Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan salah satu penyakit peradangan akut parenkim
paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (Sylvia,
2015). Dengan gejala batuk dan sesak napas yang disebabkan oleh penyakit
menular seperti pneumonia dengan eksudasi dan kondensasi dan disebabkan
oleh virus, bakteri, mikoplasma (jamur), dan aspirasi zat asing dapat diamati
pada pencitraan radiologis (Nurarif & Kusuma, 2015).
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2020,
tercatat bahwa pneumonia menyebabkan lebih dari 808.000 kematian pada
anak-anak di bawah usia 5 tahun, yang merupakan sekitar 15% dari total
kematian pada kelompok usia tersebut. Orang yang berisiko tinggi terkena
pneumonia meliputi orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun dan individu
dengan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya (WHO, 2018).
Di Indonesia, angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar
0,08%. Namun, angka kematian akibat pneumonia pada kelompok bayi lebih
tinggi, yaitu sebesar 0,16%, dibandingkan dengan kelompok anak usia 1-4
tahun yang sebesar 0,05%. Selain itu, cakupan penemuan kasus pneumonia di
Indonesia mencapai 51,19%. Harap dicatat bahwa data ini mungkin
mencerminkan informasi yang ada pada tahun 2020, sehingga perlu
dipastikan bahwa sumber data terkini telah diperiksa untuk mendapatkan
perkembangan terbaru tentang topik ini (Kemenkes RI, 2019). Di Provinsi
Jawa Tengah, prevalensi pneumonia balita tahun 2018 adalah 9,78%. Provinsi
Jawa Tengah tahun 2018 berada di peringkat ketiga setelah Provinsi Jawa
Barat dan Provinsi Jawa Timur.
Perkiraan kasus Pneumonia Balita pada tahun 2021 di kota Tegal
sebesar 1.016 kasus, dari perkiraan jumlah tersebut ditemukan sejumlah 74
penderita (7,3%). Jika dibanding dengan tahun 2020 maka tahun 2021 terjadi
penurunan jumlah kasus, dimana pada tahun 2020 ditemukan sebanyak 336

1
2

kasus. Angka cakupan penderita pneumonia balita yang ditemukan dan


ditangani di kota tegal pada tahun 2020 sebanyak 41,4% (Dinkes Kota Tegal,
2021). Sedangkan di RSUD Kardinah Kota Tegal penderita pneumonia tahun
2021 berjumlah 23 dengan rincian 11 penderita laki-laki dan perempuan
berjumlah 12 orang (Rekam Medik RSUD Kardinah Kota Tegal, 2020).
Kasus pneumonia masih banyak terjadi meskipun upaya telah
dilakukan untuk menurunkan angka kematian anak di Indonesia. Selain
imunisasi dasar, suplementasi zink preventif, Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS), dan surveilans kasus pneumonia, masih banyak lagi cara
pengendaliannya (Sulistyaningsih et al, 2019). Dengan pemberian imunisasi,
pneumonia dapat dicegah. Itu juga dapat disembuhkan dengan diagnosis dan
perawatan yang tepat. Namun, masih banyak anak yang tidak mendapatkan
imunisasi, dan mereka yang menderita pneumonia tidak mendapatkan
perawatan medis yang memadai (Indonesia, 2019)
Pada anak yang menderita pneumonia gangguan pada sistem
pernafasan sering kali mengalami kelebihan produksi lendir di paru-parunya.
Dahak atau sputum biasanya akan menumpuk sehingga kental dan menjadi
sulit dikeluarkan (Siregar & Aryayuni, 2019). Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas merupakan ketidakmampuan dalam mempertahankan kebersihan jalan
nafas dari benda yang menyumbat. Terjadinya obstruksi dijalan nafas karena
menumpuknya dahak atau sputum pada saluran nafas yang menyebabkan
vertilitas tidak memadai. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat
untuk mengeluarkan dahak, salah satunya adalah fisioterapi dada (Tahir et al.,
2019).
Saat merawat sebagian besar gangguan pernapasan pada anak-anak,
fisioterapi dada adalah terapi tambahan yang penting. Tujuan utama dari
terapi fisik dada untuk anak-anak adalah memfasilitasi pembersihan sekresi
trakeobronkial, yang mengurangi resistensi saluran napas, meningkatkan
pertukaran gas, dan memfasilitasi pernapasan. Anak-anak menerima
fisioterapi menggunakan metode yang mirip dengan orang dewasa. Teknik
yang digunakan dalam fisioterapi dada untuk meningkatkan pembersihan
3

mukosiliar meliputi drainase postural, tepuk tangan, getaran, perkusi,


pernapasan dalam, dan batuk efektif (Chaves et al, 2019).
Dari latar belakang yang penulis paparkan diatas, penulis merasa
bahwa perlu dilakukan penelitian asuhan keperawatan pada pasien dengan
pneumonia, maka penulis tertarik untuk menulis laporan studi kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada
Anak Dengan Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota
Tegal”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, bagaimanakah asuhan keperawatan pada
anak pneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di ruang di RSUD
Kardinah Kota Tegal?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak
pneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di ruang
Wijayakusuma Atas di rumah sakit RSUD Kardinah Kota Tegal.
2. Tujuan Khusus
a. Menuliskan pengkajian pada anak dengan masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif di RSUD Kardinah Kota Tegal.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada anak dengan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien dengan pneumonia di
RSUD Kardinah Kota Tegal.
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien dengan pneumonia di
RSUD Kardinah Kota Tegal.
d. Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien dengan pneumonia di
RSUD Kardinah Kota Tegal.
4

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengembangan ilmu
keperawat dan dapat memperluas ilmu khususnya mengenai pengelolaan
bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak pneumonia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perawat
Dapat melakukan asuhan keperawatan pada anak pneumonia dengan
gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif.
b. Bagi rumah sakit
Sebagai sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktik keperawatan khususnya pada pasien pneumonia
dengan gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif.
c. Bagi institusi pendidikan
Hasil pengelolaan kasus ini dapat dijadikan mahasiswa khususnya
jurusan keperawatan poltekkes kemenkes semarang untuk wawasan
bacaan pengelolaan asuhan keperawatan anak dengan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif.
d. Klien dan keluarga
Dapat mengetahui dan menanggulangi masalah gangguan bersihan
jalan nafas tidak efektif yang disebabkan pneumonia dengan
melakukan fisioterapi dada.

Anda mungkin juga menyukai