KELOMPOK 2
2. Penemuan Kasus
a. Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus difteri
Adanya laporan dari Rumah Sakit, Klinik atau Masyarakat ke Puskesmas dengan
kasus pasien dengan infeksi saluran napas dan disertai adanya tanda
pseudomembran (membran putih keabuan) di kanan/kiri tonsil, kemudian
dilakukan investigasi kasus suspek difteri tersebut dengan melakukan
wawancara (penyelidikan epidemiologi) menggunakan formulir DIF-01.
Koordinasi dengan Dinkes Kota untuk kasus Suspek Difteri tersebut agar di
konsulkan komite ahli Difteri Dinkes Provinsi diteruskan ke Komite Ahli Difteri
Pusat untuk dinyatakan Kasus Difteri dan ditatalakasana sesuai prosedur.
b. Bagaimana klasifikasi kasus difteri dan bagaimana membedakannya
1) Kasus Konfirmasi Laboratorium
adalah kasus suspek difteri dengan hasil kultur positif strain toksigenik
2) Kasus Konfirmasi Hubungan Epidemiologi
adalah kasus suspek difteri yang mempunyai hubungan epidemiologi
dengan kasus konfirmasi laboratorium
3) Kasus Kompatibel Klinis
adalah kasus suspek difteri dengan hasil laboratorium negatif atau tidak
diambil spesimen atau tidak dilakukan tes toksigenisitas dan tidak
mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium
4) Discarded
adalah kasus suspek difteri yang setelah di konfirmasi oleh ahli tidak
memenuhi kasus suspek difteri
c. Jelaskan proses penemuan kasus difteri dan lakukan wawancara memastikan
hal tersebut
1) Didapatkan laporan dari RS, Klinik/Faskes lainnya dan/laporan dari
masyarakat
2) Koordinasi dengan Dinkes Kota
3) Dilakukan investigasi kasus dengan menggunakan Form DIF-01
(termasuk status imunisasi)
4) Dilakukan Pelacakan Kontak Erat (Identifikasi Kontak Erat) dan mencari
kasus tambahan, pemberian profilaksis pada kontak erat
5) Merujuk kasus ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan lebih lanjut
6) Melakukan komunikasi resiko kepada masyarakat
7) Meakukan pengambilan spesimen (usap hidung dan tenggorok)
8) Mengirimkan spesimen ke Dinkes Kota