Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1 Definisi

Demam berdarahdenguemerupakan demam yang disebabkan oleh virus

dengue. Virus ini terdiri dari berbagai serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan

DEN 4.7 Manifestasi klinis dari demam berdarah dengue yaitu demam

tinggi,manifestasi perdarahan,hepatomegali dan kegagalan sirkulasi.

Trombositopenia sedang sampai berat dengan peningkatan hematokrit merupakan

salah satu penanda laboratorium DBD.8

2.2.2 Klasifikasi

Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu derajat I (demam

dengue) dengan tanda terdapat demam yang berpola seperti pelana kuda (bifasik)

disertai gejala tidak khas dan uji torniket + (positif), derajat II yaitu derajat I

ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain, derajat III yang

ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah serta penurunan

tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi (sistolik menurun sampai <80 mmHg),

sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit lembab dan pasen tampak gelisah;

serta derajat IV (dengue syock syndrome) yang ditandai dengan syok berat

(profound shock) yaitu nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.2

2.2 Nyamuk Aedes Aegypti

2.2.1 Klasifikasi

5
6

Klasifikasi Nyamuk Ae. aegypti menurut Knights dan Stone pada tahun

1977 dengan filum Arthropoda, kelas Insecta dan spesies Ae. aegypti.9

2.2.3 Morfologi

Nyamuk Ae. aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan

dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus),mempunyai dasar hitam

dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya. Morfologinya yang khas yaitu

mempunyai gambaran lyra (lyre-form) yang putih pada punggungnya

(mesonotum).9

Nyamuk Ae. aegypti terdiri dari kepala, dada dan abdomen. Kepala

nyamuk Ae.aegypti mempunyai probosis halus dan panjang yang melebihi

panjang kepala. Pada nyamuk betina probosis dipakai sebagai alat untuk

menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan untuk menghisap bahan-bahan

cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Terdapat palpus di kiri-

kanan probosis yang terdiri atas lima ruas dan sepasang antena yang terdiri atas 15

ruas. Antena pada nyamuk jantan (pulmose) berambut lebat dan pada nyamuk

betina (pilose) tidak terlalu lebat.10

Bagian dada nyamuk Ae.aegypti, sebagian besar toraks yang tampak

(mesonotum) dan diliputi bulu halus. Nyamuk ini memiliki sayap yang panjang

dan langsing, mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik

sayap(wing scales) yang letaknya mengikuti vena. Terdapat bercak putih yang

khas bentuknya pada toraks bagian dorsal, berupa dua garis sejajar di bagian

tengah thorax dan dua garis lengkung di tepi toraks.10

Nyamuk Ae. aegypti memiliki abdomenyang berbentuk silinder dan terdiri

atas 10 ruas dengan dua ruas terakhir berubah menjadi alat kelamin. Nyamuk ini
7

mempunyai tiga pasang kaki (heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki

terdiri atas satu ruas femur, satu ruas tibia dan lima ruas tarsus. Segmen abdomen

bagian posterior nyamuk betina mempunyai dua caudal cerci yang berukuran

kecil sedangkan pada nyamuk jantan terdapat organ seksual yang disebut dengan

hypopygium.10

2.2.4 Siklus hidup

Nyamuk Ae. aegypti memiliki siklus hidup yang kompleks dari segi

bentuk, habitat dan fungsi. Nyamuk Ae. aegypti memiliki empat stadium dalam

siklus hidupnya, yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk mempunyai

metamorfosis yang sempurna dimana larva dan pupa memerlukan air untuk

hidupnya.2,9

Telur Ae. aegypti berbentuk oval dengan permukaan telur menyerupai

gambaran anyaman kain kasa dengan ukuran ±0.80 mm, mempunyai dinding yang

bergaris-garis dan menyerupai gambaran kain kasa. Nyamuk Ae. aegypti bertelur

hingga 50-120 butir telur, biasanya seekor nyamuk betina meletakkan telurnya

pada bejana yang mengandung sedikit air dan diletakkan satu persatu. Telur

tersebut akan menetas pada suhu hangat dan lembab dalam waktu 48 jam .2,10,11,12

Larva Ae.aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang

berduri lateral.Pada segmen abdomen larva Ae.aegypti yang ke-8 terdapat sebaris

comb, mempunyai siphon yang pendek agak gemuk dan bulu-bulu siphon hanya

terdapat satu rumpun. Larva mengadakan pengelupasan kulit sebanyak empat kali,

tumbuh menjadi pupa dan selanjutnya akan menjadi nyamuk dewasa. Saat suhu

lingkungan rendah, masa perkembangan larva menjadi nyamuk dewasa dapat


8

berlangsung sampai beberapa minggu. 10 Gambar larvaAe. aegypti dapat terlihat

pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Larva Ae.aegypti.

