4. Dalam suatu kondisi KLB selain peningkatan cakupan imunisasi pertusis perlu
diberikan antibiotik propilaksis pasca paparan (postexposure antimicrobial
propilaksis /PEP). Siapa saja target sasaran pemberian antibiotik propilaksis
tersebut diatas ?
Select one:
a. Kontak serumah dari pertussis dan orang yang beresiko tinggi dalam waktu 7
hari sejak terpapar dengan kasus pertusis,
b. Kontak serumah dari pertussis dan orang yang beresiko tinggi dalam waktu 21
hari sejak terpapar dengan kasus pertusis,
c. Orang yang beresiko tinggi dalam waktu 7 hari sejak terpapar dengan kasus
pertusis,
d. Kontak serumah dari pertussis dalam waktu 21 hari sejak terpapar dengan
kasus pertusis,
e. Semua orang yang di temui yang kontak dengan pertusis selama 7 hari
terakhir kontak
5. Dalam system pencatatan dan pelaporan surveilans difteri, setiap suspek difteri
dilaporkan sebagai KLB dalam waktu 1 x 24 jam, dan dicatat pada format daftar
kasus individu untuk dilaporkan ke dinas kesehatan provinsi. Apa nama format
yang digunakan untuk mencatat kasus individu tersebut ?
Select one:
a. Form DIF-1
b. Form DIF-3
c. Form W1
d. Form W2
e. Form DIF-2
8. Gejala klinis campak sering menyerupai penyakit infeksi virus lainnya sehingga
untuk menegakkan diagnosa pasti dari kasus tersangka campak perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Spesimen yang harus diambil pada suspek campak
adalah:
Select one:
a. Spesimen Urine/usap tenggorok pada setiap suspek campak
b. Spesimen Darah pada setiap suspek campak tanpa gejala tambahan ba-pil atau
conjunctivitis
c. Spesimen Urine/usap tenggorok pada kasus suspek campak dengan gejala
tambahan ba-pil atau conjunctivitis
d. Spesimen Darah dan urine/ usap tenggorok pada kasus suspek campak
dengan gejala tambahan ba-pil atau conjunctivitis
e. Spesimen Darah dan Urine/usap tenggorok setiap suspek campak
10. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Untuk Imunisasi dasar , jenis imunisasi
Campak-Rubela, IPV 2** diberikan pada anak usia:
Select one:
a. 6 bulan
b. < 24 Jam
c. 3 Bulan
d. 11 bulan
e. 9 bulan
11. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Untuk Imunisasi , jenis imunisasi DPT-
HB-Hib 4 dan Campak-Rubela 2 diberikan pada anak usia :
Select one:
a. 11 tahun
b. 12 bulan
c. 24 bulan
d. 12 tahun
e. 18 bulan
12. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.Universal Child Immunization (UCI)
adalah suatu keadaan tercapainya :
Select one:
a. Imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu.
b. Imunisasi lanjutan pada semua bayi (anak umur kurang dari 1 tahun)
c. Imunisasi dasar pada anak umur kurang dari 1 tahun dan balita
d. Imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (anak dibawah umur 1
tahun)
e. Imunisasi rutin tambahan untuk bayi (anak umur kurang dari 1 tahun)
13. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Pemberian imunisasi Campak-Rubela,
IPV 2** masuk dalam golongan :
Select one:
a. Imunisasi Dasar
b. Imunisasi Lanjutan
c. Imunisasi Khusus
d. Imunisasi Pilihan
e. Imunisasi Tambahan
14. Imunisasi rutin harus dilaksanakan sesuai jadwal untuk memastikan agar setiap
anak mendapatkan imunisasi lengkap. Apabila anak tidak mendapatkan
imunisasi rutin sesuai jadwal yang direkomendasikan maka perlu dilakukan
kegiatan imunisasi kejar untuk melengkapinya. Jadwal pemberian Imunisasi
kejar dapat dilakukan pada:
Select one:
a. sampai anak usia 5 tahun*
b. usia < 1 tahun
c. sampai anak usia 12 tahun*
d. sampai anak usia 3 tahun*.
e. usia 18 bulan
15. Imunisasi rutin harus dilaksanakan sesuai jadwal untuk memastikan agar setiap
anak mendapatkan imunisasi lengkap. Jumlah dosis yang harus di berikan pada
Imunisasi Campak-rubela adalah:
Select one:
a. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 dan 2 adalah 3 bulan
b. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 dan 2 adalah 6 bulan
c. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 dan 2 adalah 1 bulan
d. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 dan 2 adalah 9 bulan
e. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 dan 2 adalah 2 bulan
16. Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian proses
meminimalkan risiko, yang terdiri dari tiga komponen, yaitu persepsi risiko,
manajemen risiko dan komunikasi risiko. Apa yang dimaksud dengan
komunikasi risiko ?
Select one:
a. pertukaran informasi dan opini secara timbal balik dalam pelaksanaan
manajemen risiko.
b. Suatu proses penentuan faktor-faktor dan tingkat risiko berdasarkan data-
data ilmiah.
c. Penyampaian informasi tentang risiko keterpaparan saat kejadian luar biasa
d. proses penyusunan dan penerapan kebijakan dengan mempertimbangkan
masukan dari bebagai pihak untuk melindungi masyarakat dari risiko, dalam hal
ini risiko terhadap kesehatan.
e. Penyampaian informasi atau edukasi tentang risiko penyakit yang sedang
terjadi
17. Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian proses
meminimalkan risiko, yang terdiri dari tiga komponen, yaitu persepsi risiko,
manajemen risiko dan komunikasi risiko. Apa Tujuan dari komunikasi risiko ?
Select one:
a. Agar masyarakat mengetahui adanya kejadian KLB dan atau wabah
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kesiapsiagaan penanggulangan
KLB dan atau wabah.
c. Menberikan penyuluhan secara luas tentang kejadian KLB/Wabah pada
masyarakat.
d. Menyampaikan informasi melalui media massa tentang kejadian KLB dan atau
Wabah
e. Memberikan penyuluhan tentang risiko kejadian penyakit pada tokoh
masyarakat dan tokoh Agama untuk meneruskan ke masyarakat
18. Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian proses
meminimalkan risiko. Dalam situasi krisis, terdapat lima hal yang harus
diperhatikan untuk dilakukan dalam strategi komunikasi risiko, yaitu :
Select one:
a. Kepercayaan, pemberitahuan pertama, tranparansi, pendapat dan sikap
masyarakat, serta perencanaan
b. Pemantuan, kemampuan, pendapat dan sikap masyarakat, serta perencanaan
c. Kemampuan, jaringan yang kuat , Tranparansi, koordinasi, serta perencanaan
d. Kepercayaan, Keterbukaan, saling membantu, pendapat dan sikap masyarakat,
serta perencanaan
e. Kepercayaan, pemberitahuan pertama, jaringan yang kuat, tranparansi,
pendapat dan sikap masyarakat
19. Pada tehnik komunikasi disebutkan oleh Peter Sandman, ahli Komunikasi Resiko
dari Amerika, yang menyatakan ada empat jenis komunikasi yang didasarkan
pada situasi kekuatiran masyarakat dan tingkat bahaya yang sesungguhnya.
Formulanya dikenal dengan "Risk = Hazard + Outrage". Pertimbangan dalam
mengambil bentuk komunikasi yang paling sesuai.perlu pemahaman terhadap
situasi yang terjadi ,termasuk media yang digunakan. Pada situasi dimana
bahaya tinggi, namun masyarakat tidak terlalu peduli, media apa yang paling
sesuai untuk komunikasi ?
Select one:
a. Media masa secara monolog
b. Komunikasi langsung. Beri kesempatan audiens untuk lebih banyak berbicara.
c. Media social dan jejaring social
d. Semua media tidak ada 'audiens' atau 'publik', karena setiap orang terlibat
langsung.
e. Dialog interaktif, didukung dengan media massa khusus (website, newsletter,
dan sebagainya).
20. Pelaporan kasus pertusis dilakukan secara berjenjang oleh semua unit pelapor
baik pemerintah maupun swasta. Surveilans pertusis menerapkan sistem case-
based surveillance dimana data individu dari setiap kasus pertusis dikumpulkan,
diklasifikasikan, dianalisa dan dilaporkan. Pada tingkat Puskesmas, setiap kasus
suspek pertusis dicatat dalam suatu formulir, kemudian setiap hari Senin
dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota melalui mekanisme pelaporan
yang ditentukan melalui WA, email, dan sebagainya. Apa jenis Formulir yang
dimaksud ?
Select one:
a. PERT-01
b. SKDR
c. PERT-02
d. W2
e. PERT-03
21. Pemetaan Risiko Wilayah. Kriteria pembagian daerah berdasarkan tingkat risiko
kejadian TN adalah daerah risiko tinggi dan daerah risiko rendah. Apabila di
suatu daerah terdapat kondisi : ditemukan kasus TN selama satu tahun terakhir
> 1/1000 kelahiran hidup atau insidensi <1/1000 kelahiran hidup tetapi
surveilans tidak sensitif, cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan <
87%, dan cakupan imunisasi Td 2+ pada ibu hamil < 80% pada tahun yang sama,
maka daerah tersebut termasuk dalam :
Select one:
a. Kondisi KLB
b. Risiko Tinggi
c. Risiko Sedang
d. Risiko Rendah
e. Kondisi Rawan
25. Pengolahan dan Analisis data kasus TN dilakukan untuk memantau upaya
mempertahankan status eliminasi dan untuk memberikan rekomendasi upaya
kesehatan masyarakat. Dalam pengolahan data kasus TN yang harus
diperhatikan adalah
Select one:
a. Berdasarkan laporan rutin tahunan WHO
b. Berdasarkan laporan profil kesehatan puskesmas
c. Berdasarkan laporan profil kesehatan dinas kesehatan kabupaten
d. Berdasarkan laporan rutin mingguan, jumlah kasus dan incidence rate per
bulan, tahun dan berdasarkan wilayah
e. Berdasarkan laporan periodic lima tahunan puskesmas
28. Penyakit difteri ditandai dengan gejala awal badan lemas, sakit tenggorok, pilek
seperti infeksi saluran napas bagian atas pada umumnya. Ada beberapa
klasifikasi kasus difteri yang ditemukan. "Kasus suspek difteri dengan hasil
laboratorium negative, atau tidak diambil specimen, atau tidak dilakukan tes
toksigenisitas, dan tidak mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus
konfirmasi laboratorium". Pernyataan tersebut termasuk dalam klasifikasi :
Select one:
a. Kasus compatible klinis
b. Discarded
c. Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi
d. Kasus negative
e. Kasus konfirmasi Laboratorium
29. Penyakit difteri ditandai dengan gejala awal badan lemas, sakit tenggorok, pilek
seperti infeksi saluran napas bagian atas pada umumnya. Ada beberapa
klasifikasi kasus difteri yang ditemukan. "Kasus suspek difteri yang setelah
dikonfirmasi oleh Ahli tida memenuhi kriteria suspek difteri". Pernyataan
tersebut termasuk dalam klasifikasi :
Select one:
a. Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi
b. Kasus compatible klinis
c. Kasus negative
d. Discarded
e. Kasus konfirmasi Laboratorium
30. Penyakit difteri ditandai dengan gejala awal badan lemas, sakit tenggorok, pilek
seperti infeksi saluran napas bagian atas pada umumnya. Gejala ini dapat
berlanjut adanya bercak darah pada cairan hidung, suara serak, batuk dan atau
sakit menelan. Pada anak bisa terjadi air liur menetes atau keluarnya lendir dari
mulut. Pada kasus berat, akan terjadi napas berbunyi (stridor) dan sesak napas,
dengan demam atau tanpa demam. Kulit juga bisa terinfeksi dengan kuman
difteri, secara klinis luka ditutupi selaput ke abu-abuan. Tatalaksana Kasus
suspek Difteri di mulai dengan :
Select one:
a. pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotik tanpa menunggu hasil
laboratorium (kultur baik swab/apus tenggorok).
b. Diagnosa kasus dan pemeriksaan Laboratorium
c. Pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotik
d. Diagnosa kasus dan pemberian antibiotik
e. pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotik setelah menunggu hasil
laboratorium (kultur baik swab/apus tenggorok).
31. Penyakit difteri ditandai dengan gejala awal badan lemas, sakit tenggorok, pilek
seperti infeksi saluran napas bagian atas pada umumnya. Suspek campak yang
tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tidak mempunyai hubungan
epidemiologi dengan kasus pasti secara laboratorium, namun disertai gejala
salah satu "C" (Cough/Batuk, Coryza/Pilek, Conjunctivitis/Mata Merah).
Pernyataan tersebut merupakan Definisi Operasional dari:
Select one:
a. Kasus campak-rubela Pasti secara epidemiologi
b. Suspek campak
c. Kasus campak klinis
d. Kasus campak Pasti
e. Kasus campak konfirmasi Lab.
32. Salah satu strategi untuk mengetahui dampak jangka panjang pelaksanaan
program imunisasi campak-rubela adalah dengan melakukan surveilans CRS
secara sentinel di rumah sakit (RS). Surveilans CRS adalah pemantauan secara
terus menerus dan sistematis terhadap penyakit CRS pada kelompok umur?
Select one:
a. Usia < 1 bulan
b. Usia 0-11 Bulan
c. Usia 7 hari
d. Usia 28 hari
e. Usia 18 bulan
33. Sasaran utama komunikasi risiko adalah masyarakat dan pihak-pihak terkait
yang berisiko KLB dan atau wabah, yang meliputi?
Select one:
a. Masyarakat, keluarga dan pemegang kebijakan
b. Masyarakat, murid sekolah dan pemegang kebijakan
c. Keluarga, media massa dan pemegang kebijakan
d. Masyarakat, media massa dan pemegang kebijakan
e. Masyarakat, media massa dan para Bupati/Walikota
34. Sebanyak 94 % kasus Difteri mengenai tonsil dan faring. Pada keadaan lebih
berat dapat ditandai dengan kesulitan menelan, sesak nafas, stridor dan
pembengkakan leher yang tampak seperti leher sapi (bullneck). Apa penyebab
kematian difteri?
Select one:
a. obstruksi/sumbatan jalan nafas, kerusakan otot jantung, serta lengkapnya
susunan saraf pusat
b. Gagalnya pernafasan, kerusakan otot jantung, kelainan susunan saraf pusat
dan ginjal.
c. Kelainan pada otot hidung, kerusakan otot jantung, serta kelainan susunan
saraf pusat dan ginjal.
d. obstruksi/sumbatan jalan nafas, elastisnya otot jantung, serta kelainan
susunan saraf pusat dan ginjal.
e. obstruksi/sumbatan jalan nafas, kerusakan otot jantung, serta kelainan
susunan saraf pusat dan ginjal.
39. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB adalah kewaspadaan terhadap penyakit
berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan
menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan
penanggulangan KLB yang cepat dan tepat. Apa tujuan melaksanakan SKD-KLB?
Select one:
a. Terselenggaranya investigasi KLB dan deteksi dini KLB berdasarkan laporan
surveilans
b. Terselenggaranya supervisi kejadian KLB dan deteksi dini KLB
c. Teridentifikasinya adanya ancaman KLB dan terselenggaranya peringatan
kewaspadaan dini KLB
d. Teridentifikasinya faktor risiko kemungkinan terjadinya KLB di suatu wilayah
tertentu
e. Terdeteksi secara dini adanya kondiri rentan KLB dan intervensi KLB
40. Spesimen yang diperlukan dari penderita AFP adalah spesimen tinja, namun
tidak semua kasus AFP yang dilacak harus dikumpulkan spesimen tinjanya. Yang
perlu dikumpulkan specimen tinjanya adalah apabila :
Select one:
a. Kelumpuhan yang terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab jelas
b. Kelumpuhan terjadi < 2 bulan pada saat ditemukan,
c. Kelumpuhan terjadi ≥ 2 bulan pada saat ditemukan,
d. Kelumpuhan yang terjadi dg status imunisasi tidak lengkap
e. Kelumpuhan terjadi ≥ usia 15 tahun
41. Strategi penemuan kasus AFP dapat dilakukan melalui sistem surveilans aktif
rumah sakit (hospital based surveillance=HBS dan Sistem surveilans masyarakat
(community based surveillan-ce=CBS). Peran Puskesmas dalam CBS adalah :
Select one:
a. Penanggung Jawab Sistem Pencatatan dan prlaporan
b. Petugas Surveilans AFP dimasyarakat
c. Pengumpulan data masyarakat
d. Koordinator surveilans AFP di masyarakat.
e. Mengirim laporan SKDR
42. Sumber laporan surveilans AFP (unit pelapor) adalah RS dan puskesmas sebagai
unit pelaksana terdepan penemuan kasus. Selanjutnya secara berjenjang
dilaporkan kepada Dinkes Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat. Laporan dari
Puskesmas disampaikan melalui:
Select one:
a. aplikasi SKDR
b. sistem pelaporan PWS KLB (W2),
c. Laporan KLB W1
d. Formulir FP1
e. Mingguan Surveilans AFP
48. Tetanus neonatorum (TN) adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus
(usia < 28 hari) yang disebabkan oleh Clostridium tetani dimana bakteri
mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang system saraf pusat. Selain
kesulitan minum, gejala lain adalah wajah seperti senyum terpaksa dan alis
terangkat yang di sebut dengan :
Select one:
a. trismus atau lock jaw
b. karpermond
c. risus sardonicus
d. spasmus otot
e. opisthotonos
50. Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima, didistribusikan ke
tingkat pelayanan sampai digunakan, vaksin harus selalu disimpan pada suhu
yang direkomendasikan. Jenis vaksin seperti Polio Tetes(OPV),RV,DPT-HB-
Hib,DT harus di simpan pada suhu tertentu dan masa simpan vaksin yang
bervariasi di level Provinsi,Kab/Kota,Puskesmas/Pustu. Penyimpanan vaksin
tersebut pada suhu:
Select one:
a. 0oC sd 8oC
b. 2oC sd 8oC
c. -2oC sd -8oC
d. 15oC sd 25oC
e. -15oC sd -25oC