Anda di halaman 1dari 18

Penyakit Berbasis Lingkungan

A. Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan


Penyakit berbasis lingkungan adalah Kondisi patologis (kelainan fungsi atau morfologi)
suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya
yang memiliki potensi penyakit.
Penyakit berbasis lingkungan adalah Penyakit yang memiliki akar atau hubungan yang
erat dengan lingkungan dan kependudukan.

B. Jenis-jenis Penyakit Berbasis Lingkungan


1. Biologis
Penyakit berbasis lingkungan yang menular melalui agen biologis membutuhkan peran
agen makhluk hidup seperti virus, bakteri, jamur, protozoa dan cacing untuk melakukan
infeksi. Beberapa penyakit menular yang ditimbulkan oleh agen biologis, yaitu:

a. Penyakit Virus
1) Influenza
Influenza merupakan penyakit virus yang endemik di seluruh dunia dan sering menjadi
epidemi di banyak negara. Penyebab influenza adalah virus influenza tipe A,B dan C, virus
berukuran 200 nm yang mempunyai selubung virion. Virus influenza termasuk famili
Orthomyxoviridae.
Penyakit influenza ditularkan oleh virus influenza melalui udara, menyerang saluran
pernapasan, akibatnya penderita mengalami kesulitan bernapas.
Sesudah masa inkubasi 1-2 hari, gejala umum dan keluhan yang tidak khas terjadi
berupa malaise umum, sistem kataral sistemik, demam menggigil, kadang-kadang muntah
dan diare, sakit kepala, mialga dan sakit tenggorok. Daya tahan tubuh penderita dan adanya
infeksi sekunder mempengaruhi beratnya influenza. Komplikasi influenza berupa infeksi
sekunder bakteril dengan kuman Staphyllococcus aureus, Haemophyllus influenzae dan
pneumokokus dapat menimbulkan otitis, sinusitis, mastoiditis, bronkiolitis, bronkopneumoni,
miokarditis dan perikarditis.
Salah satu pencegahan adalah dengan menggunakan vaksin influenza yang
mengandung virus A dan B dan disebutkan dapat mengurangi terjadinya infeksi yang
disebabkan oleh virus H5N1 atau flu burung dan juga pencegahan flu pada usia 5 – 50 tahun.

1
Golongan yang memerlukan vaksini ini antara lain : usia > 65 th, memiliki penyakit kronis
lainnya (paru-paru, jantung, darah dan ginjal, DM), memiliki gangguan sistem pertahanan
tubuh, dan petugas kesehatan. Dianjurkan untuk memberikan vaksin sebelum musim dingin
atau musim hujan. Selain itu perubahan perilaku masyarakat dengan gaya hidup yang sehat
dapat mengurangi terjadinya penyakit influenza ini.

2) Varicella atau Cacar Air


Cacar air atau Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi virus Varicella zoster. Penyakit ini disebarkan secara aerogen.
Penyakit varicella atau cacar air ditularkan oleh virus Varicella zoster melalui udara,
menyerang lapisan kulit, akibatnya penderita mengalami gatal – gatal dan nyeri kulit seperti
bisul.
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah,
lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah
kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan
perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding
tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak
sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng
(krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap
(hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian
tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini
dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan. Penyakit ini
erat kaitannya dengan kekebalan tubuh.

3) Variola
Cacar adalah penyakit virus sistemik dengan gejala khas adanya erupsi kulit.
Kebanyakan cacar dikelirukan dengan cacar air dimana lesi dikulit pada cacar air umumnya
muncul dalam bentuk successive crops (berhubungan satu sama lain) dengan tingkat yang
berbeda disaat yang sama.
Penyakit cacar ditularkan oleh Variola virus , spesies Orthopoxvirus melalui udara.
Penularan umumnya terjadi pada saat muncul wabah dimana 50% dari mereka yang tidak

2
divaksinasi akan tertulari. Penyakit ini menyerang bagian kulit tubuh, hampir sama dengan
cacar air. Namun penyakit cacar tidak mengelurakan cairan.

