Anda di halaman 1dari 53

PENUGASAN 2

SURVEILANS PERTUSIS
KELOMPOK III

NO NAMA KAB./KOTA PROVINSI

10 Hanifa Mustafa, SKM Manggarai Nusa Tenggara Timur

26 Stefen Fay, SKM Rote Ndao Nusa Tenggara Timur

2 Ambrosius Pendo, SKM Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur

24 Samuel Bulu Malo Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur

15 Maria Antonia Valentin Sari, S. Kep. Ns Sumba Barat Daya Nusa Tenggara Timur

29 Yovanny Melin Niron, SKM Nagekeo Nusa Tenggara Timur

18 Mirdza Sulfiyanti, SKM Kab. Buru Maluku

21 Padlan Soumena, SKM Kab. Buru Selatan Maluku

16 Meyril Stevani Tuhuleruw, SKM Kab. Maluku Barat Daya Maluku

23 Rosmalah Dewi Raharusun, SKM Kab. Kepulauan Aru Maluku


Lembar Kasus (IHB 8.4,IHB 8.5,IHB
8.6,IHB 8.7)
Berdasarkan laporan W1 dari Dinas Kesehatan Kabupaten PM pada tanggal 12 Mei 2015 yang diterima oleh Dinas Kesehatan Propinsi S bahwa telah terjadi KLB Pertusis di Desa T
Kecamatan L Kabupaten PM dengan jumlah penderita sebanyak 11 orang. Kasus index dengan insial A usia 7 tahun jenis kelamin laki-laki terjadi pada tanggal 5 April 2015 dengan
gejala batuk-batuk. Sumber penularan dari index cases tidak bisa dipastikan karena menurut keterangan dari orang tua kasus insial M, 1 sampai 2 minggu sebelumnya tidak mempunyai
riwayat berpergian kemana-mana, kasus pertama bersekolah di SD Negeri T kemudian, kontak penularan berikutnya terjadi serumah (2 penderita) dan tetangga (1 penderita) sebagai
kasus primer, kasus primer bersaudara dengan kasus pertama. Kasus tidak mendapatkan imunisasi waktu balita. Penularan berikutnya berasal dari kasus primer melalui kontak rumah
tetangga dan sekolah (kasus sekunder). Seluruh kasus KLB pertusis yang terjadi di desa T masih memiliki ikatan keluarga satu sama lain bisa dikatakan serumpun dalam satu desa
kejadian luar biasa yang terjadi diwilayah puskesmas L ini merupakan common source walaupun pada gambar kurve epidemi seperti propagated epidemic. Hal ini bisa terjadi karena
ketidak telitian (kesalahan) dalam penulisan tanggal mulai sakit, masa inkubasi penyakit pada masing-masing penderita yang tidak sama serta adanya pebedaan kepekaan terhadap
penyakit pertusis, puncak kasus kemungkinan terjadi pada tanggal 19 Mei 2015. Di desa T, AR tertinggi berada pada golongan umur 0 – 11 bulan.
Lembar Pertanyaan (IHB 8.4,IHB
8.5,IHB 8.6,IHB 8.7)
Form PERT-01
Form PERT 01 (Form Investigasi
Kasus Suspek Pertusis)
Provinsi S Kabupaten PM Nomor EPID P -15.31.22.001 Sumber Laporan Dinkes Kab. S Nama unit pelapor Puskesmas L Tanggal Terima Laporan 12/5/2015 Tanggal Pelacakan 13/5/2015
INFORMASI KASUS Nama Kasus An. A Jenis Kelamin Laki-laki Tanggal Lahir01/7/2021 Umur: 7 Tahun Bulan Hari Alamat JL.TD KelurahanT Kecamatan L Nama
Orangtua/Wali M No. Kontak Orangtua/Wali INFORMASI KLINIS Batuk terus menerus √ Ya Tidak Tanggal Mulai Batuk 5/4/2015 Apnea Ya Tidak Tanggal Mulai Apnea
Gejala lain Batuk rejan Muntah setelah batuk Lainnya RIWAYAT PENGOBATAN Apakah kasus dirawat di Rumah Sakit? Ya Tidak Nama Rumah Sakit Nomor Rekam Medik
Tanggal Masuk Rawat Inap Tanggal Keluar RIWAYAT VAKSINASI Imunisasi pertusis (DPT-HB-HiB) usia 2 bulan tidak Sumber Informasi Imunisasi pertusis (DPT-HB-HiB) usia 3
bulan tidak Sumber Informasi Imunisasi pertusis (DPT-HB-HiB) usia 4 bulan tidak Sumber Informasi Imunisasi pertusis (DPT-HB-HiB) usia 18 bulan tidak Sumber Informasi
Pernah menerima imunisasi DPT-HB-HiB pada saat ORI? Sumber Informasi Tanggal Vaksinasi DPT-HB-HiB terakhir INFORMASI EPIDEMIOLOGIS Apakah ada anggota keluarga atau
masyarakat sekitar yang mengalami sakit yang sama? Tidak Jumlah Apakah bepergian 1 bulan terakhir? tidak Lokasi Tanggal pergiTanggal kembali INFORMASI SPESIMEN Apakah
spesimen diambil tidak Jenis Spesimen Tanggal ambil spesimen Tanggal pengiriman spesimen ke lab Apakah spesimen lain diambil Jenis Sampel Lain Tanggal ambil spesimen
Tanggal pengiriman spesimen ke lab Keadaan saat ini Hidup Meninggal Lost to follow-up Pelaksana investigasi Dinas Kesehatan/ Puskesmas
Petugas Pelaksana
(Meyril S. Tuhuleruw, SKM)
No. Kontak :090111
Benar terjadi KLB Pertusis
Berdasarkan DO KLB Pertusis bilamana ditemukan 1 Kasus Pertusis berdasarkan Hasil
Laboratorium Maka bisa dikatakan KLB Pertusis, sehingga dari kasus diatas dapat
dinyatakan telah terjadi KLB Pertusis.
Pelacakan kasus ke desa T kecamatan L Kabupaten PM dengan
melakukan kunjungan rumah ke rumah, ditemukan paling banyak
usia 0-11 bulan
Melakukan Screening Status imunisasi yang
belum/lengkap pada Bayi dan Baduta.
Tatalaksana/Pengobatan : Kasus klinis/konfirmasi laboratorium diberikan antibiotika
eritromisin selama 7-14 hari (maks 3 minggu) dengan dosis untuk anak-anak 40-50
mg/kgbb/hari, dewasa 2 gram/hari yang masing-masing dibagi dalam 4 dosis Mengisi
format KE untuk pemantauan.
Dalam suatu kondisi KLB selain peningkatan cakupan imunisasi
pertusis perlu diberikan antibiotik propilaksis pasca paparan
(postexposure antimicrobial propilaksis /PEP) kepada:
Kontak serumah dari pertussis
Orang yang beresiko tinggi dalam waktu 21 hari
sejak terpapar dengan kasus pertusis, yaitu:
Bayi dan wanita hamil trimester ke-3 posyandu
tidak dilaksanakan rutin 1 kali setiap bulan.
Semua orang yang kondisi kesehatannya bisa diperburuk oleh
infeksi pertusis misalnya orang dengan imunocompromised atau
penderita dengan pengobatan asma sedang atau berat
Kontak erat dari orang-orang di atas
Masyarakat sekitar yang lebih luas bila KLB terjadi pada lingkungan yang terbatas dan
kasusnya sedikit namun bila KLB meluas tidak dianjurkan pemberian propilaksis ke
masyarakat luas melainkan melakukan monitoring kepada kontak untuk melihat tanda
dan gejala pertusis selama 21 hari.
Lakukan pemisahan terhadap kontak yang tidak pernah diimunisasi atau yang tidak
diimunisasi lengkap. Pemisahan tersebut berlaku sampai dengan 21 hari sejak terpajan
dengan penderita atau sampai dengan saat penderita dan kontak sudah menerima
antibiotika minimal 5 hari dari 14 hari yang diharuskan.
Melaksanakan RCA (Rapid Convenience Assessment) atau survei cepat status imunisasi DPT-HB-Hib
anak usia <5 tahun pada wilayah lokasi terjangkit dan wilayah sekitarnya yang berisiko tinggi.
Penentuan wilayah sekitar yang berisiko tinggi dilakukan dengan melakukan analisa terhadap kriteria
wilayah, akses terhadap layanan imunisasi, trend cakupan imunisasi difteri serta performa surveilans.
Berdasarkan waktu : Melihat tren dan kasus sdh berhenti atau
belum, Melihat sebaran kasus, pemetaan dan intervensi yang akan
dilakukan
Berdasarkan tempat : Melihat tren dan kasus sdh berhenti atau
belum, Melihat sebaran kasus, pemetaan dan intervensi yang akan
dilakukan
Berdasarkan orang : Status imunisasi dan
kasus per Kelompok usia
Apa rencana tindak lanjut setelah KLB
pertusis berakhir
Validasi data cakupan imunisasi yang dilaporkan untuk
membuktikan bahwa cakupan imunisasi yang dilaporkan sudah
valid
Meningkatkan dan mempertahankan cakupan imunisasi rutin
DPT-HB-Hib1, DPT-HBHib2, DPT-HB- Hib3 dan DPT-HB-Hib4
(dosis lanjutan)
RCA (Rapid Convenience Assessment) atau survei cepat status imunisasi DPT-HB-
Hib anak usia <5 tahun pada wilayah lokasi terjangkit dan wilayah sekitarnya yang
berisiko tinggi tetap berjalan walaupun KLB berakhir
Penguatan surveilans Pertusis
Dinas kesehatan Kab/Kota/Provinsi membuat umpan balik mengenai situasi penyakit
pertusis dan trend cakupan imunisasi DPT-HB-Hib yang merupakan salah satu faktor
risiko pertusis kepada Puskesmas/Kab/Kota di wilayah kerjanya berupa buletin atau media
lain yang dapat diintegrasikan dengan penyakit-penyakit lainnya.
Desiminasi Informasi mengenai KLB Pertusis
kepada Lintas Program terkait dan lintas sektor.

Anda mungkin juga menyukai