Anda di halaman 1dari 6

(slide 1)

Prinsip Toksisitas Hewan Laut

Lautan menyediakan ruang yang sangat besar dan beragam untuk kehidupan laut. Invertebrata
adalah salah satu makhluk hidup yang paling banyak dijumpai seperti intertidal; banyak yang bertubuh
lunak, relatif tidak bergerak dan tidak memiliki pertahanan fisik yang jelas. Hewan-hewan ini sering
mengembangkan pertahanan kimia terhadap predator dan pertumbuhan berlebih oleh organisme
pengotoran.

Hewan laut dapat menumpuk dan menggunakan berbagai racun dari organisme mangsa dan
dari mikroorganisme simbiotik untuk tujuan mereka sendiri. Jadi, hewan beracun sangat melimpah di
lautan. Racun bervariasi dari molekul kecil hingga protein dengan berat molekul tinggi dan menampilkan
fitur kimia dan biologis yang unik untuk kepentingan ilmiah. Berbagai hewan laut memiliki peptida dan
protein yang digunakan baik untuk pertahanan, menangkap mangsa, atau keduanya.

(slide 2)

Mekanisme Toksik Hewan Laut


Toksik hewan laut atau toksin marin digunakan untuk toksin-toksin yang berasal dari
organisme laut. Ditinjau dari segi asal usulnya, toksin marin digolongkan ke dalam dua golongan
yaitu toksin "endogenous" dan toksin "exogenous". Diduga toksin dari lingkungannya ini
terserap oleh tubuh organisme melalui rantai makanan atau menempel pada tubuhnya,
sehingga organisme tersebut menjadi beracun bila dimakan oleh manusia atau hewan lainnya.
Keberadaan toksin ini di dalam tubuh organisme laut tergantung pada musim atau letak
geografis di rnana organisme itu berada.

Hewan dapat mengeluarkan racun/toksin melalui 2 mekanisme yaitu mekanisme


injeksi: aktif, seperti ubur - ubur atau siput kerucut, atau pasif seperti lionfish atau bulu
babi. Sengatan hewan (envenomasi/terkena bisa) adalah proses di mana bisa atau
racun disuntikkan ke makhluk lain melalui gigitan,tusukan atau sengatan.
(slide 3)

Jenis2 toksin
Secara umum terbagi atas 2 jenis yaitu berdasarkan asal usulnya dan berdasarkan struktur kimianya.

Berdasarkan asal-usulnya

1. Endogeneus, yaitu berasal dari jaringan tubuh organisme itu sendiri dan sama sekali tidak
dipengaruhi oleh lingkungan tempat hidupnya
a) Tetrodotoxin, biasanya terdapat dalam kandung telur ikan buntal (Fugu vermiculare)
b) Ciguatoxin, biasanya terdapat pada ikan kakap (Lutjanus bohar)
c) Eledoisin, terdapat dalam kelenjar ludah gurita (Octopus moschata)
1. Exogeneous, yaitu toksin yang ditemukan dalam tubuh organisme hanya bila lingkungan tempat
hidupnya mengandung toksin. Biasanya terdapat pada sejenis dinoflagellate Gonyaulax sp.,
yaitu saxitoxin

(slide 4)

Berdasarkan struktur kimia

1. Tetrodoxin (Puffer toxin)

- Berasal dari kandungan telur ikan buntal, berupa kristal berwarna kuning dengan rumus molekul
2— amino—6—hidroksimetil—8—hidroksiquinazolin
- Tetrodoxin dapat meningkatkan permeabilitas membrane saraf terhadap ion natrium dan
menghasilkan efek neurotoksik dan kardiotoksik dengan memblokir Na+ channel.
- Sumber utama dari racun ini adalah bakteri (Pseudomonas, Pseudoalteromonas, Vibrio spp., dll
(slide 5)

2. Ciguatoxin

- Ciguatoxin merupakan suatu lipida yang tidak umum (unusual) yang terdapat pada
berbagai jenis ikan yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang di daerah tropic dan
subtropic, yang membawa dinoflagellata beracun.
- Keracunan oleh toksin ciguatoxin disebut ciguatera (aktifnya saluran Na+) dengan gejala
keracunan akiba ciguatoxin diantaranya gangguan kardiovaskular, gangguan saraf,
asthemia dan arthalgia, serta gangguan saluran pencernaan
- Memiliki sifat farmakologis antara lain berpengaruh langsung terhadap saraf periferal
dan sentral, meningkatkan permeabilitas membran sel dari otot dan saraf terhadap ion
natrium, serta bersifat antichlolinesterase

(slide 6)

3. Caulerpicin dan Caulerpin

Rumus bangun Caulerpicin Rumus bangun Caulerpin


- Racun ini ditemukan pada alga hijau jenis caulerpa. Caulerpa spp., diisolasi dari Caulerpa
racemosa varitas Clarifera, Caulerpa sertulariades dan Caulerpa serrulate
- Caulerpicin dan caulerpin ditemukan pada beberapa jenis hewan yang hidup pada
sedimen-sedimen dimana Caulerpa tumbuh misalnya pada keong laut, Cerithium sp.,
dan karang lunak (soft coral).
- Gejala yang dirasakan oleh keracunan zat tersebut adalah mati rasa pada lidah dan bibir.
Bila keracunannya akut, ujung-ujung jari tangan dan kaki terasa membeku, pernafasan
menjadi sesak dan hilangnya keseimbangan.

(slide 7)

4. Saxitoxin

- Racun ini banyak ditemukan pada paralytic shellfish poison dan merupakan penyebab
keracunan yang serius di Amerika Se-rikat seperti halnya dengan tetrodo-toxin di Jepang
- Aksi farmakologisnya ialah memblokir susunan syaraf pusat yang dapat menyebabkan
kematian pada tikus dalam waktu 15 menit
- Gejala keracunan oleh toksin ini diantaranya rasa terbakar pada lidah, bibir dan mulut
yang selanjutnya merambat ke leher, lengan dan kaki. Sensasi ini kemudian berlanjut
menjadi matirasa sehingga gerakan menjadi sulit bahkan dapat diikuti oleh perasaan
melayang-layang, mengeluarkan air liur, pusing dan muntah.

(slide 8)

5. Histamin, Saurin
- Enzim dekaroboksilase histidin bakteri seperti Proteus morgana, Klebsiella pneumoniae,
Enterobacter, Serratia, Citrobacter, Escherichia coli, Clostridium, Vibrio, Acinetobacter,
Pseudomonas, dan Photobacterium mengubah histidine otot ikan menjadi toksin seperti
saurin, histamin, kadaverin, putresin, dan racun lainnya.
- Histamin yang diserap dari usus biasanya dipecah oleh N-metil-transferase dan diamin
oksidase (histaminase), tetapi jika konsentrasi histamin sangat tinggi atau jika pasien
sedang mengkonsumsi inhibitor diamin oksidase seperti isoniazid atau inhibitor oksidase
monoamine, keracunan scrombroid dapat terjadi
- Gejalanya dapat berupa sensasi kesemutan atau perih di mulut atau rasa logam, pahit,
atau pedas pada kontak pertama. Biasanya dalam 20 hingga 30 menit, tetapi hingga
beberapa jam setelah tertelan, terjadi pembilasan pada wajah, leher, dan badan;
pembakaran; berkeringat; pruritus; dan ruam urtikaria, diikuti sakit kepala berdenyut,
jantung berdebar, mual, mulut kering, kolik perut, muntah, diare, angioedema, asma
bronkial, pusing, dan sinkop. Komplikasi jantung termasuk takiaritmia, vasospasme
arteri koroner, dan iskemia miokard. Pemulihan penuh diharapkan selama 6 hingga 8
jam, tetapi gejala dapat bertahan hingga 24 jam.

(slide 9)

6. Conotoxin
- Merupakan toksin yang ditemukan pada siput kerucut, yang stabil terhadap panas tetapi
tidak aktif oleh desinfektan glutaraldehid dan formaldehida
- Konotoksin presinaptik menghambat pelepasan asetilkolin sedangkan konotoksin
pascasinaps menghambat saluran natrium, kalium, dan kalsium serta menghambat
kontraksi otot
- Gejala yang timbul antara lain nyeri lokal, bengkak, mati rasa, dan iskemia. Selain itu,
mati rasa, bengkak dan kesemutan dapat menyebar dengan cepat dari daerah terkena
toksin hingga seluruh tubuh

(slide 10)

7. Palytoxin
- Merupakan salah satu racun laut paling kuat, yang diproduksi oleh dinoflagellate
- Toksin ini stabil dalam air laut dan alkohol dan bekerja pada membrane sel untuk
membuatnya berpori terhadap molekul bermuatan seperti natrium, kalium, dan
kalsium. Hal ini menyebabkan tidak adanya gradien ion sehingga sel tidak dapat
berfungsi atau mempertahankan bentuknya.
- Gejalanya cepat, berupa antara lain nyeri dada, kesulitan bernapas, hemolisis dan yang
akhirnya dapat menyebabkan kematian akibat penurunan oksigenasi

Referensi:
Deliana, M., Pusparianda, D., & Santa Novita, Y. S. Kejadian Kegawatdaruratan
Akibat Sengatan Hewan Laut Berbisa di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Jurnal
Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika), 8(2), 60-63. 2022.
Rachmaniar. 1991. Toksin Marin Suatu Pengantar. Oseanografi. 1(1): 1-11.
Reenstra, W. R. 2006. Marine Toxin Attack. Disaster Medicine, 710–713.
Sembel, D. T.  Toksikologi lingkungan. Penerbit Andi. 2015.
Warrell, D. A. 2020. Poisonous Plants and Aquatic Animals. Hunter’s Tropical Medicine and
Emerging Infectious Diseases, 1006–1020

Anda mungkin juga menyukai