Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

“Epidemiologi Penyakit Cikuya/Demam Kuning”

OLEH:
KELAS REGULAR F 2021
KELOMPOK 10

NELLI AGUSTIANI (J1A121293)


RASNI ETHIKA OKTAVIANI (J1A121307)
STEFAZZA PUTRI ZAAMA BADEN (J1A120320)
SUFI HERLINA (J1A121321)
ZIHAN VARISKA AMALYA (J1A121338)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan mata
kuliah Epidemiologi Penyakit Menular yang berjudul “Epidemiologi penyakit
cikuya/demam kuning”
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah kami, sehingga dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan umumnya
dan mahasiswa Universitas Halu Oleo khususnya.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekeliruan dalam pembuatan
makalah ini, maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun
agar pada pembuatan makalah berikutnya dapat lebih baik.

Kendari, 07 Maret 2023

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................. 4
A. Pengertian Demam Kuning .......................................................................... 4
B. Tanda dan Gejala Demam Kuning ............................................................... 4
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Demam Kuning .................................... 5
D. Pencegahan Demam Kuning ........................................................................ 7
E. Pemberantasan Demam Kuning ................................................................... 9
F. Pengobatan/Penatalaksanaan Demam Kuning ........................................... 10
BAB III ............................................................................................................. 12
PENUTUP ........................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang, dengan angka kematian
penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena
dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup masyarakat.
Terlebih dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang mendukung, tentu saja
kejadian kasus penyakit menular ini memerlukan penanganan yang lebih
vital, profesional dan berkualitas (MDG, keenam). Manusia sangat erat
hubungannya dengan lingkungan, karena lingkungan merupakan daya
dukung manusia untuk kelangsungan hidupnya. Dalam perkembangan
ilmu epidemiologi menggambarkan secara spesifik bahwa lingkungan
sejak lama mempengaruhi terjadinya suatu penyakit atau wabah.
Chikungunya misalnya, penyakit ini dikenal dengan penyakit flu
tulang, yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, yang vektor penular penyakitnya sama dengan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cara penanggulangan telah dikenal
oleh masyarakat secara luas. Penyakit ini ditandai oleh gejala flu, sakit
tulang belakang, sakit pada persendian, arthtritis pada sendi-sendi di
tangan dan tungkai. Penderita mengeluh tidak dapat bangun atau berjalan.
Pada penderita ada yang sembuh dalam beberapa hari, dan ada pula yang
sakit sampai berbulan-bulan. Penyakit Chikungunya tidak menyebabkan 2
kematian, akan tetapi dapat mengganggu aktivitas manusia. Penyakit
Chikungunya ini dapat juga menyatu dengan penyakit Demam Berdarah
ataupun dengan penyakit Demam Kuning yang mematikan (Sembel,
2008).
Demam kuning adalah penyakit demam berdarah (hemoraik) virus
akut yang ditularkan oleh nyamuk yang terinfeksi virus penyebab demam
kuning. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang
berbahaya. Tingkat kematian penyakit ini berkisar 20-50%, namun pada

1
2

kasus berat dapat melebihi 50%. Belum ditemukan pengobatan spesifik


untuk penyakit ini. Penyakit demam kuning dapat dicegah melalui
vaksinasi dan pengendalian vektor. Pemberian vaksin (vaksinasi0 dosis
tunggal dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit demam kuning
seumur hidup. Pada situasi kejadian luar biasa (KLB), naksinasi
diprioritaskan bagi masyarakat diwilayah terjangkit KLB yang belum
mendapatkan imunisasi. Sementara itu, pengendalian vektor yang baik dan
berkesinambungan terbukti efektif mencegah penyebaran penyakit ini.
Pada situasi KLB, Pengendalian vektor merupakan kegiatan pengendalian
utama disamping vaksinasi.
Penyakit demam kuning paling sering terjadi afrika dan Amerika
Selatan. Situasi epidemiologi demam kuning berbeda disetiap benua,
meskipun penyakit ini disebabkan oleh virus yang sama. Di Amerika
Selatan, Demam kuning banyak menyerang pekerja hutan. Di Afrika,
menyerang populasi di daerah pedesaan dan perkotaan dengan cakupan
imunisasi rendah.
Di Indonesia belum ditemukan kasus demam kunin, kesiapsiagaan
dan kewaspadaan dini di pintu masuk negara dan diwilayah perlu
ditingkatkan untuk mengantisipasi importasi kasus demam kunin di
Indonesia. Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan
semua pihak yang berkepentingan dalam melakukan pencegahan, deteksi,
dan respon penanggulangan penyakit demam kuning di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari Demam Kuning?
2) Apa saja tanda dan gejala Demam Kuning?
3) Apa faktor –faktor yang mempengaruhi Demam Kuning?
4) Bagaimana pencegahan dari Demam Kuning?
5) Bagaimana pemberantasan dari Demam Kuning?
6) Bagaimana pengobatan/penatalaksanan dari Demam Kuning?
3

C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pengertian dari Demam Kuning
2) Untuk mengetahui tanda dan gejala Demam Kuning
3) Untuk mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi Demam Kuning
4) Untuk mengetahui pencegahan dari Demam Kuning
5) Untuk mengetahui pemberantasan dari Demam Kuning
6) Untuk mengetahui pengobatan/penatalaksanan dari Demam Kuning
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demam Kuning


Demam kuning adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
dengan virus demam kuning. Virus adalah 40 sampai 50 nm menyelimuti
RNA virus dengan rasa positif dari keluarga, Flaviviridae.
Virus ini ditularkan oleh gigitan nyamuk (nyamuk demam
kuning,''Aedes aegypti'', dan spesies lainnya) dan ditemukan di daerah
tropis dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika, tetapi tidak di Asia.
Tuan rumah hanya dikenal dari virus adalah primata dan beberapa jenis
nyamuk. Asal usul penyakit ini paling mungkin Afrika, dari tempat itu
diperkenalkan ke Amerika Selatan melalui perdagangan budak pada abad
ke 16. Sejak abad ke-17, epidemi utama beberapa penyakit telah direkam
di Amerika, Afrika dan Eropa. Pada abad ke-19, demam kuning dianggap
salah satu penyakit menular paling berbahaya.
Penyakit ini menyajikan itu sendiri dalam banyak kasus dengan
demam, mual dan nyeri dan menghilang setelah beberapa hari. Pada
beberapa pasien, fase beracun berikut, di mana kerusakan hati dengan
penyakit kuning (pemberian nama penyakit) dapat terjadi dan
mengakibatkan kematian. Karena kecenderungan perdarahan meningkat
(diatesis pendarahan), demam kuning termasuk dalam kelompok demam
berdarah. WHO memperkirakan bahwa demam kuning 200.000
menyebabkan penyakit dan 30.000 kematian setiap tahun di populasi tidak
divaksinasi; sekitar 90% dari infeksi terjadi di Afrika.

B. Tanda dan Gejala Demam Kuning


Masa Inkubasi dalam tubuh selama 3 sampai 6 hari, diikuti oleh
infeksi yang dapat terjadi dalam satu atau dua tahap. fase ”akut”, fase ini
biasanya menyebabkan demam, nyeri otot dengan punggung menonjol,
sakit kepala, menggigil, kehilangan nafsu makan, dan mual atau muntah.

4
5

Kebanyakan pasien akan menunjukan Penyembuhan dan gejala


menghilang setelah 3 sampai 4 hari. Tetapi,15% dari pasien memasuki
fase kedua, lebih toksik dalam waktu 24 jam dimana awal dari masa kritis
.Pasien akan Kembali mengalami demam tinggi dan beberapa sistem
tubuh akan terkena. Pasien dengan cepat mengembangkan penyakit kuning
dan mengeluh sakit perut disertai muntah. Pendarahan dapat terjadi dari,
hidung, mulut, mata atau perut. Setelah ini terjadi, dapat ditemukan darah
di muntahan dan tinja. Fungsi ginjal memburuk. Setengah dari pasien yang
memasuki fase ini dalam waktu 10 sampai 14 hari akan meninggal,
sisanya sembuh tanpa kerusakan organ yang signifikan.
Pada awal timbul nya Gejala, Penyakit Demam Kuning ini sulit
untuk didiagnosa,. Hal ini karena hampir mirip dengan Penyakit malaria
berat, demam berdarah dengue, leptospirosis, hepatitis virus (terutama
bentuk fulminan hepatitis B dan D), dan penyakit lainnya juga seperti
demam berdarah (Bolivia, Argentina, Venezuela dan demam pada
hemoragik Flavivirus lainnya seperti West Nile, Zika virus dll) untuk
membedakan dengan penyakit lainnya, diperlukan. Tes darah untuk
mendeteksi antibodi demam kuning yang dihasilkan sebagai respons
terhadap infeksi. Beberapa teknik lain yang digunakan juga bisa untuk
mengidentifikasi virus dalam spesimen darah atau jaringan hati yang
dikumpulkan pada pasien yang telah meninggal akibat Demam kuning.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Demam Kuning