Penyakit muncul mendadak dengan gejala demam, tidak nafsu makan, sakit kepala,
badan lemah, sakit pinggang berat, kadang-kadang sakit perut dan muntah; gambaran klinis
menyerupai influenza.
Cacar dapat dikenal dengan jelas pada awal sakit, ditandai dengan munculnya lesi kulit
kurang lebih secara simultan pada saat suhu tubuh meningkat, bentuk lesi yang mirip satu
sama lain pada daerah yang sama
Pencegahan pada penyakit cacar yakni dengan mandi dua kali sehari, cuci tangan
stelah beraktivitas, serta menjaga kebersihan lingkungan.

b. Penyakit Bakteri
1) TBC Paru
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Sumber penularan
adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman
dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada
anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC.
Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-
paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular).
Gejala penyakit TBC yakni batuk dalam jangka waktu yang lama, demam tinggi serta
sering keringat dingin.
 Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan
hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.

3
 Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect
gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak,
suspect, perawatan.
 Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit
inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
 BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi
ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut
berupa tempat pencegahan.
 Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan
pasteurisasi air susu sapi.
 Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup udara yang
tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
 Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
 Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti
para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit,
petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
 Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan
tuberculin test.

2) Difteri
Difteri/ Diphteria adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan
oleh Corynebacterium diphteriae, yang umumnya menyerang membran mukosa yang
melapisi hidung dan tenggorokan serta tonsil. Akibatnya tenggorokan menjadi terinflamasi
dan inflamasi ini dapat menyebar ke kotak suara ( larynx) sehingga mempersempit saluran
pernafasan.
Penularan penyakit difteri terjadi melalui tetes udara yang dikeluarkan oleh penderita
ketika batuk atau bersin. Penularan juga dapat terjadi melalui tissue/ sapu tangan atau gelas
bekas minum penderita atau menyentuh luka penderita.
Anak-anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua usia diatas 60 tahun sangat beresiko
tertular penyakit difteri, demikian pula mereka yang tinggal di lingkungan padat penduduk
atau lingkungan yang kurang bersih dan juga mereka yang kurang gizi dan tidak diimunisasi
DTP. Gejala Klinis :
a) Ada membran tebal warna abu-abu yang melapisi tenggorokan dan tonsil ( ciri khas )

4
b) Sakit tenggorokan dan suara serak
c) Sakit ketika menelan
d) Kelenjar getah bening di leher membengkak
e) Kesulitan bernafas dan nafas cepat
f) Keluar cairan dari hidung
g) Demam dan menggigil
h) Malaise
Tanda dan gejala umumnya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi, namun mungkin juga baru
muncul 10 hari kemudian.
Pencegahan penyakit difteri adalah dengan memberikan imunisasi DTP saat anak
berumur 2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahun. Sedangkan pada usia 10 tahun dan 18 tahun diberikan
imunisasi TD ( Toxoid Difteri ) saja. Bila pada suntikan DTP pertama terjadi reaksi yang
berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DTP lagi melainkan DT saja (tanpa
P). (Prof. DR.A.H. Markum, 2000).

3) Meningitis
Penyakit meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang.
Meningitis merupakan infeksi yang dapat mengancam nyawa. Bila tidak ditangani dapat
terjadi pembengkakan otak, kecacatan tetap, koma bahkan kematian.
Penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit
yang serius. Salah satu contoh bakterinya yaitu Meningococcal bacteria.Penyakit ini menular
melalui kontak dengan udara bebas.
Gejala awal penyakit meningitis yaitu demam, sakit kepala, kaku kuduk, sakit
tenggorokan, dan muntah. Selain itu juga pada orang dewasa menjadi lebih mudah
tersinggung, linglung, dan sangat mengantuk, hingga terjadi penurunan kesadaran koma
bahkan meninggal.
Menjaga hygiene merupakan cara yang paling baik untuk menghindari transmisi
penyakit. Antibiotik diberikan untuk mencegah meningitis pada orang yang kontak dekat
dengan orang yang menderita meningitis.

c. Penyakit Jamur
1) Askariasis
Askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang oleh masyarakat umum
dikenal sebagai cacing gelang.

