Anda di halaman 1dari 7

ISBN: 978-602-72245-1-3

Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education


Makassar, 26 Agustus 2016

Analisis Terhadap Densitas Larva Nyamuk Aedes aegypti


(Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue/DBD)
MAKKATENNI1, NURLIANI ATJO1, JUHARDI1, JALIL2
1
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
Email: makkatenni@ecampus.ut.ac.id; nurliani@ecampus.ut.ac.id; juhardi@ecampus.ut.ac.id
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Terbuka
Email: jalil@ecampus.ut.ac.id

ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi
masalah kesehatan yang serius masyarakat di Indonesia. Hal ini sering menimbulkan kekhawatiran
karena perjalanan penyakit DBD tergolong cepat dan dapat menimbulkan wabah serta kematian
dalam waktu yang singkat. Monitoring kepadatan populasi Aedes aegypti sangat penting untuk
membantu evaluasi dan peningkatan pemberantasan nyamuk penyebab DBD. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui densitas larva nyamuk Aedes aegypti berdasarkan angka House Index
(HI), Container Index (CI) dan Breateu Index (BI). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan survei. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Samalewa, Kecamatan Bungoro,
Kabupaten Pangkep, pada bulan Juli hingga Oktober 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh rumah di Kelurahan Samalewa (2.246 rumah) dan sampel berjumlah 50 rumah yang diambil
melalui metode proportional random sampling. Pengamatan jentik dilakukan dengan mengamati
kehadiran jentik pada setiap kontainer yang terletak di dalam dan di luar rumah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara keseluruhan persentase House Index bernilai sebesar 54%, Container
Index sebesar 23.9% dan Breateu Index sebesar 110%. Berdasarkan nilai indeks tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Kelurahan Samalewa beresiko terhadap transmisi penyakit Demam Berdarah
Dengue.

Kata kunci: Breteau Index, Container Index, DBD, House Index

PENDAHULUAN cenderung meningkat, meskipun angka


Demam Berdarah Dengue (DBD) kematian (CFR) dapat ditekan. Jika pada
merupakan salah satu penyakit menular yang tahun 2010 angka kematian mecapai 0.87
menjadi masalah kesehatan masyarakat dan persen, pada tahun 2011 meningkat menjadi
sering menimbulkan kekhawatiran karena 0.91 persen dan sempat menurun pada tahun
perjalanan penyakitnya cepat dan dapat 2012 menjadi 0.90 persen. Sementara pada
menimbulkan wabah serta kematian dalam tahun 2013, selama bulan Januari hingga Juni,
waktu yang singkat (Sambo dkk, 2013). DBD kasus DBD dilaporkan terjadi di 31 provinsi
sampai saat ini merupakan masalah kesehatan dengan jumlah kasus sebanyak 48.905
di negara tropis termasuk di Indonesia (Lardo, penderita, dan 376 di antaranya meninggal
2013). dunia. Provinsi yang dilaporkan sebagai KLB
DBD merupakan kasus endemik yang (Kejadian Luar Biasa) DBD tahun 2013 yaitu
menyebar di seluruh wilayah Indonesia dan Lampung, Sulawesi Selatan, Kalimantan
sekarang endemik hampir di 300 kabupaten Tengah, dan Papua (Pitakasari, 2013). Di
yang ada (Rahayu dkk, 2010). Setiap kejadian Indonesia, nyamuk penular (vektor) penyakit
luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Ae.
dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah albopictus, dan Ae. Scutellaris, tetapi sampai
tersebut (Widoyono, 2008). Di Indonesia, saat ini yang menjadi vektor utama dari
sejak ditemukan pertama kali pada tahun penyakit DBD adalah Ae. aegypti (Soegijanto,
1968, jumlah kasus dan penyebaran area DBD 2006).

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 139
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016

Tindakan pengendalian vektor selain Pengendalian vektor merupakan


melakukan fogging, abatisasi, dan komponen utama untuk memutus rantai
penyuluhan, yaitu pemantauan (monitoring) penyakit DBD malaria. Oleh karena itu
kepadatan populasi Ae. aegypti, yang juga pengendalian vektor menjadi elemen dasar
merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan program. Vektor DBD sangat
upaya membantu mengevaluasi adanya berbasis lingkungan dan bersifat spesifik
ancaman DBD di suatu daerah (Mulyowati, lokal, oleh sebab itu dalam pengendalian
2012). Populasi nyamuk diukur dengan cara vektor DBD diperlukan pemahaman yang
melakukan pemeriksaan terhadap semua rinci tentang karakteristiknya. Kendala umum
tempat air di dalam dan di luar rumah akan yang dijumpai dalam pemberantasan
larva Aedes aegypti dengan memeriksa penyakit-penyakit kevektoran antara lain
sejumah rumah di suatu daerah. Dengan cara kualitas pemberantasan belum sesuai dengan
ini akan didapat 3 angka indeks yaitu House syarat-syarat yang ditentukan, serta belum
Index (HI), Container Index (CI) dan Breteau didasarkan pada pengetahuan bionomik
Index (CI). Breteau index merupakan vektornya sehingga tidak efektif, tidak efisien,
indikator terbaik untuk menyatakan kepadatan tidak tepat sasaran (Sukowati 2008). Oleh
nyamuk, sedangkan House Index sebab itu, dalam pencegahan penyakit DBD,
menunjukkan luas penyebaran nyamuk dalam data entomologi sangat diperlukan dalam
masyarakat (Sukesi, 2012) menentukan strategi pengendaliannya.
Penyakit DBD sejak lama telah menyebar
luas ke seluruh wilayah di Provinsi Sulawesi METODE PENELITIAN
Selatan. Kejadian DBD terjadi hampir di Pengumpulan data dilakukan melalui
semua kabupaten/kota setiap tahunnya. observasi langsung dengan mengamati jenis
Distribusi DBD menurut data Dinas dan jumlah kontainer serta kehadiran jentik
Kesehatan Kota Makassar, jumlah kasus DBD Aedes aegypti pada kontainer/tempat
pada tahun 2011 yaitu tercatat sebanyak 14 penampungan air di setiap rumah. Observasi
kasus, tahun 2012 sebanyak 80 kasus, dilakukan dengan menggunakan lembar
sedangkan pada tahun 2013 yaitu sebanyak observasi untuk mencatat data tentang jumlah,
160 kasus (Dinkes Kota Makassar, 2013). jenis kontainer dan kehadiran jentik, serta
Di Kecamatan Bungoro Kab. Pangkep, mencatat jumlah rumah yang diamati baik
pada tahun 2011 kasus DBD tidak ditemukan yang positif maupun yang negatif jentik.
adanya kasus DBD, akan tetapi tahun 2012 Pemeriksaan jentik dalam air wadah
petugas kesehatan setempat dikejutkan (kontainer) dilakukan dengan mengamati
dengan munculnya 38 kasus, dan hal ini dalam beberapa menit, kehadiran jentik
berlanjut pada tahun 2013 dengan dipastikan dengan menggunakan senter.
ditemukannya 36 kasus. Data tersebut Analisis data dilakukan secara deskriptif
menunjukkan perlunya kewaspadaan terhadap terhadap jenis kontainer, jumlah kontainer
ancaman DBD. Wilayah yang sebelumnya positif jentik, jumlah rumah positif jentik,
merupakan daerah bebas DBD, tidak dapat serta densitas larva yang dihitung berdasarkan
dianggap sebagai suatu daerah aman, karena angka HI, CI dan BI, dengan penghitung
dengan berbagai sebab baik yang berkaitan sebagai berikut :
dengan perilaku dan mobilitas masyarakat, 1. House Index (HI) adalah jumlah rumah
maupun berkaitan dengan fakto bioekonomik ditemukan jentik per jumlah rumah yang
vektor DBD (Aedes aegypti) disimpulkan disurvei kali 100%.
bahwa dari tahun ketahun kasus DBD selalu 2. Container Index (CI) adalah jumlah
bervariasi, untuk itu perlu adanya kejasama kontainer/tempat penampungan air yang
lintas Sektoral dan lintas Program dengan terdapat jentik per jumlah kontainer/tempat
melihat dari trend Analisis (Puskesmas penampungan air diperiksa kali 100%.
Bungoro, 2013).

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 140
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016

3. Breteau Index (BI) adalah jumlah Pangkajene, Ibu Kota Kabupaten Pangkep.
kontainer yang positif jentik dibagi jumlah Kelurahan Samalewa berpenduduk 11.386
rumah yang diperiksa kali 100%. jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak
5.609 jiwa dan perempuan sebanyak 5.777
HASIL DAN PEMBAHASAN jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak
Geografi dan Demografi. Kelurahan 2246 KK yang tersebar pada 9 RW (RT).
Samalewa terletak di Kecamatan Bungoro
dengan luas wilayah 968 km2. Secara Jenis dan Letak Kontainer
geografis, Kelurahan Samalewa memiliki a. Kontainer dalam Rumah
batas-batas wilayah sebagai berikut: Tabel 1 menunjukkan sebaran jumlah
− Sebelah timur berbatas dengan Kelurahan dan jenis kontainer dalam rumah pada
Sapanang masing-masing wilayah penelitian. Di
− Sebelah barat berbatas dengan Desa antara berbagai jenis kontainer tersebut,
Bowong Cindea yang memiliki proporsi sebagai breeding
− Sebelah utara berbatas dengan Kelurahan place nyamuk Aedes paling tinggi adalah
Mangngalekana Kecamatan Labakkang Bak mandi (50 – 81.3%), drum plastik (50
− Sebelah selatan berbatas dengan dan 66.7%), baskom (25-50%) sedangkan
Kelurahan Mappasaile Kecamatan kontainer jenis ember proporsi posiitif
Pangkajene yang mengandung jentik berkisar antara
Kelurahan ini berjarak kurang lebih 52 km 8.7 – 16%.
dari Kota Makassar atau sekitar 3 km dari
.
Tabel 1. Sebaran Jumlah dan Jenis Kontainer Dalam Rumah pada Masing-masing Wilayah Penelitian
Wilayah
Jenis Kontainer Total Proporsi N/ Proporsi +
RW I RW II RW III
n 25 23 44 92
56.1/
Ember pos 4 2 4 10
22.2
% 16.0 8.7 9.1 33.8
n 2 16 14 32
19.5/
Baskom pos 1 4 3 8
17.8
% 50.0 25.0 21.4 25.0
n 16 10 2 28
17.1/
Bak pos 13 7 1 21
62.2
% 81.3 70.0 50.0 75.0
n 6 4 2 12
7.3/
Drum Plastik pos 4 2 0 6
26.7
% 66.7 50.0 0.0 50.0
n 0 0 0 0
Drum Plat pos 0 0 0 0 0/0.0
% 0 0 0 0
n 49 53 62 164
Total pos 22 15 8 45 100
% 44.9 28.3 12.9 27.4

b. Kontainer Luar Rumah masing-masing wilayah penelitian.


Tabel 2 menunjukkan sebaran jumlah Nampak bahwa perkembangbiakan larva
dan jenis kontainer luar rumah pada Aedes aegypti yang positif jentik lebih

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 141
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016

banyak terdapat pada kontainer yang 41.67 % daripada di dalam rumah


terletak di luar rumah yaitu sebanyak sebanyak 27.4 %.

Tabel 2. Sebaran Jumlah dan Jenis Kontainer Luar Rumah pada Masing-masing Wilayah Penelitian
Wilayah
Jlh/ Proporsi N/
Jenis kontainer
RW I RW II RW III %+ Proporsi + (%)
n 6 1 0 7
29.2/
ember pos 2 0 0 2
20.0
% 33.3 0 0 33.3
n 0 0 3 3
Baskom pos 0 0 0 0 12.5/0.0
% 0 0 0 0
n 6 2 1 9
Bak pos 5 1 0 6 37.5/60.0
% 83.3 50 0 66.7
n 0 0 2 2
Drum Plastik pos 0 0 0 0 8.3/0.0
% 0.0 0.0 0.0 0.0
n 2 1 0 3
12.5/20.0
Drum Plat pos 2 0 0 2
% 100 0 0 66.7 100
n 14 4 6 24
100
Total pos 9 1 0 10
% 64.30 25.00 0.00 41.67

Densitas Larva. Hasil penelitian jentik penyebaran nyamuk di suatu wilayah.


yang dilakukan terhadap beberapa jenis Hasil analisis terhadap HI disajikan dalam
kontainer dari jumlah sampel rumah yang Tabel 3.
telah ditentukan memudahkan untuk Data pada Tabel 3 tersebut
mengetahui frekuensi kehadiran larva dengan menunjukkan bahwa dari 50 rumah yang
menggunakan House Index (HI), Container diperiksa terdapat 27 rumah yang positif
Index (CI) dan untuk mengetahui densitas jentik. Secara keseluruhan, angka HI di
larva melalui analisa Breteau Index (BI). Kelurahan Samalewa adalah 54%. Nilai
a. House Index (HI) HI bervariasi pada setiap RW, dalam hal
House Index (HI) merupakan ukuran ini nilai HI tertinggi ditemukan di RW 1
yang menunjukkan frekuensi kehadiran (68.8.7%), diikuti RW 2 (50,0%), dan
jentik pada masing-masing rumah yang terendah di RW 3 dengan nilai HI 43,8%.
diperiksa. HI digunakan untuk mengetahui

Tabel 3. Sebaran Angka House Index (HI) pada Tiga Wilayah RW di Kelurahan Samalewa Kecamatan
Bungoro Kabupaten Pangkep
Rumah Positif Rumah House Index
Wilayah
Jentik Diperiksa (HI)
RW 1 11 16 68.75
RW 2 9 18 50

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 142
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016

RW 3 7 16 43.75
Jumlah 27 50 54

b. Container Index (CI) jentik pada sejumlah kontainer yang


Container Index (CI) merupakan diamati. Hasil analisis terhadap nilai CI
indikator yang menunjukkan densitas disajikan dalam Tabel 4.
larva berdasarkan frekuensi kehadiran

Tabel 4. Sebaran Nilai Container Index (CI) di Kelurahan Samalewa Kecamatan Bungoro Kabupaten
Pangkep

Kontainer Positif Kontainer yang


Wilayah Container Index (CI)
Jentik Diperiksa

RW 1 21 64 32.81
RW 2 16 57 28.07
RW 3 8 67 1194
Jumlah 45 188 23.94

Data pada Tabel 4 tersebut menunjukkan c. Breteau Index (BI)


bahwa dari 188 kontainer yang diperiksa Breteau index (BI) merupakan indikator
ditemukan 45 buah kontainer yang positif kepadatan jentik Aedes yang dianalisis
jentik. Analisis terhadap angka CI untuk berdasarkan frekuensi rumah yang diperiksa
seluruh kelurahan menunjukkan nilai 23.9%. dengan jumlah keseluruhan frekuensi
Wilayah yang paling tinggi angka CI nya kontainer positif jentik dari seluruh rumah
adalah RW 1 dengan angka CI sebesar yang diperiksa. Hasil analisis BI pada masing-
49.21%, diikuti RW 2 (28.07%), dan terendah masing wilayah disajikan dalam Tabel 5.
di RW 3 (11.94%).

Tabel 5. Sebaran Nilai Breteau Index (BI) di Kelurahan Samalewa Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep

Kontainer Positif Rumah yang Breteu Index


Wilayah
Jentik Diperiksa (BI)

RW 1 31 16 193.75
RW 2 16 18 88.89
RW 3 8 16 50.00
Jumlah 55 50 110.00

Data pada Tabel 5 tesrebut menunjukkan a. House Index (HI)


bahwa dari 50 rumah yang diperiksa Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai HI
ditemukan 55 kontainer positif jentik. Secara tertinggi terdapat di RW 1 diikuti oleh RW 2
keseluruhan di Kelurahan Samalewa angka BI dan RW3. Tingginya angka HI di RW 1,
menunjukkan nilai 110% dengan nilai BI disebabkan oleh tingginya proporsi kontainer
yang bervariasi pada masing-masing RW. jenis bak permanen yang digunakan oleh
Dalam hal ini HI tertinggi ditemukan di RW 1 masyarakat menampung air untuk kebutuhan
(193.7%), diikuti RW 2 (88.9%), dan nilai BI MCK (kegiatan mandi, cuci, kakus). Wijaya
terendah terdapat di RW 3 (50.0%). (2012) menemukan bahwa bak air merupakan

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 143
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016

jenis kontainer yang paling tinggi RW 3, sedangkan wilayah yang paling


sumbangannya sebagai media berpotensi untuk terjadnya transmisi DBD
perkembangbiakan nyamuk Aedes di adalah RW 1.
Kelurahan Minomartani, Sleman. Jenis Tingginya angka CI di wilayah RW 1,
kontainer ini terbukti memiliki potensi yang disebabkan oleh masih banyaknya
lebih besar untuk dijadikan sebagai media penggunaan kontainer jenis bak permanen
oviposisi nyamuk Aedes aegypti (Amirullah, yang merupakan jenis penampungan air ang
2013). digunakan terutama untuk kegiatan mandi,
Tingginya nilai HI, tampaknya menjadi mencuci dan lain-lain.
karakter sebagian daerah-daerah urban yang c. Berteau Index (BI)
diteliti, Hadi, dkk (2008) menemukan angka Breteu Index merupakan indikator terbaik
HI di Kelurahan Laladon, Kabupaten Bogor dalam menentukan kepadatan jentik. BI akan
sebesar 73.3%, sedangkan hasil analisiis memberikan nilai yang dapat digunakan
terhadap nilai HI di Keluarahan Benu-Benua, secara lebih tepat dalam memperkirakan
Kendari ditemukan sebesar 75.0% potensi luas sebaran vektor dalam suatu
(Amirullah, 2013). Densitas nyamuk juga wilayah studi. Oleh sebab itu angka BI tepat
ditentukan oleh musim dan periode digunakan dalam memperkirakan potensi dan
penangkapan, Hasyimi, Soekirno, Idram, dan sebaran transmisi Dengue yang dibawa oleh
Sukowati (2005) menunjukkan bahwa nyamuk Aedes sebagai vektonya.
beberapa sampling di Jakarta Utara yang Dalam tabel Density figure, batas level
dilakukan dalam beberapa tahun yang aman adalah level 5 dengan kisaran nilai
menunjukkan nilai HI yang tidak terpola BI 35-49%. Jika angka BI kelurahan
berdasarkan bulan penangkapan, Samalewa di atas dikonfirmasi dengan nilai
penangkapan terakhir n 1995 menunjukkan BI dalam densit figure, maka tampak bahwa
nilai HI tertinggi terjadi pada bulan secara keseluruhan, Kelurahan Samalewa
September. yang memiliiki nilai BI 110, menunjukkan
Menurut WHO, suatu daerah akan bahwa kemungkinan terjadinya transmisi
menghadapi ancaman terjadinya transmisi DBD oleh nyamuk vektor sangat berpeluang
virus Dengue jika densitas vetornya menuurut terjadi di keluarahan ini.
Density Figure berada di atas 5 (Anonim, Jika angka BI pada ke 3 wilayah RW di
2000). Dengan mengamati nilai HI pada ke atas dikonfirmasi dengan nilai BI dalam
tiga RW tersebut, yang menunjukkan nilai HI densit figure tidak ada satupun wilayah RW
di atas 37, maka menurut WHO lokasi yang aman di Kelurahan Samalewa,
penelitian tersebut merupakan daerah yang Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep.
yang berisiko terhadap penularan DBD. Wilayah RW 3 memiliki angka BI 50%,
b. Container Index (CI) angka ini berselisih 1 di atas angka aman
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari dalam density figure yang memiliki batas
188 kontainer yang diperiksa, ditemukan 45 nilai aman 39. Meski demiikian wlayah RW 3
buah kontainer yang positif jentik. Analisis ini masih jauh lebih aman jika dibandingkan
terhadap angka CI untuk seluruh kelurahan dengan dengan nilai BI pada ke 2 wilayah
menunjukkan nilai 23.9%. Wilayah yang RW lainnya.
paling tinggi angka CI nya adalah RW 1 Pada beberapa wilayah studi yang
dengan angka CI sebesar 49.21%, diikuti RW memiliki riwayat kasus DBD, angka BI sering
2 (28.07%), dan terendah di RW 3 (11.94%). menunjukkan nilai yang selalu lebih tinggi,
Dalam tabel Density figure, batas level Purnomo dan Tri Laksono (2012) misalnya
yang aman adalah level 5 dengan kisaran nilai menemukan nilai BI sebesar 55 di Kecamatan
CI 15-20%. Jika angka CI pada ke 3 wilayah Denpasar Selatan (Bali) yang memiliki angka
RW di atas dikonfirmasi dengan nilai CI kasus DBD cukup tinggi, meskipun memiliki
dalam densit figure, maka tampak bahwa angka CI dan HI yang rendah. Hal yang sama
wilayah yang aman hanya terdapat di wilayah juga diungkp oleh Sudbyo dkk (2012) yang
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 144
ISBN: 978-602-72245-1-3
Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education
Makassar, 26 Agustus 2016

menemukan tingginya angka BI di Kelurahan Pitakasari, Ajeng Titzki. 2013. Alasan


Petemon Surabaya yang merupakan wilayah Demam Berdarah di Indonesia
dengan kasus DBD tinggi, disini angka BI Meningkat. (online).
mencapai 102. http://www.m.republika.co.id/berita/nasio
Jika kita tabel BI di atas, tampak bahwa nal/umum/13/07/26/mqjtjv-alasan-
RW 1 dan RW 2 merupakan wilayah yang demam-berdarah-di-indonesia-meningkat
paling berpotensi dalam penyebaran DBD. Puskesmas Bungoro. 2013. Profil Pusat
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa BI Kesehatan Masyarakat Kecamatan
merupakan prediktor KLB, jika BI = 50 maka Bungoro Tahun 2012. Dinkes Kabupaten
daerah tersebut berpotensi untuk mengalami Pangkep.
KLB. Dari penelitian ini didapatkan nilai BI Rahayu, Misti. dkk. 2010. Studi Kohort
≥ 50 pada semua wilayah RW, maka dapat Kejadian Penyakit Demam Berdarah
diprediksi daerah tersebut akan berpotensi Dengue. Berita Kedokteran Masyarakat,
sebagai tempat transmisi penyakit DBD. Vol. 26, No.4, Desember 2010, 163 –
170.
KESIMPULAN Sambo, Feinty. dkk. 2013. Implementasi
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil Program Pemberantasan Demam
analisis data yang telah dilakukan, maka dapat Berdarah Dengue dalam Menurunkan
dirumuskan beberapa simpulan; Pertama, Insiden DBD Berbasis Kelurahan di Kota
proporsi jenis kontainer yang paling banyak Makassar Periode 2010 – 2012.
digunakan masyarakat di Kelurahan Universitas Hasanuddin Makassar:
Samalewa berturut dari persentase paling Fakultas Kesehatan Masyarakat.
tinggi ke yang paling rendah adalah, ember, Soedarmo, SSP. 2005. Demam Berdarah
baskom, bak, drum plastik dan drum lat Dengue pada Anak. Jakarta: Universitas
(logam). Sedangkan yang paling berpotensi Indonesia.
sebagai wadah perkembangbiakan nyamuk Soegijanto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah
Aedes adalah bak permanen. Kedua, Dengue. Edisi 2. Surabaya: Airlangga
kepadatan larva berdasarkan nilai HI, CI, dan University Press.
BI menunjukkan nilai yang tinggi yang Sukesi, Tri Wahyuni. 2012. Monitoring
melebihi standar aman menurut Density Populasi Nyamuk Aedes aegypti L.
Figure yng ditentukan oleh WHO, yang Vektor Penyakit Demam Berdarah
menunjukkan bahwadi Kelurahan Samalewa, Dengue di Kelurahan Gedongkiwo
potensi transmisi penyakit DBD cukup tinggi. kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta.
Kes Mas Vol. 6 No. 1, Januari 2012: 1 –
DAFTAR PUSTAKA 74.
Lardo, Soroy. 2013. Penatalaksanaan Widoyono. (2008). Penyakit Tropis
Demam Berdarah Dengue dengan Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,
Penyulit. CDK-208/vol.40 no. 9, th. dan Pemberantasannya. Jakarta:
2013. Erlangga.
Mulyowati, Tri. 2012. Kepadatan Populasi Wijaya, J. (2012). Survei Entomologi Aedes
Nyamuk Aedes aegypti di Daerah spp Pra Dewasa di Dusun Satu Kelurahan
Endemis, Sporadis, dan Non Endemis di Minomartani Kecamatan Depok
Kecamatan Pati. Surakarta: Universitas Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta.
Setia Budi. Journal of Aspirator, Vol. 4, No. 2. Hal.
64 – 72.

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 145

Anda mungkin juga menyukai