Anda di halaman 1dari 68

PROPOSAL SKRIPSI

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Metedologi Penelitian

Dosen Pengampu : Ns. Sholehudin, M.Kep

Putriana Mody Choirunnisa


NPM: 08220100174

PROGRAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN S1 EKSTENSI


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU (UIMA)
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Berlakang

Anak merupakan masa dimana organ-organ tubuhnya belum berfungsi

secara optimal sehingga anak lebih rentan terhadap penyakit. Salah satunya

penyakit yang sering menyerang anak adalah bronkopneumonia penyakit

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) khususnya pneumonia masih

merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan balita2

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak karena

sistem pertahanan tubuh anak masih rendah

Menurut World Health Organization dunia, angka kematian anak

akibat bronkopneumonia atau infeksi saluran pernafasan akut yang

mempengaruhi paru-paru dinyatakan menjadi penyebab kematian sekitar 1,2

juta anak setiap tahun. Dapat dikatakan, setiap jam ada 230 anak didunia yang

meninggal karena bronkopneumonia. Angka itu bahkan melebihi angka

kematian yang disebabkan oleh AIDS, malaria dan tuberkulosis. Berdasarkan

hasil Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa di indonesia

bronkopneumonia menepati peringkat kedua kematian balita (15,5%) dari

seluruh penyebab kematian, jumlah kematian anak balita disebabkan kasus

bronkopneumonia. pada tahun 2013 ditetapkan menjadi 78,8% per 1000

balita, dan kematian bayi akibat bronkopneumonia sebanyak 13,6% per 1000

bayi.
Menurut WHO tahun 2008, insiden pneumonia anak-balita di Negara

berkembang adalah 151,8 juta kasus setiap tahun, 10% diantaranya

merupakan pneumonia berat dan perlu perawatan Rumah Sakit. Di Negara

maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga total insiden pneumonia di

seluruh dunia 156 juta kasus pneumonia anak-balita setiap tahun. Terdapat 15

negara dengan insiden pneumonia anak balita paling tinggi mencakup 74%

(115,3 juta ) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. lebih dari setengahnya

terdapat di 6 negara, mencakup 44% populasi anak-balita di dunia.5 di

Indonesia kasus balita dengan bronkopneumonia pada tahun 2016 mencapai

650.378 kasus Insiden penyakit bronkopneumonia pada negara berkembang

hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian

yang tinggi. Menurut profil kesehatan Indonesia pada tahun 2017, penderita

pneumonia di Indonesia berjumlah 447.431 balita dengan usia kurang dari 1

tahun sebanyak 149.944 penderita dan usia 1-4 tahun sebanyak 297.487

penderita. Angka pneumonia tertinggi di Indonesia terjadi di Provinsi Jawa

Barat dengan total penderita sebanyak 126.936 penderita. Di Provinsi

Lampung, kejadian balita penderita pneumonia sebanyak 6.273 penderita

dengan 1.983 penderita berusia kurang dari 1 tahun dan 4.290 berusia 1-4

tahun.

Penyakit Infeksi masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian,

khususnya pada anak-anak. Insiden penyaki infeksi meningkat 40% dari tahun

2014. Di Indonesia sendiri berdasarkan survei 15% kematian balita yaitu

masih disebabkan oleh infeksi yakni infeksi saluran pernapasan yang bersifat
akut Masalah keperawatan ketidak efektifan jalan napas yaitu individu

mengalami ancaman pada kondisi pernapasan terkait anak dengan

ketidakmampuan batuk secara efektif yang disebabkan akumulasi sekret.

Dampak dari penumpukan sekret ini dapat mengganggu jalan napas dan

mengancam nyawa. Jika infeksi kuman tersebut tidak ditangani terdapat

komplikasi berupa sianosis karena sesak akibat penumpukan sekret yang

berlebih sehingga memerlukan perawatan pada kasus yang berat dan bayi atau

anak mengalami gagal jantung yang menyebabkan kematian9

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu

peradangan pada parekim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai

bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa

anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi

seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia

disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non

infeksi yang perlu di pertimbangkan.10

Bronkopneumonia mengacu pada inflamasi paru yang berfokus pada

area bronkiolus dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat

mengakibatkan obstruksi saluran respiratori berkaliber kecil dan

menyebabkan konsolidasi yang merata ke lobulus yang terdekat.11 Eksudat

pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh, mengandung banyak kuman

penyebab (streptokokus, virus dan lain-lain). Selanjutnya eksudat berubah

menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan

tersebut dapat membuat akumulasi sputum berlebih hingga penderita batuk


dan juga dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita

mengalami sesak nafas. 12

Pilihan terapi pada anak dengan bronkopneumonia terdiri dari terapi

utama dan terapi tambahan. Terapi utama meliputi terapi antibiotik dan terapi

tambahan merupakan terapi simtomatis seperti terapi analgetik, antipiterik ,

terapi inhalasi bronkodilator dan mukolitik.13 Namun pemberian terapi

inhalasi nebulizer lebih efektif diberikan pada anak dengan bronkopneumonia

karena pemberian inhalasi bertujuan untuk memberikan efek bronkodilatasi

atau melebarkan lumen bronkus , dahak menjadi encer sehingga

mempermudah dikeluarkan, menurunkan hiperaktifitas bronkus dan dapat

mengatasi infeksi

Terapi nebulizer merupakan bagian dari fisioterapi paru-paru(chest-

physiotherapy). Sejak ditemukannya nebulizer pada tahun1859 di Prancis,

nebulizer merupakan pilihan terbaik pada kasus- kasus yang berhubungan

dengan masalah infalamsi pada penderita asma, bronkopneumonia dan

PPOK( Penyakit Paru Obstruksi Kronis) sbagai terapi inhalasi memberikan

onset yang lebih cepat dibandingkan obat oral maupun intravena.

Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke

dalam saluran respiratori Pemberian terapi inhalasi yaitu teknik yang

dilakukan dengan pemberian uap dengan mengguanakan obat Ventolin 1

ampul dan Flexotide 1 ampul. Obat Ventolin adalah obat yang digunakan

untuk membantu mengencerkan sekret yang di berikan dengan cara diuap dan

Flexotide digunakan untuk mengencerkan sekret yang ada didalam bronkus,


dapat juga di berikan obat Bisolvon cair sebagai inhalasi berfungsi untuk

mengencerkan dahak dan batuk lebih cepat dari cairan abnormal di cabang

tenggorokan 16

Berdasarkan penelitian, pasien dengan pneumonia akan mengalami

suatu penumpukan/akumulasi sputum yang menyebabkan jalan napas pasien

menjadi tidak bersih. Salah satu intervensi keperawatan pasien anak dengan

penumpukan sekret agar jalan napas pasien paten yaitu dengan memberikan

tindakan nebulizer menggunakan larutan dan alat yang tepat, sesuai

ketentuan17

Menurut penelitian yang di lakukan oleh Wahyu , Emah , Nasihatut

dengan judul Penerapan Terapi Inhalasi Nebulizer untuk mengatasi Bersihan

Jalan Nafas pada Pasien Bronkopneumonia bahwa adanya perubahan

frekuensi pernapasan dari 43x/menit setelah terapi nebulizer menjadi

26x/menit pada penderita bronkopneumonia.18Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Alif Sutiyo dengan judul Penerapan Terapi Inhalasi untuk

mengurangi sesak nafas pada anak dengan bronkopneumonia bahwa

pemberian terapi inhalasi yaitu tehnik uap dapat mengencerkan sekret yang

terdapat didalam rongga.19

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh

peneliti di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor pada tanggal 03 Agustus

2020 didapatkan data berdasarkan Rekam Medik Puskesmas Ciampea

Kabupaten Bogor tahun 2020 sebanyak 79 pasien dengan diagnosa

bronkopneumonia, kemudian dilihat dari bulan Mei 2020 sebanyak 9 anak ,


Juni 2020 sebanyak 11 anak , bulan Juli 2020 sebanyak 7 anak. Melalui hasil

dari observas10 anak yang mengalami bronkpneumonia dengan pemberian

terapi nebulizer menyatakan 6 anak mengalami perubahan respiratory rate

dengan baik dan 4 anak tidak diberikan terapi nebulizer dan tidak ada

perubahan respiratory rate yang signifikan.

Melihat kasus di atas perlu adanya penelitian berjudul ” Hubungan

Pemberian Terapi Nebulizer Dengan Perubahan Respiratory Rate pada Anak

yang mengalami Bronkopneumonia di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor

Tahun 2020”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikemukankan

perumusan masalah sebagai berikut : Hubungan Pemberian Terapi Nebulizer

dengan Perubahan Respiratory Rate pada Anak yang mengalami

Bronkopneumonia di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor Tahun 2020”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pemberian Terapi Nebulizer dengan

Perubahan Respiratory Rate pada Anak yang mengalami

Bronkopneumonia di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor tahun 2020.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi pemberian terapi

nebulizer pada anak yang mengalami bronkopneumonia di

Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor tahun 2020

b. Untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi perubahan respiratory

rate pada anak yang mengalami bronkopneumonia di Puskesmas

Ciampea Kabupaten Bogor tahun 2020

c. Untuk menganalisa Hubungan pemberian terapi nebulizer dengan

perubahan respiratory rate pada anak yang mengalami

bronkopneumonia di Puskesmas Ciampea Kab.Bogor tahun 2020

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

A. Manfaat bagi STIKES Wijaya Husada Bogor

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

meningkatkan pengetahuan mahasiswa STIKES Wijaya Husada Bogor

tentang pemberian terapi nebulizer dengan perubahan respiratory rate

pada anak yang mengalami bronkopneumonia

B. Manfaat Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi rumah sakit untuk

pemberian terapi nebulizer dengan perubahan respiratory rate pada anak

yang mengalami bronkopneumonia sehingga dapat mengambil kebijakan

untuk penatalaksanaan yang lebih baik

C. Manfaat bagi Peneliti


Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan

pengalaman bagi peneliti tentang pemberian terapi nebulizer dengan

perubahan respiratory rate pada anak yang mengalami bronkopneumonia

sehingga dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Materi

Pemberian terapi nebulizer dengan perubahan respiratory rate pada anak

yang mengalami bronkopneumonia

2. Responden

Seluruh anak yang mengalami di Bronkopneumonia

3. Waktu

Penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus- September Tahun 2020

4. Tempat

Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Ciampea

5. Metode

Penelitian Deskriptif Analitik dengan Pendekatan Retrospektif

F. Keaslian Penelitian
Table 1.1

Keaslian Penelitian

No Nama Judul penelitian Variable Design Hasil

. Peneliti penelitian penelitian Penelitian

1. Wahyu Tri Penerapan terapi Variable metode Tindakan

Astuti, inhalasi nebulizer dependent: deskriptif nebuliser

Emah untuk mengatasi bersihan dengan dilakukan

Marhamah bersihan jalan jalan nafas pendekatan selama 3 x

, Nasihatut nafas pada pasien Variable studi kasus 24 jam Hasil

Diniyah bronkopneumoni independent evaluasi An.

(2019) a : A masih

bronkopneu batuk namun

monia berkurang,

tidak sesak

napas,

oksigen

dilepas,

frekuensi

pernapasan

26

kali/menit,

setelah
dilakukan

terapi

inhalasi

nebulizerdah

ak dapat

keluar

dengan

dimuntahka

n keluar

tetapi

sedikit.

2. Syafika Evaluasi Variable Penelitian Hasil

Alaydrus Penggunaan dependent : ini bersifat penelitian

(2017) Antibiotik Pada Penggunaan observasion menunjukan

Anak Penderita antibiotik al bahwa

Bronkopneumoni Variable menggunak evaluasi

a Di Rumah Sakit independet: an penggunaan

Provinsi Sulawesi bronkopneu rancangan antibiotik

Tengah Periode monia cross- berdasarkan

2017 sectional tepat

indikasi

nilainya

100%, tepat
obat nilainya

100%, tepat

pasien 100%

dan tepat

dosis

nilainya

100%.

Pemberian

antibiotik

lebih

mengutamak

an antibiotik

golongan

sefalosporin

generasi

ketiga yaitu

Cefadroxil

(14,29%),

cefotaxime

(45,24%),

cefixime

(21,43%)

dan
ceftriaxone

(19,04%).

3. Alif Penerapan terapi Variable metode Setelah

Sutiyo, inhalasi untuk dependent: deskriptif dilakukan

Nurlaila mengurangi sesak Mengurangi analitik penerapan

(2017) nafas pada Anak sesak nafas dengan terapi

Dengan Variable pendekatan inhalasi,

Bronkopneumoni Indenpende studi kasus. terjadi

a di Ruang Melati nt: penurunan

RSUD Bronkopneu RR dari 68

dr.Soedirman monia x/menit,

Kebumen suara nafas

ronkhi, dan

tidak ada

tarikan

dinding dada

kedalam.
Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilaksanakan dengan

penelitian diatas terletak pada :

1. Redha Rahmatia Gani, dkk (2014)

a. Persamaan penelitian ini adalah terapi yang diberikan adalah inhalasi

nebulizer, Respondennya sama-sama dengan pasien bronkopneumonia,

b. Perbedaan penelitian ini, pada variabel dependennya tentang bersihan

jalan nafas sedangkan peneliti tentang perubahan respiratory rate.

Penelitian sebelumnya dilakukan di,Magelang sedangkan peneliti

melakukan penelitian di Bogor. Penelitian menggunakan metode

deskriptif dengan pendekatan studi kasus sedangkan peneliti

menggunakan metode penelitian Deskriptif Analitik menggukana

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019 sedangkan peneliti

melakukannya pada tahun 2020.

2. Syafika Alaydrus (2017)

a. Persamaan penelitian ini adalah respondennya sama-sama dengan anak

bronkopneumonia

b. Perbedaan penelitian ini adalah terapi yang diberikan penelitian ini adalah

antibiotik sedangkan peneliti menggunakan terapi nebulizer, penelitian ini

menggunakan metode observasional menggunakan rancangan cross-

sectional sedangkan peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen

dengan rancangan Deskriptif Analitik penelitian ini dilakukan di Rumah

Sakit Provinsi Sulawesi Tengah dengan peneliti melakukan Puskesmas


Ciampea Kabupaten Bogor ,penelitian dilakukan tahun 2017 sedangkan

peneliti pada tahun 2020.

3. Alif Sutiyo, Nurlaila (2017)

a. Persamaan penelitian ini adalah pemberian terapi inhalasi dan nebulizer

sama sama menggunakan uap untuk terapinya, variable independent sama-

sama bronkopneumonia , respondennya sama sama anak yang mengalami

bronkopneumonia.

b. Perbedaan penelitian ini adalah metode penelitiannya menggunakan

metode deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus sama dengan

peneliti menggunakan dekriptif analitik pendekatan Retrospektif,penelitian

ini dilakukan di Ruang Melati RSUD dr. Soedirman Kebumen dengan

peneliti melakukan di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor, penelitian

dilakukan tahun 2017 sedangkan peneliti tahun 2020.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bronkhopneumonia

1. Definisi

Bronkopneumonia adalah radang paru yang berasal dari

cabangcabang tenggorok yang mengalami infeksi dan tersumbat oleh

getah radang, menimbulkan pemadatan-pemadatan bergelombol dalam

lobulus paru yang berdekatan, biasanya terjadi akibat batuk, campak,

influenza, tifus dan sebagainya.salah satu jenis pneumonia yang

mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area

terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang

berdekatan di sekitarnya. Kesimpulannya Bronkopneumoniamerupakan

salah satu jenis pneumonia dengan jenis peradangan pada paru dan

broncheoli.20 Bronkopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-

paru meradang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bekerja.