5
Penularan askariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu telur infektif masuk
mulut bersama makanan dan minuman yang tercemar, melalui tangan yang kotor, atau telur
infektif terhirup melalui udara bersama debu.
Pada manusia cacing dewasa dapat menimbulkan berbagai akibat mekanik, yaitu
obstruksi usus, intususepsi, dan perforasi ulkus yang ada di usus.
Diagnosis pasti askariasis ditegakkan jika melalui pemeriksaan makroskopis terhadap
tinja atau muntahan penderita ditemukan cacing dewasa.
Diagnosis :
a) Membuat kakus yang baik untuk menghundari pencemaran tanah dengan tinja
penderita.
b) Mencegah masuknya telur cacing yang mencemari makanan atau minuman dengan
selalu memasak makanan dan minuman sebelum dumakan atau diminum
c) Menjaga kebersihan perorangan

d. Penyakit Protozoa
1) Toksoplasmosis
Penyakit ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii menyebabkan penyakit
toksoplasmosis pada manusia dan hewan. Parasit ini dapat menimbulkan radang pada kulit,
kelenjar getah bening, jantung, paru, mata, otak dan selaput otak.
Penularan pada manusia dapat terjadi melalui dapatan (acquired) atau secara kongenital
dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Secara dapatan, penularan dapat terjadi melalui
makanan mentah atau kurang masak yang mengandung psedokista (dalam daging, susu sapi
atau telur unggas), penularan melalui udara atau droplet infection (berasal dari penderita
pneumonitis toksoplasmosis) dan melalui kulit yang kontak dengan jaringan yang infektif
atau ekskreta hewan misalnya kucing, anjing, babi atau roden yang sakit.
Pada orang dewasa, gejala klinik tidak jelas dan tidak ada keluhan penderita. Gejala
yang jelas terjadi pada penderita yang menderita toksoplasmosis kongenital karena luasnya
kerusakan organ dan sistem saraf penderita (bayi dan anak).
Diagnosis pasti ditetapkan sesudah dilakukan pemeriksaan mikroskopik histologis
secara langsung atau hasil biopsi atau pungsi atau otopsi atas jaringan penderita, dan
pemeriksaan jaringan berasal dari hewan coba yang diinokulasi dengan bahan infektif.
Pencegahan :
a) Selalu memasak makanan dan minuman

6
b) Menghindari kontak langsung dengan daging atau jaringan hewan yang sedang
diproses
c) Menjaga kebersihan lingkungan
d) Hewan-hewan penderita toksoplasmosis juga harus segera diobati atau dimusnahkan

2. Kimia
Bahan kimia merupakan komponen penting dalam tubuh manusia. Namun tidak semua
zat kimia dibutuhkan oleh tubuh manusia. Menurut Theophrastus philippus Auroleus
Bombastus von Hoheinheim (1493-1541) mengatakan bahwa semua zat adalah racun, tidak
ada satupun yang bukan racun. Dosis yang tepat itulah yang membedakan mana racun dan
mana obat (krieger, 2001 dalam Abdurahman, 2010). Sebagai contoh Fe, atau zat besi
dibtuhkan oleh manusia tetapi apabia berlebihan akan menimbulkan racun dan menimbulkan
efek buruk bagi kesehatan manusia.
Zat toksik adalah mempunyai sifat toksik. Bahan beracun dapat dikelompokan ke dalam
organik dan anorganik Zat toksik organik :
1. Berasal dari jasad hidup organisme
2. Mengandung karbon, seringkali bermolekul besar yang dapat disintesis atau
diisoliasi oleh alam.
Zat toksik anorganik :

1. Zat kimia spesifik


2. Umumnya bermolekul kecil
3. Zat toksik menurut sasaran

3. Fisika
a. Kebisingan
1) Sensorineural hearing loss
Gangguan pendengaran sensorineural (HPS) adalah jenis gangguan pendengaran di mana
akar penyebab terletak pada saraf vestibulocochlear ( saraf kranial VIII), bagian dalam
telinga atau pusat-pusat pengolahan sentral dari otak. Gangguan pendengaran sensorineural
dapat ringan, sedang, atau berat, termasuk tuli total.
Sebagian besar gangguan pendengaran sensorineural manusia disebabkan oleh kelainan
pada sel-sel rambut dari organ Corti di koklea. Gangguan telinga ini juga bisa disebabkan
akibat kebisingan di atas ambang batas yang terus menerus.

7
Pencegahan :
1. Pengendalian secara teknis: Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan
karet untuk mengurangi getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya
2. Pengendalian secara administrative: Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada
pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian
lain yang lebih rendah, cara mengurangi paparan bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga: Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan
peralatan yang tepat untuk tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat
peralatan.

b. Suhu
1) Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika tubuh kehilangan panas
lebih cepat dari pada saat tubuh menghasilkan panas sehingga suhu tubuh pun menjadi
sangat rendah. Penderita hipotermia suhu tubuhnya di bawah 36 derajat Celcius padahal suhu
tubuh manusia normal adalah 37 derajat Celcius.
Penyebab Hipotermia yakni pasti ada kontak dengan lingkungan dingin, ada gangguan
penyakit yang tengah diderita, penggunaan obat - obatan ataupun alkohol serta radang
pankreas.
Pencegahan :
1. Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering
yang hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan
angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut. Panas
tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian,
dan berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman
hangat jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis.
2. Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan ( pendakian gunung khususnya ) pada
musim hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan,
pakaian hangat ( jaket tahan air dan tahan angin ) dan pakaian ganti yang berlebih dua
tiga stel, serta kaus tangan, kaus kaki dan topi ninja juga sangat penting. Perlengkapan
yang tidak kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan dapat menutupi
sampai mata kaki, jangan pakai sendal gunung atau bahkan jangan pakai sendal jepit.
3. Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, coklat dll.
Dalam perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi yang hilang.

8
C. Faktor Munculnya Penyakit Berbasis Lingkungan
Para ahli kesehatan masyarakat pada umumnyasepakat bahwa kualitas kesehatan
lingkungan adalah salah satu dari empat faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia
menurut H.L Blum yang merupakan faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
pencapaian derajat kesehatan. Memang tidak selalu lingkungan menjadi faktor penyebab,
melainkan juga sebagai penunjang, media transmisi maupun memperberat penyakit yang
telah ada.

Faktor yang menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain :

1. Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana ketersediaan
air mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, jauh di atas ketersediaan air rata-rata
di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun.Namun demikian, Indonesia masih saja
mengalami persoalan air bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses
terhadap air bersih, sebagian besar yang memiliki akses mendapatkan air bersih dari
penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur air dalam. Dari data Bappenas
disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi penduduk dengan akses air minum yang aman
adalah 47,63%. Sumber air minum yang disebut layak meliputi air ledeng, kran umum, sumur
bor atau pompa, sumur terlindung , mata air terlindung dan air hujan. Dampak kesehatan dari
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya nampak pada
anak-anak sebagai kelompok usia rentan. WHO memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak
1,6 juta balita (rata-rata 4500 setiap tahun) meninggal akibat air yang tidak aman dan
kurangnya higienitas.

2. Akses sanitasi dasar yang layak

9
Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan salah satu isu
penting dalam menentukan kualitas sanitasi. Namun pada kenyataannya dari data Susenas
2009, menunjukkan hampir 49% rakyat Indonesia belum memiliki akses jamban. Ini berarti
ada lebih dari 100 juta rakyat Indonesia yang BAB sembarangan dan menggunakan jamban
yang tak berkualitas. Angka ini jelas menjadi faktor besar yang mengakibatkan masih
tingginya kejadian diare utamanya pada bayi dan balita di Indonesia.

3. Penanganan sampah dan limbah

Tahun 2010 diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000 ton per hari yang
berarti 73 juta ton per tahun. Pengelolaan sampah yang belum tertata akan menimbulkan
banyak gangguan baik dari segi estetika berupa onggokan dan serakan sampah, pencemaran
lingkungan udara, tanah dan air, potensi pelepasan gas metan (CH4) yang memberikan
kontribusi terhadap pemanasan global, pendangkalan sungai yang berujung pada terjadinya
banjir serta gangguan kesehatan seperti diare, kolera, tifus penyakit kulit, kecacingan, atau
keracunan akibat mengkonsumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang tercemar zat
beracun dari sampah.

