan contoh-contoh pada individu dalam organisasi untuk
melakukan tindakan tertentu yang diinginkan organisasi.

E. Tahap-tahap proses perubahan

Proses perubahan meliputi enam tahapan :

1. Tekanan dan desakan. Proses mulai ketika manajemen puncak mulai merasa adanya
kebutuhan atau tekanan akan perubahan, biasanya disebabkan berbagai masalah yang
berarti, seperti penurunan pejualan atau penurunan laba secara tajam.

2.  Intervensi dan reorientasi. Konsultan atau pengantar perubahan dari luar sering digunakan
untuk merumuskan masalah dan memulai proses dengan membuat para organisasi untuk
memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut.

3. Diagnosa dan pengenalan masalah. Informasi dikumpulkan dan dianalisa oleh pengantar
perubahan dan manajemen.

4. Penemuan dan komitmen pada penyelesaian. Pengantar perubahan hendaknya merangsang


pemikiran dan mencoba untuk menghindari penggunaan metode-metode lama yang sama.
Penyelesaian-penyelesaian diketemukan melalui pengembangan secara kreatif, alternatif –
alternatif baru dan masuk akal.

11
5.  Percobaan dan pencarian hasil-hasil. Penyelesaian-penyelesaian pada tahap empat
biasanya diuji dalam program-program percobaan berkala dan hasil-hasilnya dianalisis.

6.  Penguatan dan penerimaan. Bila serangkaian kekuatan telah diuji dan sesuai keinginan,
harus diterima secara sukarela. Pelaksanaan kegiatan yang telah diterima harus menjadi
sumber penguatan dan menimbulkan keterikatan terhadap perubahan

F. Konsep Dasar Perilaku Sosial

    Pengertian Perilaku Sosial

Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari
selalu berhubungan dengan orang lain yang akan selalu menghasilkan hubungan timbal balik
antara manusia yang satu dengan yang lain. Perilaku sosial seseorang tampak dalam pola
respon antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku
sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain. Perilaku tersebut ditunjukkan
dengan perasaan, tindakan, sikap, keyakinan, kenangan, rasa hormat terhadap orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah suatu tindakan dengan cara yang berbeda
dalam situasi berbeda, setiap perilaku seseorang merefleksikan kumpulan sifat unik yang
dibawanya ke dalam suasana tertentu yaitu perilaku yang ditunjukkan seseorang ke orang
lain.

Para ahli filsafat, ahli agama, dan pendidik telah berspekulasi mengenai hubungan antara
sikap dan tindakan, karakter dan perilaku. Hal yang mendasari proses pengajaran, konseling,
dan pemeliharaan anak adalah suatu asumsi bahwa kepercayaan pribadi dan perasaan kita
menentukan perilaku kita di hadapan publik, sehingga ketika kita berusaha untuk mengubah
perilaku kita harus terlebih dahulu mengubah hati dan pikiran kita.

Pada permulaan, para psikolog sosial setuju bahwa untuk memahami sikap seseorang
artinya kita memprediksikan perilaku mereka. 

12
G.  Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial

1.   Perilaku Terbuka dan Tertutup

a.   Perilaku Terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons
terhadap stimulus tersebut jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu perilaku ini disebut over
behavior.

b.     Perilaku Tertutup

Respons sesorang terhadap stimulus dalam bentuk terselebung atau tertutup. Respon
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatuan, persepsi, pengetahuan
atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada penerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, perilaku ini disebut cover
behavior.

2.     Perilaku Reflektif dan Non-Reflektif

a.     Perilaku Reflektif

Perilaku reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap
stimulus yang mengenai organisme. Misalnya reaksi kedip mata bila terkena sinar,
menarik jari bila terkena panas, dan sebagainya. perilaku reflektif ini terjadi dengan
sendirinya secara otomatis tanpa perintah atau kehendak orang yang bersangkutan,
sehingga di luar kendali manusia.

b.     Perilaku Non-Reflektif

Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Proses perilaku ini
disebut proses psikologis. 

13
H.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial

1.     Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor-faktor
tersebut dapat berupa insting, motif dari dalam dirinya, sikap serta nafsu. Faktor internal
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis
bisa berupa faktir genetik atau bawaan dan motif biologis seperti kebutuhan makan dan
minum, kebutuhan seksual serta kebutuhan melindungi diri dari bahaya. Untuk faktor
sosiopsikologis berupa kemampuan afektif yang berhubungan dengan emosional manusia,
kemampuan kognitif, yang merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang
diketahui manusia serta kemampuan komatif yang merupakan aspek volisonal yang
berhubungan dengan kebiasaan kemauan bertindak.

Ketika faktor dari dalam diri baik, maka akan menimbulkan perilaku yang baik pula.
Sebaliknya, jika faktor dalam diri buruk maka akan menimbulkan faktor yang buruk pula.
Faktor internal yang bermacam-macam yang berada dalam diri seseorang akan
menimbulkan bentuk perilaku sosial yang bermacam-macam.  

2.     Faktor dari luar (Eksternal)

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang atau individu, antara
lain keluarga, sekolah dan masyarakat. Pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu
dapat berupa kondisi masyarakat, perubahan iklim, dan cuaca serta faktor ekonomi individu.
Kondisi masyarakat yang baik dan stabil akan berdampak baik pada perilaku seseorang,
begitu juga jika kondisi masyarakat yang tidak kondusif akan menimnbulkan perilaku yang
buruk sebagai bentuk perwujudan dari perasaan dan emosional. Perubahan iklim dan cuaca
juga mempengaruhi perilaku seseorang. Disini perilaku timbul sebagai bentuk penyesuaian
diri yang sedang berlangsung. Selanjutnya adalah faktor ekonomi dari individu, faktor ini
merupakan faktor dalam perilaku seseorang, keadaan ekonomi yang kurang dan sulit akan
menjadikan seseorang berbuat nekat dan semaunya tanpa memperdulikan orang lain.
Seseoran akan melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhannya dengan melakukan
pelanggaran terhadap norma dan aturan yang berlaku.   

14
Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat membentuk
perilaku sosial seseorang, yaitu :

a. Perilaku dan karakteristik orang lain

Jika  seseorang lebih sering bergaul dengan  orang-orang yang memiliki karakter
santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang
berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan
orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. 
Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat
mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan emberikan pengaruh
yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan.

b.   Proses kognitif

Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang
menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya.
Misalnya seorang calon  pelatih yang terus  berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi
pelatih  yang baik, menjadi idola  bagi atletnya dan orang lain  akan terus berupaya dan
berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh
lain misalnya seorang  siswa karena selalu  memperoleh tantangan dan pengalaman
sukses  dalam pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas
jasmani  yang ditunjukkan oleh  perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-
temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar.

c.  Faktor lingkungan

Lingkungan  alam  terkadang dapat  mempengaruhi  perilaku  sosial  seseorang.Misalnya


orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan
keras, maka perilaku sosialnya seolah    keras pula, ketika berada di lingkungan
masyarakat  yang terbiasa  lembut dan halus dalambertutur kata.

15
d.   Tatar Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi

Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin  akanterasa
berperilaku sosial aneh ketika berada dalam  lingkungan masyarakat yang beretnis
budaya lain atau  berbeda. Dalam  konteks pembelajaran pendidikan  jasmani  yang
terpenting adalah untuk saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh setiap anak

I.    Macam-macam Perilaku Sosial

1.    Perilaku Agresi  

a.     Pengertian Perilaku Agresi

Terdapat perspektif mengenai agresi, antara lain:

1)     Peran faktor biologis: dari insting hingga perspektif psikologi evolusioner. Teori ini
menyatakan bahwa kekerasan manusia berasal dari kecenderungan bawaan (yang
diturunkan) untuk bersikp agresif kepada orang lain. Menurut Konrad Lorenz
berpendapat bahwa gresi muncul terutama dari insting berkelahi (fighting
instinct) bawaan yang dimiliki oleh manusia dan spesies lainnya.

2)    Teori dorongan: motif untuk menyakiti orang lain. Teori ini mengemukakan bahwa
kondisi eksternal–terutama frustasi–membangkitkan motif yang kuat untuk
menyakiti orang lain. Yang paling terkenal di antara teori-teori ini adalah hipotesis
frustasi-agresi (frustatio-aggression hyphotesis). Menurut pandangan ini, frustasi
mengakibatkan terangsangnya suatu dorongan yang tujuan utamanya adalah
menyakiti beberapa orang atau objek.

3)     Teori modern atas agresi: memperhitungkan proses belajar, kognisi, suasana hati,
dan keterangsangan.  Menurut teori ini, agresi di picu oleh banyak sekali variabel
input. Variabel yang pertama meliputi frustasi. Variabel yang kedua
meliputi trait yang mendorong individu untuk melakukan agresi,misalnya mudah
sekali marah atau tempramental.

16
Dapat disimpulkan bahwa agresi adalah tindakan siksaan yang disengaja untuk
menyakiti orang lain, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor eksternal juga
faktor belajar.

b.   Penyebab Agresi

Perilaku agresi tidak muncul begitu saja, tetapi ada faktor penyebabnya. Perilaku agresi
merupakan respon terhadap sebuah stimulus. Ada beberapa penyebab, sehingga perilaku
agresi muncul. Beberapa faktor penyebab perilaku agresi, yaitu:

1)     Amarah

Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik
yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya
disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga
tidak dan saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau
melempar sesuatu dan timbul pikiran yang kejam.

2)    Faktor Biologis

       Tiga faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresi, yaitu:

a)    Gen berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku
agresi.

b)   Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau
menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Orang yang berorientasi
pada kenikmatan akan sedikit melakukan agresi dibandingkan dengan orang
yang tidak pernah mengalami kesenangan dan kegembiraan.

c)  Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor
keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Wanita yang sedang
mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogen dan
progesterone menurun jumlahnya akibatnya banyak wanita mudah tersinggung,
gelisah, tegang dan bermusuhan.

17
3)     Kesenjangan generasi

Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara remaja dengan orangtuanya,
dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan
seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi orangtua dan remaja diyakini
sebagai penyebab timbulnya perilaku agresi pada remaja.

4)    Faktor Lingkungan

Lingkungan, bahwa ada tiga faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku agresi
yaitu:

a)     Kemiskinan, bila seorang remaja dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan,


maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan.

b)    Anonimitas, bahwa terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat


dunia menjadi sangat impersonal. Setiap individu cenderung menjadi anonim
(tidak mempunyai identitas diri) dan bila seseorang merasa anonim ia
cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak lagi terikat
dengan norma masyarakat dan kurang bersimpati pada orang lain.

c)     Suhu udara yang panas, tawuran yang terjadi di Jakarta seringkali terjadi pada
siang hari diterik panas matahari, tapi bila musim hujan relative tidak ada
peristiwa tersebut. Aksi-aksi demonstrasi yang berujung pada bentrokan dengan
petugas keamanan yang biasa terjadi pada cuaca yang terik dan panas tapi bila
hari diguyur hujan aksi tersebut juga menjadi sepi. Hal ini sesuai dengan
pandangan bahwa suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap
perilaku sosial berupa peningkatan perilaku agresi.

5)    Peran belajar model kekerasan

Anak-anak dan remaja banyak belajar menyaksikan adegan kekerasan melalui


televisi dan juga “games”, ataupun mainan yang bertema kekerasan.

6)    Frustrasi

18
Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustrasi yang berhubungan dengan
banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan
yang harus segera terpenuhi tetapi sulit sekali tercapai sehingga mereka menjadi
mudah marah dan berperilaku agresi.

7)     Proses pendisiplinan yang keliru

Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan
dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang
buruk bagi remaja. Pendidikan disiplin seperti itu akan membuat remaja menjadi
seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan membenci orang yang
memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta inisiatif dan pada akhirnya
melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.

2.    Altruisme

Altruisme adalah tindakan suka rela yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan apapun (kecuali mungkin perasaan telah
melakukan kebaikan). Contoh tindakan altruisme adalah mahasiswa yang melakukan
pengabdian masyarakat. Mahasiswa tersebut mengabdi secara sukarela tanpa mengharapkan
imbalan apapun.Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat  pula  ditunjukkan oleh sikap
sosialnya.  Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara bereaksiterhadap
suatu perangsang tertentu. Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang
sama dan berulang-ulang terhadap  obyek sosial yang menyebabkan terjadinya  cara-cara
tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial (W.A.
Gerungan, 1978:151-152).

Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter
atau ciri kepribadian yang  dapat  teramati ketika  seseorang berinteraksi dengan orang lain. 
Seperti dalam  kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku  sosial seseorang yang
menjadi  anggota kelompok akanakan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya.
Perilaku sosial dapat  dilihat  melalui sifat-sifat  dan pola respon antarpribadi, yaitu :

19
a. Kecenderungan Perilaku Peran
1) Sifat pemberani dan pengecut secara sosial

Orang yang memiliki  sifat  pemberani  secara sosial, biasanya dia 


sukamempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak
seganmelakukan sesuatu  perbuatan yang  sesuai norma di masyarakat dalam
mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifatpengecut
menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang  suka
mempertahankan haknya, malu dan  segan berbuat  untukmengedepankan
kepentingannya.

2) Sifat berkuasa dan sifat patuh

Orang yang  memiliki  sifat  sok berkuasa dalam  perilaku sosial biasanya
ditunjukkan  oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi  kepada kekuatan,
percaya  diri,  berkemauan keras, suka memberi perintah dan  memimpin  langsung. 
Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang 
sebaliknya,  misalnya  kurang tegas dalam  bertindak, tidak  suka memberi perintah
dan tidak  berorientasikepada kekuatan dan kekerasan.

3) Sifat inisiatif secara sosial dan pasif

Orang yang memiliki  sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi  kelompok, tidak
sauka mempersoalkan latar belakang, suka memberi  masukan atau saran-saran
dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka  mengambil alih kepemimpinan.
Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial  ditunjukkan oleh perilaku yang
bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan
diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran atau masukan.

4) Sifat mandiri dan tergantung

Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya  dilakukan
oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan
cara-cara sendiri, tidak suak berusaha mencari nasihat atau  dukungan dari orang
lain, dan secara emosiaonal  cukup stabil. Sedangkan sifat  orang  yang

20
ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku  sosial sebaliknya dari sifat orang
mandiri, misalnya  membuat  rencana  dan melakukan segala sesuatu harus selalu
mendapat saran dan dukungan orang lain, dan keadaan emosionalnya relatif labil.

b. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial


1) Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain

Orang yang memiliki  sifat dapat  diterima oleh orang lain biasanya  tidak
berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus
menghargai  kelebihan  orang lain. Sementara  sifat orang yang ditolak biasanya
suak mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.

2) Suka bergaul dan tidak suka bergaul

Orang yang suka bergaul biasanya  memiliki  hubungan sosial  yang baik,  senang
bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang  yang tidak suak
bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya.

3) Sifat ramah dan tidak ramah

Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang,dan suka
bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya.

4) Simpatik atau tidak simpatik

Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan
orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas.Sedangkan orang yang
tidak simpatik  menunjukkna sifat-sifat yang sebaliknya.

c. Kecenderungan perilaku ekspresif


1) Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka
bekerjasama)Orang yang  suka bersaing biasanya menganggap hubungan  sosial
sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya
dirisendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan sifat-sifatyang
sebaliknya

21
2) Sifat agresif dan tidak agresif

Orang yang  agresif  biasanya suka menyerang orang lain  baik langsungataupun
tidak  langsung, pendendam, menentang atau  tidak patuh  padapenguasa, suka
bertengkar  dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan
perilaku yang sebaliknya.

3) Sifat kalem atau tenang secara sosial

Orang yang  kalem  biasanya  tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain,
mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditontonorang.

4) Sifat suka pamer atau menonjolkan diri

Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan,
berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.

5) Tahapan perkembangan perilaku social individu

Menurut Buhler (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan tahapan dan ciri-
ciri perkembangan perilaku sosial individu sebagaimana dapat dilihat dalam tabel
berikut :

Tahap Ciri-Ciri

Kanak-Kanak Awal ( 0 – 3) Segala sesuatu dilihat berdasarkan pandangan


Subyektif sendiri

Kritis I ( 3 – 4 )
Pembantah, keras kepala
Trozt Alter

Kanak – Kanak Akhir ( 4 – 6 )


Masa Subyektif Menuju Mulai bisa menyesuaikan diri dengan aturan
Masa Obyektif

Anak Sekolah ( 6 – 12 )
Membandingkan dengan aturan – aturan
Masa Obyektif

Kritis II ( 12 – 13 )
Perilaku coba-coba, serba salah, ingin diuji
Masa Pre Puber

Remaja Awal ( 13 – 16 ) Mulai menyadari adanya kenyataan yang


Masa Subyektif Menuju

22
Masa Obyektif berbeda dengan sudut pandangnya

Remaja Akhir  ( 16 – 18 ) Berperilaku sesuai dengan tuntutan masyarakat


Masa Obyektif dan kemampuan dirinya

23
PENUTUP

Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda
dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987). Dalam berubah terdapat beberapa teori perubahan
yaitu Teori Redin, Teori Lewin, Teori Lippitt, Teori Rogers, Teori Havelock dan Teori Spradley.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern yaitu keturunan dan motif. Sedangkan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern yaitu keturunan dan motif. Sedangkan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Sedangkan aspek
perilaku berupa aspek fisik, aspek psikis, dan aspek sosial.

Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit.
Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan).

Dalam perubahan perilaku terdapat teori-teori yang membahas menegenai perubahan


perilaku yakni Teori S-O-R, Teori “Dissonance” : Festinger, Teori fungsi: Katz, Teori “Driving
forces”: Kurt Lewin dan Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan).

Sedangkan bentuk-bentuk perubahan perilaku berupa perubahan alamiah (natural change) ,


Perubahan terencana (planned change) , dan  Kesiapan berubah (Readiness to change). Untuk
melakukan perubahan maka harus memiliki strategi, maka strategi perubahan perilaku berupa
Inforcement, Persuasi, Fasilitasi dan Education.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.

Baron, Robert A, dan Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Krech et.al.1962. Individual in Society. Tokyo : McGraw-Hill Kogakasha.

henriprihantono.blogdetik.com (george ritzer,sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda.)

25

Anda mungkin juga menyukai