BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil penelitian dari Anthony Widyanata Lebuan, Agus
Somia, 2017 paparan asap rokok merupakan suatu kondisi dimana siswa taman
kanak – kanan terpapar asap rokok setiap hari atau dengan kata lain merupakan
perokok pasif. Dari hasil penelitian didapat kondisi yang hampir seimbang antara
siswa yang terpapar asap rokok (=82,49,7%) dengan siswa yang tidak terpapar asap
rokok (N = 83,50,3%). Tingkat pendidikan ibu taman kanak – kanak dikelurahan
ini tergolong tinggi yaitu strata 1 (N=36,21,8) dan strata 2 (N=1,0,6%), SD
1
2
ISPA merupakan penyakit yang banyak terjadi pada anak di negara berkembang
serta salah satu penyebab kunjungan pasien ke Puskemas (40% - 60%) dan rumah sakit (15%
- 30%). Kasus ISPA terbanyak terjadi di luar negeri india 43 juta kasus, China 21 juta kasus,
Pakistan 10 juta kasus dan Banglades, Nigeria, Indonesia 6 juta kasus. Semua kasus ISPA
yang terjadi di masyarakat, 7 – 13% merupakan kasus berat dan memerlukan perawatan
rumah sakit (Dirjen PP & PL, 2012).
RS Rehatta pada tahun 2015 penderita penyakit ISPA 32 orang dengan semua
pasien rawat jalan, pada tahun 2016 penderita ISPA meningkat menjadi 45 orang
dengan rawat inap 25 penderita yanng dirawat di Rumah Sakit.
(DokkesRSrehatta,2016).
2
3
Burung pada manusia dan pasien sars, dan juga pasien anak – anak yang menderita
ISPA atau bila gejala klinis menunjukkan kemungkinan diagnosa virus tertentu
seperti croup, parainfluenza, brokiolitis akut dan respiratory syncytial virus (rsV)
yang terjadi selama periode puncak, lakukan Kewaspadaan Transmisi Airborne
(Menurut WHO, 2009).
merupakan tugas dari pihak petugas kesehatan. Oleh sebab itu berdasarkan
data data diatas penulis tertarik untuk mengambil judul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN.B DENGAN ISPA DI RUANG EDELWYS
RSUD Dr. REHATTA .Sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan dengan
baik dan Benar.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
3
4
2. Tujuan Inti
Metode dan tehnik yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ilmiah adalah
dengan metode anaisa diskriptif yaitu menggambarkan obyek peristiwa yang
sedang terjadi atau dengan cara pengumpulan data yang ada.
2. Wawancara
3. Studi Dokumentasi
4. Studi Pustaka
Menggunakan sumber buku yang ada relevansinya dengan kasus dan pemberian
Asuhan Keperawatan pada klien dengan Ispa.
4
5
5. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
1. Adanya demam.
2. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus
limfe servikalis.
d. Auskultasi : suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
5
6
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini yang akan dibahas atau disampaikan adalah latar belakang
masalah, tujuan penulisan, metode dan teknik pengumpulan data, sistematika
penulisan.
Dalam bab ini yang akan dibahas atau disampaikan terdiri dari pengertian,
etiologi, patofisiologi, gambaran klinis, pathway, perumusan diagnose keperawatan.
Dalam bab ini yang akan dibahas atau disampaikan terdiri dari pengkajian,
Analisa masalah, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini yang akan dibahas adalah mengenai Analisa proses
keperawatan.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini yang disampaikan terdiri dari kesimpulan dan saran.
6
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa disertai
radang parenkim paru (Vietha,2009).
B. Klasifikasi ISPA
1. ISPA Berat : ditandai sesak nafas yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam (Chest Indrawing) pada waktu Inpirasi (secara klinis ISPA berat =
Pneumonia berat).
3. ISPA Ringan : ditandai oleh batuk, pilek yang bisa disertai demam, tetapi tanpa
tarikan dinding dada kedalam dan tanpa nafas cepat. (secara klinis ISPA Ringan =
bukan Pneumonia) Rinofaringitis, faringis dan tonsillitis tergolong bukan
Pneumonia.
7
8
Klasifikasi ISPA dalam program P2 ISPA juga dibedakan untuk golongan umur
kurang dari 2 bulan ada 2 klasifikasi yaitu :
1) Pneumonia Berat
Anak dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam atau nafas cepat
(60X per menit atau lebih). Tarikan dinding dada kedalam terjadi bila paru – paru
mejadi “kaku” dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas. Anak
dengan tarikan dinding dada ke dalam, mempunyai resiko meninggal yang besar
dibanding dengan anak yang hanya menderita pernafasan cepat.
Penderita Pneumonia berat juga mungkin disertai tanda – tanda lain seperti :
b. Suara rintihan
2) Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan adanya tarikan kuat ke dalam dinding dada bagian bawah atau
nafas cepat yaitu <60 kali per menit (batuk,pilek,biasa). Tanda bahaya untuk
golongan umur kurang dari 2 bulan ini adalah : kurang bisa minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor, wheezing, gizi buruk, demam/dingin.
1. Pneumonia Berat, bila disertai nafas sesak dengan adanya tarikan dada bagian
bawah ke dalam waktu anak menarik nafas, dengan catatan anak harus dalam
keadaan tenang, tidak menangis dan meronta.
8
9
3. Bukan Pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam atau nafas cepat (batuk pilek biasa). Tanda bahaya untuk golongan umur 2
bulan – 5 tahun adalah : tidak dapat minum kejang, kesadaran menurun, stridor,
whaazing dan gizi buruk (Dinkes, 2009).
C. Etiologi
ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, Virus dan riketsia Bakteri
penyebab ISPA antara lain genus Streptococcus,Staphylococcus,
Pneumococcus,Hemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus penyebabnya
antara lain golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain – lain (Dinkes, 2009).
D. Patofisiologi
Setelah itu, kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel. Apabila lapisan epitel
telah terkikis, maka perlahan jaringan inofoid superficial bereaksi sehingga dapat
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimor fonuklear. Jadi
kerusakan terjadi pada lapisan epitel dari saluran napas sebagai akibat dari radang
(Libianingsih dan Rahayu,2014).
9
10
10
11
E. Patways
Infeksi kuman
Mycoplasma
Penurunan
pernapasan
metabolisme sel
Penumpukan sekresi
Keterbatasan mucus pada jalan napas
aktifitas
11
12
F. Manifestasi Klinis
1. demam, meningismus,anoreksia
Pada stadium awal,gejala ISPA di tunjukkan dengan rasa panas,kering dan gatal
dalam hidung tersumbat,yang kemudian diiringi bersin terus menerus hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa
hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret
menjadi kental dan sumbatan dihidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi,
gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin dapat terjadi
adalah sinusitis,faringitis,infeksi telinga tengah,infeksi saluran tuba eustachi, hingga
bronkhitis dan pneumonia (radang paru).
1. Biakan Virus
2. Serologis
12
13
2. Kedalaman, nafas normal,dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati
melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
6. Riwayat Kesehatan:
e. Inspeksi
10. Tidak tampak penggunaan otot - otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping
hidung.
f. Palpasi
4. Adanya demam.
13
14
5. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus
limfe servikalis.
h. Auskultasi : suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
14
15
G. Penatalaksanaan
1. Upaya Pencegahan
b. Immunisai.
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih.
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
15
16
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek.
a. Mengatasi panas (demam) dengan parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah
2 bulan dengan demam harus di berikan segera di rujuk. Paracetamol diberikan 4
kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya,kemudian di gerus den di minumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih,celupkan pada air (tidak perluh air es)
b. Mengatasi batuk. Di anjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis 1/2 sendok tehh dicampur dengan kecap atau madu 1/2
sendok teh,diberikan 3 x sehari.
