Anda di halaman 1dari 23

MODUL PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG


PENGGANGGU - A
(SEMESTER IV PRODI IV)

OLEH :
I Gusti Ayu Made Aryasih, SKM., M.Si
I Wayan Sali, SKM., M.Si
Nengah Notes, SKM., M.Si

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
I. SAMPLING TELUR NYAMUK

A. TUJUAN
- Mahasiswa mampu melakukan koleksi telur nyamuk Aedes sp
dengan menggunakan perangkap telur/ovitrap
- Mahasiswa dapat mengitung Indeks Perangkap Telur

B. DASAR TEORI
Nyamuk (Diptera: Culicidae) merupakan vektor beberapa penyakit baik pada
hewan mau pun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia dalam
penularannya mutlak memerlukan peran nyamuk sebagai vektor dari agen
penyakitnya, seperti filariasis dan malaria. Sebagian pesies nyamuk dari genus
Anopheles dan Culex yang bersifat zoofilik berperan dalam penularan penyakit pada
binatang dan manusia, tetapi ada juga spesies nyamuk antropofilik yang hanya
menularkan penyakit pada manusia. Salah satu penyakit yang mempunyai vektor
nyamuk adalah Demam Berdarah Dengue (Sudarmaja,2009).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas
daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk. Penyakit demam yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti selain demam
berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah demam dengue (Dengue Fever)
yang dikenal sebagai Cikungunyah (Break Bone Fever) di Indonesia (Supartha,2008).
Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya di dalam
dan di sekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus di kebun, sehingga lebih jarang
kontak dengan manusia (Yudhastuti,2005).
Morfologi Aedes Dewasa
Nyamuk memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki panjang dan
merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo
Diptera dan family Culicidae. Nyamuk jantan berukuran lebih kecil daripada nyamuk
betina (Lestari,2010). Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan
perut (Sayono,2008).

Telur

Telur yang baru dikeluarkan berwarna putih tetapi sesudah 1 – 2 jam berubah
menjadi hitam. Telur Aedes berbentuk bulat panjang (oval) menyerupai torpedo,
mempunyai dinding yang bergaris-garis yang menyerupai sarang lebah. Telur tidak
berpelampung dan diletakkan satu persatu terpisah di atas permukaan air dalam
keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya . Telur dapat bertahan sampai
berbulan-bulan dalam suhu 2-24°C, namun akan menetas dalam waktu 1-2 hari pada
kelembaban rendah. Telur diletakkan di air akan menetas dalam waktu 7 hari pada
suhu 16°C dan akan membutuhkan yang direndam akan menetas sebanyak 80% pada
hari pertama dan. Setelah 2-4 hari telur menetas menjadi larva yang hidup di dalam air
(Depkes RI,2004).

Larva atau Jentik

Larva Aedes memiliki sifon yang pendek dan hanya ada sepasang sisir
subventral yang jaraknya tidak lebih dari ¼ bagian dari pangkal sifon dengan satu
kumpulan rambut. Pada waktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air.
Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Larva nyamuk
semuanya hidup di air yang tahapannya terdiri atas empat instar. Keempat instar itu
dapat diselesaikan dalam waktu 4 hari – 2 minggu tergantung keadaan lingkungan
seperti suhu air persediaan makanan (Supartha,2008). Larva menjadi pupa
membutuhkan waktu 6–8 hari (Depkes RI,2004).

