Anda di halaman 1dari 10

A.

TETRODOTOKSIN (FUGU POISONING)


Keracunan

jenis

ini

hanya

terjadi

pada

ikan

yang

termasuk

dalam

orde

Tertraodontiformes,seperti puffer-like fish(fugu): globe fish, ballon fish (buntal), blow fish dan
toad fish .Keracunan biasanya terjadi setelah menyantap ikan yang ditangkap dan tidak dikelola
oleh ahlinya (uncertified handlers). Bahkan keracunan tetrodoktosin masih sering terjadi di
Jepang (terutama oleh ikan fugu), meskipun pengolahan ikan tersebut sudah dilakukan oleh
orang yang ahli. Racun ini terkumpul di kulit dan organ dalam ikan.
Patogenesis
Tetrodotoksin adalah molekul organic berukuran kecil, bersifat heterosiklik yang bekerja
pada kanal natrium yang aktif di jaringan saraf. Racun ini memblok difusi natrium melalui kanal
natrium sehingga depolarisasi dan propagasi potensial aksi sel-sel saraf dihambat. Dengan kata
lain, tetrodotoksin merupakan neurotoksin.
Tetrodotoksin bekerja langsung pada system saraf pusat dan perifer (saraf otonom,
motorik dan sensorik). racun ini juga mampu merangsang chemoreceptor trigger zone

di

medulla oblongata dan menekan pusat pernafasan dan vasomotor pada area tersebut.
Tetrodotoksin bersifat tahan panas (kecuali dalam suasana basa), larut dalam air, bukan
termasuk protein, menyerupai quinazoline dan ditemukan terutama pada bagian tubuh ikan,
seperti kulit, hati, ovarium, usus dan (mungkin juga)otot. Karena kandungan toksin di dalam
ovarium sangat tinggi, ikan betina akan sangat beracun bila di makan pada musim bertelur.
Tetrodotoksin diyakini disintesis oleh bakteri atau dinoflagellata yang berkaitan dengan
ikan puffer. Kadar toksisitasnya bervariasi menurut musim. Di Jepang, ikan golongan ini
(kebanyakan fugu) terbukti bebas- racun. Oleh sebab itu, ikan ini banyak disantap oleh penduduk
setempat hanya pada bulan Oktober hingga Maret.
Dosis toksik racun ini belum diketahui pasti karena kadar tetrodotoksin pada tubuh ikan
tidak sama. Meskipun begitu, dengan takaran 1-2mg toksin murni dapat berakibat fatal.
Gejala Klinis
Gejala keracunan pertama kali muncul pada waktu 15 menit hingga beberapa jam
(bahkan mencapai 20jam) setelah menyantap makanan yang mengandung tetrodotoksin. Gejala
awal meliputi parestesi bibir dan lidah, yang berlanjut ke muka dan ekstremitas (yang
selanjutnya disertai oleh rasa baal). Seterusnya terjadi pula salvias, mual, muntah dan diare yang
disertai sakit perut.

Kelainan yang ditimbulkan oleh racun ini pada umumnya menyerang system
kardiovaskular dan neurologis. Gangguan fungsi motorik berupa rasa lemah, hipoventilasi
(kemungkinan timbul sebagai dampak gangguan fungsi system saraf pusat dan perifer) dan
kemudian terjadi kesulitan berbicara. Ascending paralysis berlangsung cepat selama 4-24 jam.
Paralisis ekstremitas mendahului paralisis bulbar, yang kemudian diikuti oleh paralisis otot
pernafasan meskipun reflex tendon masih positif ketika paralisis terjadi.
Akhirnya fungsi jantung terganggu disertai oleh hipotensi, distrima (bradikardia),
gangguan fungsi system saraf pusat (koma) dan kejang. Penderita yang mengalami keracunan
berat dapat jatuh dalam keadaan koma yang dalam, apnea, pupil terfiksasi dengan reflex
negative, serta hilangnya seluruh reflex batang otak. Kematian umumnya terjadi dalam 4-6 jam,
biasanya berpangkal pada paralisis otot pernafasan dan gagal napas.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tanda lenyapnya fungsi neuron sensorik dan motorik
(tanda utama), asending paralysis dengan depresi pernapasan dan sianosis dengang gagal napas.
Hipotensi dapat pula disertai disfungsi miokardium. Tanda yang mengancam jiwa adalah
gangguan irama jantung, terutama bradikardia, blok nodus atrioventrikular dan bludlebranch
block. sementara itu, berpengaruh terhadap saluran cerna tidak begitu menonjol, meskipun
muntah dan nyeri perut dapat timbul.

B. TETANOSPASMIN
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh neurotoksin yang disebabkan oleh bakteri
Clostridium tetani yang ditandai dengan spasme otot yang berat dan periodik. Pada tahun 1890,
ditemukan racun atau toksin yang dikenal dengan tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah
anaerob yang mengandung bakteri. Imunisasi dengan memanfaatkan derivat tersebut dapat
menghasilkan pencegahan penyakit tetanus. (Nicalair 1884, Behring dan Kitasato 1890).
Spora dari Clostridium tetani biasanya masuk ke dalam tubuh pada saat kulit kita
tergores, terpotong, ataupun terluka. Spora ini dapat bertahan lama dalam beberapa bulan bahkan
dapat beberapa tahun. Jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan bakteri lain,
bakteri ini akan memasuki kulit penderita dan mengeluarkan toksin yang ia miliki yakni
tetanospasmin.

Toksin tetanospamin menyebar dari saraf perifer secara ascending bermigrasi secara
sentripetal atau secara retrogard mcncapai CNS. Penjalaran terjadi didalam axis silinder dari
sarung parineural. Teori terbaru berpendapat bahwa toksin juga menyebar secara luas melalui
darah (hematogen) dan jaringan/sistem lymphatic.
Patogenesis
Pada luka yang terkontaminasi oleh tanah yang mengandung spora, kondisi anaerobik
yang disebabkan oleh benda asing dan jaringan mati mendorong pertumbuhan vegetatif aktif
Clostridium tetani yang menyebabkan produksi toksin (tetanoplasmin)
Toksin berjalan ke arah proksimal di sepanjang saraf untuk mencapai sistem saraf dan
menyebabkan tetanus melalui dua mekanisme, yaitu dengan memblokade pelepasan asetilkolin
pada sinaps mineral dan dengan melawan pengaruh inhibisi pada lengkung refleks otot.
Hal ini menyebabkan kekakuan dan spasme otot. Setelah terfiksasi pada medula
spinalis, toksin tidak dapat dinetralisasi lagi oleh antitoksin
Penghilangan pengaruh inhibisi pada sistem saraf otonom menyebabkan peningkatan
aktivitas otonom, menyebabkan takikardia, berkeringat, dan hipertensi
Masa inkubasi normal adalah 5-15 hari, namun dapat berlangsung lebih lama
Diagnosis klinis
Tahap kaku otot :
1. ismus (kekakuan otot rahang), yang sering menjadi gejala pertama
2. Kesulitan membuka mulut (lockjaw)
3. Dapat timbul disfagia
4. Demam ringan
5. Dalam 24 jam kekakuan menyebar ke leher, punggung, dada, dan otot dinding perut. Lengan
dan tungkai hanya sedikit terkena.
Tahap spasmodik :
1. Biasanya dalam 1-2 hari timbul kontraksi otot yang nyeri, sering disertai dengan pucat dan

berkeringat
2. Spasme menyebabkan mimik wajah menyeringai (risus sardonicus), dan lengkungan leher
dan pungggung (opistotonus)
3. Spasme otot laring dan otot pernapasan menyebabkan gagal napas
4. Spasme terjadi secara spontan atau dapat dipicu oleh bising, batuk, dan gerakan
5. Pada kasus berat, timbul tanda-tanda overaktivitas simpatis, seperti keringat berlebihan,
demam, hipertensi/hipotensi, takikardia, dan aritmia jantung
6. Pada pasien yang bertahan, spasme menghilang secara bertahap setelah 2-3 minggu dan
kekakuan otot hilang setelah 1-2 minggu kemudian
7. Pada kasus ringan seringkali terdapat kekakuan otot saja, dan kekakuan ini hanya terjadi pada
lokasi trauma
C. SAKSITOKSIN
Salah satu toksin yang dilepaskan beberapa dinoflagelata disebut saksitoksin. Toksin itu
adalah sejenis garam larut-air yang menyerang sistem saraf manusia. Oleh karena itu, zat ini
digolongkan sebagai neurotoksin. The New Encyclopdia Britannica melaporkan bahwa toksin
yang dilepaskan ke dalam air mengganggu sistem pernapasan manusia. Daerah-daerah pantai
harus ditutup sewaktu racun pasang merah terlepas ke udara akibat pecahnya gelombang.
Apakah Anda gemar makan kerang dan makanan laut lainnya? Nah, pasang merah dapat
membuat

kerang

yang

memangsa

dinoflagelata

menjadi

beracun.

Majalah Infomapper menyatakan bahwa bivalvia dan kerang-kerangan lainnya seperti tiram,
remis, dan klam adalah yang paling berbahaya karena kerang-kerang ini mendapat makanan
dengan cara menyaring arus air dan menyerap lebih banyak toksin dibandingkan dengan ikan.
Akan tetapi, ikan, cumi-cumi, udang, dan kepiting . . . masih aman untuk dikonsumsi manusia.
Alasannya? Toksin pasang merah terkumpul dalam usus mereka, dan biasanya bagian ini
dibuang sebelum dimasak.
Meskipun demikian, perlu tetap berhati-hati sewaktu menyantap makanan laut
khususnya kerang-keranganyang didapat dari daerah yang diketahui terkontaminasi pasang
merah. Pasang ini dapat menyebabkan kondisi yang disebut paralytic shellfish poisoning
(keracunan kerang yang melumpuhkan), atau PSP. Jika Anda telah menelan racun pasang

merah, Anda akan mengalami gejalanya dalam waktu 30 menit. Bagan yang disertakan berisi
daftar dari beberapa gejalanya. Jika tidak ditangani dengan tepat, PSP dapat melumpuhkan
sistem pernapasan, yang dapat mengakibatkan kematian.
Saat ini, penawar racun pasang merah belum diketahui. Akan tetapi, beberapa prosedur
darurat telah diterapkan dan berhasil. Racun pasang merah dapat dikeluarkan dari perut pasien
dengan membuat sang pasien muntah. Cuci perut dengan tabung yang dimasukkan melalui mulut
ke dalam lambung juga telah digunakan untuk mengeluarkan racun. Dalam beberapa kasus,
pernapasan buatan perlu dilakukan. Di Filipina, beberapa orang percaya bahwa meminum air
kelapa dicampur dengan gula merah dapat membantu korban pulih lebih cepat.
Gejala Klinis Keracunan Saksitoksin
1. Kebas atau terbakar pada bibir, gusi, dan lidah
2. Wajah mati rasa dan kebas, yang kemudian menyebar ke bagian lain dari tubuh
3. Sakit kepala dan pusing
4. Kehausan dan mengeluarkan banyak liur
5. Mual, muntah, dan diare
6. Sulit bernapas, berbicara, dan menelan
7. Nyeri di persendian dan merasa limbung
8. Detak jantung lebih cepat
9. Otot terasa lemas dan hilang keseimbangan
10. Badan menjadi lumpuh

D. BOTULINUM
Botulisme, yaitu penyakit yang mengakibatkan gangguan pada otot, sistem pernafasan
dan pencernaan, yang diakibatkan oleh senyawa botulinum yang diproduksi olehClostridium
botulinum. Meskipun relatif jarang terjadi, penderita botulisme bisa berujung kepada kematian
jika tidak ditangani dengan segera.
Berdasarkan sumbernya, botulisme terdiri dari tiga jenis yaitu Botulisme Bayi, Botulisme
Keracunan Makanan (food borne) dan Botulisme Luka.
Botulisme bayi terjadi karena perkembangbiakan C. botulinum di dalam sistem
pencernaan yang berasal dari makanan atau minuman yang mengandung spora C. botulinum. Ciri
bayi yang menderita botulisme yaitu konstipasi (sembelit), lemas, tidak bisa menghisap atau
menelan makanan.
Botulisme keracunan makanan terjadi karena mengkonsumsi makanan yang mengandung
botulin, yaitu senyawa toksik yang dihasilkan oleh C. botulinum. Biasanya jenis ini diakibatkan
oleh mengkonsumsi makanan kaleng yang terkontaminasi atau sudah expired.
Botulisme luka yaitu botulisme yang terjadi karena jaringan yang luka terinfeksi C. botulinum.
Patologi
C. botulinum adalah bakteri anaerob (hidup dalam lingkungan tanpa oksigen atau udara) dan
membentuk spora. Berbeda dengan jamur, spora pada bakteri berfungsi sebagai mekanisme
bertahan hidup.

Ada ratusan jenis (strain) Clostridium, sebagian besar diantaranya tidak membahayakan
kesehatan. C. botulinum adalah bakteri yang paling terkenal penyebab keracunan makanan.
Bakteri ini secara alami berada di tanah, saluran limbah dan di sedimen lautan.
Botulinum, disingkat BTX atau BoNT, adalah senyawa kimia yang bersifat racun, diproduksi
oleh bakteri C. botulinum.
BTX terdiri dari tujuh jenis yaitu tipe A, B, C [C1, C2], D, E, F, dan G. Tipe A, B dan E adalah
BTX yang menyebabkan botulisme pada manusia, sedangkan tipe C dan D bersifat racun pada
hewan.