4. Peran Perawat
16
17
c. Educator (Pendidik)
d. Advocate (pembela)
e. Researcher (Peneliti)
17
18
H. Pengkajian
3) Riwayat penyakit dahulu (aapakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang
dialaminya sekarang)
4) Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yag pernah mengalami seperti
klien)
I. Diagnosa Keperawatan
J. Intervensi Keperawatan
18
19
19
20
20
21
Kecemasan Monitoring
Disfungsi Monitor
neuromuskuler TD,Nadi,Suhu
neurologis berbaring,dud
uk,atau
berdiri.
Auskultasi TD
pada kedua
21
22
lengan dan
bandingkan.
Monitor
kualitas
TD,Nadi,RR,s
ebelum,selama
dan setelah
aktivitas.
Monitor
kualitas nadi.
Monitor
frekuensi dan
irama
pernafasan.
Monitor suara
paru.
Monitor pola
pernafasan
abnormal.
Monitor
suhu,warna,
dan
kelembaban
kulit.
Monitor
sianosis
perifer.
Monitor
22
23
adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang
melebar,bradi
kardi,peningka
tan sistolik).
Idetifikasi
penyebab dari
perubahan
vital sign.
Monitor suhu
Definisi : suhu Kriteria Hasil :
sesering
tubuh naik diatas
Suhu tubuh mungkin.
rentang normal
dalam rentang Monitor IWL.
Batasankarakteristik : normal
Monitor warna
Nadi dan RR
Kenaikan suhu dan suhu kulit.
dalam rentang
tubuh diatas Monitor
normal
rentang normal tekanan darah,
Tidak ada
Serangan atau nadi dan RR.
perubahan
konvulsi (kejang) Monitor
warna kulit dan
Kulit kemerahan tidak ada
penurunan
tingkat
Pertambahan RR pusing, merasa
kesadaran.
nyaman
Takikardi
Monitor
Saat disentuh WBC,Hb dan
23
24
Berikan
pengobatan
untuk
mencegah
24
25
terjadinya
menggigil.
Temperature
regulation
Monitor suhu
tiap 2 jam
sekali.
Rencanakan
monitoring
suhu secara
kontinyu.
Monito
TD,Nadi,dan
RR.
Monitor tanda
– tanda
hipertermi dan
hipotermi.
Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi.
Selimuti
pasien untuk
mencegah
hilangnya
kehangatan
tubuh.
25
26
Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan
akibat panas
pengaturan
suhu dan
kemungkinan
efek negatif
dari
kedinginan.
Beritahukan
tentang
indikasi
terjadinya
keletihan dan
penangan
yang
diperlukan.
Ajarkan
indikasi dari
hipotermi dan
penanganan
yang
diperlukan.
Berikan anti
piretik jika
perlu.
Vital sign
26
27
monitoring
Monitor
TD,Nadi dan
RR.
Catat adanya
fluktuasi
tekanan
rendah.
Monitor vs
saat pasien
berbaring,dud
uk atau
berdiri.
Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan.
Monitor
TD,Nadi,RR
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas.
Monitor
kualitas nadi.
Monitor
frekuensi dan
irama
27
28
pernafasan.
Monitor suara
paru.
Monitor pola
pernafasan
abnormal.
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit.
Monitor
adanya
cushing triad
(tekananan
nadi yang
melebar
,bradikardi,
peningkatan
`sistolik).
Identifikasi
penyebab dari
perubahan
vital sign.
28
29
29
30
Gerakan Evaluasi
melindungi bersama pasien
dan tim
Tingkah laku
kesehatan lain
berhati – hati
tentang
Muka topeng
ketidakefektifa
Gangguan tidur kontrol nyeri
(mata sayu,tampak masa lampau.
capek,sulit atau
Bantu pasien
gerakan
dan keluarga
kacau,menyeringai
untuk mencari
)
dan
Terfokus pada diri menemukan
sendiri dukungan.
30
31
Monitor
penerimaan
31
32
pasien tentang
manajemen
nyeri.
Analgesic
Administration :
Tentukan
lokasi,karakter
istik,kualitas,d
an derajat
nyeri sebelum
pemberian
obat.
Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat
dosis, dan
frekuensi.
Cek riwayat
alergi
Pilih analgesik
yang
diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika
pemberian dan
dosis optimal.
Pilih rute
32
33
pemberian
obat secara
IV,IM untuk
pemberian
obat nyeri
secara teratur.
Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali.
Berikan
analgesik tepat
waktu
terutama saat
nyeri hebat.
Evaluasi
efektivitas
analgesik
tanda dan
gejala (efek
samping obat).
33
34
klien lain.
Faktor – faktor resiko : Kriteria Hasil :
pertahankan
Prosedur klien bebas dari teknik isolasi.
infasif tanda dan gejala
batasi
infeksi
Ketidakcukupa pengunjung
n pengetahuan mendeskripsikan bila perlu.
untuk proses penularan
intruksikan
menghindari penyakit,faktor
pada
paparan yang
pengunjung
patogen mempengaruhi
untuk cuci
penularan serta
Trauma tangan saat
penatalaksanaann
Kerusakan berkunjung
ya
jaringan dan dan setelah
menunjukkan berkunjung
peningkatan
kemampuan meninggalkan
paparan
untuk mencegah klien
lingkungan
timbulnya infeksi
Ruptur gunakan sabun
jumlah leukosit antimikrobia
membran
dalam batas untuk cuci
amnion
normal tangan.
Agen farmasi
menunjukkan cuci tangan
(imunosupresa
perilaku hidup sebelum dan
n)
sehat sesudah
Malnutrisi
tindakan
Peningkatkan keperawatan.
paparan
gunakan baju,
lingkungan
sarung tangan
patogen
sebagai
34
35
imonusupresi pelindung.
35
36
infeksi)
monitor tanda
dan gejala
infeksi
sistemik dan
lokal.
monitor hitung
granulosit,
WBC
monitor
kerentanan
terhadap
infeksi.
batasi
pengunjung
saring
pengunjung
terhadap
penyakit
menular.
pertahankan
teknik isolasi
k/p.
berikan
perawatan
kulit pada area
epidema.
inspeksi kulit
36
37
dan membran
mukosa
terhadap
kemerahana,
panas,drainase
.
ispeksi kondisi
luka / insisi
bedah.
dorong
masukkan
nutrisi yang
cukup.
dorong
masukkan
nutrisi yang
cukup.
dorong
masukan
cairan.
dorong
istirahat.
instruksi
kan
klien
untuk
minum
antibioti
37
38
k sesuai
resep.
ajarkan klien
dan keluarga
tanda dan
gejala infeksi.
ajarkan cara
menghindari
infeksi.
laporkan
kecurigaan
infeksi.
laporkan kultur
positif.
38
39
Kolaborasikan
dengan tenaga
rehabilitasi
39
40
medik dalam
merencanakan
program terapi
yang tepat
Bantu klien
untuk
mengidentifik
asi dan
mendapatkan
sumber yang
diperlukan
untuk aktivitas
yang
diinginkan
Bantu untuk
mendapatkan
alat bantuan
aktivitas yang
disukai
Bantu klien
untuk
membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu
klien/keluarga
untuk
mengidentifik
asi
40
41
kekurangan
dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien
untuk
mengembangk
an motivasi
diri dan
penguatan
Monitor
respon
fisik,emosi,sos
ial dan
spiritual
41
42
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identittas Pasien
Nama : Tn. B
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Alamat : Damarwulan Kec. Kelet
Tgl. Masuk : 26 Agustus 2018
No.CM : 18071333
Dx.Medis : ISPA
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 21 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Damarwulan Kec. Kelet
Hub.Dengan Pasien : Adek
42
43
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
43
44
e. Riwayat Alergi
f. Genogram
Keterangan :
: Laki - laki ---- : Tinggal serumah
: Perempuan
: Pasien
: Minggal
44
45
3. Pola Fungsional
a. Pemeriksaan fisik
b. Oksigenasi
c. Nutrisi
45
46
e. Kebutuhan Eliminasi
g. Kebutuhan Aktivitas
h. Kebutuhan Spiritual
46
47
K. Pemeriksaan Fisik
Sebelum : TB : 160 cm BB : 70 kg
Sesudah : TB : 160 cm BB : 65 kg
e. LLA : 28 cm
f. Kepala : Mesocephal
Rambut : Beruban
Warna : Putih,hitam
47
48
m. Dada :
Paru - paru
I : Simetris,ekspansi,dada n
Jantung
P : Pekak
A : Reguler
Abdomen
I : Simetris
P : Tympani
o. Ekstermitas
48
49
L. PEMERIKSAAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Hemoglobin 13 12 – 16 Gr/dl
Hematokit 37.7% 37 – 43 %
b. Terapi Medis
c. EKG
HR : 100/menit
RR : 542 ms
QRS : 106 ms
QT/QTS : 330/448 ms
P/QRS/T :82’/-88’/10
49
50
B. ANALISA DATA
50
51
R : Didaerah tenggorokan
S:4
T : Hilang timbul
DO : pasien tampak
meringgis
kesakitan,pengka
jian Nyeri di
tenggorokan
51
52
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
52
53
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
normal
53
54
54
55
sesuai indikasi
55
56
E. IMPELEMENTASI KEPERAWATAN
S : pasien mengatakan
bersedia unntuk diberikan
Memberikan obat obat injeksi
11 : 00 Wib injeksi dan obat oral
O : injeksi ceftriaxon
Ijeksi paracetamol
Selasa, 27
Melakukan TTV S : pasien mengatakan
Agustus 2018
bersedia
08 : 00 Wib
O : TD : 120/80 N : 78 x /
menit S : 37,6 c RR : 20 x
56
57
/menit
S : pasien mengatakan
10 : 00 Wib Mengajarkan tehnik
bersedia
distraksi dan relaksasi
O : pasien mengatakan
nyeri sudah mulai
berkurang
P : nyeri menelan
R : di daerah tenggorokan
S: 4
T : hilang timbul
57
58
12 : 00 Wib
Mengajarkan pola S : pasien mengatakan
keseimbangan jelas apa yg diajarkan oleh
aktifitas dan istirahat petugas
Mengajarkan kepada
S : pasien mengatakan
pasien tata cara batuk
faham apa yg diajarkan
13 : 00 Wib
yang benar :
O : pasien tampak
-saat batuk mulut
mempraktekan apa yg
ditutup dengan tissu /
telah diajarkan
saputangan
58
59
F. EVALUASI
14 : 00
P : Lanjutkan intervensi
Wib
Untuk kebersihan jalan nafas
P : Lanjutkan Intervensi
Penurunan demam
59
60
P : Lanjutkan intervensi
P : Nyeri menelan
R : Di daerah Tenggorokan
S:4
T : Hilang timbul
P : Hentikan intervensi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
60
61
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
P : Nyeri menelan
R : Di daerah Tenggorokan
S:2
T : Hilang timbul
61
62
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang kasus pada Tn. B dengan ISPA
(Infeksi Saluran Pernfasan Akut) yang dirawat diruangan Eldelwys RSUD Dr.
REHATTA. Pembahasan yang dimaksut akan diuraikan baik dari segi teori maupun
dari segi pengalaman yang diperoleh.
Pertukaan gas secara disfusi. Proses yang pertama yaitu pertukaran O²dari udara
dalam alveolus dengan CO² dalam kapiler darah yang disebut dengan pernapasan
luar (pernapasan eksternal) sedangkan proses yang kedua adalah pertukaran O²
dari aliran darah dengan CO² dari sel - sel jaringan tubuh yang disebut dengan
pernapasan dalam (pernapasan internal). Pertukaran gas antra O² dengan CO²
terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang
sampai alveolus akan berdisfusi menembus selaput alveolus yang berkaitan dengan
hemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut deoksigenasi dan menghasilkan
senyawa oksihemoglobin (HbO). (Carperitto,2010).
Sedangkan dari pengkajian di dapatkan data pasien mengeluh sesak dan batuk
berdahak. Dengan hasil TD : 110/70 mmhg, Suhu :39°C, Nadi : 78x/menit,S :
90x/menit Pasien tampak kesakitan da ekspresi wajahnya cemas. Untuk mengatasi
masalah tersebut dilakukan intervensi monitor rata-rata kedalaman, irama, dan usaha
respirasi. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan tambahan suara. Berikan
bronkodilatator bila perlu.
62
63
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Serangan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi atau di prediksi
dan berlangsung <6 bulan. (NANDA 2012)
63
64
nyeri, lokasi, karakter dan intensitas untuk mengetahui indikasi komplikasi dan
perbaikan. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyebab alergi, anjurkan
untuk melakukan kumur air garam hangat, kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi.
Setelah di lakukan tindakan 2x24 jam di harapkan nyeri berkurang atau terkontrol.
Dengan kriteria hasil nyeri berkurang pasien tidak mengeluh adanya nyeri.
Mengajarkan pasien untuk relaksasi nafas dalam untuk menurunkan rasa nyeri,
kolaborasi pemberian analgetik dan di dapatkan hasil pasien tampak tenang. Dari
hasil intervensi tersebut dapat dilaksanakan semua dan masalah teratasi sebagian
dengan kriteria hasil nyeri berkurang.
64
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan berbagai hal yang menyangkut keperawatan
pada pasien ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) diruangan Eldelweys RSUD
dr. REHATTA 27 – 28 Agustus 2018, penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan diantaranya:
1. Dari hasil pengkajian yang di lakukan oleh penulis didapatkan data yang cukup
lengkap karena dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan
apapun.
2. Pada pasien ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) ini muncul diagnosa
keperawatan antara lain : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
kekurangan suplai oksigen,Resiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan
tidak adekuatnya pertahanan sekunder,Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
pada membran mukosa faring dan tonsil. Dari masalah – masaah tersebut dapat di
simpulkan bahwa prinsip utama asuhan keperawatan pada pasien ISPA ( Infeksi
Saluran Pernafasan Akut ) adalah sebagai berikut :
a. Mencegah gangguan pertukaran gas dengan cara dispnea saat istirahat.
b. Mencegah terjadinya resiko tinggi penularan infeksi dengan cara mencari informasi
terkait kontrol infeksi,melakukan tindakan segera untuk mengusiko.
c. Mengurangi nyeri akut dengan cara nyeri otot.
3. Dalam melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut disesuaikan dengan cara perencanaan yang telah di tetapkan dari
semua masalah yang dihadapi oleh pasien selama perawatan dilakukan evaluasi dan
kriteria tujuan yang ada pada masing – masing diagnosa keperawatan tersebut.
65
66
B. Saran
Dari kesempatan di atas penulis memberanikan diri untuk sedikit
memberikan saran – sarn yang mungkin berguna bagi kita semua di antara lain :
1. Pengkajian yang lengkap dengan dilakukan sehingga dapat di lakukan asuhan
keperawatan secara komprehensif.
2. Masalah keperawatan yang belum teratasi perlu perencanaan yang lebih lama.
3. Diharapkan perawat bisa melakukan pendelegasian tugas secara baik pada pasien
sehingga tercipta pelayanan yang komprehensif.
4. Dalam keluarga diharapkan dapat melanjutkan perawatan pada penderita dirumah.
66
67
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI, (2012). Informasi Tentang ISPA Pada Balita. Jakarta: Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
67