I. PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus
akut yang disebabkan oleh virus dengue yang secara umum ditandai
demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan
trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai
kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura,
hipoalbuminemia). Serta dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti
nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola
mata.
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan
manifestasi DBD berat, ada yang hanya bermanifestasi demam ringan
yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama
sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik). Sebagian lagi akan menderita
demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan
mengakibatkan kematian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebarluasan DBD antara
lain perilaku masyarakat, perubahan iklim (climate change) global,
pertumbuhan ekonomi, ketersediaan air bersih.
Mengingat obat untuk membunuh Virus Dengue saat ini belum
ditemukan dan vaksin untuk mencegah penularan DBD masih dalam
tahap uji coba maka pada tahun 1969-1980 pemberantasan vektor
menggunakan insektisida dengan fogging, sejak tahun 1988 selain
figging juga dilakukan larvasida untuk membunuh jentik, tahun 1990
dilaksanakan upaya pemutusan rantai penularan secara terpadu
penanggulangan fokus yaitu penyuluhan 3M+, larvasida dan fogging
fokus.
Upaya pencegahan terhadap penularan DBD dilakukan dengan
pemutus mata rantai penularan DBD berupa pencegahan terhadap
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan yang optimal adalah
melakukan pemberantasan sarang nyamuk(PSN) dengan cara 3M+
selain itu juga dapat dilakukan dengan larvasida dan pengasapan
(fogging)
Penanggulangan fokus (fogging) adalah kegiatan pengasapan
menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa. Kegiatan
ini dilakukan bila penyelidikan epidemiologinya ditemukan positif jentik.
Visi
“UPTD Puskesmas Kawalu Menuju Kota Tasikmalaya yang Religius,
Maju dan Madani”
Misi
1. Mewujudkan tata nilai kehidupan masyarakat yang religius dan
berkearifan lokal.
2. Memantapkan infrastruktur dasar perkotaan guna mendorong
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan yang berwawasan
lingkungan.
3. Mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan daya beli
masyarakat.
4. Memenuhi kebutuhan pelayanan dasar masyarakat untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
5. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
TATA NILAI
Tata Nilai UPTD Puskesmas Kawalu dalam melaksanakan tugas
sehari-hari, tercermin dalam jati diri KAWALU ”SINGER”, yaitu:
S : SEHAT
I : INISIATIF
N : NYAMAN
G : GIAT
E : EFEKTIF
R : RESPONSIF
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terwujudnya individu dan masyarakat yang mampu mencegah
dan melindungi diri dari penularan DBD melalui optimalisasi
kegiatan PSN 3M Plus dan kebersihan lingkungan.bebas DBD
2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan angka kesakitan DBD menjadi kurang dari atau
sama dengan 50 per 100.000 penduduk pada tahun 2015.
b. Menurunkan angka kematian akibat DBD menjadi kurang dari 1%
pada tahun 2015.
c. Mencegah penularan DBD dengan mengendalikan populasi
vector sehingga Angka Bebas Jentik (ABJ) diatas atau sama
dengan 95%.
d. Melakukan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui populasi
nyamuk
e. Terlaksananya penanggulangan focus dengan pengasapan “
fogging “
2. Rincian Kegiatan
a. Pencegahan perkembangan vektor DBD
1) Pemeriksaan jentik berkala “ PSN, PSJN
2) Pemberantasan Sebelum Masa Penularan
3) Abatisasi
4) Penyuluhan
5) Pembinaan Kader “ Jumantik, Wamantik, dan Rumantik “
b. Pengendalian vektor DBD
1) Penyelidikan Epidemiologi
2) Fogging Foccus
3) Abatisasi
Abatisasi merupakan kegiatan pemberian bubuk
themephos sesuai dengan dosis sesuai aturan dimana
pelaksanannya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
yaitu sebelum masa penularan terutama pada wilayah
yang padat DBD dan pada saat kasus DBD meningkat
4) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan kegiatan penyampaian
informasi dan memotivasi audien dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat
tentang bahaya penyakit dan Kematian akibat penyakit
DBD sehingga masyarakat mau melakukan tindakan
pencegahan
2) Fogging Foccus
Fogging focus adalah kegiatan pengasapan dengan
menggunakan instektisida yang sesuai dengan peraturan
dan SOP yang ada pada lokasi penderita dbd dengan hasil
penyelidikan epidemiologi positif, yang pelaksanaannya
dilakukan dengan radius 100 m ( + 1 RT ) untuk membatasi
penularan DBD dan mencegah terjadinya KLB di lokasi
tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitar
tempat-tempat umum yang berpotensi menjadi sumber
penularan DBD lebih lanjut.
VI. SASARAN
Selurah masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kawalu
termasuk TTU/I yang ada.
Adapun target dari kegiatan pencegahan dan pengendalian vector dbd
meliputi :
1. Menurunkan angka kesakitan DBD menjadi kurang dari atau sama
dengan 50 per 100.000 penduduk
2. Menurunkan angka kematian akibat DBD menjadi kurang dari 1%
3. Mencegah penularan DBD dengan mengendalikan populasi vector
sehingga Angka Bebas Jentik (ABJ) diatas atau sama dengan 95%.
4. Semua kasus yang telah dilaporkan ke UPTD Puskesmas dilakukan
follow up sesuai dengan ketentuan dan SOP yang berlaku