Anda di halaman 1dari 18

SAMPUL

Mata Kuliah : Penyakit Berbasis Lingkungan


Dosen : Prof. dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc.,PhD

MAKALAH
IKLIM DAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DANGUE

OLEH:

Iyananda Auliya Safrullah (K062222001)


Iqrayati (K062222011)
Nurul Amaliyah (K062222012)
Luthfiah Zulfa (K062222013)

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
DAFTAR ISI

SAMPUL........................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................3
C. TUJUAN.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4
A. TABEL REKAP.................................................................................................4
B. PENYAKIT DBD DAN IKLIM.......................................................................10
C. SOLUSI............................................................................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................13
A. KESIMPULAN................................................................................................13
B. SARAN.............................................................................................................13

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang


disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini dapat menyerang kapan saja sepanjang tahun dan mempengaruhi orang-
orang dari segala usia,dengan gejala termasuk suhu tinggi, pendarahan, dan
ketidaknyamanan otot atau sendi. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan
penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang terus menjadi isu global. Angka kejadian
infeksi virus dengue di dunia meningkat 30 kali lipat dalam lima puluh tahun terakhir.
Tercatat sekitar 50–100 juta infeksi terjadi setiap tahunnya di lebih dari 100 negara
endemis, termasuk Indonesia (Ernyasih et al. 2022).

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa persentase Dengue


Haemorogic Fever (DHF) atau kasus Demam Berdarah pada tahun 2017 untuk
Indonesia yaitu 26,12% sedangkan angka bebas jentik yaitu 46,7% (Asniati,
Indirawati, and Slamet 2021).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, Kasus DBD yang


dilaporkan pada tahun 2019 tercatat sebanyak 138.127 kasus. Jumlah ini meningkat
dibandingkan tahun 2018 sebesar 65.602 kasus. Kematian karena DBD pada tahun
2019 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 yaitu dari 467 menjadi
919 kematian (Ciptono et al. 2021).

Penyebab adanya peningkatan penyakit demam berdarah ini disebabkan oleh


perubahan iklim dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangan nyamuk.
Sesuai dengan penjelasan, bahwa tingginya penyebaran kasus DBD yang terjadi

1
kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan iklim, peningkatan mobilitas
penduduk, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan kepadatan dan distribusi
penduduk yang tidak merata serta unsur epidemiologi. Nyamuk Aedes aegypti
mengalami peningkatan pada musim penghujan karena curah hujan, suhu udara dan
kelembaban udara sangat mempengaruhi siklus hidup nyamuk dan meningkatkan
daya perkembangbiakan nyamuk, selain itu juga mempengaruhi perilaku menggigit
dan jumlah normal nyamuk pada populasi nyamuk (Susanna, Eryando, and
Ramadhani 2022).

Perubahan musim dari kemarau ke penghujan juga merupakan titik lemah


ledakan kasus Demam Berdarah Dengue, yang kemudian didukung oleh genangan air
yang biasanya digunakan oleh nyamuk untuk tumbuh dan berkembangbiak.
Berdasarkan penelitian, nyamuk memiliki suhu ideal yang normal untuk pertumbuhan
dan perkembangannya antara 25o-27oC. Nyamuk berhenti berkembangbiak pada
suhu di bawah 10oC dan pada suhu lebih dari 40oC telur nyamuk memerlukan waktu
7 sampai 8 hari untuk menjadi nyamuk dewasa, dan dapat berkembang biak lebih
lama jika kondisi lingkungan tidak stabil. Pada kelembaban udara di bawah 60%
umur hidup nyamuk akan semakin terbatas (Susanna et al. 2022).

Program pengendalian DBD merupakan upaya untuk menghentikan dan


mencegah penularan penyakit dari penderita ke orang sehat melalui pengendalian
vektor. Upaya pemberantasan penyakit DBD berdasarkan Kepmenkes
No.581/MENKES/SK/VII/1992, dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh
pemerintah dengan peran serta masyarakat yang meliputi, pencegahan dengan
melakukan PSN, penemuan, pertolongan, dan pelaporan, penyelidikan epidemiologi
dan pengamatan penyakit, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain, dan
penyuluhan kesehatan. Kesuksesan dari program penanggulangan DBD pastinya akan
memberikan hal positif dalam upaya menurunkan angka kasus DBD (Saragih et al.
2022).

2
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penyakit Demam Berdarah Dengue?


2. Pengaruh iklim terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue?

C. TUJUAN

1. Menetahui apa itu penyakit Demam Berdarah Dengue.


2. Mengetahui pengaruh iklim terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. TABEL REKAP

No. Penyakit DBD Iklim dan DBD

1. Iyananda Auliya Demam Berdarah Meningkatnya kasus DBD dapat


Safrullah/K062222001 Dengue (DBD) masih dipengaruhi oleh faktor iklim
menjadi permasalahan yang meliputi curah hujan, suhu
kesehatan masyarakat udara, dan kelembapan.3 Curah
di Indonesia sampai hujan dapat menambah tempat
saat ini.Penyakit ini perkembangbiakan nyamuk
perlu diwaspadai Aedes. Suhu udara dapat
karena mempunyai memengaruhi durasi menetasnya
patogenisitas yang telur Aedes menjadi larva
cepat, mudah kemudian menjadi pupa dan
menyebar, dan dapat dewasa/nyamuk. Kelembapan
menyebabkan udara dapat memengaruhi
transmisi nyamuk Aedes,

kematian dalam dikarenakan bersifat sensitif

waktu yang singkat. terhadap kelembapan.3,4 Curah


hujan pada interval 100 hingga
300 mm/bulan atau 1500 hingga
3500 mm/tahun dapat
meningkatkan

3,5,6 perkembangbiakan nyamuk

4
penyebab DBD.

Selain itu, perkembangbiakan


nyamuk akan meningkat pada
suhu berkisar 20°C hingga 30°C
dan pertumbuhan nyamuk akan
terhenti sama sekali bila suhu
kurang dari 10°C atau lebih dari
40°C. 3, 4 Sedangkan
kelembapan untuk pertumbuhan
nyamuk Aedes aegypti berkisar
60% hingga 90% dan pada
kelembaban kurang dari 60%
umur nyamuk

3,7 akan menjadi pendek.

2. Iqrayati DBD adalah penyakit Perubahan iklim menyebabkan


Kasrudin/K062222011 infeksi oleh virus perubahan curah hujan, suhu,
dengue yang kelembaban, arah udara sehingga
ditularkan melalui berefek terhadap ekosistem
gigitan nyamuk daratan dan lautan serta
Aedes, dengan ciri berpengaruh terhadap kesehatan
demam tinggi terutama terhadap
mendadak disertai perkembangbiakan vector
manifestasi penyakit seperti nyamuk Aedes,
perdarahan dan Anopheles, dan lainnya. Selain

5
bertendensi itu, faktor perilaku dan partisipasi
menimbulkan renjatan masyarakat yang masih kurang
(shock) dan kematian. dalam kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) serta
faktor pertambahan jumlah
penduduk dan faktor peningkatan
mobilitas penduduk yang sejalan
dengan semakin membaiknya
sarana transportasi menyebabkan
penyebaran virus DBD semakin
mudah dan semakin luas.
Perubahan iklim dapat
memperpanjang masa penularan
penyakit yang ditularkan melalui
vector dan mengubah luas
geografinya, dengan
kemungkinan menyebar ke daerah
yang kekebalan populasinya
rendah atau dengan infrastruktur
kesehatan masyarakat yang
kurang. Selain perubahan iklim
faktor risiko yang mungkin
mempengaruhi penularan DBD
adalah faktor lingkungan,
urbanisasi, mobilitas penduduk,
kepadatan penduduk, dan
transportasi

6
3. Nurul Demam berdarah Iklim adalah pola cuaca rata-rata
Amaliyah/K06222201 dengue merupakan di wilayah yang luas dalam
2 salah satu penyakit jangka waktu yang relatif lama.
infeksi yang paling Proses pembentukan cuaca dan
sering terjadi di iklim merupakan kombinasi dari
daerah tropis, variabel atmosfer yang sama yang
termasuk Indonesia. disebut unsur iklim.
Demam berdarah
dengue (DBD) Suhu berpengaruh pada
disebabkan oleh virus
dengue dari genus
kelangsungan hidup,
Flavivirus, famili
pertumbuhan dan,
Flaviviridae. Virus
perkembangannya. Peningkatan
dengue dapat
suhu udara akan mengubah pola-
menginfeksi manusia
pola vegetasi, dan juga
melalui gigitan
penyebaran serangga seperti
nyamuk genus Aedes,
nyamuk yang akan mampu
terutama Ae. aegypti
bertahan di wilayah yang
dan Ae. Albopictus.
sebelumnya terlalu dingin untuk
Nyamuk Ae. aegypti
perkembangbiakan mereka.
dan Ae. albopictus
adalah nyamuk tropis
Adaptasi suatu spesies terhadap
yang biasanya
keadaan suhu udara yang tinggi
ditemukan pada
dan rendah akan memengaruhi
habitat yang berbeda.
sebaran geografik spesies tersebut
Perbedaan habitat
begitu juga nyamuk Aedes
kedua genus Aedes

7
merupakan salah satu Aegypti. Penurunan suhu akan
mekanisme untuk
mempertahankan mempengaruhi ketahanan hidup
koeksistensi nyamuk dewasa sehingga akan
geografis. Ae. aegypti mempengaruhi penularan virus
sering ditemukan di dengue dan juga mempengaruhi
daerah perkotaan dan pola menggigit dan reproduksi
domestik, yakni di nyamuk serta meningkatkan
sekitar tempat tinggal
manusia dan
kepadatan populasi nyamuk.
cenderung
berkembang biak di
Curah hujan yang tinggi akan
kontener buatan,
menambah jumlah tempat
sedangkan Ae.
perindukkan nyamuk secara alami
Albopictus lebih
berupa wadah yang dapat
menyukai daerah
menampung air sehingga wadah
pedesaan, umumnya
tersebut dapat menjadi tempat
pada tempat
berkembangbiaknya nyamuk
penampungan air dan
Aedes aegypti dan menyebabkan
berkembang di habitat
meningkatnya kejadian DBD.
alami.
Curah hujan ideal artinya hujan
yang tidak sampai menimbulkan
banjir dan menggenang di suatu
wadah. Indeks Curah Hujan
(ICH) tidak secara langsung
mempengaruhi
perkembangbiakan nyamuk,

8
tetapi berpengaruh pada curah
hujan ideal. Kelembaban udara
merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan nyamuk.
Kelembaban optimal yang
diperlukan untuk pertumbuhan
nyamuk berkisar antara 60-80%.
Umur nyamuk betina ratarata
mencapai 10 hari. Namun, dengan
keadaan kelembaban yang
optimal umur nyamuk dapat
mencapai lebih dari 1 bulan.
Secara tidak langsung
kelembaban dapat berpengaruh
terhadap umur nyamuk dalam

kesempatannya untuk menjadi


vektor. Pada kelembaban tinggi
menyebabkan nyamuk cepat
lemah dan dapat menyebabkan
kematian. Pada kelembaban
kurang dari 60% umur nyamuk
akan menjadi pendek sehingga
tidak cukup untuk siklus
pertumbuhan virus dalam tubuh
nyamuk.

9
4. Luthfiah Demam Berdarah
Zulfa/K062222013 Dengue (DBD)
merupakan salah satu
penyakit akut yang
diakibatkan infeksi
virus dengue oleh
nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes
Albopictus. Kedua
jenis nyamuk ini
merupakan nyamuk
yang ditemukan di
daerah tropic dan sub
tropic sehingga
hampir terdapat di
seluruh pelosok
Indonesia.
Meningkatnya DBD
ini disebabkan oleh
beberapa faktor
penting diantaranya
tidak

terkontrolnya
urbanisasi sehingga
menyebabkan
tingginya

10
pertumbuhan
penduduk daerah
kumuh dan kurang
efektifnya gaya hidup
masyarakat sekitar
yang berkaitan erat
dengan gaya hidup
masyarakat dalam
mengelola sarana air
bersih, saluran air
hujan, genangan, dsb.

B. PENYAKIT DBD DAN IKLIM

Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling
sering terjadi di daerah tropis, termasuk Indonesia. Demam berdarah dengue (DBD)
disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus
dengue dapat menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk genus Aedes, terutama
Ae. aegypti dan Ae. Albopictus. Nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus adalah
nyamuk tropis yang biasanya ditemukan pada habitat yang berbeda. Perbedaan
habitat kedua genus Aedes merupakan salah satu mekanisme untuk mempertahankan
koeksistensi geografis. Ae. aegypti sering ditemukan di daerah perkotaan dan
domestik, yakni di sekitar tempat tinggal manusia dan cenderung berkembang biak di
kontener buatan, sedangkan Ae. Albopictus lebih menyukai daerah pedesaan,
umumnya pada tempat penampungan air dan berkembang di habitat alami (Ernyasih
et al. 2022).

Penularan penyakit DBD dipengaruhi oleh faktor iklim, antara lain suhu,

11
kelembapan udara, dan curah hujan. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan
banyaknya akumulasi air di udara dan mengakibatkan genangan air mendadak.
Genangan air menjadi tempat favorit yamuk untuk berkembang biak.
Perkembangbiakan yang banyak dan cepat dapat meningkatkan kejadian DBD
(Maghfiroh, Arifianto, and Virgianto 2022). Suhu dan kelembaban udara merupakan
salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan vektor utama DBD,
yaitu Ae. aegypti. Nyamuk Ae. aegypti akan meletakkan telurnya pada temperatur
udara sekitar 20oC sampai 30oC. Telur yang diletakkan dalam air akan menetas pada
waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30oC, tetapi pada temperatur 16oC membutuhkan
waktu sekitar 7 hari (Yanto 2022).

C. SOLUSI
Pengendalian DBD yang lain adalah dengan cara mencegah gigitan nyamuk
dengan memakai pakian yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh, kecuali muka
dan penggunaan net atau kasa di rumah-rumah.

Faktor perilaku yang berhubungan dengan PSN demam berdarah dengue menurut
Kemenkes RI, 2014 seperti:

1. Menguras dan menyikat tempat penampungan air (TPA) seperti bak mandi/wc,
drum dan lain-lain sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (TPA) seperti gentong air,
tempayan dan lain-lain.
3. Menyingkirkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung
air hujan.
4. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lain yang
sejenis seminggu sekali
5. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak.
6. Menutup lubang pagar pada pagar bambu atau pohon dengan tanah atau adukan
semen.

12
7. Menabur bubuk larvasida misalnya pada tempat-tempat yang sulit dikuras atau di
daerah yang sulit air.
8. Memelihara ikan memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bakbak
penampungan air.

Upaya pemberantasan DBD menurut Widyantoro et al., (2021) dilakukan antara


lain melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan penderita, pengamatan
penyakit dan penyelidikan epidemiologi dan penyuluhan kepada masyarakat.
Pemerintah telah melakukan berbagai strategi, pendekatan dan program untuk
penanggulangan DBD, salah satu program pencegahan penyakit DBD telah dilakukan
antara lain dengan memutus rantai penularan nyamuk dengan cara kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M (menguras, menutup dan
mengubur). PSN merupakan cara pemberantasan yang lebih aman, murah dan
sederhana sehingga pada tahun 1992 pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam
pengendalian vektor DBD lebih menitikberatkan pada program PSN DBD. Program
berbasis masyarakat yang menggunakan berbagai intervensi sebagai strategi utama
untuk untuk mengontrol atau mencegah penularan virus dengue ( Hendayani, Yuldan
& Aisyah, 2022).

BAB III

PENUTUP

13
A. KESIMPULAN

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama (primer) dalam penyebaran


penyakit DBD dan Aedes albopictus sebagai vektor sekunder yang juga penting
dalam mendukung keberadaan virus. Morfologi perkembangan nyamuk adalah telur
menjadi larva lalu menjadi pupa lalu nyamuk dewasa. Penyakit Demam Berdarah
Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang ditandai dengan demam
mendadak 2 sampai 7 hari. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah salah satu
penyakit endemis di Indonesia yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh
Aedes Aegypti serta meningkatnya kejadian DBD tersebut dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor, salah satunya adalah faktor iklim.

B. SARAN
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) di di masyarakat secara keseluruhan dengan mengikuti program PSN, yang
dapat menekan angka kejadian DBD dalam mencegah penyakit DBD.

DAFTAR PUSTAKA

Asniati, Asniati, SM Indirawati, and B. Slamet. 2021. “Analisis Sebaran Spasial

14
Kerawanan Penyakit Demam Berdarah Dengue Tahun 2010 – 2019 Di Kota
Banda Aceh.” Jurnal Serambi Engineering 6(1):1607–15.
Ciptono, Fachri Anantyo, Martini, Sri Yuliawati, and Lintang Dian Saraswati. 2021.
“Gambaran Demam Berdarah Dengue Kota Semarang Tahun 2014-2019.”
11(February):6.
Ernyasih, Mar’atu Shalihat, Triana Srisantyorini, Munaya Fauziah, and Andriyani.
2022. “Studi Literature Hubungan Variasi Iklim (Curah Hujan, Suhu Udara Dan
Kelembaban Udara) Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Indonesia
Tahun 2007 – 2020.” Environmental Occupational Health and Safety Journal
2(1):35–48.
Iyananda Auliya Safrullah: Maghfiroh, Fendiarni Luthfi, Fendy Arifianto, and Rista
Hernandi Virgianto. 2022. “Potensi Kejadian Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan Skenario Perubahan Iklim RCP4.5 Di Kabupaten Badung,Bali.”
Jurnal Vektor Penyakit 16(1):11–22.
Iqrayati: Hendayani, Yuldan and Iseu Siti Aisyah. 2022. “Hubungan Faktor
Lingkungan Dan Kebiasaan 3M Plus Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Manonjaya.” Jurnal Kesehatan
Komunitas Indonesia 18(1):406–15.
Luthfiah Zulfa: Yanto, Nana Putri. 2022. “Hubungan Iklim Terhadap Kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Palembang Tahun 2003-2013.” 12(2):114–24.
Nurul Amaliyah: Susanna, Dewi, Tris Eryando, and Siti Nurhalizah Ramadhani.
2022. “Analisis Trend Iklim Penyebab Kejadian Demam Berdarah Dengue
( Dbd ) Di Kota Batam Tahun 2016- 2021.” 6(7):1972–82.
Saragih, Izzah Dienillah, Reinpal Fahlefi, Devi Juliana Pohan, and Sri Rezeki Hartati.
2022. “Analisis Indikator Masukan Program Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue Di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.” Contagion: Scientific
Periodical Journal of Public Health and Coastal Health 1(01).
Widyantoro, Wahyu, Nurjazuli Nurjazuli, and Yusniar Hanani. 2021. “Pengendalian
Demam Berdarah Dengue (DBD) Berbasis Masyarakat Di Indonesia: Systematic
Review.” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 10(03):200–207.

15

Anda mungkin juga menyukai