MAKALAH
IKLIM DAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DANGUE
OLEH:
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................3
C. TUJUAN.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4
A. TABEL REKAP.................................................................................................4
B. PENYAKIT DBD DAN IKLIM.......................................................................10
C. SOLUSI............................................................................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................13
A. KESIMPULAN................................................................................................13
B. SARAN.............................................................................................................13
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan iklim, peningkatan mobilitas
penduduk, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan kepadatan dan distribusi
penduduk yang tidak merata serta unsur epidemiologi. Nyamuk Aedes aegypti
mengalami peningkatan pada musim penghujan karena curah hujan, suhu udara dan
kelembaban udara sangat mempengaruhi siklus hidup nyamuk dan meningkatkan
daya perkembangbiakan nyamuk, selain itu juga mempengaruhi perilaku menggigit
dan jumlah normal nyamuk pada populasi nyamuk (Susanna, Eryando, and
Ramadhani 2022).
2
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. TABEL REKAP
4
penyebab DBD.
5
bertendensi itu, faktor perilaku dan partisipasi
menimbulkan renjatan masyarakat yang masih kurang
(shock) dan kematian. dalam kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) serta
faktor pertambahan jumlah
penduduk dan faktor peningkatan
mobilitas penduduk yang sejalan
dengan semakin membaiknya
sarana transportasi menyebabkan
penyebaran virus DBD semakin
mudah dan semakin luas.
Perubahan iklim dapat
memperpanjang masa penularan
penyakit yang ditularkan melalui
vector dan mengubah luas
geografinya, dengan
kemungkinan menyebar ke daerah
yang kekebalan populasinya
rendah atau dengan infrastruktur
kesehatan masyarakat yang
kurang. Selain perubahan iklim
faktor risiko yang mungkin
mempengaruhi penularan DBD
adalah faktor lingkungan,
urbanisasi, mobilitas penduduk,
kepadatan penduduk, dan
transportasi
6
3. Nurul Demam berdarah Iklim adalah pola cuaca rata-rata
Amaliyah/K06222201 dengue merupakan di wilayah yang luas dalam
2 salah satu penyakit jangka waktu yang relatif lama.
infeksi yang paling Proses pembentukan cuaca dan
sering terjadi di iklim merupakan kombinasi dari
daerah tropis, variabel atmosfer yang sama yang
termasuk Indonesia. disebut unsur iklim.
Demam berdarah
dengue (DBD) Suhu berpengaruh pada
disebabkan oleh virus
dengue dari genus
kelangsungan hidup,
Flavivirus, famili
pertumbuhan dan,
Flaviviridae. Virus
perkembangannya. Peningkatan
dengue dapat
suhu udara akan mengubah pola-
menginfeksi manusia
pola vegetasi, dan juga
melalui gigitan
penyebaran serangga seperti
nyamuk genus Aedes,
nyamuk yang akan mampu
terutama Ae. aegypti
bertahan di wilayah yang
dan Ae. Albopictus.
sebelumnya terlalu dingin untuk
Nyamuk Ae. aegypti
perkembangbiakan mereka.
dan Ae. albopictus
adalah nyamuk tropis
Adaptasi suatu spesies terhadap
yang biasanya
keadaan suhu udara yang tinggi
ditemukan pada
dan rendah akan memengaruhi
habitat yang berbeda.
sebaran geografik spesies tersebut
Perbedaan habitat
begitu juga nyamuk Aedes
kedua genus Aedes
7
merupakan salah satu Aegypti. Penurunan suhu akan
mekanisme untuk
mempertahankan mempengaruhi ketahanan hidup
koeksistensi nyamuk dewasa sehingga akan
geografis. Ae. aegypti mempengaruhi penularan virus
sering ditemukan di dengue dan juga mempengaruhi
daerah perkotaan dan pola menggigit dan reproduksi
domestik, yakni di nyamuk serta meningkatkan
sekitar tempat tinggal
manusia dan
kepadatan populasi nyamuk.
cenderung
berkembang biak di
Curah hujan yang tinggi akan
kontener buatan,
menambah jumlah tempat
sedangkan Ae.
perindukkan nyamuk secara alami
Albopictus lebih
berupa wadah yang dapat
menyukai daerah
menampung air sehingga wadah
pedesaan, umumnya
tersebut dapat menjadi tempat
pada tempat
berkembangbiaknya nyamuk
penampungan air dan
Aedes aegypti dan menyebabkan
berkembang di habitat
meningkatnya kejadian DBD.
alami.
Curah hujan ideal artinya hujan
yang tidak sampai menimbulkan
banjir dan menggenang di suatu
wadah. Indeks Curah Hujan
(ICH) tidak secara langsung
mempengaruhi
perkembangbiakan nyamuk,
8
tetapi berpengaruh pada curah
hujan ideal. Kelembaban udara
merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan nyamuk.
Kelembaban optimal yang
diperlukan untuk pertumbuhan
nyamuk berkisar antara 60-80%.
Umur nyamuk betina ratarata
mencapai 10 hari. Namun, dengan
keadaan kelembaban yang
optimal umur nyamuk dapat
mencapai lebih dari 1 bulan.
Secara tidak langsung
kelembaban dapat berpengaruh
terhadap umur nyamuk dalam
9
4. Luthfiah Demam Berdarah
Zulfa/K062222013 Dengue (DBD)
merupakan salah satu
penyakit akut yang
diakibatkan infeksi
virus dengue oleh
nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes
Albopictus. Kedua
jenis nyamuk ini
merupakan nyamuk
yang ditemukan di
daerah tropic dan sub
tropic sehingga
hampir terdapat di
seluruh pelosok
Indonesia.