a. Faktor Agent
Demam kuning disebabkan oleh virus demam kuning yang
disebut Flavivirus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi
(2,3). Nyamuk demam kuning biasanya adalah nyamuk Aedes aegypti.
b. Faktor Host
Manusia dan monyet merupakan binatang utama yang terinfeksi
oleh virus ini.
6

c. Faktor Environment
Virus demam kuning hidup di daerah yang beriklim tropis.
Sehingga Demam kuning hanya terjadi di Afrika dan Amerika Selatan
di Negara yang terletak dekat khatulistiwa.
d. Port of entry and exit
Port of entry atau pintu masuk dari demam kuning ini adalah
kulit. Sedangkan Port of exit atau pintu keluarnya juga kulit dari host
karena agent/nyamuk mengigit kulit host dan menularkannya.
e. Transmisi
Virus demam kuning termasuk dalam kelompok arbovirus dari
genus Flavivirus, dan nyamuk adalah vektor utama. Nyamuk ini akan
membawa virus dari satu host ke yang lainnya, terutama antara monyet
ke monyet, dari monyet ke manusia, dan dari manusia ke manusia.
Beberapa spesies nyamuk Aedes dan Haemogogus dapat
menularkan virus. Baik nyamuk yang berkembang biak di sekitar
rumah (domestik), di hutan (liar) atau di kedua habitat (semi-
domestik).
Ada tiga jenis siklus penularan, yaitu:
1) Sylvatic (hutan) demam kuning: Di hutan hujan tropis, demam
kuning terjadi pada monyet yang terinfeksi oleh nyamuk liar.
Monyet-monyet yang terinfeksi kemudian menularkan virus
kepada nyamuk lain yang memakan mereka. Nyamuk yang
terinfeksi menggigit manusia yang masuk ke hutan, sehingga
dalam kasus-kasus tertentu penyakit demam kuning, sebagian besar
infeksi terjadi pada pria muda yang bekerja di hutan (misalnya
pekerja penebang pohon).
2) Intermediate demam kuning: Di daerah yang lembab atau semi-
lembab Afrika, pernah terjadi epidemi skala kecil. Nyamuk yang
berkembang biak di alam bebas dan di sekitar rumah tangga dapat
menginfeksi monyet dan manusia. Peningkatan Transmisi manusia
dan nyamuk yang terinfeksi menyebabkan di suatu daerah bisa
7

menderita kasus secara bersamaan. Ini adalah jenis yang paling


umum untuk wabah di Afrika. Sebuah wabah dapat menjadi
epidemi yang lebih parah jika infeksi terjadi di suatu daerah
penduduknya penduduknya tidak divaksinasi.dan perkembang
biakan nyamuk tidak di cegah.
3) Demam kuning Perkotaan: wabah besar terjadi ketika orang yang
terinfeksi virus demam kuning masuk ke daerah-daerah padat
penduduk dengan sejumlah besar orang yang tidak kebal dan
nyamuk Aedes. Nyamuk yang terinfeksi menularkan virus dari
orang ke orang.

D. Pencegahan Demam Kuning


1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah ukuran paling penting untuk mencegah demam
kuning. Di daerah berisiko tinggi di mana cakupan vaksinasi rendah,
pengendalian wabah melalui imunisasi sangat penting untuk mencegah
epidemi. Untuk mencegah wabah di seluruh wilayah yang terkena
dampak, cakupan vaksinasi harus mencapai minimal 60% sampai 80%
dari populasi yang berisiko. Hanya sedikit negara-negara endemik
yang baru-baru ini diuntungkan dari kampanye vaksinasi massal
pencegahan di Afrika saat ini memiliki tingkat cakupan.vaksinasi
pencegahan dapat ditawarkan melalui imunisasi bayi rutin dan
kampanye massa satu kali untuk meningkatkan cakupan vaksinasi di
negara-negara yang beresiko, serta untuk wisatawan ke daerah
endemik demam kuning. WHO sangat menganjurkan vaksinasi demam
kuning rutin untuk anak-anak di daerah beresiko untuk penyakit
ini.Vaksin demam kuning aman dan terjangkau, memberikan
kekebalan efektif terhadap demam kuning dalam satu minggu untuk
95% dari mereka yang divaksinasi. Sebuah dosis tunggal memberikan
perlindungan bagi 30-35 tahun atau lebih, dan mungkin untuk hidup.
efek samping yang serius sangat jarang. Efek samping serius telah
8

dilaporkan jarang setelah imunisasi di beberapa daerah endemik dan di


antara para pelancong divaksinasi (misalnya di Brasil, Australia,
Amerika Serikat, Peru dan Togo). Para ilmuwan sedang menyelidiki
penyebab.
Risiko kematian dari demam kuning jauh lebih besar daripada
resiko yang berkaitan dengan vaksin.
Kontraindikasi vaksinasi meliputi:
a) anak-anak berusia kurang dari 9 bulan untuk imunisasi rutin (atau
kurang dari 6 bulan selama epidemi);
b) Wanita hamil – kecuali selama wabah demam kuning ketika risiko
infeksi tinggi;
c) Pasien yang alergi berat terhadap protein telur, dan
d) Orang dengan imunodefisiensi parah karena gejala HIV / AIDS
atau penyebab lain, atau di hadapan gangguan timus.
2. Pengendalian nyamuk
Dalam beberapa situasi, pengendalian nyamuk adalah vital
disamping pemberian vaksinasi . Risiko penularan demam kuning di
daerah perkotaan dapat dikurangi dengan menghilangkan tempat
berkembang biak nyamuk potensial dan menerapkan insektisida ke air
di mana merupakan perkembangan nyamuk tahap awal . Aplikasi
insektisida semprot untuk membunuh nyamuk dewasa selama epidemi
perkotaan, dikombinasikan dengan kampanye vaksinasi darurat, dapat
mengurangi atau menghentikan penularan demam kuning.
Secara historis, kampanye pengendalian nyamuk Aedes aegypti
berhasil dieliminasi, vektor demam kuning perkotaan, dari negara-
negara daratan sebagian besar Amerika Tengah dan Selatan. Sasaran
program pengendalian nyamuk nyamuk liar di kawasan hutan tidak
praktis untuk mencegah hutan (atau sylvatic) penularan demam
kuning.
9

3. Epidemi kesiapsiagaan dan respon


Deteksi Prompt demam kuning dan respon yang cepat melalui
kampanye vaksinasi darurat sangat penting untuk mengendalikan
wabah. WHO merekomendasikan bahwa setiap negara berisiko
memiliki setidaknya satu laboratorium nasional dimana tes dasar
demam kuning dari darah dapat dilakukan. Satu dikonfirmasi kasus
demam kuning pada populasi tidak divaksinasi harus dipertimbangkan
wabah, dan kasus dikonfirmasi dalam konteks apapun harus benar-
benar diselidiki, khususnya di setiap wilayah dimana sebagian besar
penduduk telah divaksinasi. Tim Investigasi harus menilai dan
merespon terhadap wabah dengan kedua langkah darurat dan rencana
jangka panjang imunisasi.

E. Pemberantasan Demam Kuning


1. Demam kuning perkotaan yang ditularkan oleh Aedes aegypti :
a) Lakukan imunisasi massal, dimulai dengan terhadap orang yang
terpajan dengan penderita kemudian terhadap orang-orang yang tinggal
didaerah dimana densitas aegypti-nya tinggi.
b) Penyemprotan seluruh rumah dengan insektisida yang efektif terbukti
dapat mencegah terjadinya KLB didaerah perkotaan.
c) Memusnahkan tempat-tempat perindukan nyamuk Ae. aegypti
(Dengan gerakan 3M+), bila diperlukan lakukan pemberian larvasida
untuk membunuh jentik nyamuk.
2. Demam kuning Sylvatic atau demam kuning tipe hutan
a) Lakukan pemberian imunisasi segera kepada orang-orang yang tinggal
atau kepada orang-orang yang memasuki daerah berhutan.
b) Bagi mereka yang belum diimunisasi dilarang mengunjungi daerah
berhutan. Dan bagi mereka yang baru saja diimunisasi dilarang
mengunjungi daerah berhutan sampai degan seminggu setelah
diimunisasi.
10

3. Di daerah dimana demam kuning mungkin timbul, sediakan fasilitas


diagnostic antara lain fasilitas untuk melakukan laparotomi post mortem
untuk dapat mengambil spesimen jaringan hati dari penderita yang
meninggal dengan gejala demam dengan durasi 10 hari. Mengingat bahwa
pemeriksaan histopatologis terhadap jaringan hati tidak patognomonis
untuk demam kuning maka fasilitas pemeriksaan serologis untuk
konfirmasi diagnosis harus disediakan.
4. Di Amerika Selatan dan Amerika baian tengah, adanya kematian monyet-
monyet dihutan (howler and spider monkeys) harus dicurigai adanya
demam kuning. Lakukan pemeriksaan histopatologis sel hati dan isolasi
virus dari monyet-monyet yang mati untuk konfirmasi diagnosis.
5. Survei imunitas terhadap populasi dihutan dengan teknik netralisasi sangat
bermanfaat dalam upaya pemetaan daerah enzootic. Survei serologis pada
manusia tidak bermanfaat oleh karena imunisasi demam kuning telah
dilakukan secara luas dimasyarakat.

F. Pengobatan/Penatalaksanaan Demam Kuning


Tidak ada pengobatan khusus untuk demam kuning, hanya
perawatan suportif untuk mengobati dehidrasi dan demam. Infeksi bakteri
yang terkait dapat diobati dengan antibiotik. Perawatan suportif dapat
meningkatkan hasil bagi pasien sakit parah, tetapi jarang tersedia didaerah-
daerah miskin. Pengobatan gejala- istirahat, cairan, dan ibuprofen,
naproxen, acetaminophen, atau parasetamol dapat meredakan gejala
demam dan sakit. Aspirin harus dihindari. Orang yang terinfeksi harus
dilindungi dari paparan nyamuk lebih lanjut (tinggal di dalam rumah dan /
atau di bawah kelambu selama beberapa hari pertama sakit) sehingga
mereka tidak dapat berkontribusi pada siklus penularan. Selain itu juga
bisa dengan pengobatan tradisional atau herbal seperti ; 20 gr daun serut
ditambah 5-10 gr Kunyit, tambah 5-10 gr temulawak, 25 gr akar alang-
alang, 5 gr biji kacapiring direbus dengan 400cc air hingga tersisa 200 cc.
Airnya diminumkan pada anak dengn suhu hangat-hangat kuku. Ada juga
11

ramuan herbal lainnya seperti dengan 15 gr daun sendok, ditambah 6 gr


kulit jeruk mandarin, 6 butir angco, 10 gr Kunyit, 25 gr daun serut, dan 20
gr akar alang-alang direbus dengan 500cc air hingga tersisa 200 cc, Airnya
diminum jika sudah hangat-hangat kuku.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam Kuning adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
virusyang disebut Flavivirus yang penularannya melalui vektor nyamuk
Aedesaegypti. Pada kasus-kasus yang parah, infeksi virus menyebabkan
gejala klinis seperti demam yang tinggi, perdarahan kedalam kulit, dan
necrosis (kematian) dari sel-sel dalam ginjal dan hati. Kerusakan yang
dilakukan pada hati dari virus berakibat pada gagal hati yang parah yang
mengakibatkan menguningkan kulit. Karena mengakibatkan kulit menjadi
"kuning" maka disebut dengan "demam kuning”. Demam kuning kuning
dapat dicegah dengan beberapa cara, yaitu: vaksinasi, nyamuk kontrol,
epidemic kesiapsiagaan, dan menghindari gigitan nyamuk. Untuk
pengobatan tidak ada yang khusus, hanya saja harus dilakukan perawatan
secara suportif untuk mengobati dehidrasi dan demam, namun ada juga
yang menggunakan ramuan herbal dalam pengobatan demam kuning ini.

B. Saran
Demam kuning merupakan penyakit endemik di Afrika dan Amerika
Selatan. Jadi, bagi wisatawan yang berkunjung ke negara-negara tersebut,
diharuskan memiliki sertifikat vaksin demam kuning. Hal ini dilakukan
agar para pengunjung tersebut tidak terkena demam kuning dan tidak akan
pula membawa penyakit demam kuning tersebut ke negara asalnya. Selain
itu juga perlu nya waspada terhadap wabah dari penyakit demam kuning,
karena walaupun itu terjadi banyak di luar Indonesia namun untuk
mengantisipasi agar tidak menyebarnya penyakit demam kuning di
Indonesia perlu diaadakannya pencegah-pencegahan yang telah
disarankan. Serta perlunya menjaga hygiene personal dan lingkungan itu
sendiri. Dan jika terjadi gejala atau tanda-tanda demam kuning maka
disarankan agar segera dipriksakan agar tidak lebih parah sehingga dapat

12
13

menimbulkan kematian atau jika sudah ada yang terkena maka


disegerakan melakukan perawatan medis agar dapat diobati.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.totalkesehatananda.com/yellowfever.htmlhttp://indonesianherbal.blog
spot.com/2010/11/tanaman-obat-penyakit-demam-kuning.html

http://nightray13kuro.blogspot.com/2012/05/parasitologi-demamkuning.html
www.wekepedia.com

www.health.nsw.gov.auhttp://indonesiabisasehat.blogspot.com/2010/05/tentang-
demam-kuning.html

http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2012/02/demam-kuning.html

14

Anda mungkin juga menyukai