Anda di halaman 1dari 70

TOXINS IN NATURE

KBA II
PENDAHULUAN
 Racun yang terdapat di alam :
Tanaman, jamur, laba-laba, alga
laut, ikan, siput dan katak.
TOKSIN DARI TANAMAN
 Aristolochic acids (Asam
aristolokat) : HM china dari
Aristolochia dan Asarum (jahe liar).
 Senyawa karsinogenik, mutagenik
dan neprotoksik.
 Diperlukan cara persiapan
(pengolahan) khusus.
Aritsolochia littoralis
Monkshood (Aconitum napellus)
 Aconitine (akonitin) : toksin
 Kardiotoksin yang tinggi dan
neurotoksin.
 Gejala : kesemutan, mati rasa dan
kelumpuhan, nyeri hebat dan
gastrointesis pada saluran
pencernaan.
 Kematian : aritmia kardiak.
Monkshood (Aconitum napellus)

 Penggunaan tradisional : akar


Aconitum ferox (Nepal) : racun
panah (nabee).
 Kandungan racun : Alkaloid
pseudoconitine.
Monkshood (Aconitum napellus)

 TCM (Traditional Chinese


Medicine) : akar aconite
digunakan setelah proses
penghilangan racun.
 Pengurangan racun : merendam
dan memanaskan sehingga
alkaloid aconite terhidrolisis)
sehingga kurang toksis.
Water hemlock (Spesies cicuta)
 Toksin : cicutoxin .
 Menyebabkan kejang.
 Kasus yang fatal : sama dengan
parsnip liar atau akar dari sayuran.
 Satu suapan akan berakibat fatal
 di Amerika serikat merupakan
racun tanaman yang toksis pada
manusia
Cicuta Species
Kacang Kastor (Ricinus communis)
 Kacang kastor mengandung
albumin beracun.
 Satu biji kacang kastor apabila
dikunyah dan ditelan
menyebabkan racun pada anak-
anak.
 Toksin : rantai Ricin A dan Ricin B
Ricinus Communis
Kacang Kastor (Ricinus communis)
 Ricin A terdiri dari 267 asam amino
sebagai polipeptida yang disusun
menjadi heliks alfa dan lembaran
beta.
 Ricin B : terdiri dari 262 asam
amino yang mampu mengikat
residu terminal galaktosa pada
permukaan sel.
Kacang Kastor (Ricinus communis)
 Dekontaminasi : permukaan dicuci
dengan 0,1 % Sodium hypochlorite
selama 30 menit, diikuti dengan
penyabunan dan air.
 Ricin : sensitif dengan panas, dan
inaktif dengan panas 80oC.
Gastrointestinal Irritants
 Gejala gastroenterik : kolik
abdominal, muntah dan diare.
 Kristal asam oksalat dan kalsium
oksalat.
 Tumbuhan hias : Dieffenbachia spp.,
Philodenron spp., Arum maculatum.
 Kristal : iritasi pada mukosa
membra dimulut, esofagus,
lambung dan usus.
Neurotoxic plants
Hallucinogenic Plants
 Efek halusinogen :
tetrahidrocannabinol dari
cannabis (ganja- Cannabis sativa).
 Alkaloid khat (Catha edulis)
 Mescaline dari “peyote”
(Lophophora williamsii)
 Myristicin dari pala (Myristica
fragrans)
TOXIC MUSHROMM : Amanita sp.
 Spesies Amanita : A. verosa
(destroying angel), A. verna (fool’s
mushroom), A. phalloides (death cap).
 Toksin : peptida siklik : α-amanitin
(amatoxins).
TOXIC MUSHROMM : Amanita sp.
 Mekanisme toksisitas :
menghambat sintesa protein
dengan membloking inti RNA
polimerase II, mengakibatkan
nekrosis sel.
 Induksi apoptosis dan deplesi
glutathione.
TOXIC MUSHROMM : Amanita sp.
 Target organ : mukosa intestinal,
hati dan ginjal (kerusakan hati
secara klinik yang paling berat).
 Gejala : gastrointestinal dari 8 jam
hingga 24 jam (12 jam).
TOXIC MUSHROMM : Amanita sp.
 Emesis : charcoal aktif (tiga hari).
 Diuresis : silibinin (ekstrak thistle):
dosis : bolus 5 mg/kg IV selama 1
jam (selama tiga hari).
 Liver : N-asetilsistein.
 Ginjal : hemodialisis
Orellanine.
 Orellanine : neprotoksik
 Cortinarius spp : Cortinarius
rubellus (speciosissimus) dan
Cortinarius orellanus.
 Toksin : bipyridine N-oksida.
 Kerusakan ginjal : nepritis
interstitial, nekrosis tubular, pecah
membran basal.
Orellanine.
 Orellanine : neprotoksik
 Cortinarius spp : Cortinarius
rubellus (speciosissimus) dan
Cortinarius orellanus.
 Toksin : bipyridine N-oksida.
 Kerusakan ginjal : nepritis
interstitial, nekrosis tubular, pecah
membran basal.
Gyromitrin.
 Gyromitrin : toksisitas
 Gyromitra spp : Gyromitra
esculenta.
 Gyromitrin : toksin larut air dan
menguap yang diperoleh dari
pemanasan (rebus) fungi.
Gyromitrin.
 Gyromitrin : terdekomposisi
didalam lambung menjadi bentuk
toksik hydrazin yang mengiritasi
dan deplesi (menghilangkan) SSP
pyridoksin, yang akan mereduksi
sintesis GABA.
 Deplesi glutathione didalam
eritrosit dan merusak hepar.
NEUROTOXIC AND
PSYCHOTROPIC FUNGI
 Muscarine
 Inocybe dan Clitocybe spp
 Jamur menstimulasi reseptor
kolinergik dalam sistem saraf
autoimun.
Muscarine

 Gejala : mual, kolik abdomen, dan


diare.
 Treatment : atropine
Isoxazoles

 Isoxazoles (asam ibotenat,


muscimol, muscazone) : GABA
agonis.
 Spesies : Amanita spp ( Amanita
muscaria-fly agaric, Amanita
pantherina (panther cap) dan
Amanita regalis
Isoxazoles

 Gejala : mabuk, euphoria (efek


ansietas, konfusion, ilusi, delusi,
halusinasi, agitasi.
 Treatment : efek sedasi : agitasi dan
delirium (benzodiazepin). Obat
antipsikotik (haloperidol atau
klorpromazin).
Hallucinogenic Mushrooms

 Psilocybin : turunan tryptamine


dari Psilocybe (meningkatkan
tingkatan serotonin pada SSP)
 Magic mushrooms : Psilocybe
semilanceate.
 Gejala : eupforia, halusinasi
(muncul dalam satu jam).
Hallucinogenic Mushrooms

 Halusinasi : mengubah ruang dan


waktu dan depersonalisasi.
 Halusinasi : aneh dan
menyebabkan pasien masuk rumah
sakit.
 Gejala lain : agitasi, ansietas,
takikardia, midriasis, demam.
Hallucinogenic Mushrooms

 Treatment : pasien tetap didalam


ruangan, memberikan efek sedatif
(benzodiazepin dan antipsikosis-
haloperidol)
Poisonous Aquatic Animals
 Hewan laut (seafood) : asupan
protein.
 Keracunan : gejala gatrointestinal
akut.
 Penyebab infeksi : virus hepatitis
(moluska ; kerang dan tiram), virus
Norwalk (kerang dan tiram), astro
dan calcivirus (kerang dan
moluska lain).
Poisonous Aquatic Animals
 Bakteri : Vibrio parahaenolyticus
(crusraceans ; udang), Vibrio
cholerae (kepiting dan moluska),
kelompok 1 non-O-V. cholerae
(tiram), Vibrio vulnificus (tiram),
Aeromonas hydrophila (tiram beku),
Plesiomonas shihelloides (tiram,
kerang, mackerel, cumi-cumi).
Poisonous Aquatic Animals
 Bakteri : Shigella spp (moluska),
Campylobacter jejuni (kerang), dan
Salmonella typhi (moluska).
 Batulinum : ikan asap dan salmon
kaleng
 Merkuri pada ikan (Jepang : laut
minamata)
Neurotoxic Fish Poisoning
 Penyebab : Ciguatera fish
poisoning dan tetrodotoxin
poisoning.
 Ciguatera (1 hingga 6 jam terjadi
gejala) : kerapu, kakap, mackerel,
moray eels, baracuda dan jack.
Neurotoxic Fish Poisoning
 Toxins : ciguatoxin (aktivasi
saluran Na+). Maitotoxin (aktivasi
saluran Ca2+) dan scaritoxin.
 Gejala gastrointestinal : mual,
muntah, diare, nyeri dan kram
perut, rasa logam dimulut diikuti
dengan gejala neurologi
paresthesia disekitar mulut.
Tetrodotoxin Poisoning
 Toxins : tetrodotoxin :
aminoperhydroquinazoline :
toksin non protein yang
menyebabkan neurotoksin dan
cardiotoksin dengan cara
menghambat muatan pada saluran
ion Na.
Scombrotoxic Poisoning
 Sindrom histamin.
 Daging merah ikan scombroid
(tuna, mackerel, bonito dan
cakalang) dan ikan non scromboid
kalengan (sardines dan pilchard).
Scombrotoxic Poisoning
 Dekomposisi histidin
dekarboksilasi pada daging ikan
oleh bakteri Proteus morgani dan
Klebsiella pneumonia menjadi
saurine, histamine, cadaverine dan
toksin lainnya.
 Ikan busuk 100 g mengandung 1 g
histamin.
Scombrotoxic Poisoning
 Gejala : sensasi kesemutan atau
perih dimulut atau rasa pedas saat
dimakan.
 Selanjutnya (menit hingga jam)
rasa terbakar, berkeringat,
urtikaria dan pruritis hingga sakit
kepala, kolik, mual, muntah, diare,
asma bronkial, dan hipotensi.
Pengobatan Keracunan Seafood
 Tidak ada pengobatan dan
penangkal khusus yang tersedia.
 Bilas lambung untuk
mengeliminasi kandungan racun
pada gastrointestinal.
 Arang aktif menyerap (Charcoal
aktif) saxitoxin dan toxin kerang
lainnya.
Pengobatan Keracunan Seafood
 Atropin : memperbaiki gejala pada
GI dan racun neurotoksik.
 Calcium gluconate : gejala
neuromuskular ringan.
 Antikolinesterase : inaktif racun
ciguatera dan tetrodotoxin.
 Scrombrotoxic : epinefrin, anti H1
histamin bloker dan bronkodilator
agonis adrenergik β2.

Anda mungkin juga menyukai