DISUSUN OLEH :
PENDAMPING :
Salah satu penyakit menular yang memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi
adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) (Kusuma, 2016). Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus dengue. Virus ini biasanya
dibawa oleh vektor. Vektor penularan DBD ke manusia berupa nyamuk yang berasal dari
spesies Aedes aegypti, A. albopictus, A. polynesis, dan beberapa spesies dari A. scutellaris.
Spesies utama nyamuk tropikal dan sub tropikal yang tersebar di hamper seluruh bagian
dunia adalah Aedes aegypti (WHO, 2009).
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2019 di Indonesia ditemukan
kasus DBD sebanyak 112.954 dengan jumlah kematian sebanyak 751 orang (Kemenkes
RI, 2020). Sampai saat ini jumlah pasien DBD di Indonesia terus meningkat dan tersebar
ke berbagai daerah di seluruh provinsi. Menurut data Ditjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kemenkes RI, Incidence Rate (IR) di Indonesia tahun 2018 sebesar 24, 75 per
100.000 penduduk.
Penyakit DBD juga sangat berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Dikatakan KLB apabila terjadi peningkatan kasus 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
tahun sebelumnya atau adanya kasus di suatu daerah dari yang sebelumnya tidak ada kasus
atau terjadinya kematian di suatu daerah dari yang sebelumnya tidak ada kematian.
Berdasarkan website Kemenkes pada tahun 2022 periode Januari sampai dengan
September terdapat 87.501 kasus DBD di Indonesia. Di Provinsi DKI Jakarta sendiri,
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan DKI Jakarta tahun 2021, jumlah kasus DBD yang
tercatat adalah sebanyak 3 092 kasus. Di Kecamatan Cilincing sendiri, berdasarkan
rekapitulasi data kasus DBD di Kecamatan Cilincing periode Januari 20212- September
2022, didapatkan total kasus DBD sebanyak 450 kasus, sedangkan pada Keluarahan Kali
Baru di periode bulan yang sama terdapat 115 kasus.
Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama yang
dilakukan untuk pemberantasan DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk
membasmi virusnya belum tersedia (Depkes RI, 2005). Pemberantasan nyamuk atau
pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh vektor dengan
meminimalkan habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur
vektor, mengurangi kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai penularan
penyakit (Ditjen PP dan PL, 2011).
Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan memutus rantai
penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaannya di masyarakat dilakukan melalui
upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dalam
bentuk kegiatan 3 M plus. Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur
dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Kemenkes, 2013).
Kelangsungan hidup nyamuk Aedes sebagai vektor penyebab DBD dapat dipengaruhi oleh
perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan, suhu,
kelembapan, arah udara sehingga berdampak terhadap ekosistem daratan dan lautan serta
berpengaruh terhadap perkembangbiakan vektor penyakit terutama nyamuk Aedes. Curah
hujan merupakan faktor penentu tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk. Kepadatan
penduduk di Indonesiasetiap tahunnya mengalami peningkatan. (Hidayat, 2017)
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 92 tahun 1994 mengatur tentang pengendalian DBD
yang dititikberatkan pada upaya pencegahan dengan gerakan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN). Pada tahun 2015 diluncurkanlah Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J)
dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk menurunkan angka
penderita dan angka kematian akibat DBD melalui pembudayaan kegiatan PSN 3M Plus.
(Kemenkes, 2016)
Pengendalian vektor tersebut dapat dilakukan dengan adanya program Juru pemantau
jentik atau Jumantik yaitu adalah orang yang melakukan pemeriksaan, pemantauan dan
pemberantasan jentik nyamuk khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Adalah
peran serta dan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga dalam
pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk untuk pengendalian penyakit
tular vektor khususnya DBD melalui pembudayaan PSN 3M PLUS.
Dimana kegiatan jumantik dibagi menjadi jumantik rumah dan jumantik lingkungan.
Jumantik yang sudah ditugaskan biasanya pergi ke rumah-rumah warga untuk melihat ada
nya jentik nyamuk di rumah tersebut, kemudian jumantik rumah juga dapat berupa kepala
keluarga / anggota keluarga / penghuni dalam satu rumah yang disepakati untuk
melaksanakan kegiatan pemantauan jentik di rumahnya. Sementara jumantik lingkungan
bertugas untuk melihat kondisi tempat – tempat umum (TTU) seperti pasar, terminal,
pelabuhan, bandara, stasiun, tempat ibadah, tempat pemakaman, tempat wisata atau tempat
– tempat institusi (TTI) seperti perkantoran, sekolah, rumah sakit guna memantau jentik
nyamuk yang dapat ditemukan pada tempat-tempat yang memiliki genangan air pada
lokasi-lokasi yang sudah ditentukan.
Setiap kegiatan jumantik akan ada satu atau lebih jumantik/kader yang ditunjuk oleh ketua
RT untuk melakukan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan jumantik rumah dan
jumantik lingkungan (crosscheck) dimana kader-kader jumantik diketuai oleh supervisor
jumantik yaitu adalah satu atau lebih anggota dari Pokja DBD atau orang yang ditunjuk
oleh Ketua RW/Kepala Desa/Lurah untuk melakukan pengolahan data dan pemantauan
pelaksanaan jumantik di lingkungan RT.
Pembentukan Kader Jumantik dalam kegiatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang berasal
dari masyarakat terdiri dari Jumantik Rumah/Lingkungan, Koordinator Jumantik dan
Supervisor Jumantik. Pembentukan dan pengawasan kinerja menjadi tanggung jawab
sepenuhnya oleh pemerintah Kabupaten/Kota. Adapun susunan organisasinya adalah
sebagai berikut:
Pada puskesmas kalibaru sendiri ABJ sudah melebihi capaian 95%, namun laporan
jumantik yang diserahkan pada puskesmas setiap bulan nya tidak menggambarkan kondisi
lapangan secara utuh, masih banyak tempat-tempat ataupun titik yang tidak terawasi
dengan baik, menyebabkan kerancuan pada hasil perhitungan ABJ yang didapatkan, masih
belum tepatnya pencatatan dan kosongnya checklist laporan pemantauan dari jumantik
menjadi alasannya dibuatnya laporan mini project ini
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah kader jumantik memiliki pengetahuan dan persepsi yang cukup tentang program
angka bebas jenitk?
2. Apakah borang checklist pemantauan kunjungan kader jumantik masih tidak terisi
dengan baik?
3. Apakah koordinator jumantik mendapatkan pelaporan rutin mingguan dari kader
jumantik?
4. Apakah supervisor jumantik (pemegang program di puskesmas) mendapatkan pelaporan
rutin bulanan dari kader jumantik?
1.3 Tujuan Penelitian
DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
meninggal dunia pada tahun 2014. Nilai Incidens Rate (IR) di Indonesia
tahun 2015 sebesar 50,75% dan Case Fatality Rate (CFR) 0,83%.
2013).
2004).
2.1.4 Tanda-tanda Penyakit DBD
Masa inkubasi virus ini berkisar antara 8-10 hari sejak seseorang
2010).
ruam kulit muka, dada, lengan, atau kaki dan nyeri ulu hati.
berlanjut, terjadi renjatan lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tak
2010).
jelas bisa dilihat dengan mata telanjang. Pada Ae. aegypti terdapat
(pecten teeth), dan sikat ventral yang terdiri atas empat pasang
rambut pada Ae. albopictus dan lima pasang pada Ae. Aegypti
masih mampu bertahan hidup antara 3 bulan sampai satu tahun bila
yang cocok pada musim hujan untuk menetas. Telur itu akan
telur, larva dan pupa hidup di dalam air walaupun kondisi air
pada waktu hujan terisi air. Tipe-tipe kontainer baik yang kecil
dikatakan bahwa jika ada manusia maka disitu ada nyamuk. Pada
2 hari, dari larva menjadi pupa membutuhkan waktu 6-8 hari dan
sampai menjadi nyamuk dewasa selama 2 hari (Rozilawati dan
Zairi, 2007). Tahapan dalam siklus hidup nyamuk Aedes dari telur,
1. Telur
3. Kepompong
demam mendadak 2-7 hari, tampak lemah dan lesu, tampak bintik-bintik
mungkin terjadi muntah darah atau buang air besar (BAB) berdarah dan
1) Penyuluhan perorangan
2) Penyuluhan kelompok
F. Pemberantasan vektor
bisa dikuras
3) Fogging fokus
diantaranya yaitu :
segera mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah
dapat dinilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan
Angka bebas jentik diperoleh dari perhitungan jumlah rumah yang bebas
1. Jumantik Rumah
2. Jumantik Lingkungan
3. Koordinator Jumantik
4. Supervisor Jumantik
2. 4 Pemantauan Jentik
2.4.1 Persiapan
1. Pengurus RT melakukan pemetaan dan pengumpulan data penduduk, data
rumah/ bangunan pemukiman dan tempat-tempat umum lainnya seperti
sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana olahraga, perkantoran, masjid/
mushola, gereja, pasar, terminal dan lain-lain.
2. Pengurus RT mengadakan pertemuan tingkat RT dihadiri oleh warga
setempat, tokoh masyarakat (Toma), tokoh agama (Toga), dan kelompok
potensial lainnya. Pada pertemuan tersebut disampaikan tentang perlunya
setiap rumah melakukan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus secara rutin
seminggu sekali dan mensosialisasikan tentang pentingnya Gerakan 1
Rumah 1 Jumantik dengan membentuk Jumantik rumah/lingkungan.
3. Pengurus RT membentuk koordinator jumantik dan jumantik lingkungan
berdasarkan musyawarah warga.
4. Para koordinator jumantik menyusun rencana kunjungan rumah.
Tatacara dalam melakukan kegiatan pemantauan jentik di rumah, TTU dan TTI
adalah sebagai berikut:
Metode yang dapat digunakan untuk melakukan survey vektor DBD antara lain
dengan cara survei telur, survey jentik, dan survei nyamuk serta survei/uji
kerentanan nyamuk. Survey yang paling sering dan efektif dilakukan adalah
survey jentik/larva. Survey jentik atau larva dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap semua media perairan yang potensial sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes, baik di dalam maupun di luar rumah. Setiap
media perairan potensial dilakukan pengamatan jentik selama 3-5 menit
menggunakan senter. Hasil survei jentik Aedes dicatat dan dilakukan analisis
perhitungan angka bebas jentik (ABJ), container index (CI), house index (HI), dan
breteau index (BI).
RTJ
ABJ = X
100%
RD
RJ
HI =
X 100%
RD
CJ
CI =
X 100%
CD
Keterangan:
ABJ = Angka bebas jentik
HI = House index
CI = Container index
BI = Bretau index
RJ = Jumlah rumah/bangunan ditemukan jentik
RTJ = Jumlah rumah/bangunan tidak ditemukan jentik
RD = Jumlah rumah yang diperiksa
CJ = Jumlah container ditemukan jentik
CD = Jumlah container diperiksa
Keterangan:
PROFIL PUSKESMAS
BATAS WILAYAH
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Jl. Cilincing Raya (Kel. Lagoa, Kel. Semper Barat,Kel.
Semper Timur dan Kelurahan Cilincing) dan Kali Bangleo Kelurahan Cilincing
Sebelah Timur : Jl.Baru, Jl.Rekreasi, Kel.Cilincing
Sebelah Barat : Jembatan Kali kresek, Kel.koja , Kec. Koja
ORBITASI
● 3 km ke kantor Camat Cilincing
● 5 km ke kantor Walikota Jakarta Utara
● 15 km ke Balai Kota DKI Jakarta
DEMOGRAFI PENDUDUK
Jumlah Penduduk : 83.655 jiwa
Kepala Keluarga (KK) WNI : 36.808 KK
Laki-Laki : 42.823
Wanita : 40.832
Kepadatan penduduk : 12.000 jiwa/km2
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.
Penerapan
Evaluasi hasil pelaporan
Gambar 3.2. Gantt Chart
Tabel 3.2 Data Jumlah Kasus Baru DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kalibaru
Data di atas merupakan data persebaran 115 kasus DBD di Puskesmas Kalibaru,
sedangkan 9 data lainnya tidak diketahui asal RW
Gambar 3.3. Grafik angka DBD Bulan Januari-Septemer 2022 di Wilayah Kerja PKL Kalibaru
Tabel 3.3 Grafik ABJ Per Bulan Wilayah Kerja Puskesmas Kalibaru
c. Perilaku
- Masyarakat kadang tidak bersedia melakukan pemeriksaan DBD di awal
gejala
4. Lingkungan
a. Fisik : Mayoritas rumah pasien padat penduduk, ventilasi buruk, tidak
mendapatkan cahaya matahari sehingga lingkungan tergolong lembab
b. Biologis : nyamuk Ae. aegypti
c. Sosial-ekonomi-budaya : Mayoritas pasien dan keluarga pasien berstatus
ekonomi menengah ke bawah.
Faktor Genetik
Tidak terdapat faktor genetik
Lingkungan
Fisik : Mayoritas rumah pasien padat penduduk, Medical Service
ventilasi buruk, tidak mendapatkan cahaya matahari Sulit nya mengetaui lokasi pasien tertular DBD
sehingga lingkungan tergolong lembab Hanya ada satu petugas penanggung jawab
Biologis : nyamuk Ae. aegypti Tingginya angka DBD pemantauan DBD
Sosial-ekonomi-budaya : Mayoritas pasien dan Puskesmas Kali Baru Terlalu banyak cakupan rumah yang harus
keluarga pasien berstatus ekonomi menengah ke diperiksa oleh petugas
bawah.
Pengetahuan
masyarakat belum mengetahui definisi, penyebab, gejala, awal penyakit DBD
masyarakat belum memahami cara penularan DBD.
Masyarakat belum memahami cara membedakan DBD dengan demam biasa
Masyarakat belum memahami tentang pemeriksaan awal DBD
Kader Jumantik tidak memiliki persepsi dan tingkat pengetahuan yang sama mengenai DBD dan ABJ
Tidak adanya seleksi atau pemaparan rutin mengenai DBD serta ABJ untuk standarisasi penetahuan dan pemahaman kader
Sikap (Afektif)
- Masyarakat beranggapan tidak akan tertular penyakit jika tinggal dalam satu rumah.
- Tidak semua pelaksanaan pemantauan jentik nyamuk ke rumah-rumah dapat dipantau secara langsung oleh petugas puskesmas
Perilaku
Masyarakat kadang tidak bersedia melakukan pemeriksaan DBD di awal gejala
3.11 Penentuan Prioritas Masalah
Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan Paradigma BLUM, dilakukan
penentuan prioritas masalah dengan cara non-scoring (Delphi). Diskusi
dilaksanakan dengan wawancara berbagai pihak di Puskesmas Kelurahan
Kalibaru:
1. Kepala Puskesmas Kelurahan Kalibaru
2. Dokter umum dan dokter pembimbing di Puskesmas Kelurahan Kalibaru
3. Koordinator DBD di Puskesmas Kelurahan Kalibaru
Berdasarkan hasil diskusi, faktor dari paradigma Blum yang disepakati menjadi
prioritas masalah adalah faktor lifestyle. Faktor lifestyle dipilih karena kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai DBD baik dari segi definisi, faktor risiko,
tanda gejala, pengobatan dan pencegahan, serta komplikasinya. Intervensi
dilakukan pada aspek pengetahuan kader jumantik mengenai DBD dan ABJ. Hasil
intervensi terhadap aspek ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kader
jumantik mengenai DBD dan ABJ sehingga dapat merubah sikap dan perilaku
masyarakat sebagai jumantik perorangan dan pada akhirnya dapat menurunkan
angka kejadian DBD di Puskesmas Kelurahan Kalibaru
Gambar 5. Diagram Fish Bone
3.12 Identifikasi Akar Penyebab Masalah
Intervensi :
1. Penyuluhan dan evaluasi pengetahuan mengenai dengue dan
pencegahannya pada koordinator dan kader jumantik serta pelatihan
pengisian form pada kader jumantik
2. Kader jumantik/RT/warga saling mengingatkan untuk melaporkan hasil
PSN mandiri tiap minggu melalui wa group
3. Pembuatan kartu kendali kegiatan kader jumantik dalam pengisian form
pelaporan ABJ
b. Kegiatan :
- Pre test koordinator dan kader mengenai DBD, ABJ dan PSN
- Penyuluhan tentang penyakit DBD, ABJ dan PSN
- Post test koordinator dan kader mengenai DBD, ABJ dan PSN
- Sesi tanya jawab
c. Waktu pelaksanaan: Jumat, 19 Agustus 2022 pukul 12.30 – 14.30
d. Sasaran : Koordinator dan kader jumantik di walayah kerja Puskesmas
Kali Baru berjumlah 28 orang
e. Tempat : Puskesmas Kelurahan Kalibaru
f. Tujuan : Evaluasi dan Refreshing pengetahuan kader mengenai DBD, ABJ dan PSN
4.2 Log Frame Goals
Tabel 4. 1. Log Frame Goals Penyuluhan DBD, ABJ dan PSN pada Kader Jumantik di Puskesmas Kelurahan Kalibaru
Output
Kegiatan/
Masukan Pendek Menengah Panjang
Intervensi
(2 minggu) (6 bulan) (5 tahun)
Man ●Penyuluhan tentang penyakit Meningkatnya Meningkatkan kualitas Meningkatnya
●1 dokter internship DBD, ABJ dan PSN pemahaman kader dan kelengkapan persentase ABJ,
●1 supervisor ●Melakukan pretest jumantik pelopran ABJ bulanan menurunkan angka
(pemegang program) ●melakukan postest kesakitan DBD
ABJ di puskesmas
Money
Rp 400.000
Material
Pulpen, Kartu Cerdik
(catatan kader
jumantik), kertas
pretest dan postest,
Konsumsi, voucher
penghargaan, dan ppt
materi penyuluhan
Methods
Penyuluhan
Tabel 4. 2. Log Frame Goals Pembuatan Grup Kader Jumantik Tiap RW
Output
Kegiatan/
Masukan Pendek Menengah Panjang
Intervensi
(2 minggu) (6 bulan) (5 tahun)
Man Memberikan materi mingguan Meningkatkan Meningkatkan ketelitian Meningkatnya
●1 dokter internship mengenai ABJ dan DBD agar kedisiplinan kader kerja dalam pemeriksaan persentase ABJ,
Money grup aktif jumantik ABJ menurunkan angka
- Mempersilahkan sesi diskusi kesakitan DBD
Material dan tanya jawab dalam grup Dapat saling
Grup whats app wa mengingatkan dalam
Methods Memantau. Kegiatan para pemeriksaan jumantik
Sharing gruop kader jumantik
Tabel 4. 3. Log Frame Goals Pembuatan Kartu Kendali ”Cerdik”
Output
Kegiatan/
Masukan Pendek Menengah Panjang
Intervensi
(2 minggu) (6 bulan) (5 tahun)
Man Memberikan kartu kendali Meningkatkan Membiasakan kader Pesentase ABJ menjadi
●1 dokter internship untuk memudahkan kelengkapam pelaporan jumantik untuk lebih akurat,
Money koordinator dan supervisor kader jumantik melakukan PSN secara menurunkan angka
Rp. 60.000 memantau kegiatan kader lebih cermat dan teliti kesakitan DBD
Material jumantik
Kertas Memudahkan pencatatan
Methods koordinator jumantik
Pencatatan dalam pelaporan
Memudahkan pembacaan
hasil tiap kader jumantik
BAB V
PERENCANAAN INTERVENSI DAN MONITORING EVALUAS
Setelah dilakukan pembentukan grup juga kader diminta untuk mengirimkan foto
kegiatan PSN di rumah warga sehingga supervisor juga mampu menilai
kelengkapan dan cara kerja kader jumantik
Dari 167 nama kader juamntik yang terdata, dilaporkan ada 14 kader yang
pengisian checklist mingguan nya belum lengkap, artinya 91 % kader jumantik
sudah lengkap mengisi check list
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Tingginya angka kejadian DBD di Puskesmas Kelurahan Kalibaru dimana
menduduki peringkat ke-3 di seluruh wilayah kerja Cilincing dengan total 115
kasus tahun 2022
Intervensi yang dapat dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit
besar dalam menunjang tujuan jangka menengah dan jangka panjang terbagi
dalam 3 intervensi :
Penyuluhan dan evaluasi pengetahuan mengenai dengue dan
pencegahannya pada koordinator dan kader jumantik serta pelatihan
pengisian form pada kader jumantik
Kader jumantik saling mengingatkan untuk melaporkan hasil PSN mandiri
tiap minggu melalui wa group
Pembuatan kartu kendali kegiatan kader jumantik dalam pengisian form
pelaporan ABJyang juga menilai kedisiplinan kehadiran jumantik
6.2 Saran
Saran evaluasi program pemberantasan penyakit demam berdarah dengue di
Puskesmas Kali Baru adalah sebagai berikut:
1. Melakukan kontrol rutin oleh nakes terhadap kinerja para kader dalam
melaksanakan program pemberantasan penyakit DBD.
2. Melakukan pelatihan secara rutin terhadap kader untuk meningkatkan
kemampuan para kader sehingga bekerja secara optimal dan konsisten
wilayah kerja Puskesmas Kalibaru
3. Memberdayakan tokoh masyarakat untuk aktif berperan dalam program
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.
4. Melakukan pendekatan lebih pada koordinator jumantik melalui
supervisor jumantik (pemegang program) agar para kader lebih disiplin
dalam pelaporan kartu cerdik
DAFTAR PUSTAKA
Adifian, Ishak H., dan Ane R.L. 2013. Kemampuan adaptasi nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus dalam berkembang biak berdasarkan jenis air.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Makassar: UNHAS.
Kemenkes RI. Kirana K. 2016. Analisis faktor lingkungan pada kejadian demam
berdarah dengue di kecamatan Genuk. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Kusuma AP. 2015. Analisis spasial kejadian demam berdarah dengue berdasarkan
kepadatan penduduk dan angka bebas jentik di wilayah kerja puskesmas
Kedungmundu Tahun 2015. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Rahayu, DF. dan Ustiawan, A. 2013. Identifikasi Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Balaba Vol. 9(No. 01): 7–10.
Rozilawati, H., Zairi, J. dan Adanan C.R. 2007. Seasonal abundance of Aedes
albopictus in selected urban and sub urban in Penang, Malaysia. Malaysia
Tropical Biomedicine, 24(1): 83–94.
Suparta, I.W. 2008. Pengendalian terpadu vektor Virus Demam Berdarah Dengue,
Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae).
Denpasar : Universitas Udayana.
LAMPIRAN