Selain menyebabkan penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita

bronchopneumonia bisa mengalami kematian. Studi mikrobiologik

ditemukan penyebab kematian utama bakteriologik pneumonia maupun

bronkopneumonia anak dan balita adalah Streptococcus

pneumoniae/pneumococcus (30-50% kasus) dan Hemophilus influenzae

(10-30% kasus), diikuti Staphylococcus aureus dan Klebsiela pneumoniae

pada kasus berat. Bakteri lain seperti Mycoplasma pneumonia,


Chlamydia, Pseudomonas, Escherichia coli (E coli) juga menyebabkan

pneumonia.

Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang

mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam salah satu atau lebih

area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang

berdekatan di sekitarnya Penyebab pada kasus bronkopneumonia

disebabkan oleh yaitu bakteri, virus , jamur dan protozoa.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

bronkopneumonia adalah salah satu jenis peradangan pada parenkim paru

yang sering terjadi pada anak maupun balita yang disebabkan oleh

pneumokokus biasanya ditandai dengan gejala demam yang tinggi, batuk,

dispnea, napas cepat dan dangkal.

2. Manifestasi Klinis sebagai berikut:

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar

antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya

sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat

komplikasi sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit 23

a. Gangguan Infeksi Umum

• Demam

• Sakit Kepala

• Penurunan Nafsu Makan

b. Gangguan Infeksi Respirasi

• Dispnea (Sesak Nafas)


• Batuk

• Orthopnea (Mengeluh sesak saat berbaring)

• Penggunaan otot bantu pernafasan 20

3. Etiologi Bronkopneumonia

Penyebab tersering pada bronkopenumonia yaitu pneumokokus

sedang penyebab lainnya antaralain : Steptocccuspneumoniae,

stapilokokkus aureus, harmophillus influenza, jamur(seperi candida

albicans) dn virus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphyloccocus

aureus sebagai penyebab yang berat serius dan sangat progesif dengan

mortalitas tinggi24 Ialah mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) dan

sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak

tanah, dan sejenisnya) serta aspirasi (masuknya isi lambung ke dalam

saluran napas). Salah satu penyebab Bronkopneumonia menyebabkan

perbedaan gejala dan perawatan salah satu penyebab yaitu bakteri yang

dimana ketika respon kekebalan alami tubuh menurun karena penyakit,

bakteri normal mulut dan tenggorokkan akan berkembang dan

menyebabkan salah satu lobus yang terinfeksi kemudian mengisi paru-

paru dengan nanah dan cairan. Sehingga mempengaruhi paru-paru yang

menyebabkan pertukaran oksigen dan karbondioksida.Penyebab ini dapat

mengganggu okigenasi jaringan serta meningkatkan kerja miokard dalam

pemenuhan suplai oksigen dalam darah.20


4. Patofisiologi

Mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui

saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang

mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya.

Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan

sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di

alveoli. Sadium ini disebut stadium hepatitasi merah. Selanjutnya,

deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di

alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut

stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di

alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris

menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem

bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.23


1.1 Pathways Pneumonia pada Anak

Virus Micoplasma Bakteri Jamur Aspirasi benda asing

Masuk saluran pernapasan

Paru- paru reseptor peradangan → Resiko Infeksi

↓ ↓

Bronkus&alveolus hipothalamus

↓ ↓

Menganggu kerja makrofag ↑suhu tubuh → Hipotermi

↓ ↓

Peradangan/inflamasi ↓intake cairan→Resiko Kekurangan

↓ Cairan Tubuh

Edema ruang alveolus

↓ Produksi sekret↑ → Difusi gas O2 & CO2

Dispnea ↓ dialveoli terganggu

↓ Bersihan Jalan Batuk ↓

Ketidakefektifan tidakefektif ↓ Kapasitas transportasi O2↓

Pola nafas Penekanan diafragma ↓

↓ Gg. Pertukaran Gas

Anoreksia ←Saraf Pusat ←Tekanan Intra Abdomen

Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

(Sumber : Rahajoe, Supriyatno, & Setyanto, 2015). 23


5. Komplikasi

Akibat penyakit ini tidak mendapat penangannan yang tepat maka

akan menimbulkan komplikasi yang bisa membahayakan tubuh anak

tersebut ,misalnya gangguan pertukatan gas, obstruksi jalan nafas, gagal

nafas , efusi pleura yang luas, syok dan apnea rekuren Pneumonia

bakterial sering kali menyebabkan cairan inflamasi terkumpul di ruang

pleura, kondisi ini mengakibatkan efusi parapneumonik atau apabila

cairan tersebut purulen disebut empiema. Jaringan paru pada saluran

respiratori dan parenkim paru akan menyebabkan terjadinya dilatasi

bronkus dan mengakibatkan bronkiektasis dan peningkatan risiko

terjadinya infeksi berulang. Selain itu pneumonia juga dapat

mengakibatkan terjadinya nekrosis jaringan paru dan akan timbul abses

paru11

6. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

• Pemeriksaan darah

• Pemeriksaan sputum

• Analisa gas darah

• Kultur darah

• Sampel darah,sputum dan urine

2) Pemeriksaan radiologi

• Rontgenogram Thoraks

• Laringoskopi / bronkoskopi 21
3) Adapun menurut PPM IDAI:

a. Farmakologi

• Antibiotik

• Ekspetoran

• Antipiretik

• Analgetik

b. Non Farmakologi

• Terapi Oksigen (Media Baling-Baling)

• Nebulisasi Aerosol

• Fisioterapi dada dengan postural

• Kriteria Rawat Inap Bronkopneumonia

7. Pencegahan

Studi yang dilakukan oleh Ernawati, Riyanti, & Indraswari (2017)

membuktikan bahwa anak yang tidak melakukan imunisasi berisiko 7,6

kali menderita pneumonia dibandingkan dengan yang melakukan

imunisasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.42 di Indonesia

imunisasi wajib sendiri dikategorikan menjadi 3 yaitu imunisasi dasar,

imunisasi tambahan dan imunisasi rutin. Imunisasi rutin terdiri dari

imunisasi dasar dan lanjutan. Vaksin yang diberiakan berupa Bacillus

Calmette Guerin (BCG), Diphtheria Pertusis TetanusHepatitis B-

Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib), Hepatitis B (HB), polio dan

campak. Khususnya pemberian imunisasi BCG, DPT, Hib dan Campak

yang memliki manfaat dalam pencegahan penyakit pneumonia. 27


8. Faktor Resiko

a. Usia

b. BBL

c. Riwayat ASI

d. Status Gizi

e. Riwayat Imunisasi

f. Pemberian Obat

g. Pengetahuan Orang Tua

h. Kepadatan Rumah

i. Ventilasi Udara Rumah

j. Kebiasaan Merokok Keluarga

B. Respiratory Rate

1. Definisi

Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari

mengambilan O2, pengeluaran CO2hingga penggunaan energi di dalam

tubuh. Manusia dalam bernapas meghirup O2 dalam udara bebas dan


28
membuang CO2 ke lingkungan Pernafasan atau respirasi adalah

peristiwa menghirup udara dari luar yang mnegandung O2(oksigen) ke

dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2(

karbondioksida) sebagai siksa dari oksidasi keluar tubuh. Penghirupan ini

disebut ekspirasi. Secara normal orang bernafas kira kira 16-20x/menit,

sementara bayi dan anak lebih cepat dari orang dewasa.29


Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan respirasi adalah

proses pernafasan menghidrup O2 dan mengeluarkan CO2 pada anak

respirasi lebih cepat normalnya 25- 30 x/menit jika pada orang dewasa 16-

20x/menit.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

a. Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara

darah dan udara.

b. Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran

darah ke sel-sel tubuh.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara

dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :

a. Respirasi / Pernapasan Dada

1) Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut

2) Tulang rusuk terangkat ke atas

3) Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara

dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.

b. Respirasi / Pernapasan Perut

1) Otot difragma pada perut mengalami kontraksi

2) Diafragma datar

3) Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan

tekanan Udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke

paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari.

Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang

diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15

kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan

mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil

tekanan udara. Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat

mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh

darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc

oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak

200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc

karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan

menuju paruparu dengan bantuan darah.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :

a. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2

+ CO2

b. Peningkatan oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2

c. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb

+ O2

d. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O --->

H2 + CO2

Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang

mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung


karbon dioksida dan uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk

memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energy.

Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:

1. Hidung

2. Faring

3. Trakea

4. Bronkus

5. Bronkiouls

6. paru-paru
2. Alat Pernapasan Pada Manusia

A. Rongga Hidung (Cavum nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum

nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya

terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat

(kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda

asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga

rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran

yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai

banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang

masuk. Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan

nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae30

Gambar 2.1 Sistem Pernapasan

Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut

halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara

yang masuk ke dalam rongga hidung.


B. Faring ( Tenggorokan)

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring

merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan

(nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan

(orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring

(posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara

(pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan

menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.

Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk

ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat

tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan

mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak

terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan

kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran

bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan

dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang

dengung(resonansi) untuk suara percakapan30

C. Batang Tenggorokan ( Trakhea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm,

terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak).

Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin

tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia


ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke

saluran pernapasan.

Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan

kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok

bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam

paruparu, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi

saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus

berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru

(alveolus).30

D. Pangkal Tenggorokan (Laring)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh

tulang rawan. Laring berada diantara orofaring dan trakea,

didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut

epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.

Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel

berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan

getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah

menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya

udara. Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan

yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh

katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan

makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada

waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok


terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari

paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.

E. Cabang Batang Tenggorokan ( Bronkus)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian,

yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa

bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus

bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih

besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan

sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.

Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu

bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju

paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus

sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus

lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri

bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling

kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus.

Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-

kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi

ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan

jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru30

F. Paru – Paru (Pulmo)


Gambar 2.2 Paru – paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di

bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah

dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian

yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan

paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru

dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput

bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura

dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada

yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura

parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan

elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang

rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya

mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus

terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi,

kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris

mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus. 30

3. Faktor-Faktor Pernapasan:
a. Faktor Fisiologis

1) Menurunnys kemampuan meningkatkan O2 seperti pada anemia

2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasikan seperti obstruksi

saluran pernapasan bagian atas.

3) Hipovolemi sehingga tekanan darah menurun yang

mengakibatkan terganggunya O2

4) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti

kehamilan , obesitas, penyakit kronik, seperti TBC paru.

b. Faktor Perkembangan

1) Anak usia sekolah dan remaja , resiko infeksi saluran pernapasan

dan merokok

2) Dewasa muda dan pengetahuan , diet yang tidak sehat, jurang

aktivitas , stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru

3) Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan

kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menuurun.

c. Faktot Perilaku

1) Nutrisi

2) Exercise : akan meningkatkan kebutuhan oksigen

3) Merokok : nikotin menyebabkan fase konstruksipembuluh darah

perifer dan koroner

d. Faktor Lingkungan
1. Tempat kerja

2. Suhu lingkungan

3. Ketinggian dari permukaan air laut.

4. Faktor Peningkatkan Frekuensi Pernapasan:

a. Olahraga

b. Stress

c. Peningkatan suhu lingkungan

d. Penurunan konsentrasi oksigen pada darah yang tinggi

5. Tujuan menghitung pernapasan

a. Mengetahui keadaan umum pasien

b. mengikuti perkembangan penyakit

c. membantu menentukan salah satu penyokong diagnose29

Table 2.1 Respiratory Rate Normal

Umur Respiratory Rate

< 1 tahun 30 – 40

1 – 2 tahun 25 – 35

2 – 5 tahun 25 – 30

5 – 12 tahun 20 – 25

> 12 tahun 12 – 20

( Sumber: Nurjannah,2012)31

6. Gangguan pada pernapasan


Sistem pernapasan manusia yang terdiri atas beberapa organ

dapat mengalami gangguan. Gangguan ini biasanya berupa kelainan

atau penyakit. Penyakit atau kelainan yang menyerang sistem

pernapasan ini dapat menyebabkannya proses pernapasan. Berikut

adalah beberapa contoh gangguan pada system pernapasan manusia.

a. Emfisema, merupakan penyakit pada paru-paru. Paruparu

mengalami pembengkakan karena pembuluh darah nya

kemasukan udara. 32

b. Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan

yang disebabkan oleh alergi, seperti debu ,bulu, atau pun rambut.

Kelainan ini dapat diturunkan. Kelainan ini juga dapat kambuh

jika suhu lingkungan. 32

c. Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut

menimbulkan bintil-bintil pada dinding alveolus. Jika penyakit ini

menyerang dan dibiarkan semakin luas,dapat menyebabkan sel-

sel paru-paru mati. Akibatnya paruparu akan kuncup atau

mengecil. Hal tersebut menyebabkan para penderita TBC

napasnya sering terengah-engah. 32

d. Infuenza (flu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus

infuenza. Penyakit ini timbul dengan gejala bersin-bersin, demam,

dan pilek.32
e. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

saluran pernapasan dan jaringan paru-paru. Misalnya, sel mukosa

membesar (disebut hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah

banyak (disebut hiperplasia). Dapat pula terjadi radang ringan,

penyempitan saluran pernapasan akibat bertambahnya sel sel dan

penumpikan lendir, dan kerusakan alveoli. Perubahan anatomi

saluran pernapasan menyebabkan fungsi paru-paru terganggu33

• Stridor

Stridor adalah bunyi yang terdengar kontinu( tidak

terputus putus), bunyi ini bernada tinggi baik saat inspirasi

maupun pada saat ekspirasi, bunyi ini dapat terdengar tanpa

menggunakan stetoskop, bunyi ini ditemukan pada saluran

napas atas( laring) maupun trakhea dapat disebabkan karena

adanya penyempitan saluran napas.

• Ronkhi basah

Ronkhi basah adalah bunyi yang terdengar kontinu. Bunyi

napas tambahan ronkhi bernada rendah sehingga bersifat sonor.

Terdengar tidak mengenakan (raspy). Bunyi napas tambahan

ronkhi terjadi pada saluran napas besar seperti trakhea bagian

bawah dan bronkus utama. Bunyi napas ini di sebabkan karena

udara melewati penyempitan , dapat terjadi saat insprasi maupun

ekspirasi
• Suara mengi(wheezing)

Mengi adalah bunti terdengar kontinu. Nada mengi lebih

tinggi dibanding dengan suara nafas lain dan sifatnya musikal,

bunyi napas mengi disebabkan karena adanya suatu penyempitan

saluran napas kecil( bronkus perifer dan bronkiolus) . karena

udara melewati suau penyempitan , mengi dapat terjadi pada saat

inspirasi maupun eksiprasi. Terjadinya penyempitan jalan napas

dapat disebabkan karena adanya sekresi berlebihan , edema

mukosa, konstriksi otot polos , tumor maupun karena adanya

benda asing.

• Ronkhi kering(rales/cracles)

Bunyi napas ronkhi terdengar diskontinu atau terputus putus.

Bunyi ini disebabkan karena adanya cairan didalam saluran napas

dan kolapnya saluran udara di bagian distal dan alveoli. Terdapat

tiga macam ronkhi kering diantaranya halus(fine rales) sedang

(medium rales) kasar(coarse rales)

• Bising gesek pleura(pleural friction rubs)

Bising gesek pleua dihasilkan oleh bunyi gesekan

permukaan antara pleura perietalis dan pleura viseralis.

Permukaan pleura kasar disebabkan oleh eksudat fibrin. Suara

gesekan terdengar keras pada akhir inspirasi/ tetapi sebenarnya

bising gesek pleura terdengar saat inspirasi dan saat ekspirasi,

terdengar saat napas dalam ,sering terdengar pada dinding dada


lateral bawah dan anterior. Gesekan pleura yang kuat

jugadirasakan pada saat palpasi dan terasa sebagai vibrasi34

C. Terapi Nebulizer

1. Pengertian Nebulizer

Salah satu jenis terapi inhalasi adalah nebulizer Rab35

mengemukakan bahwa terapi nebulizer/aerosol adalah terapi yang

diberikan dengan cara bernapas melalui zat cair yang telah diasapkan

atau disteam, sehingga didapatkan cairan di dalam gas. Dengan cara

ini zat cair diubah menjadi partikel-partikel yang halus yang berfungsi

untuk mengurangi edema pada saluran pernapasan, mengurangi

kekentalan sekresi, merangsang batuk, dan dapat digunakan untuk

mengeluarkan sputum.

Nebulizer merupakan suatu alat pengobatan dengan cara

pemberian obat-obatan dengan penghirupan, setelah obat-obatan

tersebut terlebih dahulu dipecahkan menjadi partikel-partikel yang

lebih kecil melalui cara aerosol atau humidifikasi. Nebulizer

mengubah cairan menjadi droplet aerosol sehingga dapat dihirup oleh

pasien. Obat yang digunakan untuk nebulizer dapat berupa solusio

atau suspensi36 Terapi nabulizer adalah terapi menggunakan alat yang

menyemprotkan obat atau agens pelembab , seperti bronkodilator atau

mukolitik dalam bentuk partikel mikroskopik dan menghantarkannya

ke paru37
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan nebulizer

adalah alat bantu untuk penyakit saluran pernafasan yang

menggunakan obat dalam bentuk uap untuk di hirup ke dalam paru

paru biasanya digunakan untuk penyakit asma, PPOK,

bronkopneumonia, pengobatan dengan uap dapat membantu

mengeluarkan lendir(dahak) dari tenggorokan (khususnya pada anak).

2. Jenis nebulizer

Alat nebulizer dapat mengubah obat berbentuk larutan menjadi

aerosol secara terus-menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara

yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik, sehingga dalam

praktiknya dikenal dua jenis alat nebulizer, yaitu ultrasonic nebulizer

dan jet nebulizer 23

Gambar 2.3 Jet Nebulizer

Jet nebulizer terdiri dari reservoir wadah obat dan sistem

yang membangkitkan efek venturi saat udara atau oksigen

terkompresi didorong melalui lubang kecil pada unit


nebulizer.Oksigen atau udara terkompresi digunakan untuk

memecah larutan atau suspensi obat menjadi droplet untuk inhalasi.

Partikel yang lebih besar dikembalikan ke reservoir setelah

bertabrakan dengan bagian nebulizer dan hanya partikel yang lebih

kecil yang dilepaskan untuk membentuk uap yang diinhalasi pasien


38

Gambar 2.4 Ultrasonik Nebulizer

Prinsip kerja nebulizer ultrasonik yaitu gelombang

ultrasonik diteruskan melalui obat untuk membangkitkan droplet

aerosol. Pembangkit ultrasonik yang demikian akan menebulisasi

volume yang lebih besar daripada nebulizer jet dan biasanya lebih

tenang bunyinya. Walaupun demikian, alat ini lebih mahal daripada

nebulizer jet38

Tabel 2.2 Perbandingan Nebulizer, Jet dan Ultrasonic


Parameter Jet Nebulizer Ulreasonik Nebulizer

Teknik

Sumber tenaga Listrik Listrik

Cara kerja Aliran udara tingkat tinggi Osilasi frekuensi tinggi

(hukum bernoulli) (Piezo-electric Crystal)

Suara Bising Tenang

Posisi Alat Bebas Harus datar benar

Volume isi Sedikit (<5ml) Banyak (>10ml)

Arus Aliran Udara 7 L/mnt(±3L)

Klinis

Obat yang dinebulisasi Semua Steroid tidak bisa

Lain-Lain

Harga Murah Mahal

Perawatan Mudah Sulit

( Sumber: Francis, 2011)38

3. Cara penggunaan nebulizer

Cara menggunakan nebulizer yang tepat akan memungkinkan

obat bekerja efektif mengobati asma. Berikut langkah-langkahnya:

1. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir untuk

mencegah kuman ikut masuk ke paru-paru melalui nebulizer.


2. Siapkan obat yang akan digunakan. Jika obat sudah dicampur,

tuang langsung ke dalam wadah obat nebulizer. Jika belum,

masukkan satu per satu dengan menggunakan pipet atau alat

suntik.

3. Tambahkan cairan saline jika diperlukan dan diresepkan dokter.

4. Hubungkan wadah obat ke mesin dan juga masker ke bagian atas

wadah.

5. Letakkan masker hingga menutupi hidung dan mulut.

6. Hidupkan mesin kemudian tarik napas dengan hidung dan

keluarkan perlahan melalui mulut.

7. Anda bisa mengakhirinya saat tidak ada lagi uap yang keluar,

menandakan obat sudah habis.

4. Tujuan Terapi nebulizer

1. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas.

2. Menghilangkan sesak karena selaput lendir saluran nafas bagian

atas sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.

3. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.

4. Melegakan pernafasan.

5. Mengurangi pembekakan selaput lender.

6. Mencegah pengeringan selaput lender.

7. Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk.

8. Menghilangkan gatal pada kerongkongan.


5. Indikasi Terapi Nebulizez

Untuk memberikan medikasi secara langsung pada saluran

napas untuk mengobati, berikut ini:

• Bronchospasme akut

• Produksi mukus yang berlebihan

• Batuk dan sesak napas

Pada prinsipnya tujuan dari pemakaian terapi nebulizer adalah

untuk membasahi saluran pernapasan. Pemakaian terapi nebulizer

diindikasikan untuk memberikan kelembaban pada udara respirasi

yaitu dengan menggunakan ultrasonik atau jet nebulizer maka

kelembaban dari udara kamar dapat ditambah. Selain itu pemakaian

terapi nebulizer dapat digunakan untuk membasahi saluran

pernapasan atas dan bawah juga untuk ekspektoransia. Ekspektoransia

juga digunakan untuk menginduksi sputum, baik untuk pemeriksaan

bakteri maupun sitologi35

6. Obat nebulizer untuk anak

Terapi aerosol/nebulizer berdasarkan pada penggunaan udara

atau oksigen yang terkompresi, yang akan mendorong asap medikasi

bergarak melalui selang ke dalam masker atau mouthpiece. Obat yang

sering digunakan untuk terapi nebulizer adalah albuterol (Profentil,

Ventolin), levalbuteroltartat (Xopenex HFA), dan metaproterenol

(Alupent) 39
7. SOP Pemberian Terapi Nebulizer

a. Pengertian : Permberian inhalasi uap dengan obat melalui

saluran pernapasan bagian atas dengan cara di hirup menggunakan

nebulator.

b. Tujuan :

1) Mengobati peradangan saluran pernapasan

2) Lendir menjadi encer dan mudah keluar

3) Menjaga selaput lendir tetap dalam keadaan lembab

No. SOP TERAPI NEBULIZER

1. Mencuci tangan dan memakai handscoon

2. Mengatur Posisi duduk atau semifowler pada pasien anak

Mendekatkan peralatan yang berisi set nebulizer ke tempat

3. tidur pasien yaitu:

a. Set Nebulizer

b. ObatBronkodilator : Ventolin 1 ampul

Flexotide

c. Bengkok

d. Tissue

e. Spuit 5 cc

f. Aquades
4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran

5. Memasukan obat sesuai takaran

6. Memasak masker pada pasien

7. Menghidupkan nebulizer dan anjurkan pasien untuk nafas

dalam sampai obat habis

8. Mematikan nebulizer

9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue

10. Bereskan alat

11. Buka handsoon dan mencuci tangan

4) M

(Sumber : Francis,2011)38

8. Keuntungan dan kerugian Terapi


a. Keuntungan

Dibandingkan dengan terapi oral (obat yang diminum),

terapi ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya,

serta membutuhkan dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek

sampingnya ke organ lainpun lebih sedikit. Sebanyak 20-30% obat

akan masuk di saluran napas dan paru-paru, sedangkan 2-5%

mungkin akan mengendap di mulut dan tenggorokan. Bandingkan

dengan obat oral. Ibaratnya obat tersebut akan "jalan-jalan" dulu

ke lambung, ginjal, atau jantung sebelum sampai ke sasarannya,

yakni paru-paru. Pada anak-anak, umumnya diberi tambahan

masker agar obat tidak menyemprot kemana-mana. Dengan cara

ini, bayi/balita cukup bersikap pasif dan ini jelas menguntungkan.

b. Kerugian

Jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dan obat yang

di pakai tidak cocok dengan keadaan mulut dan sistem pernafasan

, hal yang mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada mulut dan

gangguan pernafasan. Jadi pengguna pengobatan inhalasi akan

terus berkonsultasi pada dokter tentang obat nya. Selain hal itu

obat relatif lebih mahal dan bahkan mahal dari pada obat oral40

D. Anak

1. Pengertian Anak
Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua bagai hasil antara

hubungan pria dan wanita. Dalam konsideran Undang-Undang No. 23

Tahun 2002 tentang perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah

amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa , yang dalam dirinya

melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya41

Selama di tubuhnya masih berjalan proses pertumbuhan dan

perkembangan , anak itu masih menjadi anak dan baru menjadi

dewasa bila proses pertumbuhan dan perkembanga itu selesai, jadi

batas umur anak-anak adalah sama dengan permulaan menjadi dewasa

, yaitu 18 tahun untuk wanita dan 21 tahun untuk laki laki42

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengertian anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai

perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum

menikah.

2. Paradigma keperawatan anak

Manusia (Anak)

Sehat Sakit Lingkungan

Keperawatan

Gambar 2.5

Empat Komponen Landasan Berfikir Paradigma Keperawatan Anak


a. Manusia (Anak)

Dalam Keperawtaan anak yang menjadi individu (kline)

adalah anak yang diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang

dari 18 tahun dalam masa tumbuh kembang,dengan kebutuhan

khusus yaitu kebutuhan fisik,fisiologi,sosial dan spiritual.

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik,kognitif,

konsep diri,pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik pada semua

anak tidak mungkin pertumbuhan fisiknya sama, demikian pula

pada perkembangan kognitif adakalanya cepat atau lambat,

perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi akan tetapi belum

terbentuk sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring

bertambahnya usia anak. Pola koping juga sudah terbentuk sejak

bayi dimana bayi akan menangis saat lapar43

b. Sehat-sakit

Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan

bantuan pelayanan keperawatan pada anak adalah suatu kondisi

anak berada dalam situasi kesehatan yangmeliputi sejahtera, sehat

optimal,sehat,sakit,sakit kronis dan meninggal. Rentang ini

adalah suatu alat ukur dalam status kesehatan bersifat dinamis

dalam setiap waktu. Selama dalam batas rentang waktu

tersebutanak membutuhkan bantuan perawat baik secara


langsung maupun tidak langsung. Seperti apabila anak dalam

rentang sehat maka upaya perawat untuk meningkatkan derajat

kesehatan ssmpai mencapai taraf kesejahteraan baik fisik , sosial

maupun spiritual. Demikian sebaliknya apabila anak salam

kondisi kritis atau meninggal mka perawat selalu memberikan

bantuan dan dukungan pada keluarga. Jadi batasan sehat secara

umum dapat diartikan sesuatu keadaan yang sempurna baik fisik

, mental da sosial serta tidak hanya bebasdari penyakit dan

kelemahan43

c. Lingkungan

Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang

dimaksud adalah lingkunga eksternal maupun internal yang

berperan dalam perubahan status kesehatan anak. Lingkungan

internal seperti anak lahir dengan kelainan bawaan maka

dikemudian hari akan terjadi perubahan status kesehatan yang

cenderung sakit,teman sebaya dan masyarakat akan

mempengaruhi status kesehatan anak.43

d. Keperawatan

Bentuk komponen ini merupakan pelayanan keperawtaan

yang diberikan kepada anak dalam mencapai perumbuhan dan

perkembangan secaraoptimaldengan melibatkan keluarga. Upaya

tersebut dapat tercapai dengan keterlibatakan langsung pada

keluarga mengingat keluarga merupakan sistem terbuka yang


anggotanya dapat dirawat secara efektif dari keluarga sangat

berperan dalam menentukan keberhasilan asuhan keperawtaan ,

disamping keluargamempunyai peran sangat penting dalam

perlindungan anak dan kelangsungan hidup bagi anak dan

keluarag ,menjaga keselamatan anak dan mensejahterakan anak

untuk mencapai masa depan anak yang lebih baik, melalui

interaksi tersebut dalam mewujudkan kesejahteraan anak.43

3. Prinsip Keperawatan Anak

Dalam pemberian asuhan keperawtan pada anaj tentu

berbeda dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak perbedaan-

perbedaan yang diperhaikan dimana harus disesuaikan dengan usia

anak serta pertumbuhan dan perkembangan karena perawatan yang

tidak optimal akan berdampak tidak baik secara fisiologis maupun

psikologis anak itu sendiri. Perawat harus memperhatikan beberapa

prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan keperawtaan

anak,dimana tersebut terdiri dari:

a. anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang

unik, artinya bahwa tidak boleh memandag anak dari segi

fisiknya saja melainkan sebagai individu yang untik yang

mempunyai pola pertumbuhan menuju proses kematangan.

b. anak adalah sebagai individu yang untuk dan mempunyai

kebutuhan sesuai tahap perkembangannya. Sebagai individu

yang unik, anak mempunyai beberapa kebutuhan yang berbeda


satu dengan yang lain sesuai tumbuh kembang. Kebutuhan

fisiologis seperti nutrisi,cairan, aktivitas, eliminasi, tidur dan

lain-lain, sedangkan kebutuhan psikologis ,sosial dan spiritual

yang akan terlihat sesuai tumbuh kembangnya.

