Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era yang modern inimasihsajabanyakmasalahkesehatan yang di
timbulkan oleh serangga, salah satunya adalah masalah yang di timbulkan
lalat. Vektor-vektor yang penyusun sebutkan merupakan beberapa vektor
penyakit yang dapat di katakan berbahaya dikarenakan ada beberapa jenis
yang dapat menyebabkan penyakit yang bahkan bisa berdampak kematian
pada manusia.
Entomologi kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang
vektor, kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh artropoda. Delapan
puluh lima persen atau kira-kira 600.000 spesies hewan adalah artropoda.
Vektor juga dapat berupa mamalia seperti tikus. Pada tikus juga terdapat
pinjal yang berupa vektor (Staff Pengajar Departemen Parasitologi, 2008) .
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau
Arthropoda. Beda vektor dari vehicle adalah bahwa vehicle itu suatu
penyebar penyakit yang tidak hidup, seperti air, udara, makanan dan lain-
lainnya, sedangkan vektor adalah benda hidup, yakni serangga. Contohnya
berupa nyamuk, lalat, pinjal, dan lain-lain (Slamet, Juli Soemirat, 2009).
Keberadaan vektor penyakit dapat mempermudah penyebaran agen
penyakit. Hal ini menentukan bahwa masuknya agen baru ke dalam suatu
lingkungan akan merugikan kesehatan masyarakat setempat. Karena
masuknya agen penyakit ke lingkungan masyarakat dapat menyebabka
suatu wabah penyakit di lingkungan masyarakat tersebut (Soemirat, J.S,
2005).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui morfologi dari lalat
2. Untuk menentukan spesies lalat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Lalat
Lalat merupakan salah satu ordo Diptera yang mempunyai kedekatan
dengan pemukiman manusia maupun dipeternakan. Populasi lalat di alam
sangat tinggi, hal ini dipengaruhi oleh morfologi tubuh lalat yang
berukuran kecil, kemampuan terbang yang jauh, serta siklus hidup yang
pendek, termasuk hewan omnivorous (pemakan segala). Disamping itu,
serangga ini juga mempunyai daya reproduksi yang cukup tinggi dan
merupakan multivoltine (beberapa generasi dalam satu tahun).
Lalat termasuk dalam ordo diptera dari kelas insekta. Lalat rumah
dapat berperan sebagai vektor mekanik amebiasis, disentri, toksoplasmosis
dan penyakit cacing usus. Lalat adalah insekta yang mengalami
metamorfosa sempurna yang terdiri atas stadium telur, stadium larva,
stadium kepompong, serta stadium dewasa (Azwar, 1990). Menurut
Depkes RI (1991), perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22
hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia.
a. Telur
Lalat betina umumnya telah dapat menghasilkan telur pada
usia 4-20 hari setelah dewasa. Telur yang dihasilkannya berbentuk
oval, berwarna putih, berukuran sekitar 10 mm dan biasanya
mengelompok, sebanyak 75 sampai 150 telur setiap kelompoknya.
Telur ini biasanya diletakkan pada daerah yang terhindar dari sinar
matahari dan tersedia cukup makanan. Jika tersedia panas yang
dibutuhkan, maka dalam tempo 12 jam telur akan menetas dan
menghasilkan tempayak (larva).
b. Larva atau tempayak
Stadium ini terdiri dari 3 tahap atau tingkatan, yaitu :
1. Tingkat I : Telur yang baru menetas, disebut instar I. Berukuran
panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, amat
aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit
dan menjadi instar II.
2. Tingkat II : Ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu sampai
beberapa hari, kulit mengelupas dan keluar instar III.
3. Tingkat III : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini
memakan waktu 3 sampai 9 hari.
Larva diletakkan pada tempat yang disukai dengan
temperature 30-35°C dan dalam waktu antara 4 sampai 7 hari akan
berubah menjadi kepompong.
c. Kepompong
Kepompong lalat berbentuk lonjong dan umumnya
berwarna merah tua atau coklat. Umumnya kepompong mencari
tempat yang kering atau dapat menyembunyikan diri ke dalam
lubang tanah yang ditemukannya. Jika suhu yang dibutuhkan
sesuai yakni ± 35°C derajat celcius maka sekitar 3 hari,
kepompong akan berubah menjadi bentuk dewasa.
d. Lalat dewasa
Sebelum terbang meninggalkan tempatnya, lalat
memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk mengeringkan tubuh dan
sayapnya. Kemudian setelah beristirahat selama lebih kurang 15
jam, ia memulai kehidupannya sebagai layaknya lalat dewasa. Usia
lalat dewasa biasanya antara 2 sampai 4 minggu, tetapi dapat
bertahan lebih lama jika udara dingin.
A. Bionomik Lalat
Menurut Depkes R1 (2001), tata hidup lalat adalah sebagai berikut :

a. Tempat perindukan
Kotoran binatang (kuda, sapi, ayam, babi), kotoran manusia,
saluran air kotor, sampah, kotoran got yang membusuk, buah-buahan,
sayuran busuk dan biji-bijian busuk adalah tempat yang disenangi lalat
dan sering dijadikan sebagai tempat perindukan.
b. Tempat peristirahatan
Pada waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang
membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting
untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan
tetapi beristirahat di lantai, dinding, langit-langit, rumput-rumput dan
tempat yang sejuk. Lalat juga menyukai tempat yang berdekatan dengan
makanan dan tempat perkembangbiakannya, serta tempat yang
terlindung dari angin dan matahari terik. Didalam rumah, lalat istirahat
pada pinggiran tempat makanan, kawat listrik dan tidak aktif pada
malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih
dari 5 (lima) meter.
c. Jarak terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang
tersedia, rata-rata 6-9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km
dari tempat berkembang biak.
d. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga
sore hari. Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-
hari seperti gula, susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan,
darah serta bangkai binatang. Sehubung dengan bentuk mulutnya, lalat
hanya makan dalam bentuk cairan, makanan yang kering dibasahi oleh
lidahnya terlebih dahulu baru dihisap. Air merupakan hal yang penting
dalam hidupnya, tanpa air lalat hanya hidup 48 jam saja. Lalat makan
paling sedikit 2-3 kali sehari.
e. Lama hidup
Lama hidup lalat sangat bergantung pada makanan, air dan
temperatur. Pada musim panas berkisar antara 2-4 minggu sedangkan
pada musim dingin biasanya mencapai 70 hari.
f. Temperatur dan Kelembaban
Lalat mulai aktif beraktifitas pada suhu 15°C dan aktifitas optimum
pada temperatur 21°C. Pada temperatur di bawah 10°C lalat tidak aktif
dan di atas 45°C terjadi kematian pada lalat. Kelembaban erat
hubungannya dengan temperatur setempat. Kelembaban berbanding
terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musim hujan lebih
banyak daripada musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin yang
kencang, sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makanan pada
waktu kecepatan angin tinggi.
g. Sinar
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai
cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya
sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada
temperatur dan kelembaban. Jumlah lalat akan meningkat pada
temperatur 20ºC – 25ºC dan akan berkurang pada temperatur < 10ºC
atau >49ºC serta kelembaban yang optimum 90%.
h. Warna dan Aroma
Lalat tertarik pada cahaya terang seperti warna putih dan kuning,
tetapi takut pada warna biru. Lalat tertarik pada bau atau aroma tertentu,
termasuk bau busuk dan esen buah. Bau sangat berpengaruh pada alat
indra penciuman, yang mana bau merupakan stimulus utama yang
menuntun serangga dalam mencari makanannya, terutama bau yang
menyengat. Organ kemoreseptor terletak pada antena, maka serangga
dapat menemukan arah datangnya bau.
C. Peranan Lalat dalam Menimbulkan Penyakit
Kartikasari (2008) menyatakan bahwa dari berbagai kelas
Hexapoda, ordo Diptera memiliki anggota yang paling banyak berkaitan
dengan bidang kedokteran, kesehatan, dan veteriner. Ordo Diptera
memiliki spesies yang dapat mengganggu kenyamanan hidup manusia,
meyerang dan melukai hospesnya (manusia dan binatang) serta
menularkan penyakit.
Lalat dapat berperan sebagai vektor penyakit secara mekanis
karena memiliki bulu-bulu halus disekujur tubuhnya dan suka berpindah-
pindah dari suatu makanan (biasanya bahan organik yang membusuk
ataupun kotoran) ke makanan lain, untuk makan dan bertelur (Levine,
1990). Service (1996) dalam Kardinan (2007) menyatakan bahwa lalat
dapat menyebarkan sejumlah penyakit pada manusia melalui beberapa
cara, yaitu melalui kaki, bulu-bulu halus dan bagian mulut karena
mempunyai kebiasaan regurgitasi (memuntahkan) kembali makanan yang
telah dimakan. Dapat disimpulkan bahwa penularan penyakit oleh lalat
dapat terjadi melalui setiap bagian tubuhnya.
BAB III
METODE

A. Alat
1. Cawan petri
2. Lup
3. Pinset

B. Bahan
1. Lalat

C. Cara Kerja

Alat dan bahan disiapkan

Lalat diletakkan pada cawan

Amati dengan lup

Identifikasi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Jenis
No. Genus Pengamata Ciri Khusus Habitat
n
1. Chrysomya Makroskopis 1. Lalat berwarna Tempat
bezziana hijau mengkilat pembuangan
2. Ukurannya 8 mm sampah
3. Matanya Jurusan
berwarna merah Keperawatan
4. Habitatnya di Unsoed
timbunan sampah
atau pada bangkai
hewan

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil identifikasi vektor lalat didapatkan ciri-ciri
warna tubuh hijau metalik, warna mata merah oranye, panjang tubuh 8
mm, memiliki sepasang sayap, dan habitat di kotoran hewan, sampahan,
dan bangkai. Sehingga berdasarkan kunci identifikasi dengan kesamaan
dalam pemeriksaan jenis lalat tersebut adalah Crysomya bezziana.
Lalat jantan dan betina mempunyai daya tahan hidup yang relatif
sama, yaitu 15 hari dalam kondisi laboratorium, meskipun beberapa lalat
dilaporkan mampu hidup hingga empat puluh hari Lalat jantan
memerlukan minum dan karbohidrat yang lebih banyak dibandingkan
dengan betina untuk mempertahankan hidupnya . Walaupun protein bukan
merupakan komponen yang esensial bagi siklus pertama perkembangan
telur, tetapi penambahan protein dalam pakan dapat mempercepat dan
meningkatkan produksi telurnya (Wardhana, 2006).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jenis lalat yang di identifikasi secara makroskopis dalam
praktikum kali ini adalah Chrysomya bezziana dengan ciri-ciri morfologi
sebagai berikut :

1. Lalat berwarna hijau mengkilat


2. Ukurannya 8 mm
3. Matanya berwarna merah
4. Habitatnya di timbunan sampah atau pada bangkai hewan

B. Saran
Untuk praktikan semoga bisa menemukan lalat dengan jenis yang
lainnya sehingga bisa menambah wawasan menjadi lebih luas lagi
DAFTAR PUSTAKA

Afrensi, DO. 2007. Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum basilicum forma
citratum Back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau (Chrysomya
megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Skripsi Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Azwar, A 1990, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya,


Jakarta

Depkes RI.,2001. Petunjuk Teknis Pemberantasan Lalat.

Kardinan. 2007. Daya Tolak Ekstrak Tanaman Rosemary (Rosmarinus officinalis)


terhadap Lalat Rumah (Musca domestica), Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatik

Kartikasari, Hestiningsih, R, & Sumanto, D. 2008. Identifikasi Parasit


Kontaminan Pada Lalat berdasarkan Lokasi Penangkapan di Pasar Batang
Kabupaten Batang. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Muhammadiyah Malang.

Slamet, JuliSoemirat. 2009. KesehatanLingkungan. Yogyakarta: GadjahMada


University Press.

Soemirat, J. S. (2005). EpidemiologiLingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Staff PengajarDepartemen FK UI. 2008. ParasitologiKedokteran. Jakarta: Balai


Penerbit FK UI.

Anda mungkin juga menyukai