Meningkatnya DBD
ini disebabkan oleh
beberapa faktor
penting diantaranya
tidak
terkontrolnya
urbanisasi sehingga
menyebabkan
tingginya
10
pertumbuhan
penduduk daerah
kumuh dan kurang
efektifnya gaya hidup
masyarakat sekitar
yang berkaitan erat
dengan gaya hidup
masyarakat dalam
mengelola sarana air
bersih, saluran air
hujan, genangan, dsb.
Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling
sering terjadi di daerah tropis, termasuk Indonesia. Demam berdarah dengue (DBD)
disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus
dengue dapat menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk genus Aedes, terutama
Ae. aegypti dan Ae. Albopictus. Nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus adalah
nyamuk tropis yang biasanya ditemukan pada habitat yang berbeda. Perbedaan
habitat kedua genus Aedes merupakan salah satu mekanisme untuk mempertahankan
koeksistensi geografis. Ae. aegypti sering ditemukan di daerah perkotaan dan
domestik, yakni di sekitar tempat tinggal manusia dan cenderung berkembang biak di
kontener buatan, sedangkan Ae. Albopictus lebih menyukai daerah pedesaan,
umumnya pada tempat penampungan air dan berkembang di habitat alami (Ernyasih
et al. 2022).
Penularan penyakit DBD dipengaruhi oleh faktor iklim, antara lain suhu,
11
kelembapan udara, dan curah hujan. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan
banyaknya akumulasi air di udara dan mengakibatkan genangan air mendadak.
Genangan air menjadi tempat favorit yamuk untuk berkembang biak.
Perkembangbiakan yang banyak dan cepat dapat meningkatkan kejadian DBD
(Maghfiroh, Arifianto, and Virgianto 2022). Suhu dan kelembaban udara merupakan
salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan vektor utama DBD,
yaitu Ae. aegypti. Nyamuk Ae. aegypti akan meletakkan telurnya pada temperatur
udara sekitar 20oC sampai 30oC. Telur yang diletakkan dalam air akan menetas pada
waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30oC, tetapi pada temperatur 16oC membutuhkan
waktu sekitar 7 hari (Yanto 2022).
C. SOLUSI
Pengendalian DBD yang lain adalah dengan cara mencegah gigitan nyamuk
dengan memakai pakian yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh, kecuali muka
dan penggunaan net atau kasa di rumah-rumah.
Faktor perilaku yang berhubungan dengan PSN demam berdarah dengue menurut
Kemenkes RI, 2014 seperti:
1. Menguras dan menyikat tempat penampungan air (TPA) seperti bak mandi/wc,
drum dan lain-lain sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (TPA) seperti gentong air,
tempayan dan lain-lain.
3. Menyingkirkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung
air hujan.
4. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lain yang
sejenis seminggu sekali
5. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak.
6. Menutup lubang pagar pada pagar bambu atau pohon dengan tanah atau adukan
semen.
12
7. Menabur bubuk larvasida misalnya pada tempat-tempat yang sulit dikuras atau di
daerah yang sulit air.
8. Memelihara ikan memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bakbak
penampungan air.
BAB III
PENUTUP
13
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) di di masyarakat secara keseluruhan dengan mengikuti program PSN, yang
dapat menekan angka kejadian DBD dalam mencegah penyakit DBD.
DAFTAR PUSTAKA
14
Kerawanan Penyakit Demam Berdarah Dengue Tahun 2010 – 2019 Di Kota
Banda Aceh.” Jurnal Serambi Engineering 6(1):1607–15.
Ciptono, Fachri Anantyo, Martini, Sri Yuliawati, and Lintang Dian Saraswati. 2021.
“Gambaran Demam Berdarah Dengue Kota Semarang Tahun 2014-2019.”
11(February):6.
Ernyasih, Mar’atu Shalihat, Triana Srisantyorini, Munaya Fauziah, and Andriyani.
2022. “Studi Literature Hubungan Variasi Iklim (Curah Hujan, Suhu Udara Dan
Kelembaban Udara) Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Indonesia
Tahun 2007 – 2020.” Environmental Occupational Health and Safety Journal
2(1):35–48.
Iyananda Auliya Safrullah: Maghfiroh, Fendiarni Luthfi, Fendy Arifianto, and Rista
Hernandi Virgianto. 2022. “Potensi Kejadian Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan Skenario Perubahan Iklim RCP4.5 Di Kabupaten Badung,Bali.”
Jurnal Vektor Penyakit 16(1):11–22.
Iqrayati: Hendayani, Yuldan and Iseu Siti Aisyah. 2022. “Hubungan Faktor
Lingkungan Dan Kebiasaan 3M Plus Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Manonjaya.” Jurnal Kesehatan
Komunitas Indonesia 18(1):406–15.
Luthfiah Zulfa: Yanto, Nana Putri. 2022. “Hubungan Iklim Terhadap Kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Palembang Tahun 2003-2013.” 12(2):114–24.
Nurul Amaliyah: Susanna, Dewi, Tris Eryando, and Siti Nurhalizah Ramadhani.
2022. “Analisis Trend Iklim Penyebab Kejadian Demam Berdarah Dengue
( Dbd ) Di Kota Batam Tahun 2016- 2021.” 6(7):1972–82.
Saragih, Izzah Dienillah, Reinpal Fahlefi, Devi Juliana Pohan, and Sri Rezeki Hartati.
2022. “Analisis Indikator Masukan Program Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue Di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.” Contagion: Scientific
Periodical Journal of Public Health and Coastal Health 1(01).
Widyantoro, Wahyu, Nurjazuli Nurjazuli, and Yusniar Hanani. 2021. “Pengendalian
Demam Berdarah Dengue (DBD) Berbasis Masyarakat Di Indonesia: Systematic
Review.” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 10(03):200–207.
15