c. pelayanan keperawatan anak berorientasi daya upaya mencegah

penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan yang bertujuan

untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak

memngingat anak adalah penerus generasi bangsa.

d. keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang

berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung

jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan

keperawatan anak. Dalam mensejahterakan anak maka

keperawtan selalu mengutamakan kepentingan anak dan

upayanya tidak terlepas dari peran keluarga sehingga selalu

melibatkan keluarga.

e. praktek keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan

keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan

meningkatkan kesehjahteraan hidup dengan menggunakan

proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan

askpek hukum (legal).

f. tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk

meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak

dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam


konteks keluarga dan masyarakat. Upaya kematangan anak

adalah denga selalu memperhatikanlingkkungan yang baik

secara internal maupun eksternal dimana kematangan anak

ditemukan lingkungan yang baik.

g. pada masa yang akan datang cenderung keperawtaan anak

berfokus pada ilmu tumbuh kembang,sebab ini yang aka

mempelajari aspek kehidupan anak.43

4. Peran Perawat anak

Perawat merupakan anggota dsri tim pemberi asuhan

keperawtan anak dan orang tuanya. Perawat dapat berperan dalan

sebagai aspek dalam meberikan pelayanan kesehatan dan

berkerjasama dengan anggota tim lain,dengan keluarga terutama

dalam membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan

perawatan anak. Mari kita bahas secara jelas tentang peran perawat

anak. Perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang

berkerja dengan anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang

peerawat, meliputi;

a. Sebagai Pendidik

Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara

langsung dengan memberikan penyuluhan/pendidikankesehtan

pada orang tua maupun secara tidak langsung dengan menolong

orang tua/anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya.


Kebutuhan orang tua terhadap pendidikan kesehatan dapat

mencakup pengertian dasar penyakit anaknya, perawtan anak

selama dirawat dirumah sakit, serta perawatan lanjut untuk

persiapan pulang ke rumah. Tiga dominan yang dapat diubah

oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan

, keterampilan serta sikap keluarga dalam hal kesehatan

khususnya perawatan anak sakit.

b. Sebagai Konselor

Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai

kebutuhan psikologis berupa dukungan /dorongan mental.

Sebagai konselor, perawat dapat memberikan konseling

keperawatan ketika anak dan keluarganya membutuhkan. Hal

inilah yang membedakan layanan konseling dengan

pendidikan kesehatan. Dengan cara mendengarkan segala

keluahan , melakukan sentuhan dan hadir secara fisik maka

perawat dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan

orang tua tentang masalah anak dan keluarganya dan

membantu mencairkan alternaif pemecahnya.

c. Melakukan Koordinasi atau Kolaborasi

Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan

koordinasi dan kolaborasi dengan anggota tim kesehtan lain

dengan tujuan terlaksananya asuhan yang holistik dan

komprehensif. Perawat berada pada posisi kunci untuk


menjadi koordinator pelayanan kesehatan karena 24jam

berada disamping pasien. Keluarga adalah mitra perawat, oleh

karena itu kerjasama dengan keluarga juga harus terbina

dengan baik tidak hanya saat perawat membutuhkan informasi

dari keluarga saja, melainkan seluruh rangkaian proses

perawtaan anak harus melibatkan keluaga secara aktif.

d. Sebagai Pembuat Keputusan Etik

Perawat di tuntut untuk dapat berperan sebagai

pembuat keputusan etik, dengan berdasarkan pada nilai normal

yang diyakinidengan penekanan pada hak pasien untuk

mendapatkan otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan

pasien dan keuntungan asuhan keperawatan yaitu

meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat juga harus

terlibat dalam perumusahn rencana pelayanan kesehatan di

tingkat kebijakan . perawat harus mempunyai suara untuk

didengaroleh para pemegang kebijakan yang garus aktif dalam

bergerak yang berujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

anak. Oleh karena itu perawat harus dapat meyakinkan

pemegang kebijakan bahwa ususlan tentag perencanaan

pelayanan keperawtan yang diajukan dapat memberi dampak

terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak.

e. Sebagai Peneliti
Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan

keterlibatan penuh dalam upaya menemukan masalah-masalah

keperawatan anak yang diteliti, melaksanakan penelitian

langsung dan menggunakan hasil penelitian

kesehatan/keperawatan anak dengan tujuan meningkatkan

kulatitas ptaktik/asuhan kepetawatan pada anak. Pada peran ini

perawat diperlukan kemampuan berfikir kritis dalam melihat

fenimena yang ada dalam layanan asuhan keperawtan anak

sehari-hari dan menelusuripenelitian yang telah dilakukan

serta menggunakan literatur untuk memvalidasi masalah

penelitian yang ditemukan4


E. Kerangka Teori

Faktor - Faktor risiko

Bronkopneumonia:

1. Usia

2. BBL

3. Riwayat ASI

4. Status Gizi

5. Riwayat Imunisasi

6. Pemberian Obat

-Pemberian

Terapi Nebulizer

7. Pengetahuan Orang

Tua

8. Kepadatan Rumah

9. Ventilasi Udara

Rumah

10. Kebiasaan Merokok

Keluarga
Faktor-faktor yang

mempengaruhi

respiratory rate:

1. Fisiologis

2. Perkembangan

3. Perilaku Perubahan Respiratory

4. Lingkungan Rate

Bagan 2.1 44,29

Kerangka Teori

Keterangan:

: Diteliti

- - - - - : Tidak di teliti
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Analitik yaitu

suatu penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan variable,

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan

objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena( termasuk

kesehatan) yang terjadi di dalam populasi tertentu.45

Penelitian ini merupakan Deskriptif analitik dengan menggunakan

pendekatan Retrospektif yaitu penelitian yang bersifat back ward looking

atau melihat kebelakang46 Desain ini untuk mengetahui adanya Hubungan

pemberian terapi nebulizer dengan perubahan respiratory rate pada anak yang

mengalami bronkopneumonia

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan penjelasan tentang konsep-konsep

yang terkandung di dalam asumsi teoritis yang akan digunakan untuk

mengabstraksikan unsur-unsur yang terkandung dalam fenomena yang akan

diteliti dan bagaimana hubungan di antara konsep-konsep tersebut. Kerangka

konsep akan membantu penelitian menghubungkan hasil penlitian dengan

teori47

Kerangka konseptual penelitian adalah antara konsep satu terhadap

konsep yang lainnya di teliti, variabel penelitian adalah karakteristik yang di


amati yang mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari

suatu konsep agar tidak dapat di teliti secara empiris atau di temukan

tingkatannya48

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variable Independent Variable Dependent

Perubahan respiratory rate


Pemberian Terapi
pada anak yang mengalami
Nebulizer
bronkopneumonia

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

C. Variable Penelitian

a. Variable Independent (variable bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan atau

mempengaruhi variabel yang lain. Variable bebas dalam penelitian ini

adalah Pemberian Terapi nebulizer

b. Variable Dependent(variable terkait)

Variabel terikat adalah yang nilainya ditentukan atau dipengaruhi

oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan

respiratory rate pada anak yang mengalami bronkopneumonia


D. Definisi operasional

Definisi operasional adalah mengidentifikasikan variabel secara

operasional berdasarkan karakreistik yang diamati sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena49 mengatakan hal yang sejalan, bahwa definisi

operasional variabel adalah definisi variabel berdasarkan sesuatu yang

dilaksanakan dalam penelitian sehingga variabel variabel tersebut dapat

diukur, diamati, dihitung, kemudian timbul variasi. Mendefinisikan variabel

secara operasional bertujuan untuk membuat variabel menjadi lebih konkrit

dan dapat diukur 50

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan

istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian48

Definisi operasional adalah variabel penelitian yang dimasukan untuk

memenuhi arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan analisis51


Table 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur & Hasil ukur Skala

. operasional Cara ukur ukur

1. Variabel Cara Rekam Medik 1.Tidak di Nominal

Independent pemberian Anak dengan berikan

: obat dalam Riwayat terapi

Pemberian bentuk uap Bronkopneumonia nebulizer

Terapi untuk dihirup Pemberian Terapi 2.