Larva memiliki empat tingkat (instar) jentik/larva sesuai dengan

pertumbuhan larva, yaitu instar I memiliki ukuran paling kecil yaitu 1-2 mm,

instar II memiliki ukuran 2,5-3,8 mm, instar III mempunyai ukuran lebih besar

sedikit dari larva instar II dan instar IV mempunyai ukuran paling besar yaitu 5

mm. Perubahan larva instar I menjadi instar IV membutuhkan waktu 6-8 hari.11

Larva berubah menjadi pupa yang mempunyai bentuk seperti ‘koma’ dan

bentuknya lebih besar dan ramping daripada larva. Jika dibandingkan dengan

pupa jenis nyamuk lain, ukuran pupa Ae. aegypti berukuran lebih kecil. Pupa

adalah bentuk aktif yang sangat sensitif terhadap pergerakan air namun tidak

memerlukan makanan, tetapi pupa masih memerlukan oksigen dan mengambilnya

melalui tabung pernapasan.Pupa membutuhkan waktu menjadi nyamuk dewasa 1-

3 hari sampai beberapa minggu.10

Perkembangan nyamuk dari telur, larva dan pupa membutuhkan waktu 8-

10 hari untuk berubah menjadi nyamuk dewasa.13 Setelah pupa berubah menjadi
9

nyamuk dewasa, nyamuk akan segera mengalami kopulasi dengan nyamuk betina.

Dalam waktu 24–36 jam sesudah mengadakan kopulasi, nyamuk betina akan

mulai menghisap darah yang akan menjadi sumber protein esensial untuk

mematangkan telurnya. Nyamuk Ae. aegypti memilik umur berkisar antara 3-4

minggu dan lebih panjang pada musim hujan .2

2.1.4 Sifat dan lingkungan hidup

Ae.aegypti memiliki sifat suka menghisap darah manusia (antrofilik),

selain menghisap darah manusia nyamuk ini juga menghisap darah hewan

mamalia berdarah panas lainnya. Nyamuk Ae. aegypti jantan menghisap cairan

tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya. Nyamuk ini termasuk

sebagai spesies diurnal, yaitu aktif mencari makan pada pagi hari atau beberapa

jam setelah matahari terbit dan pada sore hari beberapa jam sebelum matahari

terbenam.2,11

Setelah nyamuk Ae.aegypti menghisap darah manusia, nyamuk tersebut

mencari tempat beristirahat untuk menunggu proses perkembangan telur maupun

hanya untuk istirahat sementara. Tempat yang disukai nyamuk untuk beristirahat

adalah pada tempat yang tidak terkena sinar seperti ruangan gelap yang terdapat di

dalam rumah, ruangan yang lembab, kamar tidur,kamar mandi dan dapur.2,10

Setelah beristirahat dan pematangan telur selesai, nyamuk betina akan

meletakkan telurnya di atas permukaan air, kemudian telur tersebut akan menepi

dan menempel pada dinding-dinding habitat perkembangbiakannya. Habitat

perkembangbiakan nyamuk Ae.aegypti adalah tempat penampungan air (TPA)

untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi

dan ember. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti
10

tempat minum burung, vas bunga, tempat pembuangan air kulkas atau

dispenser.2,14 Salah satu contoh tempat penampungan air yang terlihat pada

gambar 2.3.

Gambar 2.3 Tempat Penampungan Air

Nyamuk Ae. aegypti ini memiliki sifat menghisap darah lebih dari satu

korban sehingga akan meningkatkan epidemiologi penularan demam berdarah

dengue karena memiliki sifat seperti itu, dapat terjadi infeksi dengue yang dialami

oleh orang serumah yang memiliki gejala awalnya kurang dari 24 jam

perbedaannya antara satu penderita dengan penderita lainnya.2,10

Populasi Ae. aegypti pada musim hujan meningkat karena suhu dan

kelembaban udara sesuai bagi terbentuknya habitat tempat perkembangbiaknya

nyamuk (breeding places) sehingga akan menyebabkan meningkatnya penularan

penyakit demam berdarah dengue.2,11

2.1.5 Nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor DBD

Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh genus Aedes, nyamuk yang

tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis di seluruh dunia. Vektor utama DBD

yaitu oleh nyamuk Ae.aegypti.2


11

DBD adalah penyakit demam akut yang dapat menyebabkan kematian dan

disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus flavivirus.Virus dengue

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes.Ketika nyamuk Ae.aegypti menghisap

darah yang telah terinfektif oleh virus dengue, virus tersebut memasuki kelenjar

liur nyamuk Ae. aegypti lalu virus tersebut mengalami replikasi atau berkembang

biak di midgut nyamuk lalu menginfeksi kelenjar ludah dan jaringan tubuh

lainnya dan menjadi infektif dalam waktu 8-10 hari yang disebut dengan masa

inkubasi ekstrinsik.2

Tubuh manusia merupakan pejamu kedua virus dengue dan virus tersebut

memerlukan waktu untuk inkubasi selama 45 hari (intrinsic incubation period)

sebelum dapat menimbulkan penyakit dengue.Setelah gigitan maka terjadi masa

inkubasi selama 3-14 hari sampai terjadinya onset panas atau gejala yang tidak

khas. Penularan virus dengue meningkat pada musim hujan ketika suhu dan

kelembaban udara sesuaidengan habitat untuk tempat perkembangbiakan nyamuk.

Nyamuk akan bertelur di tempat-tempat penyimpanan air pada musim kemarau.2

2.4 3M Plus15

3M yang dimaksud yaitu:

 Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak

mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)

 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan,

dan lain-lain (M2)

 Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan (M3).

 Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti:


12

 Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya

yang sejenis seminggu sekali.

 Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak

 Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan

tanah, dan lain-lain)

 Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras

atau di daerah yang sulit air

 Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air

 Memasang kawat kasa

 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar

 Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai

 Menggunakan kelambu

 Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

 Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.

2.3 Juru Pemantau Jentik

2.3.1 Definisi

Jumantik Juru pemantau jentik atau Jumantik adalah orang yang

melakukan pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk

khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus. 16

Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik adalah peran serta dan pemberdayaan

masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga dalam pemeriksaan, pemantauan

dan pemberantasan jentik nyamuk untuk pengendalian penyakit tular

vektor khususnya DBD melalui pembudayaan PSN 3M PLUS. 16


13

Jumantik Rumah adalah kepala keluarga / anggota keluarga / penghuni

dalam satu rumah yang disepakati untuk melaksanakan kegiatan pemantauan

jentik di rumahnya. Kepala Keluarga sebagai penanggung jawab Jumantik

Rumah. Jumantik Lingkungan adalah satu atau lebih petugas yang ditunjuk oleh

pengelola tempat – tempat umum (TTU) atau tempat – tempat institusi (TTI)

untuk melaksanakan pemantauan jentik di: TTI: Perkantoran, sekolah, rumah

sakit. TTU Pasar, terminal, pelabuhan, bandara, stasiun, tempat ibadah, tempat

pemakaman, tempat wisata. 16

Koordinator Jumantik adalah satu atau lebih jumantik/kader yang ditunjuk

oleh Ketua RT untuk melakukan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan

jumantik rumah dan jumantik lingkungan (crosscheck). Supervisor Jumantik

adalah satu atau lebih anggota dari Pokja DBD atau orang yang ditunjuk oleh

Ketua RW/Kepala Desa/Lurah untuk melakukan pengolahan data dan

pemantauan pelaksanaan jumantik di lingkungan RT. 16

2.3.2 Struktur

Pembentukan Kader Jumantik dalam kegiatan Gerakan 1 Rumah 1

Jumantik yang berasal dari masyarakat terdiri dari Jumantik Rumah/Lingkungan,

Koordinator. Jumantik dan Supervisor Jumantik. Pembentukan dan pengawasan

kinerja menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh pemerintah Kabupaten/Kota. 16

2.3.3 Tata Kerja Dan Koordinasi

Tata kerja/koordinasi Jumantik di lapangan adalah

sebagai berikut: 16
14

1. Tata kerja Jumantik mengacu pada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis pemberantasan sarang nyamuk penular DBD dan ketentuan-

ketentuan lainnya yang berlaku di wilayah setempat.

2. .Koordinator dan Supervisor Jumantik dapat berperan dalam kegiatan

pencegahan dan pengendalian penyakit lainnya sesuai dengan kebutuhan

dan prioritas masalah/penyakit yang ada di wilayah kerjanya.

2.3.4 Pemilihan Koordinator Dan Supervisor Jumantik 16

1. Kriteria Koordinator Jumantik

Koordinator Jumantik direkrut dari masyarakat berdasarkan usulan atau

musyawarah RT setempat, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Berasal dari warga RT setempat

b. Mampu dan mau melaksanakan tugas dan bertanggung jawab

c. Mampu dan mau menjadi motivator bagi masyarakat di lingkungan tempat

tinggalnya.

d. Mampu dan mau bekerjasama dengan petugas puskesmas dan tokoh

masyarakat di lingkungannya.

2.Kriteria Supervisor Jumantik

Penunjukan supervisor disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah

masing-masing, dengan kriteria:

a. Anggota Pokja Desa/Kelurahan atau orang yang ditunjuk dan ditetapkan

oleh Ketua RW/Kepala Desa/Lurah.

b. Mampu melaksanakan tugas dan bertanggungjawab


15

c. Mampu menjadi motivator bagi masyarakat dan Koordinator Jumantik

yang menjadi binaannya.

d. Mampu bekerjasama dengan petugas puskesmas, Koordinator Jumantik

dan tokoh masyarakat setempat.

3. Perekrutan Perekrutan Koordinator dan penunjukan Supervisor Jumantik

dilaksanakan sesuai dengan tata cara yang telah diatur oleh masing-masing

Pemerintah Kabupaten/Kota, dan ditetapkan melalui sebuah Surat Keputusan

2.3.5 Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab pelaksanaan PSN \3M Plus disesuaikan dengan

fungsi masing-masing. Secara rinci tugas dan tanggung jawab Jumantik adalah

sebagai beriku16:

1. Jumantik Rumah

a. Mensosialisasikan PSN 3M Plus kepada seluruh anggota

keluarga/penghuni rumah.

b. Memeriksa/memantau tempat perindukan nyamuk di dalam dan di luar

rumah seminggu sekali.

c. Menggerakkan anggota keluarga/penghuni rumah untuk melakukan PSN

3M Plus seminggu sekali.

d. Hasil pemantauan jentik dan pelaksanaan PSN 3 M Plus dicatat pada kartu

jentik.

Catatan:
16

 Untuk rumah kost/asrama, pemilik/penanggung jawab/pengelola tempat-

tempat tersebut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemantauan

jentik dan PSN 3M Plus.

 Untuk rumah-rumah tidak berpenghuni, ketua RT bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus di tempat

tersebut.

2. Jumantik Lingkungan

a. Mensosialisasikan PSN 3M Plus di lingkungan TTI dan TTU.

b. Memeriksa tempat perindukan nyamuk dan melaksanakan PSN 3M Plus

di lingkungan TTI dan TTU seminggu sekali.

c. Hasil pemantauan jentik dan pelaksanaan PSN 3 M Plus dicatat pada kartu

jentik.

3. Koordinator Jumantik

a. Melakukan sosialisasi PSN 3M Plus secara kelompok kepada masyarakat.

Satu Koordinator Jumantik bertanggungjawab membina 20 hingga 25

orang Jumantik rumah/lingkungan.

b. Menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan PSN 3M Plus di

lingkungan tempat tinggalnya.

c. Membuat rencana/jadwal kunjungan ke seluruh bangunan baik rumah

maupun TTU/TTI di wilayah kerjanya.

d. Melakukan kunjungan dan pembinaan ke rumah/tempat tinggal, TTU dan

TTI setiap 2 minggu.

e. Melakukan pemantauan jentik di rumah dan bangunan yang tidak

berpenghuni seminggu sekali.


17

f. Membuat catatan/rekapitulasi hasil pemantauan jentik rumah, TTU dan

TTI sebulan sekali.

g. Melaporkan hasil pemantauan jentik kepada Supervisor Jumantik sebulan

sekali.

4. Supervisor Jumantik

a. Memeriksa dan mengarahkan rencana kerja Koordinator Jumantik.

b. Memberikan bimbingan teknis kepada Koordinator Jumantik.

c. Melakukan pembinaan dan peningkatan keterampilan kegiatan

pemantauan jentik dan PSN 3M Plus kepada Koordinator Jumantik.

d. Melakukan pengolahan data pemantauan jentik menjadi data Angka Bebas

Jentik (ABJ).

e. Melaporkan ABJ ke puskesmas setiap bulan sekali.

5. Puskesmas

a. Berkoordinasi dengan kecamatan dan atau kelurahan/desa untuk

pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus.

b. Memberikan pelatihan teknis kepada Koordinator dan Supervisor

Jumantik.

c. Membina dan mengawasi kinerja Koordinator dan Supervisor Jumantik

d. Menganalisis laporan ABJ dari Supervisor Jumantik.

e. Melaporkan rekapitulasi hasil pemantauan jentik oleh Jumantik di wilayah

kerjanya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setiap bulan sekali.

f. Melakukan pemantauan jentik berkala (PJB) minimal 3 bulan sekali.


18

g. Melaporkan hasil PJB setiap tiga bulan (Maret, Juni, September,

Desember) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

h. Membuat SK Koordinator Jumantik atas usulan RW/Desa/Kelurahan dan

melaporkan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota.

i. Mengusulkan nama Supervisor Jumantik ke Dinas Kesehatan Kab/Kota.

6. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

a. Mengupayakan dukungan operasional Jumantik di wilayahnya

b. Memberikan bimbingan teknis perekrutan dan pelatihan Jumantik

c. Menganalisa laporan hasil PJB dari puskesmas

d. Mengirimkan umpan balik ke Puskesmas.

e. Melaporkan rekapitulasi hasil PJB setiap tiga bulan (Maret, Juni,

September, Desember) kepada Dinas Kesehatan Provinsi.

f. Melakukan rekapitulasi Koordinator Jumantik di wilayahnya dan

melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi.

g. Mengeluarkan SK Supervisor Jumantik dan melaporkan kepada Dinas

Kesehatan Provinsi.

7. Dinas Kesehatan Provinsi

a. Membina dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus di

Kabupaten/Kota

b. Mengirimkan umpan balik ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

c. Menganalisis dan membuat laporan rekapitulasi hasil kegiatan pemantauan

jentik dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Direktorat Jenderal


19

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P), Kementerian

Kesehatan RI, setiap tiga bulan (Maret, Juni, September, Desember).

d. Melakukan rekapitulasi jumlah Koordinator dan Supervisor Jumantik serta

melaporkan kepada Ditjen P2P, Kemenkes RI

2.3.5 Operasional

Agar Jumantik dapat bertugas dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan

maka diperlukan dukungan biaya operasional. Dukungan dana tersebut dapat

berasal dari beberapa sumber seperti APBD Kabupaten/Kota, Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK), alokasi dana Desa, dan sumber anggaran lainnya.

Adapun komponen pembiayaan yang diperlukan antara lain adalah16:

1. Transport/insentif/honor bagi Koordinator dan Supervisor Jumantik jika

diperlukan.

2. Pencetakan atau penggandaan kartu jentik, formulir laporan Koordinator

dan Supervisor Jumantik, pedoman dan bahan penyuluhan.

3. Pengadaan PSN kit berupa topi, rompi, tas kerja, alat tulis, senter, pipet

dan plastik tempat jentik dan larvasida.

4. Biaya sosialisasi gerakan 1 rumah 1 jumantik di setiap level administrasi

mulai dari RT sampai tingkat desa/kelurahan.

5. Biaya pelatihan bagi koordinator, supervisor dan tenaga puskesmas.

6. Biaya pelatihan bagi pelatih supervisor Jumantik oleh puskesmas.

7. Biaya monitoring dan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai