Anda di halaman 1dari 28

1

BLOK 20 SKENARIO III Public Health Administration (PHA) Wilayah kerja Puskesmas Makmur, sedang terjadi kejadian luar biasa Demam Berdarah Dengue (KLB-DBD). Setelah dilakukan pengamatan oleh petugas surveilens, ditemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) sekitar 50% diakhir bulan ini (Desember). Petugas surveilens juga menemukan masih banyaknya penduduk yang menggunakan bak-bak penampungan air terbuka. Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas dalam menghadapi KLB ini belum menerapkan prinsip administrasi kesehatan terutama dalam hal menggerakkan petugas Puskesmas dan memberdayakan sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmasnya.

I.

Klarifikasi Istilah

1.

Kejadian Luar Biasa (KLB)

: timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang

bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurva waktu tertentu. 2. Demam Berdarah Dengue (DBD) : penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue nyamuk. 3. Angka Bebas Jentik (ABJ) : keadaan bebas jentik yang merupakan keadaan dimana ABJ 95% 4. Surveilens : pengamatan secara teratur dan terus menerus penyakit terhadap tertentu, semua baik aspek keadaan yang ditularkan melalui

maupun penyebarannya dalam suatu

masyarakat tertentu untuk keperluan pencegahan dan penanggulangannya. 5. Prinsip administrasi kesehatan : prinsip dari kegiatan yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya sehingga kesehatan tingginya. tercapai tujuan derajat setinggi-

masyarakat

II.

Identifikasi Masalah

1. Wilayah kerja Puskesmas Makmur sedang mengalami Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue (KLB-DBD) 2. Petugas surveilens menemukan ABJ sekitar 50% dan juga masih banyaknya penduduk yang menggunakan bak-bak penampungan air terbuka. 3. Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas belum menggerakkan petugas Puskesmas dan memberdayakan sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmasnya.

III.

Analisis Masalah

1.

Apa masalah utama pada kasus ini? Jawab : Masalah utama pada kasus ini adalah kejadian luar biasa Demam Berdarah Dengue (KLB-DBD) yang terjadi di Puskemas Makmur. Hal ini menjadi masalah utama karena telah terjadi peningkatan kejadian penyakit DBD dalam suatu periode tertentu dibandingkan periode sebelumnya, maka dari itu perlu dilakukan penanganan segera terhadap masalah ini.

2.

Apa saja kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB)? Jawab : Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) : Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu) Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibanding dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya. CFR dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50 % atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. Proportional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya

Beberapa penyakit khusus, DHF: o Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis) o Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

3.

Apa saja faktor resiko yang bisa menyebabkan KLB-DBD? Jawab : Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian luar biasa DBD : a. Kepadatan penduduk, lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 meter. b. Mobilitas penduduk, memudakan penularan dari suatu tempat ke tempat lain. c. Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan akan mempengaruhi penularan. Bila di suatu rumah ada nyamuk penularnya maka akan menularkan penyakit di orang yang tinggal di rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak terbang nyamuk dan orang-orang yang berkunjung kerumah itu. d. Pendidikan, akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan. e. Penghasilan, akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit. f. Mata pencaharian, mempengaruhi penghasilan g. Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap dalam masalah akan mengurangi resiko ketularan penyakit. h. Perkumpulan yang ada, bisa digunakan untuk sarana PKM i. Golongan umur, akan memperngaruhi penularan penyakit. Lebih banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti peluang untuk sakit DBD lebih besar. j. Suku bangsa, tiap suku bangsa mempunyai kebiasaannya masingmasing, hal ini juga mempengaruhi penularan DBD. k. Kerentanan terhadap penyakit, tiap individu mempunyai kerentanan tertentu terhadap penyakit, kekuatan dalam tubuhnya tidak sama dalam

menghadapi suatu penyakit, ada yang mudah kena penyakit, ada yang tahan terhadap penyakit. Sedangkan faktor yang dianggap dapat memicu kejadian DBD adalah : a. Lingkungan. Perubahan suhu, kelembaban nisbi, dan curah hujan

mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor penular penyakit bertambah dan virus dengue berkembang lebih ganas. Siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat sehingga jumlah populasi akan cepat sekali naik. Keberadaan penampungan air artifisial/kontainer seperti bak mandi, vas bunga, drum, kaleng bekas, dan lain-lain akan memperbanyak tempat bertelur nyamuk. b. Perilaku. Kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal, sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk. Kurang baiknya perilaku masyarakat terhadap PSN (mengubur, menutup penampungan air), urbanisasi yang cepat, transportasi yang makin baik, mobilitas manusia antar daerah, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan, dan kebiasaan berada di dalam rumah pada waktu siang hari.