Nebulizer ke dalam paru Nebulizer sesuai Diberikan

paru dapat SOP terapi

digunakan nebulizer

untuk

penderita

penyakit

saluran

pernafasan.

2. Variabel Respiratory Rekam Medik 1.Tidak Ordinal

Dependent: Rate adalah Anak dengan Normal,

Respiratory dapat di Riwayat jika RR

Rate pada akibatkan Bronkopeumonia Tidak

anak yang oleh tentang Frekuensi sesuai usia

mengalami perubahan Respiratory Rate anak


bronkopneu frekuensi 2.Normal,

monia pernapasan jika sesuai

pada usia anak

penderita

penyakit

bronkopneum

onia

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Kebenaran

dari hipotesis harus dibuktikan melalui data yang terkumpul. Pengertian

hipotesis tersebut adalah hipotesis penelitian, sedangkan secara statistik

hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter)

yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sample

penelitian (sugiono 2012:15).52

Hipotesis dalam penelitian ini :

1. Ha diterima : Maka adanya hubungan antara pemberian terapi nebulizer

dengan perubahan respiratory rate pada anak yang mengalami

bronkopneumonia ,jika p value ≤ 0,05.

2. Ho di tolak : Maka tidak ada hubungan antara pemberian terapi nebulizer

dengan perubahan respiratory rate pada anak yang mengalami

bronkopneumonia
F. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

tersebut(dapat berupa manusia,pasien). ( Notoatmojo, 2012)45 Populasi

dalam penelitian ini adalah pada bulan Januari 2020 sampai Agustus 2020

sebanyak 42 anak yang mengalami bronkopneumonia di Puskesmas

Ciampea Kabupaten Bogor Tahun 2020

b. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh


45
populasi (Notoadjmojo 2012). Penentuan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik total sampling yaitu pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi. (sugiono,2017) Sampel yang

digunakan dalam penelitan ini adalah pemberian terapi nebulizer dengan

perubahan respiratory rate pada anak yang mengalami bronkopneumonia.

Metode dalam penelitian ini akan menggunakan metode total sampling

yaitu seluruh sampel 42 anak digunakan dalam penelitian.

G. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor Tahun 2020

H. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada Agustus-September Tahun 2020.


I. Etika Penelitian

Penelitian keperawatan yang menggunakan manusia sebagai subjek perlu

menggunkan etika dalam penelitiannya. Etika dalam penelitian diperlukan

untuk memberikan jaminan bahwa keuntungan yang didapat dari penelitian

lebih besar daripada efek yang ditimbulkan50

Peneliti harus memegang teguh sikap ilmiah serta menggunkan prinsip-

prinsip etika penelitian yang dikemukakan oleh49 yaitu:

1. Prinsip Manfaat

Penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat untuk pasien yang

dilakukan tindakan pemberian terapi nebulizer di Puskesmas Ciampea

Kab.Bogor

2. Prinsip Menghormati Manusia

Prinsip ini bertujuan bahwa responden memiliki hak untuk memilih

antara mau dan tidak menjadi subjek penelitian dan pilihan tersebut harus

dihormati setelah responden tujuan, informasi kerahasiaan data yang akan

diambil dan persetujuan informed consent. Responden memiliki hak untuk

mengundurkan diri atau menolak jika merasa tidak nyaman dengan

penelitian ini.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip ini dengan menghargai hak atau menjaga privasi dan

kerahasiaan. Hal ini dilakukan secara merata ke semua responden agar

tidak ada perlakuan yang berbeda di antara responden. Beberapa etika

penilaian yang harus diperhatikan menurut Putra50 adalah:


a. Informed consent, yaitu suatu bentuk persetujuan antara penelitian

persetujuan sebelum penelitian dilakukan.

b. Anonimity (tanpa nama), penggunaan subjek penelitian dilakukan

dengan cara tidak mencantumkan atau memberikan nama responden

pada alat ukur, dan hanya menuliskan kode pada lembar

penggumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Confidentiality (kerahasiaan), semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan di laporkan pada hasil riset.

d. Right to justice (Prinsip keadilan), Hak untuk mendapatkan

pengobatan yang adil (right in fair treatment), subjek harus

diperlakukan adil baik sebelum, selama, sesudah keikutsertaannya

dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka

tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

J. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat pengumpulan

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tergantung

pada tujuan dan sumber daya yang akan dikumpulkan. Untuk mendapatkan

data yang relevan dengan masalah penelitian maka diperlukan alat

pengumpulan data atau instrument yang tepat.47

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan sumber data dari

rekam medis pasien.


2. Sumber data

Sumber data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari rekam

medik pasien dalam pemberian terapi nebulizer dengan perubahan

respiratory rate pada anak yang mengalami bronkopneumonia

Langkah-Langkah Pengumpulan Data

a. Meminta surat pengantar/surat izin melakukan penelitian dari

instani pendidikan (lampiran 5)

b. Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari instansi

pendidikan peneliti memberikan surat izin tersebut kepada

bagian diklat

c. Peneliti menerima surat balasan dari, peneliti mengambil data

diruang rekam medis. Metode dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkip,buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,

lengger, agenda dan sebagainya.

K. Metode pengolahan dan analisa data

1. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

Pengolahan data meliputi:

a. Editing atau mengedit data, dimasukkan untuk mengevaluasi

kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang

diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan

penelitian.
b. Coding atau mengkode data, merupakan suatu metode untuk

mengobservasi data yang di kumpulkan selama penelitian kedalam

simbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi

yang dilakukan

1.) Terapi Nebulizer

a. Tidak diberikan Terapi Nebulizer :1

b. Diberikan Terapi Nebulizer :2

2.) Perhitungan Respiratory Rate

a. Tidak Normal, jika tidak sesuai dengan usia anak : 1

b. Normal,jika sesuai dengan usia anak :2

c. Entri Data merupakan proses memasukkan data kedalam komputer.

d. Analisa (Analiting) , data yang telah dikumpul pada saat penelitian

kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat.

e. Cleaning, yaitu pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah

ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut kemungkinan terjadi

pada saat kita mengentri data ke komputer.

2. Analisa Data

a. Anaisa Univariat

Analisa univiariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis

tiap variabel dari hasil penelitian, yang menggambarkan tentang

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap-tiap variabel yang

dikehendaki dalam tabel distribusi.47


Variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk

frekuensi dan persentase yaitu :

1) Gambaran adanya perubahan Respiratory Rate pada anak yang

mengalami Bronkopneumonia

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah analisa hubungan dua variabel yang

saling mempengaruhi artinya variabel yang satu mempengaruhi

variabel yang lain.47 Penulis menggunakan data dengan skala

nominal-ordinal, maka uji statistik yang digunakan adalah rumus

kolerasi Chi-Square

2
(𝑓𝑜 − 𝑓𝑒)2
𝑥 =∑
𝑓𝑒

Keterangan :

X2 : Statistik Khi-Kuadrat

fo : Frekuensi Observasi/Pengamatan

fe : Frekuensi Ekspetasi/Harapan

Df = (b-1)(k-1) b : Jumlah baris

k : Jumlah kolom

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS. bila

nilai p > 0,05 maka Ho di diterima Ha ditolak artinya tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,

Nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai