Anda di halaman 1dari 11

JPPKMI 2 (1) (2021) 26-36

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jppkmi

Enterobiasis: Infeksi Kecacingan Penting Pada Balita

M. Samroy Alfizena1, Didik Sumanto2*, Tri Dewi Kristini3

1
Peminatan Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang
3
Bagian Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Enterobiasis disebabkan oleh cacing usus yang dapat menyerang siapa saja namun lebih sering
Diterima 24 April 2021 dilaporkan kasusnya pada anak. Angka kejadian tertinggi sebesar 52,6% di Godong Grobogan.
Disetujui 15 Juni 2021 Penelitian ini menggali informasi kasus enterobiasis pada balita di daerah dengan ketersediaan
Dipublikasi 16 Juni 2021 sumber air bersih yang kurang memadai. Observasi secara cross-sectional diskriptif dilakukan
________________ terhadap 74 balita di Desa Marong Lombok Tengah. Pengambilan specimen apusan perianal
Keywords: menggunakan periplaswab, lalu diperiksa secara mikroskopis, sedangkan variabel lain diobservasi
Enterobiasis, Infeksi dan wawancara responden. Kasus enterobiasis ditemukan sebesar 27,0% pada balita. Ketersediaan
Kecacingan, Balita. sumber air bersih hanya 21,7% dari jumlah keluarga. Kebersihan kuku balita sebanyak 48,6%
____________________ kurang baik. Kebersihan selimut dan sprei tempat tidur anak yang kurang baik masing-masing
URL: sebesar 50,0% dan 27,0%. Kamar tidur anak tanpa pencahayaan matahari langsung sebanyak
https://journal.unnes.ac.i 74,3%. Sebanyak 31,1% keluarga belum melakukan pengobatan mandiri. Tingginya angka
d/sju/index.php/jppkmi enterobiasis di Desa Marong harus dipecahkan dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama
/article/view/47560 terkait penyediaan sarana air bersih dan yang kedua adalah upaya peningkatan pengetahuan
_____________________ masyarakat tentang pencegahan infeksi enterobiasis.

Abstract
___________________________________________________________________
Enterobiasis is caused by intestinal worms that can attack anyone but cases are more often reported in children.
The highest incidence rate is 52.6% in Godong Grobogan. This study explores information on cases of
enterobiasis in children under five in areas with inadequate availability of clean water sources. Descriptive
cross-sectional observations were carried out on 74 toddlers in Marong Village, Central Lombok. Perianal swab
specimens were taken using periplaswab, then examined microscopically, while other variables were observed
and interviewed respondents. It was 27.0% of cases of enterobiasis were found in children under five. The
availability of clean water sources is only 21.7% of the total family. The toddlers' nail hygiene was 48.6% not
good. The cleanliness of the blankets and bed sheets for children is not good at 50.0% and 27.0%, respectively.
Children's bedrooms without direct sunlight are 74.3%. As many as 31.1% of families have not done self-
medication. The high number of enterobiasis in Marong Village must be solved by two approaches. The first
approach is related to the provision of clean water facilities and the second is an effort to increase public
knowledge about the prevention of enterobiasis infection.

© 2021 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi:
Kedungmundu, Kec. Tembalang,
Kota Semarang, Jawa Tengah 50273
E-mail: didik.24272@gmail.com

26
M, Samroy, A., et al. / Enterobiasis / JPPKMI 2 (1) (2021)

PENDAHULUAN Seorang yang menderita enterobiasis akan


kehilangan banyak zat gizi tubuh karena
Enterobiasis merupakan infeksi cacing sebagian nutrisi yang ada diambil oleh cacing
usus yang disebabkan Enterobius vermicularis (E. untuk perkembangannya (Pratiwi and Sofiana,
vermicularis) (CDC, no date). Infeksi ini dapat 2019). Enterobiasis ringan yang terdiagnosis
menyerang siapa saja tanpa memandang umur segera tidak akan menimbulkan dampak yang
dan jenis kelamin, namun laporan kasus signifikan dan dapat segera diatasi dengan
biasanya lebih dominan pada kelompok anak pengobatan yang tepat. Sebaliknya pada kasus
(Chai et al., 2015) dan balita (Ali et al., yang terabaikan dan terjadi secara
2016)(Afrakhteh et al., 2015). Kejadian berkepanjangan, kehilangan zat gizi pada anak
enterobiasis hampir tidak pernah ada dalam akan terjadi secara terus-menerus. Hal ini tentu
laporan tahunan lembaga pelayanan kesehatan akan berdampak pada pertumbuhan dan
maupun profil kesehatan yang dikeluarkan oleh perkembangan anak (Susilowati and Quyumi,
dinas terkait dan pemerintah karena termasuk 2019).
salah satu penyakit yang sudah diabaikan. Data Fakta menunjukkan bahwa kasus
kasus enterobiasis biasanya bersumber pada enterobiasis paling banyak dilaporkan terjadi
hasil penelitian yang dipublikasikan (Farikhah, pada balita dan anak-anak (Mansourian et al.,
2010)(Hermawan and Sumanto, 2011). 2016)(Perdana and Keman, 2013). Paparan
Kasus enterobiasis pada kelompok pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan
dewasa sangat jarang dilaporkan kecuali pada sehat (PHBS) yang belum dapat diterima
kasus-kasus ektopik (Ngui et al., dengan baik oleh balita dan anak-anak menjadi
2014)(Pampiglione and Rivasi, 2009). Penderita salah satu faktornya. Usia balita dan anak
ektopik enterobiasis lebih banyak dilaporkan memang masa bermain sehingga hal ini dapat
pada orang dewasa karena seringkali temuan dipahami. Kemampuan merawat diri khususnya
kasus secara tidak sengaja akibat adanya dugaan dalam perilaku hidup sehat juga belum dapat
penyakit lainnya (Raju, Verappa and Murthy, banyak diharapkan dari anak-anak, sehingga
2015). Pada kasus ini temuan cacing ataupun pendampingan masih sangat diperlukan
telur pada organ yang tidak semestinya, seperti (Moerad et al., 2019).
pada urine (Sumanto, Sayono and Pendampingan dan pengawasan orang
Mudawamah, 2021), usus buntu (Calli et al., tua menjadi sangat penting agar anak-anak
2014)(I and Saifl, 1997), vagina (B Shetty, V terjaga kesehatannya dan terhindar dari
Kulkarni and Prabhu, 2012)(Kim et al., 2010), penyakit enterobiasis. Pemahaman orang tua
ovarium (Mccabe et al., 1995), dan ginjal tentang pencegahan penularan penyakit
(Cateau, Yacoub and Tavilien, 2017). enterobiasis merupakan hal yang sangat penting
Perpindahan habitat hidup cacing ini biasanya sebagai bekal pendampingan anak (Lubis,
diawali dengan terjadinya kasus genital Panggabean and Yulfi, 2018). Pendampingan
enterobiasis (Sumanto, Sayono and yang baik tanpa pengetahuan yang cukup juga
Mudawamah, 2021). Kasus ini lebih banyak akan menyebabkan kurang tepatnya arahan
dilaporkan pada wanita karena letak lubang orang tua dalam mengantisipasi penularan
genital bersebelahan dengan anus sehingga penyakit enterobiasis pada anak. Bekal
cacing dewasa dapat tersesat masuk ke dalam pengetahuan tentang pencegahan enterobiasis
saluran genital setelah bertelur di daerah yang baik tentu akan menjadi factor yang sangat
perianal. Migrasi cacing ini pernah dilaporkan penting dalam melakukan pendampingan baik
hingga ke saluran kemih (Patel et al., 2015). dalam hal perilaku hidup sehat anak maupun
Enterobiasis memang bukan penyakit dalam menjaga sanitasi kamar tidur dan area
yang sangat mematikan, namun dampak jangka bermain anak (Wiyono et al., 2020).
panjang akan mempengaruhi kualitas hidup Penyakit enterobiasis yang menjadi
penderitanya (Habar and Liambana, 2020). penyakit terabaikan (Sudomo, 2008) telah

27
M, Samroy, A., et al. / Enterobiasis / JPPKMI 2 (1) (2021)

mengakibatkan kurangnya ketersediaan data 2014) dan diuji di laboratorium Puskesmas


kejadian penyakit ini. Kegiatan surveillance Mujur. Observasi dilakukan langsung pada
terhadap penyakit enterobiasis relative kurang rumah tinggal subyek penelitian termasuk
menjadi prioritas. Program yang ada adalah kamar tidurnya sekaligus dilakukan wawancara
pengobatan massal rutin setiap enam bulan terhadap responden.
sekali pada anak sekolah tanpa kegiatan
skrining terlebih dahulu (Paisal Paisal et al., HASIL DAN PEMBAHASAN
2017). Program ini baik untuk memutus rantai
kehidupan cacing E. vermicularis namun menjadi Enterobiasis merupakan salah satu
penyebab tidak adanya data faktual tentang penyakit infeksi cacing usus namun tidak
angka kejadian penyakitnya. Kegiatan ditularkan melalui tanah (CDC, 2019).
pengobatan massal seyogyanya diikuti dengan Walaupun tidak berhubungan langsung dengan
kegiatan peningkatan pengetahuan masyarakat perilaku bermain di tanah, namun informasi
tentang pencegahan penularan penyakit perihal peruntukan area wilayah lokasi survey
enterobiasis (Lubis, Panggabean and Yulfi, menjadi informasi penting yang harus dicermati
2018). Bila tidak, maka pengobatan hanya akan agar mendapatkan gambaran umum kehidupan
memutus rantai saat itu dan penularan akan social subyek penelitian.
terjadi kembali di kemudian hari. Menjadi Desa Marong didominasi area
sangat penting untuk mengetahui pemahaman persawahan dan perkebunan hingga 91,4% dari
masyarakat dalam pencegahan penularan total luas wilayah. (Gambar 1) Data ini
penyakit enterobiasis sekaligus mengungkap menunjukkan bahwa sebagian besar
data yang sebenarnya tentang penyakit ini. penduduknya memiliki pekerjaan sebagai petani
Kedua informasi tersebut akan menjadi bahan sehingga dapat diestimasikan kehidupan
evaluasi terhadap program pengobatan massal sosialnya. Tersedianya area tanah yang
yang selama ini telah berjalan. Penelitian ini sedemikian luas mendominasi wilayah
bertujuan untuk mengungkap kejadian pemukiman menjadi informasi penting karena
enterobiasis pada kelompok balita di sebuah infeksi cacing usus bukan hanya enterobiasis
Desa yang belum terjangkau program saja, namun masih banyak lagi yang disebabkan
pengobatan massal infeksi kecacingan. oleh kelompok cacing yang siklus hidupnya
melalui tanah (Halleyantoro, Riansari and
METODE Dewi, 2019)(Jodjana and Majawati, 2017).
Infeksi kecacingan tersebut juga sering
Desain penelitian ini adalah menyerang anak dan balita (Lalangpuling et al.,
observasional diskriptif dengan pendekatan 2017).
cross-sectional. Populasi meliputi seluruh anak
balita yang ada di Desa Marong Kecamatan Kejadian infeksi kecacingan khususnya
Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah enterobiasis sangat berkaitan dengan perilaku
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sampel hidup sehat sehari-hari khususnya perilaku
penelitian sejumlah 74 anak balita yang tinggal menjaga kebersihan diri (Setiawan, Mansyur
menetap di Desa Marong bersama keluarganya. and Rianti, 2010)(Pebriyani, Adrial and Nofita,
Responden adalah orang tua balita yang tinggal 2019). Upaya menjaga kebersihan diri tidak
serumah diutamakan ibu balita. Pemeriksaan dapat dipisahkan dari ketersediaan air bersih
status enterobiasis dilakukan dengan uji yang cukup dalam rumah tangga (Kusumawaty
mikroskopis metode Graham-scotch tape (Clínica and Siswanto, 2019). Temuan lapangan
Rotger, 2004)(Sullivan Nicolaides Pathology, menunjukkan bahwa ketersediaan sumber air
2016)(Sumanto and Ghofur, 2016) dengan bersih bagi keluarga di lokasi penelitian masih
modifikasi pengambilan specimen sangat kurang. Jumlah sumur dan sambungan
menggunakan periplaswab (Sumanto et al., aliran PDAM hanya menjangkau sebanyak