4.

Bagaimana cara menentukan Angka Bbebas Jentik (ABJ)? Jawab : ABJ = jumlah rumah tanpa jentik jumlah seluruh rumah yang ada di suatu daerah Angka bebas jentik normalnya adalah > 95%

5.

Apa saja peran Puskesmas dalam menghadapi maslaah ini? Jawab : Sarana pendidikan Mampu menerapkan upaya pengembangan kesehatan dengan mengaktifkannya UKS guna mengurangi jentik-jentik nyamuk dan memberantas sarang nyamuk dengan 3M+ di sekolah. a. Terhadap Masyarakat Health Promotion penyuluhan mengenai pembersihan sarang nyamuk, penyemprotan nyamuk dewasa, abatisasi Specific Protection beri imun pada host melalui imunisasi, beri obat yang bersifat pencegahan penyakit, mematikan vektor penyebab penyakit (abatisasi dan fogging / pengasapan) untuk mematikan nyamuk aedes aegypti. Ikanisasi sebagai pemangsa jentik nyamuk. b. Terhadap Lingkungan Lingkungan yang masih baik perlindungan sumber air dan makanan. (sehingga tidak berperan sebagai faktor yang mendorong timbulnya penyakit). Lingkungan yang telah tercemar kloridasi sumber air, pemberian antiseptik, pemusnahan barang yang telah tercemar. (sehingga mengurangi kadar pencemaran yang telah terjadi). Lingkungan yang dipakai sebagai sarang vektor pengobatan <jika lingkungan tersebut masih diperlukan oleh manusia abatisasi> dan pemusnahan <jika lingkungan tidak diperlukan oleh manusia penimbunan rawa>. (mengupayakan agar lingkungan tersebut bebas dari vektor penyebab penyakit.

6.

Apa saja prinsip fungsi administrasi kesehatan yang perlu diterapkan pada kasus ini? Jawab : Fungsi administrasi kesehatan a. Perencanaan (planning) didalamnya termasuk penyusunan

anggaran belanja. b. Pengorganisasian (organizing) didalamnya termasuk penyusunan staf. c. Pelaksanaan (implementing) didalamnya termasuk pengarahan, pengkoordinasian, bimbingan, penggerakkan dan pengawasan. d. Penilaian (evaluation) didalamnya termasuk penyusunan laporan.

7.

Bagaimana cara pengelolaan Puskesmas? Jawab : Membuat Laporan setelah dapat dibuktikan adanya wabah, dan dibuat kepada Dinas Kesehatan Tingkat II (atasan langsung). Diharapkannya adanya bantuan dari instansi yang lebih atas. Melibatkan Pemerintah Daerah Setempat laporan masalah wabah, satu kopinya harus harus ditembuskan kepada camat dan tripida kecamatan. Karena sebenarnya, Pemda lah yang dapat secara sendiri mengambil inisiatif melakukan penanggulangan wabah yang

ditemukan berdasarkan pasal 12 ayat 1 UU wabah. Mempersiapkan PUSKESMAS rapat PUSKESMAS:

memberitahukan adanya wabah, penanggulangan wabah tersebut secara teknik medis menjadi tanggung jawab aparat kesehatan, melaksanakan pembagian tugas meliputi tugas penyuluhan kesehatan, pencarian kasus baru, perawatan, pengobatan, penelitian, dan

pelaporan. Bekerja sama dengan sektor lain (lintas program) serta pertugas dari Dinas Kesehatan Tingkat II. Melaksanakan rapat lintas sektoral dengan camat dan tripida setempat serta sektor-sektor lainnyayang ada di kecamatan yang membahas: adanya wabah penyakit tertentu di wilayah ini, bahwa penganggulangan wabah adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat (pasal 6 dan 10 UU wabah), untuk itulah diharapkan semua sektor yang ada di Kecamatan dapat berperan serta, misalnya dalam hal pencarian/penemuan kasus, penyuluhan kesehatan, bantuan pengadaan sarana, dana, dan tenaga. Hasil rapat diharapkan terbentuknya satuan tugas yang bersama-sama sektor kesehatan tergabung dalam Tim Penanggulangan Wabah, hasil lain yang diharapkan ialah munculnya peran serta masyarakat yang ikut aktif dalam Tim penganggulangan Wabah yang terbentuk. Melaksanakan penangunggulangan wabah sesegera mungkin, kegiatan-kegiatannya: 1. Pemeriksaan, pengobatan, dan isolasi penderita (rujukan medis), 2. Penemuan sumber penularan

(mencucihamakan sumber air jika sumber penularan tersebut adalah air, 3. Perlindungan masyarakat (pada masyarakat yang belum terserang) dengan penyuluhan kesehatan.pemberian imunisasi (bagi yang ada tindakan imunisasinya) serta kalau perlu dilakukan evakuasi masyarakat, 4. Penutupan daerah/lokasi yang tersangka terjangkit penyakit wabah (dengan bantuan Pemerintah Daerah yang mempunyai wewenang dan dengan perhitungan yang matang).

8.

Bagaimana bentuk kerja sama lintas program dan sektorial di bidang kesehatan dalam menghadapi kasus ini? Jawab : Tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam upaya

pemberantasan penyakit DBD antara lain membuat kebijakan dan rencana strategis penanggulangan penyakit DBD mengembangkan teknologi pemberantasan mengembangkan pedoman pemberantasan memberikan pelatihan dan bantuan teknis melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan serta penggerakan masyarakat Konsep pencegahan dan pemberantasan DBD secara teknis dapat ditampilkan dalam tabel berikut. Teknis pelaksanaan program NJenis No. Program 1Sadar Aplikasi Pelaksanaan Program Sosialisasi kesadaran (kepedulian) masyarakat 2 Aktif Pelatihan teknis, Forum Poster dan media massa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Lembaga Swadaya Mayarakat Media Pelaksana

(LSM), Perguruan Tinggi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, LSM, Perguruan Tinggi, tokoh masyarakat

dorongan, dan motivasi pertemuan yang mengarah pada keaktifan (tindakan) masyarakat Mandiri 3 Pelatihan yang dimaksudkan untuk tanggap secara cepat, dalam berbagai kesempatan resmi Forum pertemuan dalam berbagai

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, LSM, Perguruan Tinggi

10

tanpa menunggu petunjuk Pemerintah

kesempatan resmi

9.

Bagaimana cara memberdayakan masyarakat pada kasus ini? Jawab : Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat a. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun programprogram pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan

pengorganisasian masyarakat. b. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau

berkontribusi terhadap program tersebut. c. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat dengan mengajak masyarakat serta memberikan penyuluhan secara terus menerus melalui berbagai media komunikasi massa seperti televisi, koran,majalah dan lain-lain, sehingga masyarakat dalam hal iniadalah keluarga menjadi tahu akan

pemberantasan dan pencegahan demam berdarah, setelah tahu maka diharapkan masyarakat menjadi mau melakukantindakan pencegahan yaitu dengan melakukan kegiatan PSN serta 3M. Setelah masyarakat mau melakukan tindakan pencegahan maka diharapkan hal tersebutmenjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya.Upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat dapat berdaya dalampenanggulangan demam berdarah yaitu dengan membentuk organisasi kemasyarakatan yang di dalamnya terlibat tokoh agama, masyarakat dan orgamaspemuda serta ibu-

11

ibu kader di mana organisasi tersebut merupakan organisasiyang sadar lingkungan sehingga penanggulangan demam berdarah dapat dilakukan secara terus menerus dan jangka panjang.

10.

Bagaimana cara memberdayakan sarana pendidikan pada kasus ini? Jawab : DBD Morbiditas dan Mortalitas tinggi KLB terjadi tiap tahun

Pendidikan kesehatan

Surveilens Preventif Promotif

Pemberdayaan siswa sekolah

Surveilens : - Identifikasi tempat sumber sarang nyamuk - Menghitung jumlah dentik - Menghitung jumlah kontainer

Preventif : Gerakan 3M+

Promotif : Perilaku hidup bersih dan sehat

ABJ 95%

KLB-DBD dapat dicegah

IV.

Hipotesis Wilayah kerja Puskesmas Makmur mengalami KLB DBD karena belum diterapkannya prinsip administrasi kesehatan.

12

V.

Kerangka Konsep

Puskesmas Makmur

Belum ada penerapan prinsip administrasi kesehatan Belum ada gerakan dari petugas kesehatan 3M+ UKS Belum ada pemberdayaan sarana Puskesmas

ABJ 50%

Bak penampungan air terbuka

Masyarakat

KLB - DBD

VI.

Sintesis

Faktor penyebab demam dengue pada kasus a. Pengetahuan masyarakat tentang penyebab DD dan mekanisme penularan virus dengue masih rendah. b. Belum semua anggota masyarakat menganggap bahwa DD adalah penyakit yang serius. c. 3M bukan tindakan utama sebagian masyarakat dalam mencegah DD. d. Upaya pendidikan kesehatan untuk penanggulangan dan penggerakan masyarakat dalam penanggulangan DD belum optimal.

13

e. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya masih rendah. Penyebaran dan siklus hidup nyamuk aedes aegypti 1. Perilaku Mencari Darah Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 3 hari sekali Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00 12.00 dan jam 15.00 17.00 Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigigt lebih dari satu orang Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

2. Perilaku Istirahat Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 3 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukai : o Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC o Di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai o Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah. 3. Perilaku Berkembangbiak - Nyamuk Aedes Aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti : o Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari : bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara (Tower air) yang tidak tertutup, sumur gali o Wadah yang berisi air bersih atau air hujan : tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan

14

barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam volume kecil. Telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir. Telur ini di tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan . Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 2 hari terendam air. Jentik nyamuk setelah 6 8 hari akan tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa nyamuk masih dapat aktif bergerak didalam air, tetapi tidak makan dan setelah 1 2 hari akan memunculkan nyamuk Aedes Aegypti yang baru. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

TELUR Satu per satu pada dinding bejana. Telur tidak berpelampung. Sekali bertelur nyamuk betina

menghasilkan 100 butir. Telur kering dapat tahan 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari .

15

JENTIK

Sifon dengan satu kumpulan rambut. Pada waktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air. 68 hari menjadi pupa.

Pupa

Sebagian

kecil

tubuhnya

kontak

dengan permukaan air. Bentuk ramping. 1 2 hari menjadi nyamuk Aedes Aegypti. terompet panjang dan

Nyamuk Dewasa Aedes Aegypti Panjang 3 4 mm Bintik hitam dan putih pada badan dan kepala, dan punya ring putih di kakinya

16

Posisi menggigit nyamuk Aedes Aegypti pada kulit manusia

A.

Promosi Kesehatan oleh Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatuwilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagisetiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajatkesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapaivisi IndonesiaSehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tigafungsi, yaitu sebagai: o pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, o pusat pemberdayaan masyarakat, dan o pusat pelayanan kesehatan stratapertama.

a. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat dengan mengajak masyarakat serta memberikan penyuluhan secara terus menerus melalui berbagai media

17

komunikasi massa seperti televisi, koran,majalah dan lain-lain, sehingga masyarakat dalam hal iniadalah keluarga menjadi tahu akan pemberantasan dan pencegahan demam berdarah, setelah tahu maka diharapkan masyarakat menjadi mau melakukantindakan pencegahan yaitu dengan melakukan kegiatan PSN serta 3M. Setelah masyarakat mau melakukan tindakan pencegahan maka diharapkan hal

tersebutmenjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya.Upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat dapat berdaya

dalampenanggulangan demam berdarah yaitu dengan membentuk organisasi kemasyarakatan yang di dalamnya terlibat tokoh agama, masyarakat dan orgamaspemuda serta ibu-ibu kader di mana organisasi tersebut merupakan organisasiyang sadar lingkungan sehingga penanggulangan demam berdarah dapat dilakukan secara terus menerus dan jangka panjang.

b. Penyuluhan Bagi Masyarakat Seperti diuraikan di atas bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membunuh virus dengue ataupun vaksin demam berdarah, maka upaya untuk pencegahan demam berdarah ditujukan pada pemberantasan nyamuk beserta tempat perindukannya. Oleh karena itu, dasar pencegahan demam berdarah adalah memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat bagaimana cara

memberantasan nyamuk dewasa dan sarang nyamuk yang dikenal sebagai pembasmian sarang nyamuk atau PSN. Demi keberhasilan pencegahan demam berdarah, PSN harus dilakukan secara bersamasama oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di rumah, di sekolah, rumah sakit, dan tempat-tempat umum seperti tempat ibadah, makam, dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat harus dapat mengubah perilaku hidup sehat terutama meningkatkan kebersihan lingkungan.

18

1. Cara Memberantas Jentik Cara memberantas jentik dilakukan dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup, dan mengubur, artinya : o Kuras bak mandi seminggu sekali (menguras), o Tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup), o Kubur kaleng, ban bekas, dll. (mengubur). Kebiasaan-kebiasaan seperti mengganti dan bersihkan tempat minum burung setiap hari atau mengganti dan bersihkan vas bunga, seringkali dilupakan. Kebersihan di luar rumah seperti membersihkan tanaman yang berpelepah dari tampungan air hujan secara teratur atau menanam ikan pada kolam yang sulit dikuras, dapat mengurangi sarang nyamuk. Pada kolam atau tempat penampungan air yang sulit dikuras dapat diraburkan bubuk abate yang dapat ditaburkan bubuk abate yang dapat membunuh jentik. Bubuk abate ini dapat dibeli di apotek. Pedoman Penggunaan Bubuk Abate (Abatisasi) o Satu sendok makan peres (10 gram) untuk 100 liter air o Dinding jangan disikat setelah ditaburi bubuk abate o Bubuk akan menempel di dinding bak/ tempayan/ kolam o Bubuk abate tetap efektif sampai 3 bulan 2. Cara Memberantas Nyamuk Dewasa Untuk memberantas nyamuk dewasa, upayakan membersihkan tempat-tempat yang disukai oleh nyamuk untuk beristirahat. o Kurangi Tempat Untuk Nyamuk Beristirahat o Jangan menggantung baju bekas pakai (nyamuk sangat suka bau manusia) o Pasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah

19

o Lindungi bayi ketika tidur di pagi dan siang hari dengan kelambu o Semprot obat nyamuk rumah pagi & sore (jam 8.00 dan 18.00) o Perhatikan kebersihan sekolah, bila kelas gelap dan lembab, semprot dengan obat nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran mulai o Pengasapan (disebut fogging) hanya dilakukan bila dijumpai penderita yang dirawat atau menginggal. Untuk pengasapan diperlukan laporan dari rumah sakit yang merawat.

B.

Bina Suasana Bina suasana dalam hal ini adalah dengan mengajak tokoh masyarakat agar mau menyebarkan opini-opini yang positif terhadap perlunya perubahan perilakudalam hal ini adalah melakukan 3M dan pemberantasan sarang nyamuk.Tokoh masyarakat yang berperilaku menguras, menutup dan mengubursehingga dengan perilaku tersebut tokoh masyarakat dan keluarganya terhindardari demam berdarah akan menjadi perhatian bagi masyarakat dan akhirnyadiharapkan

masyarakat/keluarga mau meniru perilaku dari tokoh masyarakattersebut.

C.

Advokasi Melakukan berbagai lobi sehingga penanggulangan demam berdarah dapatberjalan yaitu kepada Lurah sehingga Lurah mau memberikan keputusan yangmendukung penanggulangan demam berdarah dengan cara pemberantasan sarangnyamuk setiap hari Jumat yang disebut juga jumat bersih secara kontinu diwilayah kerjanya. Bersama Lurah mengadakan advokasi untuk mendapatkandukungan dari Camat sehingga didapatkan dukungan yang lebih besar dan padaakhirnya didapat sebuah kesepakatan bersama sehingga terbentuk sebuahketetapan yang bisa

20

mengikat seluruh masyarakat seperti peraturan yang melarangmasyarakat membuang sampah secara sembarangan terutama sampah yang

dapatmenampung air di dalamnya seperti ban bekas, ember bekas dan sampah padatlainnya sehingga akhirnya masyarakat sadar dan mau melakukan tindakanpencegahan demam berdarah yaitu PSN serta 3M. Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma norma kesehatan diperlukan usaha usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian: 1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan peraturan / undang undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat. 2. Pemberian informasi Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat,

pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan

21

pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang

dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng. 3. Diskusi partisipatif Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap. Fase 1 : Diagnosis sosial : Demam Dengue Fase 2 : Diagnosis epidemiologi : kelompok yang berisiko adalah anak-anak Fase 3 : Diagnosis perilaku dan lingkungan : Kental dengan ritual adat Kurangnya dukungan dari lingkungan sosial Keterjangkauan untuk mendapatkan informasi Daerah tempat tinggal di pegunungan dengan perkebunan karet

Fase 4 : Diagnosis pendidikan dan organisasi : Faktor predisposisi : ketidak tahuan masyarakat tingkat pendidikan yang rendah

22

Faktor pemungkin : banyak tempat potensial yang memungkinkan nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak daerah pegunungan yang sulit dijangkau Faktor penguat : sikap petugas kesehatan dan tokoh

masyarakat yang tak peduli terhadap keadaan yang terjadi. Fase 5 : Diagnosis administratif dan kebijakan : belum ada kebijakan/ peraturan tentang 3M

1.

Cara menerapkan strategi komunikasi atau promosi kesehatan Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat

menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat. Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan: a. Menciptakan lingkungan yang mendukung. b. Mengubah perilaku, dan c. Meningkatkan kesadaran. Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka sendiri. Menurut Konferensi Internasional Kesehatan I, Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam

mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan

23

menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986). Indikator keberhasilan Promosi Kesehatan 1. Indikator masukan Masukan yang perlu diperhatikan berupa komitmen, sumber daya manusia, sarana/peralatan, dan dana. Indikator masukan mencakup : a. Ada tidaknya komitmen pimpinan yang tercermin dalam rencana upaya pengembangan promkes. b. Ada tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam rencana operasional promkes. c. Ada tidaknya tenaga promkes sesuai standar. d. Ada tidaknya tenaga promkes/ tenaga kesehatan lainnya yang sudah terlatih. e. Ada tidaknya sarana dan peralatan promkes. f. Ada tidaknya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan promkes. 2. Indikator proses Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan promkes yang meliputi promkes di dalam gedung dan di luar gedung. Indikator proses meliputi: a. Sudah belum dilaksanakannya kegiatan promkes di dalam gedung dan atau frekuensinya. b. Kondisi media komunikasi yang digunakan, masih bagus/layak atau sudah rusak. c. Sudah belum dilaksanakannya promosi kesehatan di luar gedung/masyarakat (kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat.

24

3. Indikator keluaran Keluaran yang dipantau adalah kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan baik secara umum maupun secara khusus. Indikator yang digunakan berupa cakupan dari kegiatan, yaitu: a. Apakah semua tenaga kesehatan telah melaksanakan promkes. b. Berapa banyak pasien atau klien yang sudah terlayani oleh berbagai kegiatan promkes dalam gedung. c. Berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah. d. Berapa banyak kelompok masyarakat yang sudah digarap dengan pengorganisasian masyarakat. e. Tempat pelayanan kesehatan sebagai model institusi kesehatan yang ber-PHBS, yaitu:\ Bebas rokok Lingkungan bersih Bebas jentik Jamban sehat

4. Indikator dampak Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya promkes, yaitu tercapainya PHBS di masyarakat. Tatanan yang dianggap mewakili untuk dievaluasi adalah tatanan rumah tangga. Indikator dampaknya adalah berapa presentase keluarga atau rumah tangga yang telah mempraktekkan PHBS. PHBS itu sendiri merupakan komposit dari sejumlah indikator perilaku.

2.

Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk

menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan

25

kesejahteraan pemberdayaan

mereka dalam

sendiri bidang

(Notoatmodjo, kesehatan

2007). upaya

Batasan untuk

meliputi

menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan

pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk: o Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat. o Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka. o Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku sehat Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila: 1) Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan. 2) Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat. 3) Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan. 4) Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya. Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun programprogram pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan

pengorganisasian masyarakat.

26

Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau

berkontribusi terhadap program tersebut. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional. Ciri pemberdayaan masyarakat 1) Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya. 2) Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat. 3) Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat. 4) Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke puskesmas. 5) Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan community based health education. 6) Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasiratau arang.

27

Indikator hasil pemberdayaan masyarakat 1) Input, meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat. 2) Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan,

frekuensi pelatihan yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dan pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan. 3) Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di masyarakat. 4) Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi masyarakat.

28

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai