Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR PENUGASAN (IHB 2)

KELOMPOK 2

Nama : Putri Tiara,AMKL


Instansi : Puskesmas Satu Ulu
No.Absen : 01

TUGAS 1: PENEMUAN KASUS DIFTERI


Penyakit difteri mulai mengancam sebagian masyarakat Indonesia karena penyakit
difteri merupakan salah satu penyakit menular yang menyerang saluran pernafasan
bagian atas sehingga mempersempit saluran pernafasan buah hati anda, biasanya
bagian tubuh yang diserang adalah tonsil dan faring tetapi tidak jarang menyerang kulit
dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf dan juga jantung. Penyakit ini dominan
menyerang anak- anak berusia dibawah 15 tahun yang tidak mendapatkan imunisasi
serta dapat menurunkan kekebalan tubuh pada anak yang disebabkan oleh kuman
Corynebacterium diphteriae. Saat ini penyakit difteri menjadi hal yang sangat
menakutkan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, karena penyakit difteri sebagai
penyebab kematian pada bayi dan anak muda. Penyakit ini memang terdengar masih
asing ditelinga masyarakat namun penyakit ini sangat membahayakan serta
mengancam nyawa khususnya bagi anak-anak. Dengan imunisasi, penyakit difteri
dapat dicegah. Dengan melakukan imunisasi, buah hati anda akan terhindar dari
penyakit difteri. Penyakit difteri mudah sekali menular apalagi dalam lingkungan yang
buruk. Imunisasi difteri tergabung dalam imunisasi DPT atau termasuk dalam Lima
Imunisasi Dasar Lengkap. Imunisasi ini berbarengan dengan imunisasi polio, hepatitis
B, sedangkan imunisasi difteri tergabung dalam Imunisasi DPT atau Difteri, Pertusis
dan Tetanus. Untuk bayi berumur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi campak.
1. Gejala dan tanda
a. Jelaskan definisi dari kasus difteri
Penyakit menular akut yang dapat menyebabkan kematian. DIfteri adalah salah
satu penyakit yang sangat menular dan dapat dicegah dengan imunisasi
disebabkan oleh bakteri Corynobacterium diphteriase strain toksigenik
Kasus Observasi Difteri merupakan seseorang dengan gejala adanya infeksi
saluran pernafasan atas dan psedumembran.
Suspek Difteri merupakan seseorang dengan gejala faringits, tonsillitis, laryngitis
atau kombinasinya, demam/tanpa demam, adanya pseudomembran putih
keabuan yang sulit lepas, mudah berdarah apabila dilepas atau dilakukan
manipulasi
b. Bagaimana gejala dan tanda khas dari penyakit difteri
 Tanda dan Gejala Difteri
 Sesak Nafas
 Tenggorokkan terasa sakit
 Nyeri saat menelan
 Kesulitan bernafas
 Kelenjar Getah Bening dileher membesar atau bengkak
 Tenggorokkan dan amandel tertutup oleh membrane abu-abu
 Demam dan Menggigil

2. Penemuan Kasus
a. Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus difteri
Adanya laporan dari Rumah Sakit, Klinik atau Masyarakat ke Puskesmas dengan
kasus pasien dengan infeksi saluran napas dan disertai adanya tanda
pseudomembran (membran putih keabuan) di kanan/kiri tonsil, kemudian
dilakukan investigasi kasus suspek difteri tersebut dengan melakukan
wawancara (penyelidikan epidemiologi) menggunakan formulir DIF-01.
Koordinasi dengan Dinkes Kota untuk kasus Suspek Difteri tersebut agar di
konsulkan komite ahli Difteri Dinkes Provinsi diteruskan ke Komite Ahli Difteri
Pusat untuk dinyatakan Kasus Difteri dan ditatalakasana sesuai prosedur.
b. Bagaimana klasifikasi kasus difteri dan bagaimana membedakannya
1) Kasus Konfirmasi Laboratorium
adalah kasus suspek difteri dengan hasil kultur positif strain toksigenik
2) Kasus Konfirmasi Hubungan Epidemiologi
adalah kasus suspek difteri yang mempunyai hubungan epidemiologi
dengan kasus konfirmasi laboratorium
3) Kasus Kompatibel Klinis
adalah kasus suspek difteri dengan hasil laboratorium negatif atau tidak
diambil spesimen atau tidak dilakukan tes toksigenisitas dan tidak
mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium
4) Discarded
adalah kasus suspek difteri yang setelah di konfirmasi oleh ahli tidak
memenuhi kasus suspek difteri
c. Jelaskan proses penemuan kasus difteri dan lakukan wawancara memastikan
hal tersebut
1) Didapatkan laporan dari RS, Klinik/Faskes lainnya dan/laporan dari
masyarakat
2) Koordinasi dengan Dinkes Kota
3) Dilakukan investigasi kasus dengan menggunakan Form DIF-01
(termasuk status imunisasi)
4) Dilakukan Pelacakan Kontak Erat (Identifikasi Kontak Erat) dan mencari
kasus tambahan, pemberian profilaksis pada kontak erat
5) Merujuk kasus ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan lebih lanjut
6) Melakukan komunikasi resiko kepada masyarakat
7) Meakukan pengambilan spesimen (usap hidung dan tenggorok)
8) Mengirimkan spesimen ke Dinkes Kota

Anda mungkin juga menyukai