Anda di halaman 1dari 20

SOAL PRE TEST

1. Berdasarkan lokasinya, surveilans TN terbagi menjadi surveilans aktif di


masyarakat/puskesmas dan surveilans aktif di rumah sakit. Penemuan kasus
secara aktif melalui Surveilans Aktif di Masyarakat (Fasilitas kesehatan tingkat
pertama/FKTP seperti Puskesmas, Klinik Swasta dan FKTP Lainnya (BPM).
Untuk penemuan kasus TN di masyarakat tersebut apa form yang digunakan ?
Select one:
a. Review form SARS-PD3I
b. Review form W1
c. Review form W2
d. Review form SKDR
e. Review register MTBM

2. Dalam kegiatan surveialns difteri pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk


menentukan klasifikasi kasus. Laboratorium rujukan nasional akan menjadi
rujukan dari laboratorium daerah, selain melakukan pemeriksaan kultur
Corynebacterium diphtheria dari kasus, juga melakukan uji yaitu :
Select one:
a. Antigenitas
b. Toksikologi
c. Antitetanus
d. Toksigenitas
e. Nutrigenomic

3. Dalam pelaksanaan surveilans Difteri , kasus Difteri dapat diklasifikasikan


berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Bila ditemukan bila ada kasus
suspek difteri dengan hasil kultur positif strain toksigenik termasuk klasifikasi
apakah kasus tersebut ?
Select one:
a. Kasus Discarded
b. Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi
c. K.asus konfirmasi laboratorium
d. K.asus Kasus kompatibel klinis
e. Kasus Difteri Positip

4. Dalam suatu kondisi KLB selain peningkatan cakupan imunisasi pertusis perlu
diberikan antibiotik propilaksis pasca paparan (postexposure antimicrobial
propilaksis /PEP). Siapa saja target sasaran pemberian antibiotik propilaksis
tersebut diatas ?
Select one:
a. Kontak serumah dari pertussis dan orang yang beresiko tinggi dalam waktu 7
hari sejak terpapar dengan kasus pertusis,
b. Kontak serumah dari pertussis dan orang yang beresiko tinggi dalam waktu 21
hari sejak terpapar dengan kasus pertusis,
c. Orang yang beresiko tinggi dalam waktu 7 hari sejak terpapar dengan kasus
pertusis,
d. Kontak serumah dari pertussis dalam waktu 21 hari sejak terpapar dengan
kasus pertusis,
e. Semua orang yang di temui yang kontak dengan pertusis selama 7 hari
terakhir kontak

5. Dalam system pencatatan dan pelaporan surveilans difteri, setiap suspek difteri
dilaporkan sebagai KLB dalam waktu 1 x 24 jam, dan dicatat pada format daftar
kasus individu untuk dilaporkan ke dinas kesehatan provinsi. Apa nama format
yang digunakan untuk mencatat kasus individu tersebut ?
Select one:
a. Form DIF-1
b. Form DIF-3
c. Form W1
d. Form W2
e. Form DIF-2

6. Difteri merupakan jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan


KLB/Wabah seperti tercantum dalam Permenkes 1501 tahun 2010. Kegiatan
penanggulangan KLB Difteri dilakukan dengan melibatkan program-program
terkait yaitu surveilans epidemiologi, program imunisasi, klinisi, laboratorium
dan program kesehatan lainnya serta lintas sektor terkait. Apa syarat penetapan
KLB difteri di suatu wilayah?
Select one:
a. Jika ditemukan minimal 5 Suspek Difteri
b. Jika ditemukan maksimal 1 – 5 Suspek Difteri
c. Jika ditemukan maksimal 5 Suspek Difteri
d. Jika ditemukan maksimal 1 Suspek Difteri
e. Jika ditemukan minimal 1 Suspek Difteri

7. Faktor risiko TN sering teridentifikasi secara bersamaan (multifaktorial) pada


satu individu sehingga meningkatkan risiko kejadian TN secara kumulatif. Faktor
risiko kejadian TN selain yang berkaitan dengan persalinan yang tidak aman,
juga faktor yang berkaitan dengan imunisasi yaitu ibu tidak memiliki status
imunisasi. Untuk mengurangi factor resiko tersebut status Imunisasi ibu yang
dimiliki adalah:
Select one:
a. pemberian imunisasi bagi calon pengantin Wanita.
b. minimum T2 dengan masa perlindungan yang optimal (PAB) .
c. Sejak di sekolah mendapat imunisasi untuk menambah imunitas.
d. mendapat pelayanan ANC dengan status imunisasi nya
e. ibu hamil dan WUS , mencapai status T5 dengan imunisasi Td .

8. Gejala klinis campak sering menyerupai penyakit infeksi virus lainnya sehingga
untuk menegakkan diagnosa pasti dari kasus tersangka campak perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Spesimen yang harus diambil pada suspek campak
adalah:
Select one:
a. Spesimen Urine/usap tenggorok pada setiap suspek campak
b. Spesimen Darah pada setiap suspek campak tanpa gejala tambahan ba-pil atau
conjunctivitis
c. Spesimen Urine/usap tenggorok pada kasus suspek campak dengan gejala
tambahan ba-pil atau conjunctivitis
d. Spesimen Darah dan urine/ usap tenggorok pada kasus suspek campak
dengan gejala tambahan ba-pil atau conjunctivitis
e. Spesimen Darah dan Urine/usap tenggorok setiap suspek campak

9. Imunisasi kejar meliputi 2 kegiatan yaitu:Drop-Out Follow Up (DOFU) dan


Backlog Fighting (BLF). Kegiatan BLF melengkapi status imunisasi anak yang
berusia kurang dari 3 tahun yang belum mendapatkan imunisasi dasar maupun
lanjutan. Kegiatan ini diprioritaskan untuk
Select one:
a. desa/kelurahan yang pada akhir tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
b. desa/kelurahan yang sedang ada KLB PD3I
c. desa/kelurahan yang selama 2 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
d. desa/kelurahan yang baru saja ada KLB PD3I
e. desa/kelurahan yang target cakupan imunisasinya rendah

10. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Untuk Imunisasi dasar , jenis imunisasi
Campak-Rubela, IPV 2** diberikan pada anak usia:
Select one:
a. 6 bulan
b. < 24 Jam
c. 3 Bulan
d. 11 bulan
e. 9 bulan

11. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Untuk Imunisasi , jenis imunisasi DPT-
HB-Hib 4 dan Campak-Rubela 2 diberikan pada anak usia :
Select one:
a. 11 tahun
b. 12 bulan
c. 24 bulan
d. 12 tahun
e. 18 bulan

12. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.Universal Child Immunization (UCI)
adalah suatu keadaan tercapainya :
Select one:
a. Imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu.
b. Imunisasi lanjutan pada semua bayi (anak umur kurang dari 1 tahun)
c. Imunisasi dasar pada anak umur kurang dari 1 tahun dan balita
d. Imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (anak dibawah umur 1
tahun)
e. Imunisasi rutin tambahan untuk bayi (anak umur kurang dari 1 tahun)

13. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Pemberian imunisasi Campak-Rubela,
IPV 2** masuk dalam golongan :
Select one:
a. Imunisasi Dasar
b. Imunisasi Lanjutan
c. Imunisasi Khusus
d. Imunisasi Pilihan
e. Imunisasi Tambahan

14. Imunisasi rutin harus dilaksanakan sesuai jadwal untuk memastikan agar setiap
anak mendapatkan imunisasi lengkap. Apabila anak tidak mendapatkan
imunisasi rutin sesuai jadwal yang direkomendasikan maka perlu dilakukan
kegiatan imunisasi kejar untuk melengkapinya. Jadwal pemberian Imunisasi
kejar dapat dilakukan pada:
Select one:
a. sampai anak usia 5 tahun*
b. usia < 1 tahun
c. sampai anak usia 12 tahun*
d. sampai anak usia 3 tahun*.
e. usia 18 bulan

15. Imunisasi rutin harus dilaksanakan sesuai jadwal untuk memastikan agar setiap
anak mendapatkan imunisasi lengkap. Jumlah dosis yang harus di berikan pada
Imunisasi Campak-rubela adalah:
Select one:
a. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 dan 2 adalah 3 bulan
b. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 dan 2 adalah 6 bulan
c. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 dan 2 adalah 1 bulan
d. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 dan 2 adalah 9 bulan
e. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 dan 2 adalah 2 bulan

16. Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian proses
meminimalkan risiko, yang terdiri dari tiga komponen, yaitu persepsi risiko,
manajemen risiko dan komunikasi risiko. Apa yang dimaksud dengan
komunikasi risiko ?
Select one:
a. pertukaran informasi dan opini secara timbal balik dalam pelaksanaan
manajemen risiko.
b. Suatu proses penentuan faktor-faktor dan tingkat risiko berdasarkan data-
data ilmiah.
c. Penyampaian informasi tentang risiko keterpaparan saat kejadian luar biasa
d. proses penyusunan dan penerapan kebijakan dengan mempertimbangkan
masukan dari bebagai pihak untuk melindungi masyarakat dari risiko, dalam hal
ini risiko terhadap kesehatan.
e. Penyampaian informasi atau edukasi tentang risiko penyakit yang sedang
terjadi
17. Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian proses
meminimalkan risiko, yang terdiri dari tiga komponen, yaitu persepsi risiko,
manajemen risiko dan komunikasi risiko. Apa Tujuan dari komunikasi risiko ?
Select one:
a. Agar masyarakat mengetahui adanya kejadian KLB dan atau wabah
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kesiapsiagaan penanggulangan
KLB dan atau wabah.
c. Menberikan penyuluhan secara luas tentang kejadian KLB/Wabah pada
masyarakat.
d. Menyampaikan informasi melalui media massa tentang kejadian KLB dan atau
Wabah
e. Memberikan penyuluhan tentang risiko kejadian penyakit pada tokoh
masyarakat dan tokoh Agama untuk meneruskan ke masyarakat

18. Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian proses
meminimalkan risiko. Dalam situasi krisis, terdapat lima hal yang harus
diperhatikan untuk dilakukan dalam strategi komunikasi risiko, yaitu :
Select one:
a. Kepercayaan, pemberitahuan pertama, tranparansi, pendapat dan sikap
masyarakat, serta perencanaan
b. Pemantuan, kemampuan, pendapat dan sikap masyarakat, serta perencanaan
c. Kemampuan, jaringan yang kuat , Tranparansi, koordinasi, serta perencanaan
d. Kepercayaan, Keterbukaan, saling membantu, pendapat dan sikap masyarakat,
serta perencanaan
e. Kepercayaan, pemberitahuan pertama, jaringan yang kuat, tranparansi,
pendapat dan sikap masyarakat

19. Pada tehnik komunikasi disebutkan oleh Peter Sandman, ahli Komunikasi Resiko
dari Amerika, yang menyatakan ada empat jenis komunikasi yang didasarkan
pada situasi kekuatiran masyarakat dan tingkat bahaya yang sesungguhnya.
Formulanya dikenal dengan "Risk = Hazard + Outrage". Pertimbangan dalam
mengambil bentuk komunikasi yang paling sesuai.perlu pemahaman terhadap
situasi yang terjadi ,termasuk media yang digunakan. Pada situasi dimana
bahaya tinggi, namun masyarakat tidak terlalu peduli, media apa yang paling
sesuai untuk komunikasi ?
Select one:
a. Media masa secara monolog
b. Komunikasi langsung. Beri kesempatan audiens untuk lebih banyak berbicara.
c. Media social dan jejaring social
d. Semua media tidak ada 'audiens' atau 'publik', karena setiap orang terlibat
langsung.
e. Dialog interaktif, didukung dengan media massa khusus (website, newsletter,
dan sebagainya).

20. Pelaporan kasus pertusis dilakukan secara berjenjang oleh semua unit pelapor
baik pemerintah maupun swasta. Surveilans pertusis menerapkan sistem case-
based surveillance dimana data individu dari setiap kasus pertusis dikumpulkan,
diklasifikasikan, dianalisa dan dilaporkan. Pada tingkat Puskesmas, setiap kasus
suspek pertusis dicatat dalam suatu formulir, kemudian setiap hari Senin
dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota melalui mekanisme pelaporan
yang ditentukan melalui WA, email, dan sebagainya. Apa jenis Formulir yang
dimaksud ?
Select one:
a. PERT-01
b. SKDR
c. PERT-02
d. W2
e. PERT-03

21. Pemetaan Risiko Wilayah. Kriteria pembagian daerah berdasarkan tingkat risiko
kejadian TN adalah daerah risiko tinggi dan daerah risiko rendah. Apabila di
suatu daerah terdapat kondisi : ditemukan kasus TN selama satu tahun terakhir
> 1/1000 kelahiran hidup atau insidensi <1/1000 kelahiran hidup tetapi
surveilans tidak sensitif, cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan <
87%, dan cakupan imunisasi Td 2+ pada ibu hamil < 80% pada tahun yang sama,
maka daerah tersebut termasuk dalam :
Select one:
a. Kondisi KLB
b. Risiko Tinggi
c. Risiko Sedang
d. Risiko Rendah
e. Kondisi Rawan

22. Penemuan kasus pertusis dilakukan ditingkat puskesmas (Klinik/Praktek


Dokter, Bidan, Perawat), Rumah sakit dan Dinas Kesehatan. Yang harus
dilakukan oleh Dinas kesehatan adalah:
Select one:
a. setiap minggu memantau di lapangan kejadian kasus pertusis
b. setiap minggu memantau laporan SKDR untuk melihat signal KLB pertusis
c. setiap minggu meminta Puskesmas membuat laporan kasus pertusis
d. Setiap minggu mengunjungi rumah sakit untuk mencari dan menemukan
secara aktif kasus pertusis
e. Setiap minggu meminta petugas Surveilans sakit di wilayah kerjanya untuk
mencari dan menemukan secara aktif kasus pertussis

23. Penemuan kasus pertusis dilakukan ditingkat puskesmas (Klinik/Praktek


Dokter, Bidan, Perawat), Rumah sakit dan Dinas Kesehatan. Apabila ada
penderita yang datang ke Puskesmas dengan gejala batuk yang kurang dari 2
minggu, yang harus dilakukan oleh petugas adalah:
Select one:
a. Dilakukan isolasi dan dirujuk untuk perawatan di rumah sakit
b. dicatat dalam formulir investigasi kasus pertusis (formulir PERT 01)
c. dilakukan penyelidikan KLB di lapangan,untuk mencegah penularan
d. dicari gejala tambahan dan ditentukan apakah memenuhi kriteria suspek
pertusis.
e. dimonitor perjalanan penyakitnya serta dicari gejala tambahan pertusis
lainnya.
24. Pengolahan dan analisis data dilakukan di setiap tingkat, mulai Puskesmas,
Kabupaten/Kota, Provinsi maupun Nasional. Analisis data berdasarkan orang,
tempat, dan waktu. Pembuatan kurva epidemik mingguan termasuk dalam
analisis:
Select one:
a. Tempat
b. Waktu
c. Puncak KLB
d. Orang
e. SKD-KLB

25. Pengolahan dan Analisis data kasus TN dilakukan untuk memantau upaya
mempertahankan status eliminasi dan untuk memberikan rekomendasi upaya
kesehatan masyarakat. Dalam pengolahan data kasus TN yang harus
diperhatikan adalah
Select one:
a. Berdasarkan laporan rutin tahunan WHO
b. Berdasarkan laporan profil kesehatan puskesmas
c. Berdasarkan laporan profil kesehatan dinas kesehatan kabupaten
d. Berdasarkan laporan rutin mingguan, jumlah kasus dan incidence rate per
bulan, tahun dan berdasarkan wilayah
e. Berdasarkan laporan periodic lima tahunan puskesmas

26. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan


dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan dari setiap
variable ditentukan oleh definisi operasional variabel yang bersangkutan. Data
yang diambil dari satu sumber dan sudah dikompilasi disebut sebagai:
Select one:
a. Data Individu
b. Data Primer
c. Data Sekunder
d. Data Agregat
e. Data Tersier
27. Penyakit campak disebabkan oleh virus campak golongan paramyxovirus.
Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan
sekolah. Setiap kasus dengan gejala minimal demam dan ruam maculopapular,
kecuali sudah terbukti secara laboratorium disebabkan oleh penyebab lain,
merupakan definisi operasional dari penyakit campak katagori:
Select one:
a. Kasus Campak Pasti secara Laboratorium
b. Suspek Rubela
c. Suspek Campak
d. Kasus Campak Pasti secara Epidemiologi
e. Kasus Campak Klinis

28. Penyakit difteri ditandai dengan gejala awal badan lemas, sakit tenggorok, pilek
seperti infeksi saluran napas bagian atas pada umumnya. Ada beberapa
klasifikasi kasus difteri yang ditemukan. "Kasus suspek difteri dengan hasil
laboratorium negative, atau tidak diambil specimen, atau tidak dilakukan tes
toksigenisitas, dan tidak mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus
konfirmasi laboratorium". Pernyataan tersebut termasuk dalam klasifikasi :
Select one:
a. Kasus compatible klinis
b. Discarded
c. Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi
d. Kasus negative
e. Kasus konfirmasi Laboratorium

29. Penyakit difteri ditandai dengan gejala awal badan lemas, sakit tenggorok, pilek
seperti infeksi saluran napas bagian atas pada umumnya. Ada beberapa
klasifikasi kasus difteri yang ditemukan. "Kasus suspek difteri yang setelah
dikonfirmasi oleh Ahli tida memenuhi kriteria suspek difteri". Pernyataan
tersebut termasuk dalam klasifikasi :
Select one:
a. Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi
b. Kasus compatible klinis
c. Kasus negative
d. Discarded
e. Kasus konfirmasi Laboratorium

30. Penyakit difteri ditandai dengan gejala awal badan lemas, sakit tenggorok, pilek
seperti infeksi saluran napas bagian atas pada umumnya. Gejala ini dapat
berlanjut adanya bercak darah pada cairan hidung, suara serak, batuk dan atau
sakit menelan. Pada anak bisa terjadi air liur menetes atau keluarnya lendir dari
mulut. Pada kasus berat, akan terjadi napas berbunyi (stridor) dan sesak napas,
dengan demam atau tanpa demam. Kulit juga bisa terinfeksi dengan kuman
difteri, secara klinis luka ditutupi selaput ke abu-abuan. Tatalaksana Kasus
suspek Difteri di mulai dengan :
Select one:
a. pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotik tanpa menunggu hasil
laboratorium (kultur baik swab/apus tenggorok).
b. Diagnosa kasus dan pemeriksaan Laboratorium
c. Pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotik
d. Diagnosa kasus dan pemberian antibiotik
e. pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotik setelah menunggu hasil
laboratorium (kultur baik swab/apus tenggorok).

31. Penyakit difteri ditandai dengan gejala awal badan lemas, sakit tenggorok, pilek
seperti infeksi saluran napas bagian atas pada umumnya. Suspek campak yang
tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tidak mempunyai hubungan
epidemiologi dengan kasus pasti secara laboratorium, namun disertai gejala
salah satu "C" (Cough/Batuk, Coryza/Pilek, Conjunctivitis/Mata Merah).
Pernyataan tersebut merupakan Definisi Operasional dari:
Select one:
a. Kasus campak-rubela Pasti secara epidemiologi
b. Suspek campak
c. Kasus campak klinis
d. Kasus campak Pasti
e. Kasus campak konfirmasi Lab.

32. Salah satu strategi untuk mengetahui dampak jangka panjang pelaksanaan
program imunisasi campak-rubela adalah dengan melakukan surveilans CRS
secara sentinel di rumah sakit (RS). Surveilans CRS adalah pemantauan secara
terus menerus dan sistematis terhadap penyakit CRS pada kelompok umur?
Select one:
a. Usia < 1 bulan
b. Usia 0-11 Bulan
c. Usia 7 hari
d. Usia 28 hari
e. Usia 18 bulan

33. Sasaran utama komunikasi risiko adalah masyarakat dan pihak-pihak terkait
yang berisiko KLB dan atau wabah, yang meliputi?
Select one:
a. Masyarakat, keluarga dan pemegang kebijakan
b. Masyarakat, murid sekolah dan pemegang kebijakan
c. Keluarga, media massa dan pemegang kebijakan
d. Masyarakat, media massa dan pemegang kebijakan
e. Masyarakat, media massa dan para Bupati/Walikota

34. Sebanyak 94 % kasus Difteri mengenai tonsil dan faring. Pada keadaan lebih
berat dapat ditandai dengan kesulitan menelan, sesak nafas, stridor dan
pembengkakan leher yang tampak seperti leher sapi (bullneck). Apa penyebab
kematian difteri?
Select one:
a. obstruksi/sumbatan jalan nafas, kerusakan otot jantung, serta lengkapnya
susunan saraf pusat
b. Gagalnya pernafasan, kerusakan otot jantung, kelainan susunan saraf pusat
dan ginjal.
c. Kelainan pada otot hidung, kerusakan otot jantung, serta kelainan susunan
saraf pusat dan ginjal.
d. obstruksi/sumbatan jalan nafas, elastisnya otot jantung, serta kelainan
susunan saraf pusat dan ginjal.
e. obstruksi/sumbatan jalan nafas, kerusakan otot jantung, serta kelainan
susunan saraf pusat dan ginjal.

35. Semua suspek TN harus dilakukan investigasi. Penentuan kriteria kasus


konfirmasi TN tidak berdasarkan pemeriksaan laboratorium tetapi berdasarkan
gejala klinis dan diagnosis dokter atau tenaga kesehatan terlatih. "Bayi lahir
hidup dapat menangis dan menyusu/minum dalam 2 hari pertama kemudian
muncul gejala seperti mulut mencucu (trismus) sehingga sulit menyusu/minum
disertai kejang rangsang, yang dapat terjadi sejak umur 3-28 hari", definisi
operasional tersebut memenuhi kriteria:
Select one:
a. Bukan kasus TN
b. Kasus pasti TN
c. Suspek TN
d. Kasus Konfirmasi
e. Kasus klinis

36. Semua suspek TN harus dilakukan investigasi. Penentuan kriteria kasus


konfirmasi TN tidak berdasarkan pemeriksaan laboratorium tetapi berdasarkan
gejala klinis dan diagnosis dokter atau tenaga kesehatan terlatih. Untuk
pernyataan tentang "Kasus atau kematian TN yang didiagnosa oleh bukan dokter
atau petugas kesehatan terlatih dan tidak dilakukan investigasi, dan kematian TN
yang tidak diketahui penyebabnya" merupakan kriteria dari :
Select one:
a. Suspek TN
b. Dicarded
c. Bukan kasus
d. Klinis
e. Kasus konfirmasi
37. Setiap penderita dengan batuk lebih dari 2 minggu yang datang ke puskesmas
harus dicari gejala tambahan dan ditentukan apakah memenuhi kriteria suspek
pertusis. Diagnosis etiologis ditegakkan berdasarkan kultur dengan
ditemukannya B. pertusis dari specimen nasofaring yang diambil selama fase
kataral atau paroksimal awal. Apa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan?
Select one:
a. Pemeriksaan Laboratorium Khusus dengan ELISA
b. Pemeriksaan PCR dan pemeriksaan Laboratorium khusus
c. Pemeriksaan PCR dan pemeriksaan serologis dengan ELISA.
d. Pemeriksaan Antigen dan pemeriksaan PCR
e. Pemeriksaan serologis dengan ELISA.

38. Setiap suspek Difteri harus dilakukan konfirmasi laboratorium. Pengambilan


sampel Difteri dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih. Untuk tatacara
Pengambilan dan pengiriman spesimen. Sebutkan jenis-jenis pemeriksaan
spesimen difteri yang paling tepat.
Select one:
a. Usap Tenggorok (Throat swab), Usap Hidung (Nasal swab), Usap Luka (Wound
swab), Usap telinga (Ear swab)
b. Usap Tenggorok (Throat swab), Usap Hidung (Nasal swab), Usap rambut (hair
swab), Usap Mata (Eyes swab)
c. Usap Tenggorok (Throat swab), Usap kaki (legs swab), Usap Luka (Wound
swab), Usap Mata (Eyes swab)
d. Usap pipi (chick swab), Usap Hidung (Nasal swab), Usap Luka (Wound swab),
Usap Mata (Eyes swab)
e. Usap Tenggorok (Throat swab), Usap Hidung (Nasal swab), Usap Luka (Wound
swab), Usap Mata (Eyes swab)

39. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB adalah kewaspadaan terhadap penyakit
berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan
menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan
penanggulangan KLB yang cepat dan tepat. Apa tujuan melaksanakan SKD-KLB?
Select one:
a. Terselenggaranya investigasi KLB dan deteksi dini KLB berdasarkan laporan
surveilans
b. Terselenggaranya supervisi kejadian KLB dan deteksi dini KLB
c. Teridentifikasinya adanya ancaman KLB dan terselenggaranya peringatan
kewaspadaan dini KLB
d. Teridentifikasinya faktor risiko kemungkinan terjadinya KLB di suatu wilayah
tertentu
e. Terdeteksi secara dini adanya kondiri rentan KLB dan intervensi KLB

40. Spesimen yang diperlukan dari penderita AFP adalah spesimen tinja, namun
tidak semua kasus AFP yang dilacak harus dikumpulkan spesimen tinjanya. Yang
perlu dikumpulkan specimen tinjanya adalah apabila :
Select one:
a. Kelumpuhan yang terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab jelas
b. Kelumpuhan terjadi < 2 bulan pada saat ditemukan,
c. Kelumpuhan terjadi ≥ 2 bulan pada saat ditemukan,
d. Kelumpuhan yang terjadi dg status imunisasi tidak lengkap
e. Kelumpuhan terjadi ≥ usia 15 tahun

41. Strategi penemuan kasus AFP dapat dilakukan melalui sistem surveilans aktif
rumah sakit (hospital based surveillance=HBS dan Sistem surveilans masyarakat
(community based surveillan-ce=CBS). Peran Puskesmas dalam CBS adalah :
Select one:
a. Penanggung Jawab Sistem Pencatatan dan prlaporan
b. Petugas Surveilans AFP dimasyarakat
c. Pengumpulan data masyarakat
d. Koordinator surveilans AFP di masyarakat.
e. Mengirim laporan SKDR

42. Sumber laporan surveilans AFP (unit pelapor) adalah RS dan puskesmas sebagai
unit pelaksana terdepan penemuan kasus. Selanjutnya secara berjenjang
dilaporkan kepada Dinkes Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat. Laporan dari
Puskesmas disampaikan melalui:
Select one:
a. aplikasi SKDR
b. sistem pelaporan PWS KLB (W2),
c. Laporan KLB W1
d. Formulir FP1
e. Mingguan Surveilans AFP

43. Surveilans Campak-Rubela adalah pemantauan secara terus menerus dan


sistematis terhadap penyakit campak dan rubela dimulai dari pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data serta diseminasi informasi sehingga
menghasilkan rekomendasi. Berdasarkan WHO-Searo, adanya penularan virus
campak dan/atau virus rubela secara terus-menerus, yang terjadi selama ≥12
bulan di suatu wilayah tertentu di sebut sebagai :
Select one:
a. Fully Investigated
b. KLB Campak -Rubela
c. Endemis Campak-Rubela
d. Case Based Measles Surveillance (CBMS).
e. Eliminasi Campak-Rubela

44. Surveilans merupakan salah satu pembuktian keberhasilan program eliminasi


campak dan rubela. Pelaksanaan surveilans yang intensif berguna dalam
memahami pola transimi atau penyebaran kasus dan memastikan pelaksanaan
imunisasi campak-rubela secara tepat untuk memutus transmisi. Analisis data
kasus Campak-Rubela diperlukan untuk:
Select one:
a. Menghitung secara pasti kebutuhan logistic untuk penanggulangan KLB.
b. Mempelajari gambaran epidemiologi dari kasus campak
c. Dapat menjawab kelompok masyarakat yang rentan terkena campak
d. Mempelajari hasil pengobatan kasus campak
e. Memastikan faktor risiko penyebab terjadinya KLB.
45. Surveilans pertusis adalah kegiatan pengamatan penyakit pertusis yang
sistematis dan terus menerus dengan output yaitu data dan informasi tentang
kejadian penyakit pertussis. Pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) adalah
penyakit menular pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertussis. Pernyataan tersebut merupakan pengertian dari :
Select one:
a. Konfirmasi
b. Discarded
c. Pertusis
d. Klinis
e. Suspek Pertusis

46. Surveilans Tetanus neonatorum (TN) adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan,


dan analisis data penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (usia < 28 hari)
yang disebabkan oleh Clostridium tetani sehingga dihasilkan informasi guna
tindak lanjut investigasi. Penemuan kasus (TN) dengan cara :
Select one:
a. Penemuan kasus Tetanus Neonatorum (TN) di dapat dari laporan Bidan di
desa dan klinik bersalin yang ada.
b. Penemuan kasus melalui Surveilans Aktif di Masyarakat/FKTP dan di Rumah
Sakit
c. Penemuan kasus melalui Surveilans Aktif di Masyarakat/FKTP
d. Penemuan kasus Tetanus Neonatorum (TN) dapat dilakukan di Rumah sakit.
e. Penemuan kasus Tetanus Neonatorum (TN) dilaporkan langsung dari Poli
Kebidanan di Rumahsakit

47. Surveilans Tetanus neonatorum (TN) adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan,


dan analisis data penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (usia < 28 hari)
yang disebabkan oleh Clostridium tetani sehingga dihasilkan informasi guna
tindak lanjut investigasi. Bagaimana penentuan kriteria kasus konfirmasi TN ?
Select one:
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnosis dokter
b. Berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium atau tenaga
terlatih
c. Berdasarkan pemeriksaan Laboratorium dan tenaga kesehatan terlatih
d. Berdasarkan gejala klinis dan diagnosis dokter atau tenaga kesehatan terlatih
e. Berdasarkan pemeriksaan tenaga kesehatan terlatih dan diagnose dokter

48. Tetanus neonatorum (TN) adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus
(usia < 28 hari) yang disebabkan oleh Clostridium tetani dimana bakteri
mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang system saraf pusat. Selain
kesulitan minum, gejala lain adalah wajah seperti senyum terpaksa dan alis
terangkat yang di sebut dengan :
Select one:
a. trismus atau lock jaw
b. karpermond
c. risus sardonicus
d. spasmus otot
e. opisthotonos

49. Untuk meningkatkan sensitifitas penemuan kasus polio, maka pengamatan


dilakukan pada kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) dan pengamatannya disebut
sebagai Surveilans AFP (SAFP). Surveilans AFP adalah pengamatan yang
dilakukan terhadap:
Select one:
a. Semua kelumpuhan yang di temukan di masyarakat
b. Semua kelumpuhan yang terjadi secara akut pada semua umur
c. Semua kelumpuhan tanpa status imunisasi polio yang jelas
d. Semua kasus kelumpuhan yang di rawat di rumah sakit
e. Semua kasus lumpuh layuh akut pada anak usia < 15 tahun.

50. Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima, didistribusikan ke
tingkat pelayanan sampai digunakan, vaksin harus selalu disimpan pada suhu
yang direkomendasikan. Jenis vaksin seperti Polio Tetes(OPV),RV,DPT-HB-
Hib,DT harus di simpan pada suhu tertentu dan masa simpan vaksin yang
bervariasi di level Provinsi,Kab/Kota,Puskesmas/Pustu. Penyimpanan vaksin
tersebut pada suhu:
Select one:
a. 0oC sd 8oC
b. 2oC sd 8oC
c. -2oC sd -8oC
d. 15oC sd 25oC
e. -15oC sd -25oC

Anda mungkin juga menyukai