TETANUS NEONATORUM
A. PENGERTIAN
berbagai sumber:
.1 Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan
tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan
menyusu secara normal pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan tubuh
.2 Tetanus neonatorum adalah kejang yang sering dijumpai pada BBL, yang
infeksi selama masa neonatal yang antara lain terjadi sebagai akibat
1997).
B. ETIOLOGI
merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman
clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin
dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT
1
yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung
tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di
mana-mana. Masa inkubasi penyakit ini adalah antara 5-14 hari. Pada
anak.
C. PATOFISIOLOGI
nekrosisi jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra axonal
toksin disalurkan ke sel saraf yang memakan waktu sesuai dengan panjang
fungsi sel saraf walaupun toksinnya telah terkumpul dalam sel. Dalam
sumsum belakang toksin menjalar dari sel saraf lower motorneuron ke lekuk
sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal inhibitory neurin. Pada
2
daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitory transmitter dan
menimbulkan kekauan.
koordinasi impuls sehingga tonus otot meningkat dan otot menjadi kaku.
2. Otak
3. Saraf otonom
yang besar-besar, pada tetanus berat otot polos juga ikut terkena, sehingga
Pathway
3
Clostridium Tetani
4
Anak yang semula menangis, menyusu dan hidup normal, mulai hari ketiga
menunjukkan gejala klinik yang bervariasi mulai dari kekakuan mulut dan
tetanus neonatorum tidak sejelas pada penderita anak atau dewasa. Bentukan
mulut menjadi mencucu seperti mulut ikan. Bayi yang semula kembali
menjadi lemas setelah kejang dengan cepat menjadi lebih kaku dan frekuensi
kegagalan nafas. Kekakuan pada tetanus sangat khusus, yaitu fleksi pada
tangan, ekstensi pada tungkai namun fleksi plantar pada jari kaki tidak tampak
bayi menjadi kaku, fleksi pada siku dengan tangan dikepal keras-keras.
sepotong kayu. Leher yang kaku seringkali menyebabkan kepala dalam posisi
menengadah.
bukaan mulut diukur tiap hari. Trismus pada neonati tidak sejelas pada
anak, karena kekakuan pada leher lebih kuat dan akan menarik mulut
5
mulut mencucu seperti mulut ikan tetapi terdapat kekakuan mulut
a) Dahi mengkerut
3. Opistolomus
pada tumit dan belakang kepala. Secara klinik dapat dikenali dengan
4. Otot dinding perut kaku, sehingga dinding perut seperti papan. Selain
otot dinding perut, otot penyangga rongga dada juga kaku, sehingga
bronchopneumonia.
Lambat laun, masa istirahat kejanng makin pendek sehingga anak jatuh
6
6. Pada tetanus berat akan terjadi:
karena spasme otot laring yang bila berat menimbulkan anoxia dan
kematian.
(hiperhidrosis)
retensi urin.
E. KOMPLIKASI
1. Bronkopneumonia
3. Sepsis neonatorum
F. PENCEGAHAN
banyak faktor resiko yang telah dikenali dan diketahui cara kerjanya, namun
7
Pendekatan pengendalian panganan dapat dilakukan dengan
pusat. Mengigat sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun bayi
maka praktek 3 bersih yaitu bersih tangan, alat pemotong tali pusat dan alas
tempat tidur ibu serta perawatan tali pusat yang benar sangat penting dalam
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medik
IVFD hanya untuk memasukkan obat. Jika pasien telah dirawat lebih
dari 24 jam atau pasien sering kejang atau apnea, diberikan larutan
(jika fasilitas ada lebih baik periksa analisa gas darah dahulu). Bila
8
IVFD (diazepam dimasukkan kedalam cairan infus dan diganti setiap
berat atau bila berat, diazepam diberikan per oral dan setelah bilirubin
dihisap.
2. Penatalaksanaan keperawatan
9
menyebabkan aspirasi. Oleh karena itu, pasien perlu dirawat di kamar
bayi, dan bila terjadi apnea agar segera dapat dilakukan tindakan.
diperhatikan adalah :
10
4) Sering isap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan
5) Observasi tanda vital secara kontinu setiap ½ jam dan catat secara
terus-menerus.
frekuensi sama.
11
diselingi tiupan. Bila melakukan tiupan, caranya
b) Kebutuhan nutrisi/cairan
cairan glukosa 10%. Tetapi karena bayi juga sering sianosis maka
pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada
12
pasien ibu hamil perlu dijelaskan bahwa tidak ada manfaatnya jika
alkohol 70% dan kassa steril yang telah dibasahi alkohol kemudian
dibasahi lagi dengan alkohol yang sudah kering. Jika tali pusat telah
lepas dikompres alkohol diteruskan lagi sampai lika bekas tali pusat
dermatol atau bedak pada bekas tali pusat karena akan dapat terjadi
infeksi.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1 Pemeriksaan laboratorium
magnesium, analisa gas darah dan gula darah sewaktu penting untuk
dilakukan.
2 Pemeriksaan radiologi
13
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1 Wawancara
14
Ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT (Tetanus Toksoid) atau
tidak.
b) Riwayat natal
Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat
onset).
kapan terakhir.
lingkungan.
2 Pemeriksaan fisik.
a) Keadaan umum
b) Kepala
15
Posisi menengadah, kaku kuduk, Risus sardonikus, ekspresi muka
c) Mulut
d) Dada
e) Abdomen
f) Kulit
g) Ekstremitas
dapat diangkat seperti sepotong kayu. Dikaji juga apakah ada luka
h) Respirasi
pilek.
i) Kardiovaskuler
j) Neurologi
16
k) Gastrointestinal
l) Perkemihan
Produksi urin.
m) Muskuloskeletal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
makanan.
C. INTERVENSI
Diagnosa I
Kriteria Hasil :
b. Bernafas mudah
17
f. TTV dalam batas normal
Indikator Skala :
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
Diagnosa II
Kriteria Hasil :
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis
18
c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat
Indikator Skala
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
a. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Diagnosa III
seimbang/terpenuhi.
Kriteria Hasil :
19
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Indikator Skala
2 : Jaramg menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering mrnunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
D. EVALUASI
Diagnosa I
b. Bernafas mudah 5
20
f. TTV dalam batas normal 5
Diagnosa II
Diagnosa III
21
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul .A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC.
Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC.
22