Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue melalui nyamuk Aedes aegypti yang banyak ditemukan di daerah
tropis dan sub-tropis. Dengan insidens yang terus meningkat dan penyebarannya yang
semakin luas, DBD menjadi suatu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.1
Insiden DBD terus meningkat di dunia terutama akhir-akhir dekade ini. Lebih
dari 2,5 miliar penduduk dunia memiliki risiko terinfeksi DB. WHO memperkirakan
kurang lebih terdapat 50-100 juta infeksi DB tiap tahunnya. Data dari Amerika, Asia
Tenggara, dan Pasifik barat telah melebihi 1,2 juta kasus DB pada tahun 2008 dan terus
meningkat menjadi 2,2 juta kasus pada tahun 2010.2
Terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DBD masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Data
kasus di Indonesia sendiri walaupun mengalami penurunan jumlah pada tahun 2011 yaitu
58.065 kasus, namun pada tahun 2012 kembali meningkat lagi menjadi 74.062 kasus.
Dari jumlah tersebut, angka kematiannya mencapai 646 kasus dalam satu tahun. Jumlah
ini terus bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.3
Berdasarkan Hasil Pengamatan Surveilans Penyakit Potensial KLB Berbasis
Rumah Sakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dilaporkan sebanyak 11.729 kasus
DBD terjadi di DKI Jakarta dengan Incidence Rate (IR) sebesar 133,6 per 100.000
penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,1% sampai bulan Juli 2010. Jakarta
Utara memiliki IR terbesar se-DKI Jakarta yaitu 180,6 dan CFR sebesar 0,1%. Pada
kecamatan Koja dilaporkan IR sebesar 93 per 100.000 penduduk dengan CFR sebesar
0% pada periode 2013.2,4
Tingginya kasus DBD memberi dampak yang cukup besar untuk produktivitas
masyarakat dan tingginya anggaran kesehatan yang dibutuhkan untuk penanggulangan
penyakit DBD. Untuk mengatasi masalah tersebut maka Departemen Kesehatan
mencanangkan Program Penanggulangan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
(P2DBD). Tujuan program ini untuk menurunkan angka kesakitan, menurunkan angka
kematian, dan mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB).5

Upaya-upaya yang dilakukan oleh puskesmas dalam pencegahan penyakit DBD


diantaranya adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M,
penyelidikan epidemiologi, pengamatan vektor dengan pemeriksaan jentik berkala (PJB)
oleh jumantik, pemberantasan kasus dengan fogging fokus dan lavarsidasi selektif,
pemberantasan KLB, dan peningkatan kualitas petugas melalui pelatihan dan
penyuluhan. Saat ini, program P2DBD tidak hanya menjadi tanggung jawab puskesmas
semata. Kerja sama lintas sektoral telah terjadi antara puskesmas dan kelurahan, dimana
kelurahan bertanggung jawab terutama terhadap kegiatan PJB yang dilakukan setiap
minggu. Pendanaan juga sudah dianggarkan sebagian besar pada kelurahan. Puskesmas
bertanggung jawab atas kegiatan lain serta melakukan pengawasan terhadap kegiatan
yang dilakukan kelurahan.5,6,7

Bagan Kasus DBD


Laporan Kasus DBD (dari Internet / Masyarakat)

1-3 x 24jam

Penyelidikan Epidemiologis

PE (+)

PE (-)

Non-DBD

Fogging
Fokus
Penyuluhan,
larvadisasi,
PSN

Hasil PE dilaporkan ke Dinas


(Berjenjang)

Tidak
Ditemuk
an

Indikator-indikator P2DBD tahun 2014 adalah Angka Bebas Jentik (ABJ) > 95%,
kasus DBD yang ditindak lanjuti sesuai standard 80%, dan indikator dampak meliputi
penurunan angka kesakitan menjadi < 51/100.000 penduduk dan angka kematian 1 %.
Dengan adanya fakta kasus DBD yang masih cukup tinggi di Indonesia,
khususnya Jakarta, terlihat bahwa program DBD masih harus terus dikerjakan dengan
lebih baik lagi. Program ini perlu dievaluasi terus-menerus dalam rangka menurunkan
jumlah kasus DBD yang terjadi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan dan pencapaian kinerja program penanggulangan
penyakit demam berdarah dengue sesuai dengan P2DBD di wilayah Kecamatan
Koja.

1.2.2 Tujuan Khusus


i. Mengetahui angka kasus demam berdarah dengue pada semua penderita yang
dilayani puskesmas di kecamatan Koja.
ii. Mengetahui angka kematian akibat demam berdarah dengue pada cakupan
wilayah kecamatan Koja.
iii. Mengetahui angka penyelidikan epidemiologi pada semua penderita yang
dilayani di beberapa puskesmas wilayah Kecamatan Koja.
iv. Menilai masukan, proses, keluaran dan dampak, umpan balik dan faktor
lingkungan dari program P2DBD untuk mengetahui adanya kendala atau
masalah dalam pelaksanaan program tersebut pada beberapa puskesmas di
wilayah Kecamatan Koja.

BAB II
KERANGKA EVALUASI
2.1 Kerangka Teori

4)
LINGKUNGAN

1)
MASUKAN

2) PROSES

3)
KELUARAN

6) DAMPAK

5) UMPAN
BALIK

Keterangan :
1. Masukan
a. Sumber Daya Manusia

Tenaga Dokter
o Sebagai pengawas, dan penanggung jawab seluruh kegiatan.
o Melakukan kegiatan pelayanan kesehatan.
o Melakukan kegiatan deteksi dini penyakit dan pengobatan.
o Membuat laporan kegiatan.
Perawat
o Membantu dokter umum dalam melakukan kegiatan pelayanan
kesehatan.
o Membantu dokter umum untuk melakukan penyuluhan pengendalian

penyakit DBD.
Petugas P2P DBD (PM)
o Manajemen penanggulangan penyakit DBD meliputi: pencatatan kasus
DBD, koordinasi kegiatan penyelidikan epidemiologi dan fogging.

Sarjana Kesehatan Masyarakat


o Melakukan pencatatan dan pelaporan penanggulangan penyakit DBD.

Petugas Lab

o Melakukan pemeriksaan laboratorium berkaitan dengan penyakit


DBD.

Petugas penyelidikan epidemiologi


o Melakukan penyelidikan epidemiologi kasus DBD pada kecamatan
Koja

Petugas fogging
o Bertugas melakukan fogging di wilayah kerja Puskesmas.

Jumantik
o Melakukan Pemeriksaan Jentik nyamuk setiap minggunya di setiap
rumah di wilayah masing-masing

b. Dana

BLUD
APBD

c. Sarana
Sarana pada masing-masing puskesmas
Medis
Inventaris:

Tensi meter anak dan dewasa masing-masing 1 buah

Stetoskop 1 buah

Senter diagnostik

Termometer

Alat-alat laboratorium (untuk pemeriksaan hemoglobin, trombosit dan


hematokrit )

Keterangan : alat-alat tersebut ada dan berfungsi baik


Habis pakai :

Obat-obatan antipiretik ( parasetamol , ibuprofen)


Cairan kristaloid dan koloid, infus set
Bahan untuk pemeriksaan lab Hb : Alkohol, HCl 0,1 N, Aquadest

Keterangan: sarana yang telah disebutkan diatas dalam keadaan baik , stok
ada dan tidak pernah kosong.
Non Medis
Inventaris:

Buku panduan tata laksana kasus menurut WHO

Senter

PSN Kit

Sendok takar

Alat komunikasi minimal 1 buah faksimili dan telepon

Alat bantu penyuluhan (leaflet, poster)

Kamar periksa (meja, kursi, tempat tidur, bantal, tirai pembatas)

Lemari tempat peralatan

Tempat cuci tangan, sabun, kain lap, dan air keran

Alat fogging

Alat transportasi

Keterangan: Alat-alat tersebut tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan


berfungsi baik.
Habis dipakai :

Bubuk abate

Resep

Status

Alat administrasi (pencatatan)

Formulir pencatatan pasien (LB 01)

Formulir pemeriksaan jentik

Formulir penyelidikan epidemiologi

Formulir K-DBD sebagai laporan bulanan

Formulir W2 sebagai laporan mingguan

Formulir W1 bila terjadi KLB

Formulir pelaporan kasus DBD ke Dinkes (KD/RS-DBD)

Insektisida, solar dan bensin

Keterangan : barang-barang habis pakai tersebut dalam kondisi baik, stok ada
dan tidak pernah kosong
d. Metode
Medis

Diagnosis

Penatalaksanaan kasus DBD


Non medis
Penyelidikan Epidemiologi

Pemberantasan dan pengendalian vector


Pelaksanaan fogging fokus
PSN
Penyuluhan DBD
Pelatihan dan pemilihan Jumantik
Pembinaan Peran Serta Masyarakat
pencatatan dan pelaporan.

