Anda di halaman 1dari 11

2

Bab 1

Pendahuluian
A. Latar Belakang Masalah

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita didunia, lebih

banyak dibandingkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.

Pneumonia menjadi pembunuh utama pada anak dan merupakan penyebab

kematian yang tertinggi di negara berkembang dan negara maju. Pneumonia

yang terjadi pada balita akan memberikan gambaran klinis yang lebih jelek

dari pada orang dewasa karena pada balita sistem pertahanan tubuh yang

dimiliki relatif rendah. Balita lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon

imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik (Wulandari &

Iskandar, 2021).

Pneumonia menyumbang 14% dari semua kematian anak di bawah 5

tahun, menewaskan 740.180 anak pada tahun 2019. Pneumonia dapat

disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Pneumonia dapat dicegah dengan

imunisasi, nutrisi yang cukup, dan dengan mengatasi faktor lingkungan.

Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dapat diobati dengan antibiotik,

tetapi hanya sepertiga dari anak-anak dengan pneumonia yang menerima

antibiotik yang mereka butuhkan (WHO, 2021).

Hasil profil kesehatan Indonesia selama kurun waktu yang panjang,

angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak mengalami

perkembangan
2
berarti yaitu berkisar antara 20%-30%. Namun sejak tahun 2015 hingga saat

ini terjadi peningkatan cakupan dikarenakan adanya perubahan angka

perkiraan kasus dari 10% menjadi 3,55%. Selain itu terdapat peningkatan

kelengkapan pelaporan dari 94,12% pada tahun 2016 menjadi 100% pada

tahun 2019.Pada tahun 2019 hanya Provinsi Papua Barat dan DKI telah

mencapai target penemuan sebesar 80, bahkan melebihi target yang telah

ditetapkan program. Sedangkan Papua hanya mencapai 0,2% penemuan

pneumonia dari target yang telah ditetapkan (Kementerian Kesehatan

RI,

2020).

Data Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, menujukkan bahwa pada

tahun 2017 didapatkan penderita kasus pneumonia pada balita sebesar

86.335 kasus dan jumlah balita penderita pneumonia yang ditemukan dan

ditangani sebanyak 5.828 (6,75%), pada tahun 2018, didapatkan penderita

kasus pneumonia pada balita sebesar 32.261 kasus dan jumlah balita

penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani sebanyak 5.282

(16,37%). Sedangkan pada tahun 2019, didapatkan penderita kasus

pneumonia pada balita sebesar 32.876 kasus dan jumlah balita penderita

pneumonia yang ditemukan dan ditangani sebanyak 5.682 (17,28%). Jumlah

penderita ballita yang menderita pneumonia terbanyak berada di Kota

Makassar sebanyak 574 anak, kemudian diikuti Kabupaten Gowa

sebanyak
2
554 anak dan kemudian Kabupaten Bone sebanyak 435 anak (Dinkes Prov.

Sulawesi Selatan, 2020).

Data yang diperoleh dari RSUD Haji Makassar, menunjukan jumlah

anak usia 0-59 bulan yang mengalami pneumonia pada tahun 2019
3

sebanyak 97 anak, meningkat pada tahun 2016 sebanyak 108 anak, dan

menurun pada tahun 2020 sebanyak 89 anak (Data Sekunder RSUD Haji

Makassar, 2021).Pneumonia adalah infeksi pernafasan akut yang berdampak

negatif bagi paru-paru yang disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur.

Penularannya melalui droplet dari seseorang yang menderita penyakit ini dari

batuk atau bersin, kontak langsung dengan penderita, dan juga disebabkan

oleh faktor lingkungan.Virus pneumonia menyerang semua golongan umur

terutama balita, anak-anak karena faktor pejamu yang rentan seperti

malnutrisi, dan keadaan lingkungan yang tidak hygiene (Hidayani, 2020).

Pneumonia disebabkan oleh infeksi langsung dan tidak langsung. Di negara

berkembang penyebab langsung pneumonia terbanyak adalah akibat infeksi

bakteri seperti streptococcus pneumonia yang terjadi sekitar 30-50% kasus

dan haemophilus influenza type B menyumbang 30% kasus pneumonia.

Selain itu, respiratory syncytial virus menjadi penyebab terbesar terjadinya

pneumonia oleh golongan virus. Penyebab tidak langsung dari pneumonia

dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti, gizi kurang dan

pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak eksklusif yang dapat membuat sistem

kekebalan tubuh melemah. Selain itu, faktor lingkungan juga dapat menjadi

faktor risiko anak terkena pneumonia seperti polusi udara dalam ruangan

seperti kayu bakar, kotoran, dan terdapat paparan asap rokok disekitar anak

(Riyanto & Herlin, 2021). Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik

tanpa menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya

kelompok pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi


4

seperti bakteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan

bernapas.Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi

paru masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain,

yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pneumonia pneumokokkus

dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa

meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema.

Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura

atau biasa disebut dengan efusi pleura(Yusela & Sodik, 2018).

Perawat berperan penting dalam pencegahan dan penanggulangan

pneumonia pada anak, baik dari upaya promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatif. Peran perawat dalam upaya promotif adalah mengadakan

promosi kesehatan dalam upaya peningkatan pengetahuan mengenai

penyakit pneumonia. Upaya preventif yang dapat dilakukan oleh

perawat yaitu memberikan penjelasan mengenai upaya pencegahan penyakit

pneumonia pada anak. Upaya kuratif yang dapat dilakukan perawat yaitu

melakukan tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memberikan

terapi dan obat. Untuk peran perawat dalam upaya rehabilitatif yaitu untuk

mencegah pneumonia pada ana berulang, dimana perawat dapat motivasi

keluarga anak untuk menerapkan pola hidup yang baik guna pencegahan

penyakit pneumonia. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan karya

tulis ilmiah dengan judul implementasi terapi inhalasi terhadap

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada anak yg terkena pneumonia.


5

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada

An. R dengan gangguan sistem respirasi diagnosa pneumonia di

Ruangan Al Kausar RSUD Haji Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran pelaksanaan dalam pengkajian

keperawatan pada An. R dengan gangguan sistem respirasi

diagnosa pneumonia di Ruangan Al Kausar RSUD Haji Makassar.

b. Diketahuinya gambaran pelaksanaan dalam menyusun diagnosa

keperawatan pada An. R dengan gangguan sistem respirasi diagnosa

pneumonia di Ruangan Al Kausar RSUD Haji Makassar.

c. Diketahuinya gambaran pelaksanaan dalam menyusun rencana

keperawatan pada An. R dengan gangguan sistem respirasi diagnosa

pneumonia di Ruangan Al Kausar RSUD Haji Makassar.

d. Diketahuinya gambaran pelaksanaan dalam tindakan

keperawatan pada An. R dengan gangguan sistem respirasi

diagnosa pneumonia di Ruangan Al Kausar RSUD Haji Makassar.


6
e. Diketahuinya gambaran pelaksaan dalam evaluasi keperawatan pada

An. R dengan gangguan sistem respirasi diagnosa pneumonia di

Ruangan Al Kausar RSUD Haji Makassar.


7

f. Diketahuinya gambaran pelaksanaan dalam dokumentasi

keperawatan pada An. R dengan gangguan sistem respirasi diagnosa

pneumonia di Ruangan Al Kausar RSUD Haji Makassar.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Bidang Akademik

Penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam

upaya pengembangan pengetahuan khususnya tentang pemberian

asuhan keperawatan anak dengan gangguan sistem respirasi diagnosa

pneumonia.

2. Bagi Pelayanan Masyarakat

Penulisan ini diharapkan memberi masukan bagi pelayanan

masyarakat untuk mengambil langkah-langkah dan kebijakan dalam

rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya tentang

pemberian asuhan keperawatan anak dengan gangguan sistem respirasi

diagnosa pneumonia.

3. Bagi Pasien

Penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman pasien tentang pemberian asuhan keperawatan anak

dengan gangguan sistem respirasi diagnosa pneumonia.

4. Bagi Penulis
8

a. Memberikan manfaat melalui pengalaman bagi penulis untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan


7

khususnya tentang pemberian asuhan keperawatan anak

dengan gangguan sistem respirasi diagnosa pneumonia.

b. Merupakan pengalaman yang sangat berguna untuk dapat

melakukan asuhan keperawatan pada kasus-kasus berikutnya.

D. Sistematika Penulisan

Karya ilmiah akhir ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai

berikut:

1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Pengambilan Kasus

Kasus ini dilaksanakan di Ruangan Al Kausar RSUD Haji

Makassar pada tanggal 25 Juni 2021.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

menggunakan teknik wawancara kepada pasien maupun keluarga pasien

secara langsung. Pengkajian meIliputi identitas, riwayat kesehatan,

riwayat kesehatan masa lalu, riwayat imunisasi, riwayat tumbuh

kembang, riwayat nutrisi, pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai

nutrisi saat ini, riwayat psikososial, riwayat spiritual, reaksi hospitalisasi,

aktivitas sehari-hari, pemeriksaan head to toe, pemeriksaan lab dan

terapi.

Anda mungkin juga menyukai