Pupa atau Kepompong

Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan, namun tetap
membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan pernafasannya pupa berada di
dekat permukaan air. Lama fase pupa tergantung dengan suhu air dan spesies nyamuk
yang lamanya dapat berkisar antara satu hari sampai beberapa minggu. Setelah
melelewati waktu itu maka pupa membuka dan melepaskan kulitnya kemudian imago
keluar ke permukaan air yang dalam waktu singkat siap terbang. Pupa sangat sensitife
terhadap pergerakan air dan belum dapat dibedakan antara jantan dan betina
(Supartha,2008). Bentuk pada stadium pupa ini seperti bentuk terompet panjang dan
ramping (Depkes RI, 2004).
Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna
(holometabola) karena mengalami empat tahap dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan. Tahapan yanag dialami oleh nyamuk yaitu telur, larva, pupa dan
dewasa. Telur nyamuk akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari pada suhu
20-40°C. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu,
tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di tempat perindukan.
Nyamuk Aedes aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA berair yang
berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar, dan terutama yang
terletak di tempat-tempat terlindungsinar matahari langsung.Tempat perindukan
nyamuk Aedes yaitu tempat di mana nyamuk Aedes meletakkan telurnya terdapat di
dalam rumah (indoor) maupun di luar rumah(outdoor). Tempat perindukan yang ada
di dalam rumah yang paling utama adalah tempat-tempat penampungan air: bak mandi,
bak air WC, tandon air minum,tempayan, gentong tanah liat, gentong plastik, ember,
drum, vas tanaman hias,perangkap semut, dan lain-lain. Kepadatan Populasi
Di Indonesia terdapat dua musim yakni hujan dan kemarau .Pada musim hujan
tempat perkembangbiakan Aedes yang pada musim kemarau tidak berisi air.Telur telur
yang belum menetas dalam tempo yang singkat akan menetas Oleh karena itu pada
musim hujan populasi Aedes menjadi sangat tinggi. (Sungkar, S., 1994)

Alat dan Bahan :

a. Ovitrap
b. Padle
c. Mikroskop
d. Pipet
e. Petridish
f. Larva
g. Cidukan
h. Chloroform / alkohol
i. Slide dan cover glass
Cara Kerja :
- Mahasiswa membuat dan memasang ovitrap
- Mahasiswa mengamati keberadaan telur nyamuk pada ovitrap
- Mahasiswa membiarkan larva menetas dan berkembang menjadi larva dalam
ovitrap sampai mencapai intar III dan IV dan melanjutkan dengan identifikasi di
laboratorium.
- Larva-larva tersebut ditaruh dalam petridish dengan menggunakan pipet.
- Dituangi alkohol atau chloroform
- Larva diambil dengan menggunakan jarum (terbuat dari kayu lidi)
- Ditaruh pada slide dengan posisi terlentang
- Tutup dengan coverglass
- Amati dengan menggunakan mikroskop
- Identifikasi atau cocokkan dengan kunci identifikasi

II. IDENTIFIKASI LARVA NYAMUK


A. Tujuan
- Agar mahasiswa dapat terampil dalam mengidentifikasi larva nyamuk
- Untuk mengetahui jenis-jenis larva nyamuk

B. Metode
Pemeriksaan preparat secara langsung

C. Prinsip
Larva nyamuk dimatikan dengan chloroform kemudian dibuat preparat
basah menggunakan mikroskop dengan pembesaran objektif 10X
(pemeriksaan secara langsung).

D. Dasar Teori

Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk


Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta,
dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum
2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan
enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.
Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai "Mosquito", berasal dari sebuah
kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan
kata Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di Britania Raya nyamuk dikenal sebagai
gnats.
Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk
menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan
amfibi untuk mengisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk
pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang
tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu mengisap darah untuk
mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk
betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk mengisap darah. Agak rumit
nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah mengisap darah. Larva
nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.
Daur hidup meliputi dari telur sampai dewasa :
Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna meliputi stadium telur-larva-pupa-
dewasa selama pertumbuhan. Nyamuk mempunyai perbedaan morfologi yang jelas
disertai perbedaan biologi (temapt hidup dan makanan) antara tingkat muda dan
dewasa. Telur sebanyak 30-300 butir diletakan satu persatu pada dinding pada tempat
perkembangbiakannya dan akan menetas dalam 2-3 hari. Telur dapat bethan hidup
dalam keadaan kering selama berbulan-bulan dan akan menetas jika terkontak
air(anonim, 2010). Telur menetas akan menjadi larva instar-1, selanjutnya akan
mengalami 3 kali moulting yang akan tumbuh dan berkembang sampai dengan instar-
4. Larva instar-4 akan mengalami ekdisis atau pupotion selanjutnya kan berkembang
menjadi pupa(anonim, 2010).
Pupa merupakan stadium tidak makan dan sebagian besar waktunya dihabiskan
dipeermukaan air untuk mengambil udara melalui terompet respirasinya. Periode pupa
di daerah tropik selama 2-3 hari, sedangkan di daerah subtropik dapat mencapai 9-12
hari. Nyamuk dewasa setlah muncul dari pupa, beberapa hari kemudian akan mencari
pasangan untuk melalukan perkawinan. Umur nyamuk betina 8-15 hari, nyamuk jantan
3-6 hari. Nyamuk betina menghisap darah manusia dan karbohidrat tumbuh-
tumbuhan, sedangkan nyamuk jantan hanya menghisap sari tumbuh-tumbuhan saja.
Diduga karbohidrat dari tumbuh-tumbuhan untuk sintesis energi untuk kehidupan
sehari-hari, sedang darah manusia untuk reproduksi.