2. Proses
Perencanaan meliputi rencana penemuan dan penatalaksanaan kasus, rencana
pelaporan dan pencatatan kasus DBD, rencana PE, rencana fogging focus, metode
PSN dan PJB, metode penyuluhan DBD.
Pengorganisasian meliputi struktur organisasi puskesmas dan pembagian tugas
antar petugas
Pelaksanaan meliputi

pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi, pelaksanaan

fogging focus, pelaksanaan pengendalian vektor, PSN, PJB, pelaksanaan


penyuluhan DBD, pelaksanaan pelatihan dan pemilihan Jumantik.
Pencatatan dan Pelaporan meliputi ketersediaan dan penggunaan formulir K
DBD, formulir W1, W2, formulir PE, formulir PJB 1b
Pengawasan meliputi supervisi program oleh puskesmas kecamatan.
3. Keluaran
a. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), meliputi :
-

Angka Bebas Jentik (ABJ)


House Index (HI)
Container Index (CI)

b. Penyuluhan Kesehatan
Presentase kehadiran penyuluhan kelompok saat PE
Presentase kehadiran penyuluhan kader dan tokoh mastarakat
c. Penyelidikan Epidemiologi
Cakupan kasus yang diikuti dengan PE
d. Fogging
Cakupan PE + yang ditindak lanjuti dengan fogging
e. Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Jumlah rumah yang didatangi, saat kegiatan PSN 3M
4. Lingkungan
a. Fisik

Meliputi lokasi Puskesmas di Kecamatan Koja, akses transportasi, serta


ketersediaan sarana kesehatan pemerintah dan swasta di wilayah kerja Kecamatan
Koja.
b. Non Fisik
Meliputi Tingkat pendidikan, sosial ekonomi, Agama, dan adat istiadat.

5. Umpan Balik
Umpan balik meliputi rapat kerja rutin untuk membahas pelaksanaan program P2
DBD dan evaluasi P2 DBD dari puskesmas Kecamatan.
6. Dampak
Penurunan angka morbiditas dan mortalitas karena penyakit demam berdarah
dengue serta tidak adanya Kejadian Luar Biasa DBD.
2.2 Kerangka Pikir
1.

Evaluasi program P2DBD dilakukan dengan cara mencari data-data primer dan
sekunder mengenai indikator kegiatan program P2DBD yang dilaksanakan di
puskesmas, kemudian dibandingkan dengan standar target Departemen Kesehatan
digunakan untuk mendapatkan masalah. Indikator keluaran yang dicari :
- Angka kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koja periode Januari
2014 sampai April 2014
- Angka kematian akibat DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koja
periode Januari 2014 sampai April 2014
- Jumlah kasus DBD yang telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologis (PE) dan
pengasapan (fogging) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koja periode
Januari 2014 sampai April 2014
- Angka Bebas Jentik (ABJ), House index (HI), Container Index (CI) dari hasil
PSN di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koja periode Januari 2014 sampai

2.

April 2014
Mencari data-data primer dan sekunder mengenai proses yang dilaksanakan di
wilayah Puskesmas Kecamatan Koja periode Januari 2014 sampai April 2014 dan
kemudian dibandingkan dengan standar target untuk mendapatkan penyebab
masalah. Data proses yang dicari :
- Proses pelaksanaan penemuan dan penatalaksanaan penderita DBD, PE,
pemberantasan dan pengendalian vektor DBD, penyuluhan, pelatihan tenaga
kesehatan, serta pencatatan dan pelaporan.

3.

- Pengawasan terhadap kelangsungan program P2DBD.


Mencari data-data primer dan sekunder mengenai masukan yang terdapat di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Koja periode Januari 2014 sampai April dan kemudian
dibandingkan dengan standar target untuk mendapatkan penyebab masalah. Data
masukan yang dicari :
- Jumlah kader Jumantik dan koordinator P2DBD Kecamatan Koja
- Data SDM, sarana medis dan non medis, dan metode yang menunjang diagnosis

4.

DBD, PE, dan pemberantasan serta pengendalian vektor DBD.


Mencari data-data primer dan sekunder mengenai umpan balik yang berkaitan
dengan P2DBD yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koja periode
Januari 2014 sampai April dan kemudian dibandingkan dengan standar target untuk
mendapatkan penyebab masalah. Data umpan balik yang dicari adalah data evaluasi

5.

puskesmas dan data evaluasi lintas sektoral yang diadakan rutin.


Mencari data-data primer dan sekunder mengenai lingkungan berkaitan dengan
P2DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koja periode Januari 2014 sampai
April 2014 dan kemudian dibandingkan dengan standar target untuk mendapatkan
penyebab masalah. Data mengenai lingkungan yang dicari adalah data kepadatan

6.
7.

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koja.


Mengurutkan prioritas masalah dengan menggunakan sistem skoring.
Menyimpulkan penyebab masalah utama yang mengakibatkan tidak terpenuhinya

8.

target keluaran/dampak dari segi kinerja puskesmas.


Memberikan saran penyelesaian masalah P2DBD yang mampu laksana sesuai
potensi Puskesmas Kecamatan Koja.

2.3 Definisi Operasional


a. Angka Bebas Jentik (ABJ)
ABJ adalah presentase jumlah rumah dan atau tempat umum yang tidak ditemukan
jentik dibandingkan dengan jumlah total rumah dan atau tempat umum yang
diperiksa pada pemeriksaan jentik
b. House Index (HI)
HI adalah presentase jumlah rumah dan atau tempat umum yang positif ditemukan
jentik pada pemeriksaan jentik dibandingkan dengan jumlah total rumah dan atau
tempat umum yang diperiksa
c. Container Index (CI)
CI adalah presentase jumlah kontainer yang positif ditemukan jentik pada
pemeriksaan jentik dibandingkan dengan jumlah total container yang diperiksa

d. Penyelidikan Epidemiologi (PE)


PE adalah Kegiatan pencarian penderita DBD dan atau tersangka penderita DBD
dan pemeriksaan jentik nyamuk menular DBD di tempat tinggal penderita, rumah
dan atau bangunan sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurangkurangnya 100 m.
Hasil PE terdiri dari 2 yaitu:

Hasil PE dinyatakan Positif bila ditemukan 1 (satu) atau lebih penderita


DBD lainnya dan atau 3 (tiga) atau lebih penderita panas tanpa diketahui
penyebabnya dan ditemukan jentik 5%.

Hasil PE dinyatakan Negatif bila tidak ditemukan 1 (satu) atau lebih


penderita DBD lainnya dan atau 3 (tiga) atau lebih penderita panas tanpa
diketahui penyebabnya dan tidak ditemukan jentik sampai 5%.

Hasil PE dinyatakan bukan DBD bila kasus yang dilaporkan ternyata bukan
DBD oleh Rumah Sakit/ dokter yang merawat.

Hasil PE dinyatakan tidak ditemukan bila penderita tidak ditemukan pada


alamat penderita yang dilaporkan

e. Fogging
Fogging adalah upaya pemberantasan nyamuk (bukan upaya pencegahan) yang
dilaksanakan apabila terdapat kasus PE (+) dalam waktu 3 x 24 jam.

BAB III
ANALISIS SITUASI
Pengumpulan data dalam laporan dilakukan di Puskesmas Kecamatan Koja. Data
yang dikumpulkan adalah data bulan Januari 2014 sampai bulan April 2014.
3.1 Data Umum
3.1.1

Data Geografis
Data Geografis wilayah Kecamatan Koja.
Alamat Puskesmas

Jl. Walang Permai 39 Tugu Selatan Koja, Jakarta Utara.


Luas Wilayah Kerja

Luas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koja yang diambil berdasarkan


kelurahan Rawa Badak Selatan, Rawa Badak Utara, Tugu Selatan, Tugu Utara,
Lagoa dan Koja.
Tabel 1. Luas wilayah kerja masing-masing puskesmas kelurahan tahun
2004
No

Kelurahan

Luas Wilayah (Ha)

Rawa Badak Selatan

101

Rawa Badak Utara

133

Tugu Selatan

268

Tugu Utara

332

Lagoa

157

Koja

327

Jumlah

1320

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta
Besar lingkungan kerja Puskesmas Kecamatan Koja adalah 1320 Ha, terdiri
dari 55.754 KK, 814 RT, dan 75 RW. Secara geografis, wilayah Kecamatan Koja
berada pada ketinggian 0-2 meter di atas pemukaan laut, iklim tropis, dan suhu
lingkungan berkisar 24-320C sebagai faktor risiko merebaknya demam berdarah
dengue. Sebagian daerah Kecamatan Koja merupakan daerah rawa dan sungai,

walaupun merupakan daerah dengan curah hujan relatif tinggi, yakni sekitar 2294
mm3/ tahun namun daerah ini tidak pernah dilanda banjir. Secara administratif, terdiri
dari 6 kelurahan, 76 RW, 831 RT, 60.431 KK, 225.526 jiwa dan luas area 13,20 km 2
dengan kepadatan penduduk sebesar 17.081 jiwa/km2.
Penduduk Kecamatan Koja banyak yang belum dapat menjangkau rumah sehat
dan layak dan secara langsung berisiko meningkatkan kejadian DBD. Sekitar 94%
penduduk Kecamatan Koja tinggal di bangunan rumah berlantai bukan tanah.
Jaringan listrik sebagai fasilitas penerangan di daerah ini sudah hampir merata.
Sebagian besar penduduk Koja memanfaatkan air kemasan dan air ledeng sebagai
sumber air minum dan telah dinikmati oleh hampir 99% penduduknya.
Akses transportasi menuju masing-masing puskesmas kelurahan di kecamatan
Koja cukup mudah dicapai, dapat dilalui mobil, motor, becak, dan transportasi umum
(angkutan kota). Lokasi puskesmas kecamatan maupun kelurahan juga cukup mudah
dicari sebab di ujung jalan menuju puskesmas terdapat penunjuk arah yang jelas
terlihat.
Tabel 2. Distribusi Jumlah Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kecamatan Koja
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

3.1.2

Fasilitas Kesehatan
Rumah Bersalin
Puskesmas
Balkesmas
Balai Pengobatan Umum
Balai Pengobatan Gigi
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Total
Sumber : BPS 2012

Jumlah
7
8
3
24
1
1
2
46

Data Demografi

Tabel 3. Jumlah Kepadatan Penduduk per Wilayah Kota Administrasi tahun 2012

Jumlah penduduk (KK) Luas (km2) Kepadatan/ ha

Wilayah
Jakarta Pusat
Jakarta Utara
Jakarta Barat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Kep. Seribu
TOTAL

351.069
48.13
539.339
146,66
695.945
129,54
657.302
141,27
894.475
188,03
6.886
8,70
3.145.016
662,33
Sumber: Bapenas 2012

194,29
102,38
130,60
129,85
138,78
25,37
129,95

Tabel 4. Data kependudukan wilayah Kecamatan Koja Desember 2012


Jumlah
No

Kelurahan

Jumlah

Jumlah

Kepadatan

RW

RT

Penduduk

48.059

72

477,36 jiwa/Ha

39.168
101.602
70.303

6
18
18

73
202
222

146,15 jiwa/Ha
302,03 jiwa/Ha
467,04 jiwa/Ha

14

119

332,24 jiwa/Ha

13

147

118,65 jiwa/Ha

Penduduk
(jiwa)

Rawabadak

2
3
4

Selatan
Tugu Selatan
Tugu Utara
Lagoa

Rawabadak Utara

Koja
Jumlah

44.315
38.893

342.340
76
835
260,66 jiwa/Ha
Sumber: BPS Kodya Jakarta Utara Kecamatan Koja 2012

Berdasarkan penelitian Aslim tahun 2000 dengan uji chi square, didapatkan
hubungan bermaksa antara kepadatan penduduk dengan tingkat kerawanan kasus,
makin padat suatu daerah maka angka kejadian DBD semakin tinggi. hubungan yang
bermakna antara kepadatan penduduk dengan. Makin padat suatu daerah, makin tinggi
kejadian DBD. Bila dibandingkan dengan seluruh wilayah Jakarta Utara, Kecamatan
Koja tergolong padat penduduk (tabel 4).

3.2 Data Khusus


Berikut ini adalah data data yang terkait program P2DBD di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Koja periode Januari 2014 April 2014.

3.2.1

Data Penderita DBD


Data jumlah kasus DBD kecamatan Koja yang meliputi Puskesmas Kelurahan
Koja, Kelurahan Lagoa, Kelurahan Rawa Badak Utara dan Selatan dan
Kelurahan Tugu Utara dan Selatan.

Tabel 5. Jumlah Suspek Kasus DBD dalam ruang lingkup Kecamatan Koja periode
Januari 2014 April 2014
No
Kelurahan
Jumlah kasus DBD
% Kasus DBD
1
Koja
14
6,6
2
Logoa
39
18,4
3
Rawa Badak
7
3,3
4
Rawa Badak Utara
12
5,6
5
Rawa Badak Selatan
39
18,4
6
Tugu Utara
79
37,4
7
Tugu Selatan
21
9,9
Jumlah
211
100%
Sumber : Data Pasien Dinkes Kecamatan Koja Periode Januari 2014 April 2014.

1.2

Data Kematian Kasus DBD


Tidak ditemukan kasus kematian akibat DBD di seluruh wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Koja sejak tahun 2014.

1.3

Data Hasil Penyelidikan Epidemiologi di Wilayah Kerja Puskesmas


Kecamatan Koja periode Januari - April 2014
Tabel 6. Jumlah Kasus dan Persentase DBD pada Setiap Kelurahan

Berdasarkan Hasil Penyelidikan Epidemiologi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan


Koja periode Januari - April 2014
No

Kelurahan

Hasil Penyelidikan

Jumlah kasus

Pelaksanaan Fogging

Koja

10

Epidemiologi (PE)
Positif (+)
Negatif (-)
4 14,3% 6
6,5%

Lagoa

23

7,1%

21

22,6%

9%

9%

Rawa Badak

3,6%

1%

4,5%

4,5%

Tugu Utara

46

13

46,4%

33

35,5%

Tugu Selatan
Rawa Badak

14

0%

14

15%

0%

0%

3,6%

4,3%

0%

0%

21

25%

14

15%

27,2%

27,2%

121
28 100% 93 100% 22 100%
Sumber: Puskesmas Kecamatan Koja Januari April 2014

22

100%

6
7

DBD

Utara
Rawa Badak
Selatan
JUMLAH

Siklus I
3 13,6%

Siklus II
3 13,6%

10 45,4% 10 45,4%

Incidence rate (untuk data Juni 2011 - Mei 2012)


Jumlah penderita DBD x 100.000 = 121 _ x 100.000 = 86 per 100.000 penduduk
Jumlah penduduk

141.463

CFR (Case Fatality Rate)


Jumlah penderita DBD yang meninggal x 100.000 = 0 x 100% = 0 %
Jumlah penderita DBD

121

Laporan kasus DBD yang ditindaklanjuti dengan PE


Jumlah kasus yang ditindaklanjuti dengan PE x 100% = 121
Jumlah penderita DBD

Kasus PE (+) yang ditindaklanjuti dengan fogging

121

x 100% = 100 %

Jumlah kasus PE (+) yang ditindaklanjuti dengan fogging

x 100% = 27 x 100% =

96,4%
Jumlah kasus PE (+)
1.4

28

Data Kader Jumantik per Kelurahan di Kecamatan Koja


Tabel 7. Jumlah Kader Jumantik dalam wilayah kerja Kecamatan Koja
No
1
2
3
4
5
6

Kelurahan
Jumlah Kader Jumantik
KEL. KOJA
146
KEL. LAGOA
222
KEL. RAWABADAK SELATAN
109
KEL. RAWABADAK UTARA
119
KEL. TUGU UTARA
214
KEL. TUGU SELATAN
95
Jumlah
905
Sumber : Laporan Tahunan Jumantik wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koja.
1.5

Data PSN pada Kelurahan-Kelurahan di Kecamatan Koja


Sumber: Laporan PSN bulanan wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koja.
Laporan PSN Bulan Januari 2014

Jumlah
Bangunan
Kelurahan
yang
diperiksa
Koja
19
Lagoa
6.370
Rawa
Badak

Hasil Jentik
Positif
Negatif

House Index (HI)


%

Angka Bebas Jentik


(ABJ) %

15,79
8,89

84,21
91,11

(+)
3
566

(-)
16
5.804

145

145

100,00

2.646

45

2.601

1,70

98,30

16

12

25,00

75,00

2.277

32

2.245

1,41

98,59

11.473

650

10.823

8,79

Selatan
Rawa
Badak
Utara
Tugu
Utara
Tugu
Selatan
Jumlah

94,33

Laporan PSN Bulan Februari 2014


Jumlah
Bangunan
Kelurahan
yang
diperiksa
Koja
88
Lagoa
5.439
Rawa
Badak

Hasil Jentik
Positif
Negatif

House Index (HI)


%

Angka Bebas Jentik


(ABJ) %

4,55
8,33

95,45
91,67

(+)
4
453

(-)
84
4.986

145

145

100,00

2.745

42

2.703

1,53

98,47

25

21

16,00

84,00

2.276

23

2.253

1,01

98,99

526

10.192

4,91

95,09

House Index (HI)


%

Angka Bebas Jentik


(ABJ) %

6,46
6,02

93,54
93,98

Selatan
Rawa
Badak
Utara
Tugu
Utara
Tugu
Selatan
Jumlah

10.718

Laporan PSN Bulan Maret 2014


Jumlah
Bangunan
Kelurahan
yang
diperiksa
Koja
2.911
Lagoa
6.495
Rawa
Badak

Hasil Jentik
Positif
Negatif
(+)
188
391

(-)
2.723
6.104

204

196

3,92

96,08

2.749

68

2.681

2,47

97,53

4916

349

4567

Selatan
Rawa
Badak
Utara
Tugu
Utara

7,10

92,90

Tugu

1.869

78

1.791

4,17

95,83

14.230

733

13.497

5,15

94,85

House Index (HI)


%

Angka Bebas Jentik


(ABJ) %

6,56
6,29

93,44
93,71

Selatan
Jumlah

Laporan PSN Bulan April 2014


Jumlah
Bangunan
Kelurahan
yang
diperiksa
Koja
2.270
Lagoa
6.251
Rawa

Hasil Jentik
Positif
Negatif
(+)
149
393

(-)
2.121
5.858

257

255

0,78

99,22

2.740

53

2.687

1,93

98,07

4246

304

3942

7,16

92,84

1.755

64

1.691

3,65

96,35

13.275

661

12.614

4,98

95,02

Badak
Selatan
Rawa
Badak
Utara
Tugu
Utara
Tugu
Selatan
Jumlah

Laporan Penyuluhan Masyarakat wilayah kerja Kecamatan Koja


Dalam Luar
Bulan
Gedung Gedung Total
Januari
31
210
241
Februari
493
384
877
Maret
101
222
323
April
131
215
346
1.3 Metode Pengumpulan Data
1. Periode

: 4 bulan yaitu bulan Januari 2014- April 2014

2. Sumber data

: Puskesmas Kecamatan Koja, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak

Selatan, Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Utara, Puskesmas Kelurahan Tugu

Selatan, Puskesmas Kelurahan Tugu Utara, Puskesmas Kelurahan Lagoa, dan


Puskesmas Kelurahan Koja.
3. Cara pengambilan data: wawancara, observasi dan mengambil arsip.
Jenis Data

Cara Pengambilan

Variabel

Data & Instrumen


Data Primer
Status pasien

Pencatatan

Diagnosa kasus DBD


Jumlah Kematian akibat DBD

Kepala Puskesmas yang

jadwal dan teknis

bersangkutan
Dokter umum di balai

pengobatan umum
Penanggung Jawab Program

pihak-pihak yang terlibat.


Penjelasan mengenai

Wawancara

Penjelasan mengenai
pelaksanaan PSN serta

Penanggulangan DBD di

cara pencatatan dan

puskesmas yang besangkutan

pelaporan hasil
pemeriksaan jentik

berkala.
Penjelasan mengenai
cara pengawasan
Puskesmas terhadap hasil

kerja kader dan jumantik.


Penjelasan mengenai
Penyelidikan

Epidemiologi.
Penjelasan mengenai
Fogging.

o
Formulir Laporan PSN bulanan
periode Januari 2014-April 2014

Pencatatan

Jumlah rumah yang


diperiksa jentik
Jumlah rumah yang
ditemukan jentik
Jumlah rumah yang tidak
ditemukan jentik

Observasi Lapangan

Pengamatan

Jumlah RW yang
melakukan kegiatan PSN
mingguan
Ketersediaan kader
jumantik yang ikut serta
dalam kegiatan PSN
Ketersediaan alat
Pencatatan dan pelaporan
hasil PSN
Lingkungan

Data Sekunder
Data Kependudukan Kelurahan Rawa

Pencatatan dari

Jumlah penduduk, RT, RW,

Badak Selatan, Rawa Badak Utara,

Puskesmas

kader jumantik masing-

Tugu Selatan, Tugu Utara, Lagoa, dan

Kecamatan dan

masing kelurahan

Koja

Puskesmas

Data Wilayah Kecamatan dan tiap

Kelurahan
Pencatatan dari

Luas Cakupan Wilayah

Kelurahan

Puskesmas

Kecamatan dan masing-

Kecamatan dan

masing kelurahan

Puskesmas
Laporan Penderita DBD selama bulan

Kelurahan
Pencatatan dari

Jumlah penderita DBD

Januari 2014 April 2014

Puskesmas

selama bulan Januari 2014

Kecamatan dan

April 2014

Puskesmas
Laporan Penyelidikan Epidemiologi

Kelurahan
Pencatatan dari

Jumlah kasus DBD yang

periode Januari 2014 April 2014

Puskesmas

diikuti dengan Penyelidikan

Kecamatan dan

Epidemiologi

Puskesmas
Laporan Pelaksanaan Fogging selama

Kelurahan
Pencatatan dari

Jumlah Penyelidikan

periode Januari 2014 April 2014

Puskesmas

Epidemiologi yang diikuti

Kecamatan dan

dengan pelaksanaan Fogging.

Puskesmas
Kelurahan

BAB IV
ANALISIS DATA

MASALAH

VARIABEL
Target

Koja

>95%

Lagoa

Rawabadak Rawabadak

Tugu

Tugu

selatan

Utara

Utara Selatan

91.7% 92.6%

98.8%

98.1%

99.6%

97.4%

96.4%

<5%

8.3%

7.4%

1.2%

1.9%

0.4%

2.6%

3.6%

<20%

1,62% 0,52%

0,55%

0,95%

2,71%

2,71%

1,51%

0%

0%

0%

0%

0%

PSN
1

AngkaBebasJentik
(ABJ)

2 House Index (HI)


3

Container Index
(CI)
Case Fatality
Rate

<1%

0%

0%

< 20
5 Incidence Rate

per

86

100.000
Penyelidikan Epidemiologi ( PE )
Laporan Kasus
DBD yang
ditindak lanjuti

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

dengan PE
Fogging
Kasus PE (+)
yang ditindak
lanjuti dengan
fogging

4.1 Perumusan Masalah


Masalah pada OUTPUT :

Tidak tercapainya Incidence Rate sebanyak < 20 kasus dalam 100.000 penduduk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sungkar S. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue: Sebuah Tantangan yang Harus


Dijawab. Maj Kedokt Indon 2007;57:6
2. [WHO/SEARO] World Health Organization Regional Office for South-East Asia.
Dengue situation update. 24 September 2012. New Delhi: WHO/SEARO;
(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/).
3. [Depkes] Departemen Kesehatan. Buletin jendela epidemiologi : topik utama demam
berdarah dengue. Jakarta: Depkes; 2010.
4. Survailans Epidemiologi. (http://surveilans-dinkesdki.net)
5. [Depkes] Departemen Kesehatan. Pedoman Supervisi Program Pengendalian Penyakit
Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Depkes; 2007.
6. Gede S., Retna S.F., Lutfan L. Evaluasi Pelaksanaan Fogging Dalam Penanggulangan
Demam Berdarah Dengue Di Kota Denpasar. Working Paper Series 2009; 9: 1-7.
7. Lee Ching Ng. Challenges in dengue surveillance and control. WPSAR 2011; 2(2): 13

Anda mungkin juga menyukai