4. Vektor penyakit

Vektor adalah salah satu mata rantai dari rantai penularan penyakit, yaitu arthropoda atau
invertebrata lain yang memindahkan infectious agents baik secara mekanis maupun secara
biologis kepada pejamu (host)

Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan vektor penyakit telah
beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan bertahan
hidup mereka pun semakin tinggi. Hal ini didukung faktor lain yang membuat

10
perkembangbiakan vektor semakin pesat antara lain : perubahan lingkungan fisik seperti
pertambangan, industri dan pembangunan perumahan; sistem penyediaan air bersih dengan
perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container
untuk penyediaan air; sistem drainase permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi
syarat; sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat, penggunaan pestisida yang
tidak bijaksana dalam pengendalian vektor; pemanasan global yang meningkatkan
kelembaban udara lebih dari 60% dan merupakan keadaan dan tempat hidup yang ideal untuk
perkembang-biakan vektor penyakit.

5. Perilaku masyarakat
Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak diterapkan masyarakat, menurut studi
Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam
mencuci tangan adalah :
a) setelah buang air besar 12%
b) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%
c) sebelum makan 14%
d) sebelum memberi makan bayi 7%
e) sebelum menyiapkan makanan 6 %.

Studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan
99,20 % merebus air untuk mendapatkan air minum, namun 47,50 % dari air tersebut masih
mengandung Eschericia coli.Menurut studi Indonesia Sanitation Sector Development
Program (ISSDP) tahun 2006 terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke
sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.

D. Teori Simpul
Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu diketahui perjalanan
penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat melakukan intervensi secara
cepat dan tepat.

11
 Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan
menjadi 4 (empat) simpul, yakni :

Simpul 1 : Sumber Penyakit

 Sumber Penyakit adalah titik mengeluarkan atau meng-emisikan agent penyakit.


Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan
penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga
komponen lingkungan).

 Umumnya melalui produk bahan beracun yang dihasilkannya ketika berada dalam
tubuh, atau secara langsung dapat mencederai sebagian atau seluruh bagian tubuh
manusia, sehingga menimbulkan gangguan fungsi maupun morfologi (bentuk organ
tubuh).

Agent penyakit di bagi menjadi 3 kelompok besar :

a. Mikroorganisme, seperti virus, amoeba, jamur, bakteri, parasit dan lain-lain.

b. Kelompok Fisik, misalnya kekuatan radiasai,energi kebisingan, kekuatan cahaya.

c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, merkuri, cadmium, CO, H2S

Penyakit di bagi menjadi 2 :

a. Penyakit Menular, adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh mikroba yang
dapat dipindahkan secara langsung maupun melalui perantara bintang.

12
b. Penyakit tidak menular disebabkan oleh berbagai bahan atau komponen lingkungan
berupa bahan kimia maupun zat dengan kekuatan fisik.

Sumber penyakit dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yakni :

a. Sumber penyakit alamiah, misalnya gunung berapi yang mengeluarkan gas-gas dan
debu beracun, proses pembusukan yang terjadi karena proses alamiah.

b. Hasil kegiatan manusia, seperti industri, rumah tangga, knalpot kendaraan bermotor,
atau penderita penyakit menular.

Sumber penyakit menular bisa berasal dari :

- Penderita penyakit menular. Contohnya penderita penyakit desentri

- Binatang yang merupakan reservoir, binatang hidup tempat berkembang biaknya bibit
penyakit. Contohnya penyakit Japanese Encephalitis dengan reservoir babi

Penyakit yang tidak disebabkan oleh mikroba,sebagai penyakit tidak menular. Misalnya
keracunan pestisida. Namun kadangkala batasan antara penyakit menular dan penyakit tidak
menular amat kabur. Misalnya penyakit penebalan pembuluh darah jantung atau arteri
sklerotik.

Simpul 3 : Perilaku Pemajanan ( Behavioural Exposure ) / Penduduk

 Agent penyakit, dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan, masuk


kedalam tubuh melalui proses yang kita kenal sebagai proses Hubungan interaktif.

 Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut


perilakunya, dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan
atau behavioural exposure.

 Perilaku Pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen


lingkunganyang mengandung potensi bahaya penyakit (agen penyakit). Misalnya
jumlah pestisida yang mengenai kulit seorang petani ketika sedang menyemprot
tanaman di sawah.

 Masing-masing agent penyakit yang masuk kedalam tubuh dengan cara-cara yang
khas ada tiga jalan atau route of entry yakni :

13
1. Sistem Pernapasan.

2. Sistem Pencernaan.

3. Masuk melalui permukaan kulit.

 Pengukuran besaran Agent penyakit dapat diukur dengan cara tidak langsung yang
disebut sebagai biomarker atau tanda biologi. Misalnya kandungan merkuri dalam
darah atau urine. Dapat pula melalui pocket dosimeter untuk para radiologis dan
stafnya yang bekerja dirumah sakit.

Simpul 4 : Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan


lingkungan yang memilikki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan sakit
kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan rata-rata penduduk
lainnya.bisa kelainan bentuk atau kelainan fungsi, sebagai hasil interaksi Dengan lingkungan
baik lingkungan fisik maupun sosial.

Simpul 5 : Variabel Suprasistem

Kejadian penyakit itu sendiri masih dipengaruhi oleh kelompok variabel simpul 5, yakni :

a. Iklim

Variabel yang membentuk cuaca dan iklim adalah suhu, kelembaban, angin serta
kondisi spasia. Misalnya pegunungan, pantai, daerah tropis.

b. Topografi

c. Temporal

Pola penyakit pada sebuah komunitas dan sekaligus masalah kesehatan, berubah dari
waktu kewaktu, dari musim ke musim serta berbeda satu tempat ke tempat yang lain.
Perubahan ini sejalan dengan perubahan berbagai faktor resiko kesehatan seperti
kependudukan, sosial ekonomi dan geografi atau ekosistem. Pemberantasan penyakit menular
disamping memiliki universalitas global, mengandung makna pendekatan manajemen
berdasar kondisi spesifik lokal temporal pula.

14
d. Suprasystem lainnya

Yakni keputusan politik berupa kebijakan mikro yang bisa mempengaruhi semua
simpul. Kebijakan makro yang merupakan keputusan pengambil kebijakan yang dapat atau
memang ditujukan untuk mempengaruhi kondisi lingkungan strategis lainnya juga harus
diperhitungkan. Kebijakan makro yang sifatnya dapat mempengaruhi simpul 1 hingga 4
sekaligus, misalnya kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan yang dapat
mempengaruhi simpul 1 hingga 4. paradigma atau model kesehatan lingkungan juga dapat
dipengaruhi oleh topografi, suhu lingkungan, kelembaban dan lain sebagainya.

E. Upaya Meminimalisisr Penyakit Berbasis Lingkungan


Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyakit
berbasis lingkungan, diantaranya :
1. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans
kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, dan
Pembinaan kelompok pemakai air.
2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban keluarga
(Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah
(TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan tempat
penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah,
sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.
3. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana
pendidikan, dan perkantoran.
4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan
minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini
serta penyakit bawaan makanan.
5. Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader
juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan
pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk dan
tumbuhnya jentik.
F. Upaya Penanggulangan Wabah
Upaya penanggulangan wabah meliputi:

15
1. Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengenal sifat-
sifat penyebabnya serta faktor yang dapat menimbulkan wabah.
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina.
3. Pencegahan dan pengebalan yaitu tindakan yang dilakukan untuk memberikan
perlindungan kepada mereka yang belum sakit tetapi mempunyai risiko terkena
penyakit.
4. Pemusnahan penyebab penyakit, yaitu bibit penyakit yang dapat berupa bakteri,
virus dan lain-lain.
5. Penanganan jenazah akibat wabah.
6. Penyuluhan kepada masyarakat

G. Manajemen penyakit Berbasis Lingkungan


A. Pengertian
Manajemen adalah proses operasional untuk mencapai tujuan organisasi dengan
terlebih dahulu melakukan analisis informasi, fakta dan evidences Manajemen kejadian
penyakit merupakan fungsi organisasi pemerintah namun idealnya dilakukan oleh semua
komponen sistem yang terkait, tidak Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatannya.
B. Manajemen penyakit pada teori Simpul

Manajemen Simpul 1:
 Sumber Penyakit .
 Pengendalian atau manajemen penyakit secara terpadu berbasis wilayah dimulai dari
pengendalian sumber penyakit.
 Pengendalian pada sumber penyakit merupakan upaya preventif promotif. Sumber
penyakit menular dan penyakit tidak menular pada dasarnya dapat dibedakan.

16
 Sumber penyakit yaitu penderita penyakit menular itu sendiri, manajemen kasus
penyakit menular merupakan upaya promotif sekaligus preventf, karena mencegah
agar tidak timbul penularan lebih lanjut dalam masyarakat.

Sumber penyakit tidak menular yaitu sumber agents penyakit berupa bahan toksik fisik
seperti radiasi dan kebisingan contoh cerobong asap, titik buangan limbah rumah tangga, asap
rokok dan lain lain. Untuk menghilangkan potensi bahaya dari sumber tersebut beberapa
teknik ditempuh

Manajemen Simpul 2
 Pengendalian Media penularan.
 Apabila kita gagal melakukan manajemen pada sumber tersebut, ada pula peluang
untuk mengendalikan agents penyakit melalui transmisi.
a. Pengendalian Vektor. Salah satu cara mengendalikan penyakit yang ditularkan
vektor penyakit seperti nyamuk malaria dan demam berdarah.
b. Penyehatan makanan. Merupakan upaya pencegahan penularan penyakit melalui
makanan. Misalnya sanitasi makanan, pengolahan yang memenuhi standar
kesehatan, penggunaan bahan-bahan yang tidak berpotensi bahaya penyakit.
c. Penyehatan Air. Identik dengan penyediaan air bersih bagi penduduk.
d. Pembersihan udara dalam ruangan. Dengan cara penyediaan filter di ruangan
yang berasap rokok.
e. Pada manusia pembawa penyakit. Misalnya pengobatan dan pemberian alat
pelindung.

Manajemen Simpul 3
 Pengendalian Proses Pajanan pada komunitas.
 Ada sederet upaya untuk mencegah agar komunitas tertentu tidak melakukan kontak
dengan komponen yang memiliki potensi yang membahayakan kesehatan. Upaya
yang dikenal adalah :
a. Upaya perbaikan perilaku hidup sehat.
b. Penggunaan alat lindung diri, misalnya masker, kacamata pelindung ultraviolet dll.
c. Imunisasi, misalnya memberikan kekebalan terhadap penyakit campak, tetanus,
polio.
d. Kekebalan alamiah ketika terjadi wabah demam berdarah dengue.

17
Manajemen simpul 4
 Pengobatan Penderita Sakit.
 Pengobatan terhadap penderita sakit tersebut dikenal sebagai manajemen kasus atau
penderita penyakit.
 Agents penyakit yang masuk ke tubuh seseorang akan mengalami proses yang amat
kompleks di dalam tubuh manusia tersebut. Dan tubuh manusia awalnya melakukan
pertahanan diri.
 Sakit merupakan keadaan patologis pada individu maupun sekelompok orang berupa
kelainan fungsi maupun morfologi untuk memastikan kondisi seseorang dinyatakan
sakit bisa melalui pemeriksaan secara sederhana hingga pemeriksaan dengan alat
teknologi tinggi.
 Kondisi gangguan penyakit pada komunitas tertentu pada dasarnya merupakan
kegagalan pengendalian faktor 1, 2, 3 saat itulah memerlukan manajemen kasus
penderita dengan baik dan tuntas terutama kasus penyakit menular.

Manajemen simpul 5
 Simpul 5 terdiri dari 2 kategori, kategori pertama adalah variabel yang sulit
dikendalikan seperti topografi, iklim, suhu, lingkungan dan kelembaban.
 Kategori kedua adalah berbagai institusi yang dapat mempengaruhi hubungan
interaktif anatara simpul 2 dengan simpul 3, seperti pendidikan, penyuluhan ataupun
pemberian alat pelindung.

18

Anda mungkin juga menyukai