Anda di halaman 1dari 7

Difteri

Oleh :
1. Hartini (152211019)
2. Intan Permata Sari (152211020)
3. Cici Angraini (152211155)
4. Siti Magh Vira (152211156)
5. Desi Safitri (152211153)
1. Definisi dan Etiologi Difteri

Difteri adalah penyakit akut yang disebabkan oleh


Corynebacterium diphtheria, suatu bakteri Gram
positif fakultatif anaerob. Penyakit ini ditandai dengan
sakit tenggorokan, demam, malaise dan pada
pemeriksaan ditemukan pseudomembran pada tonsil,
faring, dan / atau rongga hidung (Hartoyo, 2018). Awal
dari penyakit ini yaitu ditandai dengan adanya
peradangan pada selaput mukosa, faring, laring, tonsil,
hidung dan juga pada kulit.
Penyebaran penyakit ini melalui droplet (percikan ludah)
dari batuk, muntah, bersin, alat makan, dan kontak
langsung dengan lesi kulit. Setelah terpapar nantinya
akan disusul dengan gejala seperti infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) bagian atas, nyeri menelan
(faringitis) disertai dengan demam namun tidak tinggi
(kurang dari 38,5C), dan ditemukan pseudomembrane
putih/keabu-abuan/kehitaman pada tonsil, laring atau
faring. (Kemkes RI, 2017). Difteri pada umumnya lebih
banyak menyerang pada umur anak 5-7 tahun.
2. Faktor Risiko Difteri

Berbagai faktor risiko difteri, antara lain:

• Anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang tua di atas usia 60


tahun; 
• Belum mendapatkan vaksinasi difteri;
• Berkunjung ke daerah dengan cakupan imunisasi difteri yang
rendah;
• Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita 
HIV/AIDS;
• Gaya hidup yang tidak sehat; dan
• Lingkungan dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk.
3. Pengobatan Difteri

• Pemberian antitoksin, untuk melawan racun yang dihasilkan


oleh bakteri. Karena tidak semua orang tubuhnya bisa
menerima antitoksin, maka dokter akan memberi antitoksin
dengan dosis rendah dan meningkatkan dosisnya secara
bertahap. Hal tersebut akan dilakukan bila penderita
memiliki alergi terhadap antitoksin.
• Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi di bawah
pengawasan dokter.
• Anjuran pemberian booster vaksin difteri setelah pengidap
kembali sehat, untuk membangun pertahanan terhadap difteri.
4. Pencegahan Difteri

Pencegahan secara umum dengan menjaga


kebersihan dan memberikan pengetahuan tentang
bahaya difteria bagi anak. Pada umumnya, setelah
seorang anak menderita difteria, kekebalan terhadap
penyakit ini sangat rendah sehingga perlu imunisasi.
Pencegahan secara khusus terdiri dari imunisasi
DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis) sebanyak lima kali
saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18
bulan, dan usia 4–6 tahun. (Hartoyo, 2018)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai