Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala


Volume 7, No. 1: 22-30 E-ISSN: 2540-9492
November-Januari 2023
Identifikasi Keberadaan Nyamuk Aedes Spp Vektor Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Gampong Pineung Kecamatan Syiah
Kuala Banda Aceh

Identification The Existence Of Aedes Mosquitoes Vector Dengue Hemoragic


Fever (Dhf) Fear In Gamppong Pineung Syiah Kuala District Banda Aceh
Dina Izzatina1, Farida Athaillah2, Muhammad Hanafiah2, Lian Varis Riandi2, Eliawardani Eliawardani 2, Winaruddin
Winarudin2, Muttaqien Muttaqien2, M. Isa3
1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*Penulis Korespondensi, e-mail: farida_athaillah_fkh@unsyiah.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui keberadaan dan distribusi nyamuk Aedes spp sebagai vektor demam
berdarah dengue (DBD) dengan menggunakan ovitrap di kawasan Gampong Pineung, Kecamatan Syiah Kuala baik
didalam ruangan (indoor) maupun diluar ruangan (outdoor). Penelitian ini dilakukan di lima dusun di Gampong
Pineung kecamatan Syiah Kuala yaitu: Tgk Chik Dipineung, Bintara Pineung, Tgk Hasyim, Tgk Tengoh, dan T
Muda Rayeuk. Hasil pengamatan terhadap total rata-rata telur nyamuk Aedes spp di kelima dusun tidak
memperlihatkan perberbedaan yang nyata (P>0,05). Sedangkan jumlah total rata-rata telur nyamuk indoor dan
outdoor antar dusun terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05). Tetapi pada pengamatan terhadap Jumlah rata-rata
larva Aedes agypti pada indoor berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan larva Aedes albopictus. Begitu pula
dengan jumlah rata-rata larva Aedes agypti pada outdoor berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan larva Aedes
albopictus.

Kata kunci : Ovitrap, Indoor, Outdoor dan Gampong Pineung.

ABSTRACT

This study aims to determine the presence and distribution of Aedes spp mosquitoes as a vector of dengue
hemorrhagic fever (DHF) using ovitrap in Gampong Pineung area, Syiah Kuala subdistrict both indoor (indoor)
and outside (outdoor). The research was conducted in five sub-villages in Gampong Pineung, Syiah Kuala sub-
district, namely: Tgk Chik Dipineung, Bintara Pineung, Tgk Hasyim, Tgk Tengoh, and T Muda Rayeuk. The
observation of total Aedes spp mosquito eggs in the five hamlets did not show a significant difference (P> 0.05).
While the mean total number of indoor and outdoor mosquito eggs between hamlets there was a real difference (P
<0,05). But on observation of the average number of Aedes agypti larvae on indoor space was significantly different
(P <0.05) compared with Aedes albopictus larvae. Similarly, the average number of Aedes agypti larvae in outdoor
spaces was significantly different (P <0.05) compared with the Aedes albopictus larvae.

Keyword : Ovitrap , Indoor, Outdoor, and Gampong Pineung.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Penduduk Indonesia
umumnya menampung air di bejana-bejana untuk keperluan sehari-hari. Bejana tersebut terdapat
di dalam rumah atau di luar rumah. Bejana yang digunakan tempat penampungan air dapat

22
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 7, No. 1: 22-30 E-ISSN: 2540-9492
November-Januari 2023
menimbulkan masalah, sebab tempat tersebut dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk
(WHO, 2005). Iklim tropis menyebabkan berbagai penyakit yang disebabkan oleh nyamuk,
seperti malaria, demam berdarah, filariasis (kaki gajah), dan cikungunya.
Populasi nyamuk Aedes spp. sangat meningkat tajam pada musim penghujan, peledakan
populasi ini diakibatkan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk Aedes spp. Tempat
perindukan Aedes aegypti yang ada di dalam rumah yang paling utama adalah tempat-tempat
penampungan air seperti bak mandi, bak wc, tandon air minum, tempayan, gentong tanah liat,
gentong plastik, ember, drum, dan vas tanaman hias yang kurang diperhatikan kebersihannya.
Penyebab utama munculnya penyakit tersebut karena perkembangbiakan dan penyebaran
nyamuk sebagai vektor penyakit yang tidak terkendali (Depkes RI, 2002). Nyamuk Aedes
aegypti berkembang biak pada air-air tergenang yang bersih. Beberapa tempat yang disukai
seperti bak mandi dan barang-barang bekas yang tergenang air hujan (Wulandari, 2001).
Kota Banda Aceh memiliki 9 kecamatan dan 90 desa dengan jumlah penduduk 250.303
jiwa (BPS Kota B.Aceh, 2016). Luas wilayah administratif Kota Banda Aceh sebesar 61.359 Ha
atau kisaran 61,36 km2 . Secara umum DBD di Kota Banda Aceh dalam kurun 6 tahun terakhir
jumlah kasusnya fluktuatif. Jumlah warga terjangkit tahun 2012 sebanyak 506 kasus, 2013 ada
258 kasus, 2014 terjadi peningkatan menjadi 299 kasus, kembali turun 2015 menjadi 127 kasus
dan 2016 sedikit naik yaitu 152 kasus dan pada 2017 terjadi penurunan menjadi 148 kasus.
Gampong Pineung merupakan kecamatan Syiah Kuala, di kecamatan Syiah Kuala sendiri telah
dilaporkan pada tahun 2017 terdapat 20 kasus (Afif,2017).
Maraknya kasus DBD menjadikan kota Banda Aceh sebagai daerah endemis DBD
dengan jumlah kesakitan tertinggi di provinsi Aceh dari tahun ke tahun dibandingkan
kabupaten/kota lainnya (Dinkes Aceh, 2012). Penyebaran Aedes spp. disuatu kawasan
dipengaruhi oleh kondisi cuaca, suhu lingkungan, kelembapan ataupun media biak. Diantara
musim penghujan dan musim kemarau terjadi perbedaan yang signifikan. Perkembangan Aedes
spp. akan mengalami fluktuasi yang cukup tinggi dimusim penghujan dan akan mengalami
penurunan yang cukup berarti di musim kemarau (Dian, 2004).
Nyamuk Aedes spp. merupakan hewan diurnal kegiatan mencari makan atau menghisap
darah dimulai ketika matahari terbit yaitu sekitar pukul 08.00 – 12.00 hingga menjelang
terbenam matahari sekitar pukul 15.00-17.00. Spesies Aedes agypti sering ditemukan di dalam
ruangan, sedangkan Aedes albopictus biasanya ditemukan di kebun-kebun atau di luar rumah.
Upaya pengendalian telah banyak dilakukan untuk memberantas sarang nyamuk,
diantaranya adalah pengasapan (fogging) dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M
yaitu menguras, menutup dan mengubur. Salah satu inovasi cara pengendalian vektor DBD
adalah dengan pemanfaatan ovitrap. Cara ini telah berhasil dilakukan di Singapura dengan
memasang 2000 ovitrap di daerah endemis DBD (WHO 2005).

MATERIAL DAN METODE PENELITIAN

Metode Penelitian
Metode yang digunakan ialah metode ovitrap. Telur nyamuk diperangkap menggunakan
ovitrap yang di ambil secara acak dari beberapa dusun di gampong pineung. Larva didapat
dengan cara merendam paddle (rearing) yang menempel telur-telur nyamuk diatasnya selama 3-4
hari (WHO,2005).

23
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 7, No. 1: 22-30 E-ISSN: 2540-9492
November-Januari 2023
Prosedur Penelitian
Cara menggunakan ovitrap
Telur nyamuk didapat dengan cara memasang ovitrap (perangkap telur). Ovitrap terbuat
dari kaleng yang kemudian dicat berwarna hitam mengkilap dibagian dalam dan luar kaleng.
Sebuah lubang dibuat sekitar satu cm dari bagian atas kaleng, dibuat dua lubang kanan dan kiri,
untuk memungkinkan air yang berlebihan bisa terbuang dari lubang tersebut (Athaillah, 2015).
Di dalam ovitrap diisi air tiga per empat bagian (Polson dkk yang disitasi oleh Hasibuan,
2017) dan sebuah paddle dimasukkan kedalam ovitrap yang berukuran sekitar 2,0 cm x 12,5 cm.
Paddle terbuat dari bilah kayu, lapisan kertas atau bambu (WHO, 2005). Paddle diletakkan
dengan posisi miring atau bagian kasar diletakkan menghadap atas yang bertujuan agar nyamuk
meletakkan telurnya pada paddle tersebut di masing-masing ovitrap (Kemenkes RI, 2012).
Koleksi telur dilakukan di Gampong Pineung Kecamatan Syiah Kuala dengan
menggunakan ovitrap, yang diletakkan selama lima hari. Pada 15 rumah di Gampong Pineung
diletakkan secara acak 30 buah ovitrap, dimana 15 buah diletakkan di dalam ruangan (indoor)
dan 15 buah diletakkan di luar ruangan (outdoor) dan diletakkan terpisah antara satu ovitrap
dengan ovitrap lainnya pada semua lokasi penelitian (Athaillah dkk., 2017). Penelitian ini
dilakukan selama 3 bulan terhitung Desember 2017 sampai Februari 2018. Ovitrap indoor
diletakkan di dalam ruangan yang memiliki intensitas cahaya yang rendah, sedangkan ovitrap
outdoor diletakkan di dekat tanaman, bawah pagar dan ditempat-tempat yang terlindung dan
gelap. Setelah lima hari ovitrap dikoleksi dan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan
pengamatan kemudian diletakkan kembali ovitrap baru pada hari dan waktu yang sama di semua
lokasi penelitian.

Pengamatan Telur Nyamuk Pada Ovitrap


Semua paddle yang diambil setelah lima hari setelah pemasangan, dikering anginkan
dibawah suhu ruangan (26oC) selama minimal 48 jam. Kemudian hitung jumlah telur nyamuk
dari masing-masing ovitrap, dengan bantuan counter dan mikroskop stereo di laboratorium
parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan. Identifikasi telur Aedes dengan menemukan telur yang
berbentuk elips, permukaan yang polygonal dan berwarna hitam mengkilap (Palgunadi, 2011).

Rearing larva
Setelah telur-telur dihitung, semua paddle direndam (rearing) di dalam baki rendaman
selama 3-4 hari agar telur menetas menjadi larva. Larva yang didapatkan dari hasil rearing
diidentifikasi dibawah mikroskop binokuler dan dihitung menggunakan counter. Identifikasi
larva dengan melihat sisik sisir, gigi pekten pada shipon dan sikat ventral yang terletak pada
segmen ke-8 dari larva seperti yang dijelaskan oleh Ditjen PP dan PL (2008). Pengamatan larva
yang digunakan adalah larva instar III (Kristiana dkk., 2015).

Analisis Data
Data jumlah telur Aedes, serta jumlah larva Aedes aegypti dan Aedes albopictus indoor dan
outdoor, dicatat dan ditabulasikan menurut ruang yaitu di dalam ruangan (indoor) dan di luar
ruangan (outdoor). Kemudian dilakukan analisis data menggunakan uji rancangan acak
kelompok (RAK). Data diolah dengan bantuan SPSS versi 21.

24
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 7, No. 1: 22-30 E-ISSN: 2540-9492
November-Januari 2023
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di kawasan Gampong Pineung Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.
Gampong Pineung memiliki lima dusun yaitu Tgk Chik Dipineung, Bintara Pineung, Tgk Hasyim, Tgk
Tengoh, dan T Muda Rayeuk. Tujuan dari pemeriksaan telur dan larva Aedes agypti dan Aedes albopictus
adalah untuk mengetahui tingkat kepadatan dan penyebaran populasi nyamuk pada suatu wilayah. Situasi
terkini populasi vektor virus dengue merupakan informasi penting dalam pengembangan strategi
pencegahan dengue. Dalam penelitian ini ovitrap ditempatkan secara indoor dan outdoor. Ovitrap indoor
ditempatkan pada bagian di dalam rumah seperti, kamar tidur, dapur, ruang tamu, garasi dan tempat-
tempat yang memiliki atap, sedangkan ovitrap outdoor ditempatkan pada bagian di luar rumah seperti,
perkarangan rumah, dibawah pohon, dan tempat-tempat yang tidak terlindung atap. Kelimpahan populasi
nyamuk dapat diketahui dengan melihat jumlah telur yang terperangkap di dalam ovitrap. Persentase
ovitrap yang positif menginformasikan tingkat paparan nyamuk Aedes spp. Jumlah telur digunakan untuk
estimasi populasi nyamuk betina dewasa (Morato dkk., 2005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total rata-rata telur nyamuk Aedes spp. dari semua lokasi
penelitian pada kelima dusun yang dilakukan menggunakan ovitrap yang diletakan indoor adalah
(325,40), sedangkan sedangkan pada ovitrap yang diletakkan outdoor adalah ( 331,67). Hasil dapat dilihat
pada Gambar 11.