E. Alat dan Bahan

Alat :
1. Objek Glass (Slide)
2. Breaker Glass 100ml
3. Cawan Petri
4. APD
5. Hand loop
6. Botol kecil
7. Kunci Identifikasi larva
8. Cover
9. Pipet
10. Mikroskop
11. Lampu senter
12. Gayung/ciduk
13. Petridish
Bahan :
1. Jentik/larva nyamuk
2. Kapas
3. Alkohol/chloroform

F. Cara Kerja
1. Mesiapkkan alat dan bahan
2. Memersihkan slide dan cover glass dengan kapas
3. Memasukkan larva ke dalam beaker glass yang sudah diisi alkohol atau
chloroform
4. Menunggu hingga beberapa menit sampai larva mati
5. Jentik atau larva dari beaker glass yang berisi alkohol/chloroform
dituangkan ke petridish, sebelum itu buang dulu chloroformnya
6. Kemudian dipindahkan larva ke atas objek glass dengan posisi
melintang dan tengkurap lalu ditutup dengan cover glass
7. Pada pinggiran cover glass ditetesi balsem canada sebagai pelekat
8. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10X dan 40X
9. Diamati dibagian kepala, abdomen dan ekornya
10. Catat, gambar dan dibuat laporannya

III. PENANGKAPAN NYAMUK

A. TUJUAN :
Untuk mendapatkan keterampilan penangkapan nyamuk, untuk mengetahui tempat
berkembang biak nyamuk ( indoor dan outdoor), waktu mencari makan .

B. DASAR TEORI

Kita mungkin terbiasa dengan survey jentik, namun kurang terbiasa dengan
survey nyamuk. Teori dan praktikum survey nyamuk pasti sudah pernah kita dapatkan
ketika pendidikan dulu. Namun kegiatan ini jarang kita lakukan, antara lain karena
keterbatasan sarana dan sistem tindak lanjut yang kurang aplikatif. Misalnya jika data
survey sudah kita dapatkan (jenis nyamuk dan lainnya), kemudian harus kita gunakan
untuk apa data ini. Hal ini berbeda dengan survey jentik sebagai salah satu tahap
penyelidikan epidemiologi pada kasus demam berdarah dengue misalnya, maka sistem
tindak lanjutnya praktis akan terkait dengan kriteria gerakan PSN atau perlu tidaknya
tindakan fogging.
Sementara ini survey nyamuk yang kita lakukan pada umumnya terkait dengan
pengerjaan tugas penelitian dan bersifat insidentil, seperti penyusunan tugas akhir,
skripsi, atau thesis. Dan hasilnya bersifat menambah wacana keilmuan, kemudian raib
tidak berbekas. Padahal jika kita gunakan data-data itu, secara praktis dapat kita
gunakan misalnya untuk penilaian tingkat resistensi nyamuk terhadap insektisida,
dosis yang harus kita aplikasikan pada fogging, waktu paling efektif melakukan
fogging, pola pemberantasan biologis yang memungkinkan, dan lain sebagainya.