Gejala Klinis
1. Mengalami kesulitan dalam berbicara dan menelan makanan.
2. Mulut kering.
3. Terasa lemas di bagian wajah.
4. Pandangan kabur atau membayang
5. Kelopak mata jatuh/turun
6. Sulit bernafas
7. Mual, muntah, kram pada bagian perut
8. Mengalami kejang otot (paralysis)

E. RACUN LABA-LABA BLACK WIDOW


Black Widow adalah laba-laba yang sangat terkenal karena racunnya yang mematikan.
Laba-laba janda hitam dapat dikenal melalui tanda di perutnya, berwarna merah berbentuk jam
pasir pada perut mereka. Mereka dapat ditemukan di daerah beriklim sedang di seluruh dunia.
Merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic yang sangat berbahaya.
Tersebar hingga ke seluruh penjuru dunia di lima benua. Laba-laba ini merupakan
anggota dari genus Latrodectus dan dinamakan sebagai janda hitam karena betinanya cenderung
memakan sang jantan setelah perkawinan. Racun atau bisanya berbahaya, 10 kali lipat lebih kuat
dari ular derik. Gigitannya bisa menyebabkan sakit otot, nausea dan gangguan pada diafragma
pernapasan walaupun tidak sampai menimbulkan kematian pada orang dewasa tetapi sangat fatal
untuk anak kecil dan lansia (lanjut usia).
Laba-laba

ini

tidak

agresif

dan

menggigit

hanya

untuk

mempertahankan

diri.Uniknya racun dari Black widow digunakan sebagai obat penawar dari racun hasil gigitan
False Black Widows Spider. Laba-laba janda hitam dan laba-laba pertapa coklat adalah lebih
umum bermukim di negara-negara selatan termasuk Amerika Serikat.
Laba-laba janda hitam dan laba-laba pertapa coklat lebih hangat iklim kering dan daerah
terganggu seperti di bawah wastefel, lemari, loteng, ruang bawah tanah atau tumpukan kayu.
Laba-laba janda hitam adalah laba-laba kecil dan hitam mengkilap dengan jam pasir merah
menandai di perutnya, gigitan laba-laba ini sangat berbahaya bagi manusia.
Gejala Klinis
Gejala pertama ini biasanya nyeri mirip dengan tusukan jarum. Sensasi ini dirasakan saat
gigitan sebenarnya dibuat. Beberapa orang mungkin tidak merasakannya. Mungkin ada

pembengkakan kecil, kemerahan, dan lesi target yang berbentuk. Lima belas menit sampai satu
jam kemudian, nyeri otot menyebar dari daerah gigitan ke seluruh tubuh.
Jika gigitan tersebut pada tubuh bagian atas, biasanya Anda akan merasa paling sakit di
dada Anda. Jika gigitan tersebut pada tubuh bagian bawah, Anda biasanya akan merasa paling
rasa sakit di perut.
Gejala berikut juga dapat terjadi:
1. Kecemasan
2. Kesulitan bernapas
3. kram otot sangat menyakitkan
4. Sakit kepala
5. Tekanan darah tinggi
6. Peningkatan air liur
7. Peningkatan berkeringat
8. kelemahan sensitivitas otot
9. Mual dan muntah
10. Mati rasa
11. Gelisah Kejang (biasanya terlihat sebelum kematian pada anak)
12. Wanita hamil dapat mengalami kontraksi dini

DAFTAR PUSTAKA
MB, Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi: Keracunan Makanan. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat R,Wim de jong. 2004. Buku-ajar ilmu bedah edisi 2.Jakarta : EGC.
Dokita. 2010. Apa Itu Penyakit Tetanus. http://dokita.co/blog/apa-itu-penyakit-tetanus/. diakses
tanggal 14 Oktober 2014
Dokter sehat. 2012. Penyakit mematikan karena luka, http://doktersehat.com/tetanus-penyakitmematikan-karena-luka/. diakses tanggal 14 Oktober 2014
Info Imunisasi. 2012. Cegah tetanus. http://infoimunisasi.com/penyakit/cegah-tetanus-sedaridini/. diakses tanggal 14 Oktober 2014
Anonim. 2012. Penysaraf Kiking. http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking.pdf.
diakses tanggal 14 Oktober 2014
Anonim. 2013. Botulisme Penyebab dan Pencegahan.
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/08/05/botulisme-penyebab-dan-pencegahan581921.html diakses tanggal 14 Oktober 2014
Anonim. Keracunan Pasang Merah .http://wol.jw.org/id/wol/pc/r25/lp-in/1200274531/14/0
diakses tanggal 14 Oktober 2014
Anonim. 2014. Kenali Bahaya Gigitan Laba-Laba Ganas dan Cara Penanganannya.
http://dokterindonesiaonline.com/2014/08/21/kenali-bahaya-gigitan-laba-laba-ganas-dan-carapenanganannya/ diakses tanggal 14 Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai