Anda di halaman 1dari 19

PELAKSANAAN PENEMUAN

DAN PELACAKAN KASUS PD3I :


AFP, CAMPAK, DIFTERI, TN DAN PERTUSIS
Disampaikan pada

SEMINAR NASIONAL
PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS KESEHATAN
TENTANG SURVEILANS PD3I DALAM UPAYA PERCEPATAN
PENCAPAIAN TARGET GLOBAL & NASIONAL
SELASA, 16 NOVEMBER 2021

dr. Sherli Karolina, MKM

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Outline
• Penemuan Kasus
• Surveilans berbasis masyarakat
• Surveilans berbasis fasyankes (RS/Puskesmas/Klinik swasta)
• Pelacakan Kasus
• Investigasi kasus
• Variabel penting yang perlu dikumpulkan

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Penemuan Kasus
➢ PADA MASA PANDEMI COVID-19 SURVEILANS PD3I TETAP DILAKSANAKAN SECARA
RUTIN dengan definisi kasus sesuai dengan pedoman nasional yang ditetapkan, dengan
tetap mengikuti protokol pencegahan COVID-19.
➢ Dilaksanakan baik di masyarakat, puskesmas, klinik-klinik swasta dan rumah sakit
dengan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Surveilans berbasis masyarakat
a. Melibatkan kader-kader, tokoh masyarakat
b. Menggunakan Bahasa yang mudah dipahami
2. Surveilans berbasis Rumah Sakit (Fasyankes)
a. Penemuan kasus di Rumah Sakit : penemuan kasus secara aktif dan retrospektif (HRR)
b. Penemuan kasus di Puskesmas dan Klinik-klinik swasta

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11/15/2021 dr. Cornelia Hesadarma 3
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
STRATEGI PENEMUAN KASUS PD3I
KASUS AFP, SUSPEK
CAMPAK, DIFTERI,
PERTUSIS, TN

Community based surveillance Hospital based surveillance

• Sosialisasi: dokter spesialis,


• Sosialisasi di masyarakat: • Pelaporan rutin melalui dokter umum, bangsal anak,
pertemuan-pertemuan SKDR oleh Puskesmas bangsal saraf, poli
masyarakat. • Terintegrasi dengan anak/dewasa/saraf, fisioterapi,
• Informer/pelapor-pelapor baru: Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Promkes, imunisasi dll di
tokoh agama, tokoh adat, kader, Rawat Jalan, Instalasi Rawat
kepala kampung, dukun bayi,
Puskesmas
Darurat; NICU/PICU/ICU; dan
klinik dokter/perawat/bidan, Instalansi Rekam Medis
klinik tukang pijat dsb. • Surveilans aktif rumah sakit
(SARS)→dinkes dan RS
• Hospital record review : review
rekam medis
Potensi Integrasi Surveilans PD3I dengan
Surveilans COVID-19
• Kasus COVID-19 menunjukkan
berbagai manifestasi klinis:
sistem pernafasan, jantung dan
pembuluh, pencernaan, saraf,
kulit dan sebagainya
• Jika memenuhi DO untuk
penyakit PD3I dapat dilaporkan.

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11/15/2021 dr. Cornelia Hesadarma 5
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Double Check Apakah Pasien PD3I memiliki Gejala yang
Memenuhi Kriteria Suspek COVID-19 dan Sebaliknya, apakah
pasien COVID-19 memenuhi gejala PD3I
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11/15/2021 dr. Cornelia Hesadarma 6
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Prinsip Investigasi/Pelacakan Kasus
1. Tetap dilaksanakan sesuai dengan pedoman surveilans PD3I nasional.
2. Verifikasi awal dapat dilakukan melalui komunikasi jarak jauh (telepon, SMS, WA, video
call dll) untuk memastikan kesesuaian gejala klinis dengan definisi operasional PD3I.
3. Pelacakan dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan ke rumah pasien atau
diarahkan untuk dilakukan di Puskesmas terdekat dengan tetap mengikuti protokol
pencegahan COVID-19.
4. Pastikan untuk menanyakan apakah ada kasus tambahan di lingkungan sekitar pasien.
Jika ditemukan kasus tambahan maka ambil spesimen.
5. Melibatkan peran aktif kader atau petugas desa → Setiap adanya kasus
dengan gejala yang mengarah ke suspek PD3I dilaporkan ke petugas
Puskesmas.

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11/15/2021 dr. Cornelia Hesadarma 7
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Kasus Lumpuh Layuh Akut
– Acute Flaccid Paralysis/AFP
• Variabel penting
• Tanggal onset lumpuh
• Status imunisasi
• Diagnosis (AFP bukan diagnosis)
• Pengambilan spesimen tinja
(2x)
• Tanyakan apakah ada anak
disekitarnya yang memiliki
gejala yang sama
• Edukasi : pentingnya imunisasi,
PHBS
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11/15/2021 dr. Cornelia Hesadarma 8
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Kasus Campak-Rubela
• Variabel penting
• Onset ruam
• Status imunisasi
• Status gizi, vitamin A
• Gejala lain/komplikasi
• Mencari kasus tambahan
→ tanyakan apakah ada
kasus dengan gejala
serupa
• Pengambilan spesimen
serum (serologis),
urin/swab (virologis)
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11/15/2021 dr. Cornelia Hesadarma 9
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Kasus Suspek Difteri
• Informasi awal untuk konsultasi kepada ahli
terkait ADS
• Identitas, usia, status imunisasi (detail)
• Onset gejala (nyeri telan, pseudomembran)
• Foto pseudomembran
• Variabel lain : Riwayat kontak, kontak erat
• Pengambilan sampel swab : sebaiknya
dilakukan sebelum antibiotic
• Edukasi kepada Kontak Erat
• Profilaksis dan Imunisasi
• kepada masyarakat – KLB dan ORI

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11/15/2021 dr. Cornelia Hesadarma 10
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PELACAKAN KASUS SUSPEK DIFTERI
Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi dalam 1 x 24 jam:

▪ Deteksi dini kasus secara klinis dan laboratorium serta tatalaksana kasus untuk mencegah kematian (ADS) dan
penularan (Antibiotika) sesuai dengan protokol pengobatan difteri;

▪ Mencari kasus tambahan dalam radius 50 m;

▪ Menelusuri kontak erat;

▪ Tatalaksana kontak erat (contact tracing) → Memutus penularan melalui pemberian obat profilaksis kpd kontak erat;

▪ Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dan menghentikan penularan.

▪ Pemeriksaan spesimen kontak erat jika diperlukan (Kajian PE)

▪ Tunjuk satu orang menjadi pemantau minum obat (PMO)

▪ Edukasi Masyarakat

▪ Lakukan Respon Imunisasi/Outbreak Respon Immunization (ORI)

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PELACAKAN DAN PENELUSURAN KONTAK ERAT KASUS DIFTERI

➢ Semua orang yang pernah kontak (secara fisik: berbicara atau terkena percikan ludah saat batuk/bersin)
dengan kasus suspek difteri
➢ Potensi menular yang pernah kontak jarak dekat sekitar 1 meter dengan kasus sejak 10 hari sebelum timbul
gejala sakit menelan sampai 2 hari setelah pengobatan (masa penularan).
➢ Yang termasuk dalam kategori kontak erat adalah:
✓Kontak erat satu rumah: tidur satu atap
✓Kontak erat satu kamar di asrama
✓Kontak erat teman satu kelas, guru, teman bermain
✓Kontak erat satu ruang kerja
✓Kontak erat tetangga, kerabat, pengasuh yang secara teratur mengunjungi
rumah
✓Petugas kesehatan di lapangan dan di RS
✓Pendamping kasus selama dirawat
➢ Jika ditemukan ada yang mempunyai gejala sakit tenggorok ➔ rujuk ke Fasyankes /dokter/RS terdekat.
➢ Jika disertai adanya pseudomembran maka dirujuk ke tim Ahli difteri untuk penetapan diagnosis.
12
Kasus Tetanus Neonatorum
Pelacakan Kasus TN untuk mencari faktor resiko yaitu :
1. Persalinan tidak bersih (3 bersih : alat, tempat, tangan)
2. Perawatan tali pusat tidak bersih
3. Ibu Bayi tidak mempunyai kekebalan yang memadai (status imunisasi Tetanus
Toxoid tidak lengkap)

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11/15/2021 dr. Cornelia Hesadarma 13
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PELACAKAN KASUS TETANUS NEONATORUM
1. Melacak persalinan yang ditolong selama 3 bulan terakhir di
fasilitas pelayanan kesehatan atau diluar fasilitas pelayanan
2. Melacak kasus tersangka TN yang ditolong 3 bulan terakhir oleh
penolong persalinan yang sama
3. Menanyakan kepada masyarakat setempat, tokoh masyarakat dan
kader setempat apakah ada kematian bayi umur 3-28 hari atau
kasus yang sama disekitar tempat tinggal kasus yang tidak
ketahui penyebabnya
4. Mengumpulkan data cakupan imunisasi Td2+ pada ibu hamil di
tingkat desa, persalinan di fasyankes dan kunjungan neonatal desa
kasus bersumber dari Puskesmas.
5. Lakukan wawancara pada ibu yang melahirkan dalam 2 tahun
terakhir (status imunisasi, tempat persalinan, perawatan tali
pusat, status imunisasi anak)

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11/15/2021 dr. Cornelia Hesadarma 14
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Kasus Pertusis
• Semua orang yang pernah kontak (Orang
yang beresiko tinggi dalam waktu 21 hari
sejak terpapar dengan kasus pertussis)
• Kontak serumah atau hidup dalam satu
ruangan dengan kasus pertussis
1. Kunjungan dari rumah ke rumah seluas
perkiraan penularan
2. Kunjungan sekolah/tempat kerja kasus
3. Mengisi format investigasi/penyelidikan
epidemiologi terhadap kasus dan kontak
(semua umur)
4. Memetakan dan melengkapi status imunisasi :
imunisasi kejar
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11/15/2021 dr. Cornelia Hesadarma 15
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
ALGORITMA PELAKSANAAN SURVEILANS PD3I
SELAMA PANDEMI COVID-19

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
11/15/2021 dr. Cornelia Hesadarma 16
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PESAN KUNCI DALAM PELACAKAN KASUS PD3I
Selalu Ingat !!!!

• Segera laporkan suspek PD3I ke Petugas Surveilans di Puskesmas atau Dinas Kesehatan
setempat,
• Segera lakukan investigasi Suspek PD3I untuk mencari kasus tambahan,
• Segera lacak kontak erat dan diberikan Profilaksis sesuai pedoman,
• Lengkapi status imunisasi kasus dan kontak erat.

Anda mungkin juga menyukai