Alat dan Bahan :


Alat
- Loop
- Flash light (senter)
- Paper cup
- Kain kasa
- Aspirator
- Chloroform
- Kapas dan karet gelang

Cara Kerja :
a. Menangkap nyamuk
1. Menggunakan umpan badan
Indikator MBR ( Man Baiting Rate) / menggigit pukul 18.00 – 22.00
2. Siapkan alat dan bahan
3. Penangkapan nyamuk yang hinggap dibadan menggunakan aspirator
4. Masukkan nyamuk yang sudah ditangkap ketempat kurungan nyamuk dan
ditutup dengan kain kasa kemudian diikat dengan gelang karet
5. Menghitung indikator dengan rumus
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑛𝑦𝑎𝑚𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝
MBR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝

6. Pelaksanaan pengukuran / perhitungan setiap jamnya adalah 45 menit ,istirahat


/ persiapan-persiapan 15 menit
7. Menangkap nyamuk yang hinggap pada dinding rumah ( indoor ) dan diluar
rumah ( outdoor) pukul 07.00-09.00
8. Siapkan alat dan bahan
9. Penangkapan dilakukan saat nyamuk yang hingga pada dinding dengan
menggunakan aspirator

IV. IDENTIFIKASI NYAMUK

A. TUJUAN :
Adapun maksud maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi
nyamuk dewasa.

B. DASAR TEORI

Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka

kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin

meningkat. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah

penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran

penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih

rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang tidak

memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit (Menkes,

2010).

Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi

menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya. Vektor

juga merupakan anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious

agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan

masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat merugikan kehidupan

manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara

penularan penyakit seperti yang sudah di jelaskan di atas (Nurmaini,2001). Penyakit

yang ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat

menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan
kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran

vektor tersebut (Menkes, 2010).

Adapun dari penggolongan binatang yang dapat dikenal dengan 10 golongan

yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum yang sangat berpengaruh terhadap

kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak

sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum chodata

yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes),

pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping

nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain

yang berfungsi sebagai vektor dan binatang pengganggu (Nurmaini,2001).

Namun kedua phylum tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia,

untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus ditanggulangi,

sekalipun demikian tidak maungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita

hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat

tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Dalam

hal ini untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatu managemen pengendalian

dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yang bertujuan untuk menurunkan

densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan.

Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Arthros yang berarti berbuku-

buku atau beruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda adalah binatang yang

kakinya beruas-ruas termasuk juga bagian perut (abdomen) dan dada (toraks) yang

beruas-ruas, contoh : nyamuk, lalat, kecoak, kutu, udang, kaki seribu. Arthropoda
berpengaruh bagi kesehatan manusia yaitu sebagai vektor (penular) penyakit dan

sebagai penyebab penyakit. Arthropoda sebagai vektor (penular) penyakit berarti

arthropoda yang dapat memindahkan suatu penyakit dari orang yang sakit terhadap

orang yang sehat. Dalam hal ini arthropoda secara aktif menularkan mikroorganisme

penyakit dari penderita kepada orang yang sehat dan juga sebagai hospes intermedier

dari mikroorganisme tersebut, contoh : nyamuk dan lalat. Arthropoda juga dapat

sebagai penyebab penyakit atau menimbulkan gangguan seperti entomophoby,

annoyance, kehilangan darah, kerusakan alat indera, racun serangga, dermathosis,

alergi, dan miyasis.

Nyamuk

Nyamuk termasuk dalam kelas insekta (hexapoda) dan ordo diphtera. Kelas ini disebut

kelas hexapoda karena mempunyai 6 kaki. Pada prinsipnya morfologi dan susunan

tubuh kelas insekta ini sesuai dengan ciri-ciri umum dari filum arthropoda yaitu

kepala, toraks, abdomen dengan bagian tubuhnya mempunyai batas batas yang jelas.

Contoh nyamuk aedes aegypti, anopheles, culex dan mansoni.

Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk panjang dan

langsing serta terdiri atas 15 segmen. Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk

membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat

daripada nyamuk betina. Bulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan

pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit disebut pilose (Lestari, 2009).
Palpus dapat digunakan sebagai kunci identifikasi karena ukuran dan

bentuk palpus masing-masing spesies berbeda.

Sepasang palpus terletak diantara antena dan proboscis. Palpus merupakan

organ sensorik yang digunakan untuk mendeteksi karbon dioksida dan mendeteksi

tingkat kelembaban. Proboscis merupakan bentuk mulut modifikasi untukmenusuk.

Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam,

tubuh membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik (Lestari, 2009).

Menurut Thielman dan Hunter (2007) dalam Lestari (2009), dada terdiri atas

protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Mesotoraks merupakan bagian dada yang

terbesar dan pada bagian atas disebut scutum yang digunakan untuk menyesuaikan

saat terbang. Sepasang sayap terletak pada mesotoraks. Nyamuk memiliki sayap yang

panjang, transparan dan terdiri atas percabangan-percabangan (vena) dan dilengkapi

dengan sisik. Kaki terdapat pada setiap segmen dan dilengkapi dengan sisik. Perut

nyamuk tediri atas sepuluh segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama hingga

segmen ke delapan, segmen-segmen terakhir biasanya termodifikasi menjadi alat

reproduksi. Nyamuk betina memiliki 8 segmen yang lengkap, akan tetapi segmen 9

dan 10 biasanya tidak terlihat dan memiliki cerci yang melekat pada segmen ke 10.

Beberapa jenis nyamuk, seperti Culex dan Mansonia memiliki ujung perut yang

tumpul (Lestari, 2009). Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1:1, nyamuk

jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyarnuk betina, dan

nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina

keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan
langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina

hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada beberapa faktor

antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk (Lestari, 2009).

Bagian mulut pada nyamuk betina, membentuk probosis panjang untuk menembus

kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus, burung atau juga reptilia dan amfibi untuk

menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan

kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang

diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang

tidak sesuai untuk menghisap darah (Lestari, 2009).

a. Nyamuk aedes aegepti

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna

hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih

keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung

vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada

tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan

identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua (Nursakinah, 2008). Nyamuk ini hidup di dalam

dan di sekitar rumah. Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia (anthropophilic)

daripada darah binatang. Nyamuk ini memiliki kebiasaan menghisap darah pada jam

08.00-12.00 WIB dan sore hari antara 15.00-17.00 WIB. Kebiasaan menghisap darah

ini dilakukan berpindah-pindah dari individu satu ke individu lain (Gandahusada,

1998).

Nyamuk Aedes albopictus


Nyamuk A. albopictus memiliki kesamaan morfologi dengan A.aegypti. Perbedaan

keduanya terletak pada garis putih yang terdapat pada bagianscutumnya. Scutum

A.albopictus berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya

(Gandahusada, 1998). Nyamuk betina aktif di luar ruangan yang teduh dan terhindar

dari angin. Nyamuk ini aktif menggigit pada siang hari. Puncak aktivitas menggigit ini

bervariasi tergantung habitat nyamuk meskipun diketahui pada pagi hari dan petang

hari (Lestari, 2009).

b. Nyamuk Anopheles

Sering orang mengenalnya sebagai salah satu jenis nyamuk yang menyebabkan

penyakit malaria. Ciri nyamuk ini adalah hinggap dengan posisi menukik atau

membentuk sudut Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang

kakinya berbercak-bercak putih. Waktu menggigit biasanya dilakukan malam hari

(Gandahusada, 1998).

Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam rumah terjadi peningkatan

pada pukul 23.00 WIB kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 02.00 dan 03.00

dini hari, sedangkan aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan pada pukul

24.00 WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 05.00 dini hari.(Rosa,

2009)

c. Nyamuk Culex
Nyamuk C. quinquefasciatus memiliki tubuh berwarna

kecokelatan,proboscis berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik

berwarna lebih pucat pada bagian bawah, scutum berwarna kecoklatan dan terdapat

warna emas dan keperakan di sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap, kaki belakang

memiliki femur yang berwarna lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap kecuali pada

bagian persendian. (Lestari, 2009). Nyamuk C. quinquefasciatus bisa hidup baik di

dalam maupun luar ruangan (Russel, 1996). Spesies ini sering ditemukan di dalam

rumah dan nyamuk betina merupakan nyamukyang aktif pada malam hari. Nyamuk

ini lebih menyukai menggigit manusia setelah matahari terbenam (Lestari, 2009).

d. nyamuk mansonia

 Warna kuning, palpus maxilaris tidak sama panjang dengan proboscis

 Waktu istirahat sejajar dengan tumbuhan yang dihinggapi

 Scutellum trilobi

Alat dan Bahan

Alat :
1. Petridish
2. Pipet tetes
3. Mikroskop
4. Jarum seksi
5. Pinset
6. Loupe

Bahan :

1. Chloroform
2. Kapas

Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan diatas meja


2. Memasukkan nyamuk kapas yang sudah dipasahi dengan chloroform ke dalam
wadah kemudian ditutup dan dibiarkan selama 1 menit (diusahakan agar kapas
tidak mengenai nyamuk)
3. Mengambil nyamuk yang sudah mati atau yang akan diidentifikasi dan diletakkan
di petridish dengan menggunakan pinset dan bisa juga nyamuk ditusuk pada bagian
thoraxnya dengan jarum seksi dan diamati dengan loupe
4. Mengambil 1 ekor nyamuk diletakkan diatas slide/objek glass
5. Melakukan identifikasi dan mencocokkan dengan kunci identifikasi

III. PEMBEDAHAN NYAMUK

Alat dan Bahan

- Mikroskop
- Pinset
- Jarum Seksi
- Pipet tetes
- Objek Glass
- Cover Glass
- Chloroform
- Aquadest/garam fisiologis
- Nyamuk

Cara Kerja

1. Menyiapkan nyamuk yang sudah ditangkap di dalam/di luar ruangan


2. Meletakkan nyamuk ditempat yang telah disediakan (paper cup)
3. Membunuh nyamuk dengan chloroform
4. Mengidentifikasi nyamuk dan memilih nyamuk yang betina saja sesuai dengan
ciri-cirinya
5. Meletakkan nyamuk betina diatas objek glass yang sudah diberi garam fisiologis
6. Memegang jarun seksi dengan kedua tangan
7. Tangan kiri menancapkan jarum seksi pada thoraxnya dan tangan kanan
menancapkan jarum seksi pada abdomen terakhir lalu ditarik
8. Setelah ditarik, ovarium dikeluarkan dan dibuang pembungkus segmen perut
terakhir
9. Ovarium yang terdapat pada segmen tersebut dilarutkan dengan garam fisiologis
dan dibuat agak tipis
10. Mengamati dengan menggunakan mikroskop

Cara Penentuan umur nyamuk :


Bila ovarium membesar satu berarti nyamuk sudah pernah mengalami satu siklus
gonotropik/satu dilatasi, bila terdapat dua pembesaran 2 kali berarti nyamuk telah
mengalami dua siklus gonotropik atau dua dilatasi dan seterusnya. Satu siklus
gonotropik/satu dilatasi diperlukan waktu 4 hari sehingga untuk memperkirakan
umur fisiologis nyamuk yang tertangkap yaitu dari jumlah dilatasi dikalikan 4 kali.
Cara Menentukan Forous dan Nuliporous :
Apabila ujung-ujung pipa udara/trakheulus pada ovarium masih menggulung dan
ovarium belum membesar berarti nyamuk belum pernah bertelur atau nulli parous.
Apabila pipa-pipa udara sudah terurai atau terlepas gulungan serta ovarium sudah
membesar berarti nyamuk sudah pernah bertelur atau parous.

IV. IDENTIFIKASI VEKTOR LALAT

Alat dan Bahan


Alat
- Petridish
- Pinset
- Loupe
- Mikroskop
- Ojek glass
- Cover glass
Bahan

- Chloroform
- Lalat

Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menangkap lalat dan membunuh dengan chloroform dengan cara
dimasukkan kapas yang telah dibasahi chloroform ke dalam wadah yang
3. Memindahkan lalat yang sudah mati ke dalam petridih, lalu diamati
dengan menggunakan loupe/mikroskop dipastikan lalat pada posisi
tengkurap.
4. Mencatat ciri-ciri lalat yang telah diamati lalu dibandingkan dengan
kunci identifikasi.

Anda mungkin juga menyukai