28
M, Samroy, A., et al. / Enterobiasis / JPPKMI 2 (1) (2021)

Pemukiman 62,51

Persawahan 792,19

Perkebunan 26,79

Pemakaman 2,68

Pekarangan 6,25

Perkantoran 4,47

Prasarana umum lain 0,89

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900


Luas area (Hektar)

Gambar 1. Peruntukan lahan Desa lokasi penelitian

21,7% dari total jumlah keluarga. (Gambar 2) tidak dapat melaksanakan aktivitas yang
Tentu saja kondisi ini masih sangat jauh dari menggunakan air secara optimal. Ketersediaan
kecukupan. Kurang terpenuhinya sumber air air akan mempengaruhi frekuensi dan kualitas
bersih ini tentu akan sangat berimplikasi pada mandi anggota keluarga, aktivitas mencuci
perilaku menjaga kebersihan diri keluarga pakaian dan pembersihan perabot rumah tangga
(Setiawan, Mansyur and Rianti, 2010). (Pebriyani, Adrial and Nofita, 2019).
Mayoritas keluarga tidak memiliki sumber air Dari 74 balita yang diperiksa, diperoleh
bersih sehingga dapat diprediksi pula penduduk sebanyak 27,0% mengalami infeksi enterobiasis.

4000
3732 KK
3500

3000

2500

2000

1500

1000
370 unit 441 unit
500

0
Air sumur gali Sambungan PDAM Jumlah keluarga

29
M, Samroy, A., et al. / Enterobiasis / JPPKMI 2 (1) (2021)

Gambar 2. Perbandingan ketersediaan sumber air bersih dan jumlah keluarga


(Gambar 3) Angka ini relative tinggi bila menunjukkan bahwa kebiasaan menggaruk
dibandingkan dengan kejadian pada anak pra daerah perianal saat tidur malam dilakukan oleh
sekolah di Iran sebesar 3,5% (Elyasi, sebanyak 9,5% subyek penelitian lebih kecil
Golmohammadi and Mojadadi, 2020), anak dibandingkan kejadian di Penjaringan Jakarta
panti asuhan di daerah Padang sebesar 18,0 sebesar 15,5% (Ratimanjari and Yolanda, 2019).
(Pebriyani, Adrial and Nofita, 2019) dan di Angka yang menunjukkan perilaku menggaruk
Minahasa Tenggara sebesar 25,8% daerah perianal memang relative kecil bila
(Lalangpuling, Manengal and Konoralma, dibandingkan kejadian enterobiasis sendiri yang
2020) walaupun masih lebih rendah dari hampir mencapai sepertiga jumlah subyek
laporan kasus di daerah Godong Kabupaten pengamatan, namun demikian angka tersebut
Grobogan sebesar 52,6% (Anjarsari, 2018). adalah subyek yang teramati oleh orang tua saat
Hampir sepertiga dari jumlah sampel menggaruk bagian perianal sedangkan orang tua
mengalami infeksi enterobiasis. Hal ini tidak mungkin sepanjang malam
membuktikan bahwa pengendalian penyakit ini memperhatikan terus saat anak tertidur. Sangat
tidak dapat diatasi hanya dengan program mungkin angka yang sebenarnya lebih tinggi
pengobatan saja. Obat yang diminumkan pada dari yang teramati oleh para orang tua.
anak setiap enam bulan sekali seharusnya dapat Telur cacing di daerah perianal sangat
memutus rantai penularan penyakit ini, namun potensial menempel pada jari tangan saat
faktanya masih ditemukan kasus infeksi yang penggarukan (CDC, 2019). Kontak antara
relative tinggi. Perlu evaluasi ulang atas tangan berkuku panjang dengan daerah perianal
efektivitas obat dan kecepatan penularan infeksi akan memindahkan telur cacing ke dalam kuku
enterobiasis sehingga jumlah kasus dapat benar- tangan (Fatmasari, Arwie and Fatimah, 2020).
benar ditekan seminimal mungkin. Faktor lain Telur akan terselip juga pada kuku tangan yang
yang berhubungan seperti perilaku hygiene panjang (Rowardho, Sayono and Ismail, 2015).
(Hamarsheh, 2021) termasuk di dalamnya Faktanya sebanyak 48,6% subyek penelitian
adalah perilaku mencuci tangan dengan sabun memiliki kuku tangan yang panjang. Hal ini
setelah dari kamar mandi (Chen et al., 2018) menunjukkan kuku tangan kurang diperhatikan
perlu mendapatkan perhatian lebih dalam perawatannya. Kuku tangan yang selalu
menunjang keberhasilan mengatasi kasus dipotong secara rutin akan meminimalkan
enterobiasis. terselipnya telur cacing di dalamnya.
Siklus penularan penyakit ini sangat Kebersihan tangan juga sangat membantu
sederhana yaitu terjadinya perpindahan telur mengurangi perpindahan telur dari tangan ke
cacing dari daerah sekitar anus ke tangan lalu ke mulut (Lutfiana, 2010)(Perdana and Keman,
mulut (CDC, 2019). Cacing betina gravid pada 2013). Perilaku anak yang suka menggigit kuku
malam hari akan keluar melalui anus dan akan tangan dan menghisap jari akan menjadi faktor
bertelur di daerah perianal (Costache and Jalali- pendukung perpindahan telur cacing dari kuku
zadeh, 2009). Setelah bertelur cacing betina tangan ke mulut. Telur cacing yang telah
akan kembali masuk ke dalam saluran berpindah kemulut akan masuk ke saluran
pencernaan melalui anus. Telur yang diletakkan pencernaan, dan mengulang kembali siklus
di daerah perianal ini dapat menyebabkan rasa kehidupannya hingga menjadi cacing dewasa di
gatal bagi penderita (CDC, 2013). Timbulnya usus (CDC, 2019).
rasa gatal di daerah perianal tentu akan Keberadaan telur cacing dan kebiasaan
merangsang penderita untuk melakukan menggaruk daerah perianal oleh subyek akan
aktivitas menggaruk. Kebiasaan menggaruk mengakibatkan jatuhnya sebagian telur yang
daerah perianal pada malam hari menjadi salah ada di perianal. Media paling memungkinkan
satu petanda penting bagi seseorang yang sebagai penampung telur cacing yang rontok
menderita enterobiasis. Hasil survey adalah celana dalam yang dikenakan oleh

30
M, Samroy, A., et al. / Enterobiasis / JPPKMI 2 (1) (2021)

penderita (Hermawan and Sumanto, 2011). Temuan telur cacing pada celana dalam anak
Enterobiasis
Negatif 73,0
Status

Positif 27,0
menggaruk

Kurang baik 9,5


Perilaku

perianal

Baik 90,5
Kebersihan
kuku balita

Kurang baik 48,6

Baik 51,4
ganti celana
dalam balita

Kurang baik 5,4


Frekuensi

Baik 94,6
Kebersihan

Kurang bersih 12,2


alas tidur

Bersih 87,8
minum obat sinar matahari Penjemuran Penggantian Penggantian

Lebih dari dua minggu 27,0


sprei

Dua minggu sekali 73,0


tempat tidur selimut balita

Lebih dari seminggu 50,0

Seminggu sekali 50,0

Kurang 9,5

Sering 90,5
Kebiasaan Pencahayaan

Tidak ada 74,3


di kamar

Ada 25,7

Tidak 31,1
cacing

Ya 68,9

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
Persentase responden (%)

Gambar 3. Kejadian enterobiasis dan hasil observasi karakteristik responden

panti asuhan di Kolaka Utara dilaporkan menyebarkan ke media-media lain seperti pada
sebesar 66,7% (Qalam, 2017), merupakan angka area tempat tidur yang meliputi alas tidur dan
yang cukup tinggi. Telur yang berada pada selimut yang digunakan. Secara umum subyek
celana dalam dan hingga keesokan harinya pengamatan sudah baik dalam penggantian
celana dalam tidak diganti dengan yang bersih, celana dalam, hanya 5,4% yang masih
maka telur potensial jatuh ke berbagai media menggunakan celana dalam lebih dari 24 jam.
saat anak bangun dan berjalan. Keberadaan Kondisi ini perlu terus ditingkatkan agar kasus
telur cacing di celana dalam ini sangat potensial enterobiasis dapat diturunkan.

31
M, Samroy, A., et al. / Enterobiasis / JPPKMI 2 (1) (2021)

Seorang penderita enterobiasis dalam hanya sebanyak 50% subyek pengamatan yang
keluarga dapat menjadi sumber penularan bagi mengganti selimut seminggu sekali, selebihnya
anggota keluarga lainnya apabila perilaku masih menggunakan selimut lebih dari
hygiene dan sanitasi kamar tidur penderita seminggu. Kebiasaan mengibaskan selimut
kurang baik pengelolaannya. Anggota keluarga sebelum dilipat pada saat bangun tidur justru
yang paling berisiko tertular adalah yang tidur sangat potensial menebarkan telur cacing ke
bersama anak penderita. Kebersihan alas tidur seluruh area kamar tidur. Hal ini akan
menjadi salah satu faktor penting yang harus meningkatkan risiko penularan bagi siapapun
diperhatikan. Penderita enterobiasis dengan yang beraktivitas di kamar tersebut. Telur yang
telur cacing di celana dalam dan perilaku tersebar di berbagai permukaan media kamar
menggaruk bagian perianal dapat menyebarkan akibat kibasan selimut sangat mungkin
telur cacing pada tempat tidur dan sprei terpegang oleh setiap orang yang masuk kamar
(Jannah, 2017). Pembersihan alas tidur (Farikhah, 2010). Kebiasaan kencing saat tidur
sebaiknya dilakukan setiap hari terutama sesaat pada anak juga dapat membantu penyebaran
setelah bangun tidur. Cara paling sederhana telur cacing ke tempat tidur (Costache and
adalah menghilangkan debu dari tempat tidur Jalali-zadeh, 2009). Saat telur sudah berpindah
menggunakan sapu lidi khusus untuk ke tangan makan tinggal satu tahap lagi untuk
pembersihan, sehingga semua debu dan telur masuk ke dalam mulut (CDC, 2019).
cacing yang ada di tempat tidur dapat tersapu Tempat tidur dengan model yang mudah
dan bersih kembali. Perilaku menjaga dibongkar pasang dan dipindahkan relative
kebersihan tempat tidur pada keluarga subyek membantu memudahkan proses penjemuran
penelitian ini sudah cukup baik. Hanya secara rutin. Paparan sinar matahari langsung
sebanyak 12,2% yang masih kurang baik dan pada tempat tidur dapat mematikan beberapa
perlu ditingkatkan pemahamannya. mikroba yang tidak tahan panas termasuk
Masih ditemukan sebanyak 27% keluarga didalamnya adalah telur cacing E. vermicularis.
subyek penelitian yang mengganti sprei lebih Telur cacing akan pecah saat terpapar cahaya
dari dua minggu sekali. Laporan adanya telur E. matahari langsung karena struktur dinding telur
vermicularis pada sprei (Hermawan and yang terbuat dari bahan protein hialin yang
Sumanto, 2011) menjadi alasan kuat untuk tipis. Pecahnya dinding telur akan
selalu menjaga kebersihan tempat tidur dengan mengakibatkan sel telur atau larva keluar dari
melakukan penggantian sprei secara berkala. cangkang sebelum waktunya. Sel telur atau
Sosialisasi tentang penularan enterobiasis masih larva cacing yang terpapar cahaya matahari
perlu disampaikan kepada para orang tua agar langsung akan mengalami kematian. Selain
lebih memahami perlunya menjaga kebersihan aktivitas menjemur tempat tidur di terik
tempat tidur termasuk penggantian sprei matahari langsung, upaya penyehatan kamar
maksimal seminggu sekali dengan pembersihan tidur anak adalah dengan mangupayakan
rutin setiap hari. kontruksi kamar sedemikian rupa sehingga
Selimut tidur anak penderita juga cahaya matahari dapat langsung masuk ke
potensial terkontaminasi oleh telur cacing yang kamar setiap hari. Hal ini dapat diupayakan
tercecer dari daerah perianal maupun celana dengan memasang genteng kaca pada sebagian
dalam penderita (Jannah, 2017). Penggantian atap kamar atau dengan menyediakan jendela
dan pengelolaan selimut tidur ini sangat yang letaknya sesuai dengan arah sinar matahari
mempengaruhi sebaran telur cacing di area masuk. Apabila cahaya matahari dapat masuk
kamar tidur. Penggantian selimut sesering kamar tidur setiap hari maka akan meringankan
mungkin dengan selimut bersih akan membantu aktivitas penjemuran. Sayangnya hampir
meminimalkan potensi penyebaran telur cacing. seluruh keluarga yang diobservasi tidak
Paling tidak seminggu sekali selimut wajib memiliki kontruksi kamar yang seperti ini.
dilakukan penggantian. Fakta yang ditemukan Sebanyak 74,3% keluarga subyek penelitian

32
M, Samroy, A., et al. / Enterobiasis / JPPKMI 2 (1) (2021)

tidak memiliki kamar dengan pencahayaan pencegahan infeksi enterobiasis dan


matahari langsung. penanganannya sangat dibutuhkan oleh
Segala upaya dapat dilakukan untuk masyarakat agar pemahaman dan pengetahuan
mencegah terjadinya enterobiasis, namun bila meningkat dan dapat melakukan pengendalian
infeksi sudah terjadi maka cara terbaik adalah infeksi secara mandiri.
melakukan pengobatan. Pengobatan infeksi
cacing usus idealnya dilakukan rutin setiap DAFTAR PUSTAKA
enam bulan sekali (Chin and Kandun, 2000).
Balita yang menjadi subyek pengamatan adalah Afrakhteh, N. et al. 2015. ‘Prevalence of Enterobius
usia pra sekolah sehingga semuanya tidak vermicularis amongst kindergartens and
menjadi sasaran pengobatan dari program. preschool children in Mazandaran Province ,
North of Iran’, J Parasit Dis. doi:
Pengobatan mandiri sudah banyak dilakukan
10.1007/s12639-015-0683-z.
oleh orang tua subyek pengamatan, namun
Ali, S. et al. (016. ‘Prevalence of Enterobius
masih sebanyak 31,1% orang tua mengatakan
vermicularis infection among preschool
bahwa tidak melakukan pengobatan infeksi children, Babol, North of Iran’, Journal of
kecacingan pada anaknya. Pemahaman Parasitic Diseases, pp. 2–6. doi:
keluarga terhadap pentingnya menjaga personal 10.1007/s12639-015-0727-4.
hygiene dan pengobatan rutin untuk Anjarsari, M. D. 2018. ‘Personal Hygiene Kejadian
pencegahan infeksi kecacingan sangat penting. Enterobiasis Siswa Sekolah Dasar Negeri’,
Sosialisasi kepada masyarakat masih terus Higeia Journal of Public Health Research and
Development, 2(3), pp. 441–452.
diperlukan agar pemahaman dan pengetahuan
B Shetty, J., V Kulkarni, D. and Prabhu, V. 2012.
terus semakin baik (Wiyono et al., 2020).
‘Eggs containing larvae of Enterobius
vermicularis in vaginal smear’, Journal of
PENUTUP Cytology, 29(1), pp. 94–96. doi: 10.4103/0970-
9371.93238.
Kasus enterobiasis di Desa Marong pada Calli, G. et al. 2014. ‘Acute Appendicitis and
kelompok balita masih relative tinggi. Beberapa Coinfection with Enterobiasis and Taeniasis:
faktor yang dapat menjadi risiko utama A Case Report’, Turkish Journal of Parasitology,
penularan enterobiasis adalah kontruksi rumah 38(1), pp. 58–60. doi: 10.5152/tpd.2014.3174.
Cateau, E., Yacoub, M. and Tavilien, C. 2017. ‘Case
penduduk yang sebagian besar tidak memiliki
Report Enterobius vermicularis in the kidney :
pencahayaan dari matahari langsung. Perilaku
an unusual location’, Journal of Medical
yang perlu mendapatkan perhatian adalah Microbiology, 59(2010), pp. 860–861. doi:
kebersihan media tempat tidur anak diantaranya 10.1099/jmm.0.019380-0.
penggantian selimut masih ada yang lebih dari CDC. 2013. Enterobiasis: Disease,
seminggu sekali, dan penggantian sprei masih https://www.cdc.gov/parasites/pinworm/disease.
ada yang lebih dari dua minggu sekali yang html. Available at:
sangat mungkin disebabkan ketersediaan https://www.cdc.gov/parasites/pinworm/dis
sumber air bersih yang masih kurang ease.html (Accessed: 7 June 2021).
CDC. 2019. Enterobiasis, DPDx-Laboratory
mencukupi. Kebersihan diri subyek penelitian
Identification of Parasites of Public Health
masih ditemukan sebagian balita dengan kuku
Concern. Available at:
panjang dan kotor. https://www.cdc.gov/dpdx/enterobiasis/
Perlu diupayakan bantuan untuk (Accessed: 23 January 2021).
menyelesaikan permasalahan dalam penyediaan CDC. no date. Enterobius vermicularis adult worms in
sumber air bersih di Desa Marong sehingga Enterobiasis, Global Health, Division of Parasitic
dapat mendukung aktivitas-aktivitas yang Diseases and Malaria. Available at:
menunjang upaya peningkatan kualitas sanitasi https://www.cdc.gov/dpdx/enterobiasis/ind
lingkungan termasuk kebersihan pakaian dan ex.html (Accessed: 29 March 2019).
lingkungan rumah tangga. Sosialisasi tentang

33
M, Samroy, A., et al. / Enterobiasis / JPPKMI 2 (1) (2021)

Chai, J. et al. 2015. ‘High Prevalence of Enterobius Halleyantoro, R., Riansari, A. and Dewi, D. P. 2019.
vermicularis Infection among Schoolchildren ‘Insidensi Dan Analisis Faktor Risiko Infeksi
in Three Townships around Yangon , Cacing Tambang Pada Siswa SD di Grobogan
Myanmar’, Korean Journal of Parasitology, Jawa Tengah’, Jurnal Kedokteran Raflesia, 5(1),
53(6), pp. 771–775. doi: pp. 2622–8344.
http://dx.doi.org/10.3347/kjp.2015.53.6.771 Hamarsheh, O. 2021. ‘Epidemiology of Enterobiasis
High. in Palestine’, Al-Quds Journal for Academic
Chen, K. Y. et al. 2018. ‘Enterobius vermicularis Research, 01(1), pp. 63–67. doi:
infection and its risk factors among pre-school 10.47874/2021p5.
children in Taipei, Taiwan’, Journal of Hermawan, N. and Sumanto, D. 2011. Uji Paparan
Microbiology, Immunology and Infection, 51(4), Telur Cacing Kremi Pada Apusan Perianal dan
pp. 559–564. doi: 10.1016/j.jmii.2016.12.013. Sprei Tempat Tidur Anak. Semarang. Available
Chin, J. and Kandun, I. N. (eds). 2000. at: http://digilib.unimus.ac.id.
‘Enterobiasis’, in Manual Pemberantasan I, T. S. M. F. C. and Saifl, S. A. 1997. ‘Enterobius
Penyakit Menular (Translation). 17th edn. vermicularis ( pin worm ) causing symptoms
Berkeley, USA: Depkes RI, pp. 194–195. of appendicitis.’
Clínica Rotger. 2004. Scotch Tape Test ( Graham’s Test Jannah, R. N. (2017) Faktor-Faktor Yang Berhubungan
): Detection of Enterobius Vermicularis Eggs. Dengan Kejadian Infeksi E. vermicularis (Cacing
Costache, C. and Jalali-zadeh, B. 2009. ‘Enterobius Kremi) Pada Anak Sekolah. Universitas
vermicularis (Pinworms) infection and Muhammadiyah Semarang.
enuresis (bedwetting), Case report’, Scientia Jodjana, E. and Majawati, E. S. 2017. ‘Gambaran
Parasitologica, 10(1-2), pp. 79–81. Available at: Infeksi Cacing Trichuris trichiura pada Anak
http://scientia.zooparaz.net/2009_10_01/200 di SDN 01 PG Jakarta Barat’, Jurnal
9_01_001-008.pdf. Kedokteran Meditek, 23(61), pp. 32–40.
Elyasi, H., Golmohammadi, R. and Mojadadi, M.-S. Kim, S. C. E. et al. (2010) ‘Enterobius vermicularis
2020. ‘Prevalence of Enterobiasis Among the Ova in a Vaginal Smear’, The Korean Journal of
Kindergarten Children of Sabzevar, Northeast Pathology, 44, pp. 341–342. doi:
of Iran’, Avicenna Journal of Clinical 10.4132/KoreanJPathol.2010.44.3.341.
Microbiology and Infection, 7(4), pp. 120–123. Kusumawaty, I. and Siswanto, A. 2019. ‘Air Bagi
doi: 10.34172/ajcmi.2020.26. Kesehatan : Tantangan Serius Mewujudkan
Farikhah, L. 2010. Hubungan Perilaku Higiene dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan’, in
Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Infeksi Prosiding Seminar Nasional Hari Air Dunia 2019,
Cacing Kremi (Enterobius vermicularis). pp. 52–59. Available at:
Universitas Muhammadiyah Semarang. https://core.ac.uk/download/pdf/230275225
Available at: .pdf.
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=bro Lalangpuling, I. E. et al. 2017. ‘Hubungan Infeksi Soil
wse&op=read&id=jtptunimus-gdl-farikhahlu- Transmitted Helminths (STH) Dengan Status
5653. Gizi Dan Anemia Pada Balita Di Puskesmas
Fatmasari, K., Arwie, D. and Fatimah, F. 2020. Kokar Kabupaten Alor’, in PROSIDING
‘Identifikasi Telur Cacing Nematoda Usus Seminar Nasional Tahun 2018 ISBN : 2549-0931.
Menggunakan Metode Sedimentasi Pada Manado: Poltekkes Manado, pp. 634–650.
Sampel Kuku Petani Sawah Di Wilayah Lalangpuling, I. E., Manengal, P. O. and Konoralma,
Kelurahan Tanete Kecamatan Bulukumpa K. 2020. ‘Personal Hygine dan infeksi cacing
Kabupaten Bulukumba’, Jurnal TLM Blood Enterobius vermicularis Pada Anak Usia Pra
Smear, 1(1), pp. 12–17. Available at: Sekolah’, Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(1),
http://ojs.stikespanritahusada.ac.id/index.ph pp. 29–32. doi: 10.47718/jkl.v10i1.891.
p/JMLT/article/view/396. Lubis, R., Panggabean, M. and Yulfi, H. 2018.
Habar, W. D. and Liambana, N. 2020. ‘Hubungan ‘Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Antara Infeksi Cacing (Soil Transmitted Ibu terhadap Penyakit Kecacingan Pada
Helminthiasis) Dengan Prestasi Belajar Pada Balita’, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia,
Siswa SD Inpres Balang-Balang Kab. Gowa’, 17(1), p. 39. doi: 10.14710/jkli.17.1.39-45.
Jurnal Mitrasehat, 10(2), pp. 240–249. Lutfiana, F. 2010. Hubungan Perilaku Higiene dan
Sanitasi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian

34
M, Samroy, A., et al. / Enterobiasis / JPPKMI 2 (1) (2021)

Infeksi Enterobius vermicularis Di Desa Rimbulor Elementary School of Kenjeran No. 248
Rejosari Karangawen Demak. Universitas Bulak, Surabaya’, Jurnal Kesehatan
Muhammadiyah Semarang. Available at: Lingkungan, 7(1), pp. 7–13. Available at:
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=bro http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/kes
wse&op=read&id=jtptunimus-gdl-farikhahlu- ling19b9a76017full.pdf.
5306. Pratiwi, E. E. and Sofiana, L. 2019. ‘Kecacingan
Mansourian, M. et al. 2016. ‘Prevalence of Oxyuriasis sebagai Faktor Risiko Kejadian Anemia pada
and its Influencing Factors in Elected Anak’, Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia,
Kindergartens in Ali Abad-e-Katoul , North of 14(2), p. 1. doi: 10.26714/jkmi.14.2.2019.1-6.
Iran’, International Journal of Pediatrics, 4(35), Qalam, A. N. 2017. Uji Paparan Telur Cacing Kremi
pp. 3751–3758. doi: 10.22038/ijp.2016.7499. (Enterobius vermicularis) Pada Perianal, Handuk
Mccabe, K. et al. 1995. ‘Enterobiasis of the Ovary in a dan Celana Dalam Anak. Universitas
Patient With Cervical Carcinoma In Situ’, Muhammadiyah Semarang.
Infectious Diseases in Obstetrics and Gynecology, 2, Raju, K., Verappa, S. and Murthy, S. 2015.
pp. 231–234. ‘Enterobius vermicularis infestation
Moerad, S. K. et al. 2019. ‘Pendampingan masquerading as cervical carcinoma : A
Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih cytological diagnosis’, Journal of Natural
dan Sehat (PHBS) Anak Usia Dini - Pos Science, Biology and Medicine, 6(2), pp. 476–
PAUD Terpadu Melati Kelurahan Medokan 479. doi: 10.4103/0976-9668.160046.
Ayu - Rungkut Surabaya’, Sewagati, 3(3). doi: Ratimanjari, N. G. and Yolanda, H. 2019. ‘The
10.12962/j26139960.v3i3.6016. Relation Between Personal Hygiene and
Ngui, R. et al. 2014. ‘Enterobius vermicularis Enterobius Vermicularis Infection Among
Salpingitis Seen in the Setting of Ectopic Children Aged 2 – 10 Year in Rumah Susun
Pregnancy in a Malaysian Patient’, Journal of Penjaringan’, Damianus Journal of Medicine,
Clinical Microbiology, 52(9), pp. 3468–3470. 18(2), pp. 80–86. doi:
doi: 10.1128/JCM.01191-14. 10.25170/djm.v18i2.2224.
Paisal Paisal et al. 2017. ‘Dampak Tingginya Rowardho, D., Sayono and Ismail, T. S. 2015.
Prevalensi Trichuris trichiura Terhadap ‘Keberadaan Telur Cacing Usus pada Kuku
Kebijakan Pengobatan Massal Kecacingan Di dan Tinja Siswa Sekolah Alam dan Non
Tiga SD Di Kabupaten Tanah Bumbu’, Jurnal Alam’, Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia,
Kebijakan Pembangunan, 12(1), pp. 77–83. 10(2), pp. 18–25.
Available at: Setiawan, H., Mansyur, M. and Rianti, E. D. D.
http://jkpjournal.com/index.php/menu/artic 2010. Korelasi Antara Prevalensi Enterobiasis
le/view/113/73. vermicularis Dengan Higiene Perorangan Pada
Pampiglione, S. and Rivasi, F. 2009. ‘Enterobiasis in Anak Usia 5-18 Tahun di Desa Karangasem
Ectopic Locations Mimicking Tumor-Like Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto.
Lesions’, International Journal of Microbiology, Sudomo, M. (2008) ‘Penyakit Parasitik yang Kurang
2009. doi: 10.1155/2009/642481. Diperhatikan di Indonesia’, in Orasi
Patel, B. et al. 2015. ‘Enterobius vermicularis : An Pengukuhan Profesor Riset Bidang Entomologi dan
unusual cause of recurrent urinary tract Moluska. Jakarta, pp. 1–20.
infestation in a 7-year-old girl : case report and Sullivan Nicolaides Pathology. 2016. Sticky tape test for
review of the literature’, Tropical Doctor, 45(2), pinworm Sticky tape test for pinworm.
pp. 132–134. doi: Sumanto, D. et al. 2014. ‘Efisiensi dan Efektivitas
10.1177/0049475514566872. Periplaswab Dalam Pemeriksaan
Pebriyani, E., Adrial, A. and Nofita, E. 2019. Enterobiasis’, Jurnal Keperawatan FIKKES,
‘Hubungan Personal Hygiene Dengan 7(1), pp. 8–24.
Kejadian Enterobiasis Pada Anak Usia 6-12 Sumanto, D. and Ghofur, A. 2016. ‘Identifikasi
Tahun Di Panti Asuhan Kota Padang’, Jurnal Nematoda Usus Non Soil Transmitted
Kesehatan Andalas, 8(1), p. 81. doi: Helminth’, in Teknik Identifikasi dan
10.25077/jka.v8i1.974. Pemeriksaan Laboratorium Infeksi Kecacingan.
Perdana, A. S. and Keman, S. 2013. ‘Correlation Maret-2016th edn. Semarang: Penerbit
between Hands and Nails Hygiene with IAKIS, pp. 17–18.
Enterobiasis Incidence on Student in

35
M, Samroy, A., et al. / Enterobiasis / JPPKMI 2 (1) (2021)

Sumanto, D., Sayono, S. and Mudawamah, P. L. Chemical Information and Modeling, 53(9), pp.
2021. ‘Enterobius vermicularis larvae in urine 1689–1699.
sample of female student: The first case report Wiyono, A. S. et al.. 2020. ‘Sosialisasi Pemakaian
in Indonesia’, Journal of Microbiology & Obat Cacing Pada Posyandu Balita’, Journal of
Experimentation, 9(1), pp. 1–2. doi: Community Engagement and Employment, 2(2),
10.15406/jmen.2021.09.00314. pp. 85–93. Available at:
Susilowati, E. and Quyumi, E. R. 2019. ‘Peningkatan https://core.ac.uk/download/pdf/322576805
Status Gizi dan Penurunan Infeksi Cacing .pdf.
pada Anak Toddler dengan Penerapan
Dinamika Kelompok Sosial’, Journal of

36

Anda mungkin juga menyukai