Gambar 9. Total jumlah rata-rata telur Aedes yang dikoleksi indoor dan outdoor di kelima dusun penelitian di
Gampong Pineung Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa total rata-rata jumlah telur yang
dikoleksi dari ovitrap indoor tidak berbeda nyata (P>0,05) bila dibandingkan dengan ovitrap
outdoor. Tidak ada perbedaan yang nyata jumlah telur Aedes spp. di ovitrap indoor maupun
ovitrap outdoor dikarnakan banyaknya nyamuk Aedes spp. pada indoor dan outdoor tidak
adanya perbedaan. Hal ini juga disebabkan oleh kebiasaan nyamuk Aedes spp. saat meletakan
telur. Pada saat nyamuk mau meletakan telur, maka nyamuk akan mencari tempat- tempat
penampungan air bersih disekitar rumah dan di dalam rumah yang tidak berhubungan langsung
dengan tanah, seperti bak air, kaleng bekas, vas bunga dan lain-lain (Adifian dkk., 2013).
Gambar 12 menunjukkan total rata-rata telur nyamuk indoor dan outdoor di kelima
lokasi. Rata-rata jumlah telur yang dikoleksi pada ovitrap indoor paling tinggi ditemukan di
dusun T Muda Rayeuk (599,0) sedangkan jumlah telur Aedes spp. pada ovitrap indoor paling
rendah ditemukan di dusun Tgk Chik Dipineung (109,7).

25
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 7, No. 1: 22-30 E-ISSN: 2540-9492
November-Januari 2023

Gambar 10. Total jumlah rata-rata telur aedes yang dikoleksi indoor dan outdoor pada kelima dusun penelitian di
Gampong Pineung Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh

Rata-rata jumlah telur yang dikoleksi pada ovitrap outdoor paling tinggi ditemukan di
dusun T Muda Rayeuk (662,7) sedangkan jumlah rata-rata telur Aedes spp. pada ovitrap indoor
paling rendah ditemukan di dusun Tgk Chik Dipineung (108,3). Dari hasil analisis statistik
ditemukan bahwa jumlah rata-rata telur nyamuk indoor dan outdoor antar dusun berbeda nyata
(P<0,05). Perbedaan ini dikarnakan keadaan lingkungan yang berbeda pada setiap lokasi
menentukan jumlah nyamuk yang ditemukan (Anwar dkk., 2014).
Nyamuk Aedes spp. banyak terdistribusi di dusun T Muda Rayeuk dikarnakan dusun T
Muda Rayeuk merupakan pemukiman penduduk dan masih memiliki pekarangan yang banyak
ditumbuhi tumbuhan-tumbuhan, pepohonan serta juga terdapat tempat-tempat penampungan air
di dalam maupun di luar rumah. Seperti yang dinyatakan oleh Kristiana dkk.,(2015), bahwa
nyamuk Aedes betina suka bertelur diatas permukaan air pada dinding vertikal pada tempat-
tempat penampungan yang berisi air sedikit, tempat air yang dipilih adalah tempat air yang
berada di dalam dan di luar rumah. Pernyataan ini juga dibenarkan oleh Hasyimi dan Soekirno
(2004), bahwa salah satu faktor berlimpahnya nyamuk Aedes spp. dikarenakan penggunaan
tempat penampungan air tanpa penutup. Penyebaran Aedes spp. dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk. Jarak antar rumah juga mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah kerumah
lain. Semakin dekat jarak rumah warga semakin dekat pula nyamuk menyebar dari satu rumah
kerumah lain, karna jarak terbang nyamuk Aedes spp. pendek yaitu 40-50 meter (Ramadhani
dan Astuty, 2013). Pengamatan pada dusun Tgk Chik Dipineung yang memiliki data terendah
terdistribusinya nyamuk Aedes spp. dibandingkan lokasi lainnya dikarenakan pada daerah
tersebut dari pengamatan tidak banyak ditemukan tempat-tempat penampungan air dan
tumbuhan-tumbuhan disekitaran rumah dan di dalam rumah yang bisa menjadi potensi sebagai
tempat perkembangbiakan nyamuk.

26
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 7, No. 1: 22-30 E-ISSN: 2540-9492
November-Januari 2023

Gambar 11. Rata-rata jumlah larva Aedes aegypti dan larva Aedes albopictus yang dikoleksi indoor pada kelima
dusun di Gampong Pineung Kecamatan Syiah Kuala,Banda Aceh.

Gambar 12. Rata-rata jumlah larva Aedes aegypti dan larva Aedes albopictus yang dikoleksi outdoor pada kelima
dusun di Gampong Pineung Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah rata-rata larva dari kelima dusun memiliki
perbedaan yang sangat nyata, berdasarkan spesies dimana larva Aedes aegypti hanya ditemukan
di dalam ruangan (indoor) tetapi tidak ditemukan sama sekali di luar ruangan (outdoor). Tapi
sebaliknya larva Aedes albopictus ditemukan di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan
(outdoor). (Gambar 13 dan 14). Larva Aedes aegypti yang ditemukan di dalam ruangan (indoor)
memiliki jumlah rata-rata yang bervariasi, jumlah rata-rata larva Aedes agypti yang paling
banyak ditemukan di dusun Tgk Tengoh (127,0) dan larva Aedes agypti yang paling rendah
ditemukan di dusun Tgk Chik Dipineung (4,7). Sedangkan Rata-rata larva Aedes albopictus
yang terdapat di dalam ruangan (indoor) paling tinggi ditemukan di dusun T Muda Rayeuk
(500,7), dan terendah ditemukan di dusun Tgk Chik Dipineung (94,7). Berdasarkan hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa perbedaan jumlah rata-rata larva Aedes aegypti pada ovitrap indoor
(P<0,05) berbeda nyata dibandingkan larva Aedes albopictus. Perbedaan ini dikarnakan Aedes
aegypti lebih menyukai berada di dalam ruangan dibandingkan dengan di luar ruangan karena
nyamuk menyukai tempat yang teduh dan gelap. Nyamuk Aedes aegypti merupakan hewan
diurnal aktifitas mengisap darah lebih banyak dilakukan di dalam rumah pada jam 10:00-11:00

27
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 7, No. 1: 22-30 E-ISSN: 2540-9492
November-Januari 2023
dan 16:00-17:00. Kondisi tersebut terjadi karena nyamuk Aedes aegypti bersifat antropofilik
(menyukai darah manusia) dan endofagik (lebih suka menggigit di dalam rumah) (Fadilla dkk.,
2015). Nyamuk Aedes spp. dilaporkan memiliki perilaku menghisap darah lebih dari satu orang
(multiple bite), sehingga perilaku ini dapat meningkatkan keefektifan penyebaran virus dengue
(WHO 2004). Oleh karena itu penyebaran nyamuk dapat dipengaruhi oleh keberadaan manusia
sebagai penyedia darah, ditunjang juga oleh tanaman, dan perabotan sebagai tempat
peristirahatan yang ada di dalam rumah (Astuti dkk.,2016).
Hasil pengamatan menunjukkan pula bahwa larva Aedes aegypti tidak ditemukan sama
sekali pada lingkungan outdoor di semua dusun Gampong Pineung. Hal ini sejalan dengan
penelitian Riandi dkk., (2017) yang melakukan penelitian pada 100 rumah di Tasikmalaya,
bahwa lebih banyak ditemukannya larva Aedes agypti di dalam rumah, sesuai dengan perilaku
nyamuk Aedes agypti yang menyukai beristirahat di dalam rumah yang gelap dan perilaku
makan Aedes aegypti yang bersifat antropofilik.
Pada (Gambar 13 dan 14) menunjukkan bahwa rata-rata larva Aedes albopictus yang
ditemukan di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan (outdoor) di kelima lokasi berbeda
antara lokasi satu dengan lokasi lainnya. Jumlah rata-rata larva Aedes albopictus yang dikoleksi
pada ovitrap outdoor paling tinggi ditemukan pada dusun T Muda Rayeuk (648,3) dan yang
terendah ditemukan pada dusun Tgk Chik Dipineung (87,3), sedangkan larva sama sekali tidak
ditemukan di luar ruangan (outdoor). Hasil analisis statistik jumlah rata-rata larva Aedes agypti
pada ruang outdoor berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan larva Aedes albopictus.
Perbedaan ini dikarnakan nyamuk Aedes albopictus lebih banyak ditemukan di luar
rumah karna Aedes albopictus lebih banyak beraktifitas di luar rumah, di kebun dan di halaman
rumah sehingga sering disebut nyamuk kebun. Aedes albopictus lebih cenderung menyukai
daerah dengan vegetasi lebih banyak dan terletak di luar rumah. Dengan demikian maka nyamuk
tersebut akan mengigit manusia yang berada di luar rumah (Pramestuti dan Djati, 2013). Oleh
karna itu Aedes albopictus biasanya berkembang biak di dalam lubang pohon, potongan bambu
dan wadah-wadah yang terdapat di luar rumah. Kondisi ini menyebabkan spesies ini banyak
ditemukan di luar rumah. Pada penelitian ini, larva nyamuk Aedes albopictus juga ditemukan di
dalam ruangan (indoor). Menurut Rati dkk.,(2016) dikarnakan adanya perubahan lingkungan
seperti pembukaan lahan baru yang dijadikan komplek perumahan yang menyebabkan nyamuk
Aedes albopictus kehilangan habitat aslinya dan bertahan hidup diarea yang lain dengan
kerapatan vegetasi yang cukup. Komplek perumahan dilingkungan perkotaan menjadi habitat
yang baik bagi nyamuk Aedes albopictus yang bermigrasi dari habitat asalnya di hutan ke
pinggiran kota.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan melalui nyamuk. Dua jenis nyamuk sebagai vektor DBD di Indonesia
yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Purnamasari dkk., 2016). Mempelajari prilaku dan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan nyamuk Aedes spp. merupakan hal yang penting
karena sangat berguna sebagai dasar dalam menyusun salah satu strategi pengendalian nyamuk
sebagai vektor demam berdarah dengue (DBD). Hal ini dikarenakan belum adanya vaksin atau
obat yang direkomendasikan untuk pengobatan dan pencegahan penyakit tersebut, sehingga satu-
satuya upaya yang dapat dilakukan dan diandalkan adalah pengendalian populasi vektor tersebut
(Agustin, 2017).

28
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 7, No. 1: 22-30 E-ISSN: 2540-9492
November-Januari 2023

PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa keberadaan nyamuk Aedes spp. sebagai vektor
demam berdarah dengue (DBD) banyak terdistribusi di Gampong Pineung Kecamatan Syiah
Kuala di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Jumlah total rata-rata telur
Aedes spp indoor tidak berbeda nyata (P> 0,05) dibandingkan pada ovitrap outdoor, sedangkan
jumlah total rata-rata telur nyamuk indoor dan outdoor antar dusun berbeda nyata (P<0,05).
Jumlah rata-rata larva Aedes agypti pada ruang indoor berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan
dengan larva Aedes albopictus. Begitu pula dengan jumlah rata-rata larva Aedes agypti pada
ruang outdoor berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan larva Aedes albopictus.
Saran
Perlu dilakukannya perhitungan jumlah telur yang netas dan tidak netas guna mengetahui
estimasi populasi nyamuk betina dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

Adifian., H. Ishak, dan R. L. Ane. 2013. Kemampuan Adaptasi Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus Dalam Berkembang Biak Berdasarkan Jenis Air. Laporan Penelitian. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar.
Afif. 2017. Kasus Demam Berdarah Di Banda Aceh Masuk Kejadian Luar Biasa.
https://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-demam-berdarah-di-banda-aceh-masuk-
kejadian-luar-biasa.html.1 Mei 2018
Anwar,C.,R.A.Lavita., dan D.Handayani. 2014. Identifikasi dan distribusi nyamuk Aedes sp. Sebagai
vektor penyakit demam berdarah dengue di beberapa daerah di Sumatera Selatan. Departemen
Parasitologi Fakultas Kedokteran Unsri. 46(2) :111-11.
Agustin., I.U.Tarwotjoo, dan R.Rahardian. 2017. Perilaku bertelur dan siklus hidup Aedes Agypti
pada berbagai media air. Jurnal Biologi UNDIP. 6(4): 71-8.1
Athaillah, F., S.P. B. Hasibuan, dan Eliawardani. 2017. Identifikasi dan distribusi nyamuk Aedes
vektor penyebab demam berdarah dengue (DBD) di dalam kampus Universitas Syiah
Kuala. JIMVET. 01(2):136-147.
Athaillah, F. 2015. Ecological Studies Of Aedes Mosquitoes In Banda Aceh, Indonesia 5 Years
After Tsunami.Tesis. University Sains Malaysia.
[DEPKES] Departemen kesehatan RI. 2002. Pemeriksaan Kuman Penyakit Menular. Ditjen
PPM dan PLP Dep. Kes.RI.
Dian, R. 2004. Jumlah dan Daya Tetas Telur, serta Perkembangan Pradewasa Aedes aegypti di
Laboratorium.Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dinkes Aceh . 2012. Laporan Kasus Dan Kematian Penyakit Demam Berdarah Dengue Provinsi
Aceh Tahun 2011. Seksi P2 dan KLB Dinas Kesehatan Provinsi, Banda Aceh.
Ditjen PP dan PL. 2008. Kunci Identifikasi Nyamuk Aedes, Jakarta.
Fadilla, Z., U. K. Hadi, dan S. Setiyaningsih. 2015. Bioekologi vektor demam berdarah dengue
(DBD) serta deteksi virus Dengue pada Aedes aegypti (Linnaeus) dan Ae. albopictus
(Skuse) (Diptera: Culicidae) di kelurahan endemik DBD Bantarjati, Kota Bogor. Jurnal
Entomologi Indonesia. 12 (1) : 31-38
Hasibuan, S.P. 2017. Identifikasi dan Distribusi Nyamuk Aedes Vektor Penyebab

29
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 7, No. 1: 22-30 E-ISSN: 2540-9492
November-Januari 2023
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Dalam Kampus Universitas Syiah Kuala. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Hasyimi, H, dan M. Soekirno. 2004. Pengamatan tempat perindukan Aedes Aegypti pada tempat
penampungan air rumah tangga pada masyarakat pengguna air olahan. Jurnal Ekologi
Kesehatan. 3(1): 17-18.
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya. Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.
Kristiana, I. D., E. Ratnasari, dan T. Haryono. 2015. Pengaruh ekstrak daun bintaro (cerbera
odollam) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes Aegypti. LenteraBio. 4(2) :131-135.
Morato, V.,C.G. Teixeira, M.G. Gomes, A.C, Bergamaschi. D,P dan Barreto, M.L. 2005.
Infestation of Aedes aegypti Estimated by Oviposition Trap in Brazil. Rev Sauda
Publica. 39(4):553-558.
Palgunadi, B.U. dan A. Rahayu. 2011. Aedes Aegypti sebagai vektor penyakit demam berdarah
dengue. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya, Surabaya.
Purnamasari. A.,B.S. Kadir, dan Marthyni. 2016. Distribusi Keruangan Spesies Larva Aedes sp.
dan Karakteristik Tempat Perkembangbiakan di Kelurahan Karunrung Kota Makassar.
Jurnal Bionature. 17(1): 8-13
Ramadhani,M.M,dan H.Astuty.2013. Kepadatan dan penyebaran Aedes Aegypti setelah
penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Fakultas kedokteran.Universitas
Indonesia. Jakarta. 1(1) :10-14.
Rati,G.,Hasmiwati, dan E.Rustam.2016. Perbandingan efektivitas berbagai media ovitrap
terhadap jumlah telur Aedes Spp yang Terperangkap di Kelurahan Jati Kota Padang.
Jurnal kesehatan Andalas.5(2): 1-5.
Riandi,M.,U.U,K.Hadi dan S. Soviana. 2017. Karakteristik habitat dan keberadaan larva Aedes
spp. pada wilayah kasus demam berdarah dengue tertinggi dan terendah di Kota
Tasikmalaya. Jurnal ASPIRATOR. 9(1) : 43-50.
WHO. 2004. Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatanm Pencegahan dan
Pengendalian.EGC, Jakarta.
WHO. 2005. Tropical Disease Research, Making Health Research Work For Poor People,
Progress 2003 – 2004.Seventeenth Programme Report.
WHO. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. EGC,
Jakarta
Wulandari, T.K.2001. Vektor demam berdarah dan penanggulangannya, Mutiara Medica. 1 (1):
27-30.

30

Anda mungkin juga menyukai