DOSEN PEMBIMBING:
Nur Kholis, MPd.
DISUSUN OLEH:
KEL 1/2C GIZI
FAUZIAH NUR ZUMROIDHA P032213411097
MERY SYAFIRA P032213411105
NURUL FADHILAH P032213411107
RAISYA NURWADIANTI R P032213411111
RARA DWI ANANDA P032213411111
TIARA SEPLINAR PUTRI P032213411118
TRIA LATIFAH HANI P032213411119
Puji syukur kami persembahkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, karena
atas rahmat dan hidayahnya, makalah ini dapat kami selesaikan. Sholawat beriringkan salam,
kami kirimkan kepada Rasulullah SAW yang telas membawa umat manusia menuju
penerangan.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan kami tugas makalah ini. Karena dengan pembuatan makalah ini kami
dapat lebih memahami materi tentang sejarah korupsi dan upaya pengatasan korupsi pada pra
kemerdekaan dan pasca kemerdekaan. kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, senantiasa
kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pihak lain.
Kelompok 1
1
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...1
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………2
BAB I PENDAHUAN……………………………………………………………………3
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
demokrasi, hak asasi manusia dan hak dasar kemerdekaan, dan yang paling parah
menghambat kemajuan pembangunan bahkan memperdalam kemiskinan. Selain itu,
korupsi telah terbukti melemahkan kemampuan suatu negara untuk menyediakan
layanan dasar, meningkatkan ketimpangan dan ketidakadilan, serta dapat mengurangi
bantuan luar negeri dan pengembalian investasi asing. Korupsi merupakan faktor
penting yang menyebabkan melemahnya ekonomi, serta hambatan penting untuk
pengentasan kemiskinan dan pembangunan.
.
1.2 .Rumusan Masalah
1. bagaimanakah sejarah korupsi di Indonesia pada pra kemerdekaan dan pasca
kemerdekaan?
2. Siapa sajakah tokoh bangsa berintegritas yang terlibat dalam kasus korupsi ?
3. Apa sajakah upaya pemberantasan korupsi pada pra kemerdekaan dan
pasca kemerdekaan?
1.3Tujuan
1. untuk mengetahui bagaimanakah sejarah korupsi di Indonesia pada pra
kemerdekaan dan pasca kemerdekaan
2. Untuk mengetahui Siapa sajakah tokoh bangsa berintegritas yang terlibat dalam
kasus korupsi
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya pemberantasan korupsi pada pra
kemerdekaan dan pasca kemerdekaan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Penyidikan kasus dugaan korupsi Konglomerat Sofyan Wanand terhenti
karena Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) yang dikeluarkan jaksa penuntut
umum Marzuki Darusman. Belakangan, Gus Dur terjerat kasus Buloggate. Sejak saat
itu, Indonesia mengalami kemunduran dalam melikuidasi KKN. - Selain pembubaran
TGPTPK, Presiden Gus Durin juga dinilai tidak mampu menunjukkan pemerintahan
yang mendukung korupsi.
Masyarakat merasa pemerintah masih melindungi para pengusaha besar yang
sebenarnya ikut andil dalam kebangkrutan perekonomian negara. Pemerintah semakin
kehilangan kekuasaan. Baru-baru ini, kasus korupsi juga merebak di beberapa DPRD
selama masa reformasi. -Komisi Pemberantasan Korupsi atau disingkat KPK adalah
komisi yang dibentuk pada tahun 2003 untuk memerangi, memberantas, dan
memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.
Pada masa pemerintahan Megawati, wibawa hukum melemah, dimana wibawa
kekuasaan menonjol. - Geng bermasalah dapat menipu lembaga penegak hukum
dengan berpura-pura mencari pengobatan di luar negeri. Pemberian SP3 kepada
Prajogo Pangestu, Marimutu Sinivasan, Sjamsul Nursalim, Raja Nien, kaburnya
Samadikun Hartono dari sidang eksekusi MA, premis MSAA yang diberikan kepada
sindikat kredit macet merupakan indikasi kuat bahwa pemerintah koalisi tidak serius
membasmi korupsi.
Pada 16 Desember 2003, Taufiequrachman Ruki dilantik sebagai Presiden
KPK. KPK ingin memposisikan dirinya sebagai katalis (pemicu) bagi aparatur dan
lembaga lain untuk mewujudkan “good and clean governance” di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Taufiequrachman, meski terus dikritik oleh berbagai pihak atas
tuduhan tebang pilih untuk membasmi korupsi.
6
Kisah-kisah tentang kejujuran para pemimpin negara ini layak menjadi contoh
bagi kita dalam memerangi korupsi. Kisah-kisah mereka juga menjadi bukti bahwa
korupsi tidak pernah mendapat tempat dalam sejarah. Korupsi tidak akan pernah
menjadi budaya di negeri ini.
9
"Tuan Guruh, Anda tidak boleh lagi tinggal di istana ini. Anda menyiapkan
barang-barang Anda, Anda tidak mengambil lukisan atau yang lainnya. Itu milik
negara!” kata Bung Karno yang menyampaikan hal yang sama kepada para
pembantunya. Ketika akhirnya meninggalkan istana, Bung Karno hanya mengenakan
kaos putih dan celana hitam. Dengan mengendarai VW kodok, dia minta diantar ke
rumah Fatmawat di Sriwijaya, Kebayoran. Sikap kenegarawanan Bung Karno juga
terlihat saat menyikapi kejatuhannya. Saat itu, salah seorang pembantu Bung Karno
bertanya: “Kenapa tidak keberatan? Kenapa kamu tidak bertarung lebih awal?"
Mendengar pertanyaan itu, Bung Karno menjawab, "Kamu tahu... Kalau saya
perang, akan ada perang saudara. Perang saudara itu sulit. Kalau perang dengan
Belanda, kita akan tahu... Hidungnya berbeda. .dari kita. Tidak ada perang dengan
orang-orang saya... Saya lebih suka dicabik-cabik dan dihancurkan daripada orang-
orang saya berperang dalam perang saudara!"
Salah satu cerita tentang kejujuran Sultan terjadi pada pertengahan tahun
1960-an. Saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengendarai mobilnya ke luar
kota, tepatnya ke Pekalongan. Entah kenapa Sri Sultan melakukan kesalahan saat itu.
Dia melanggar rambu lalu lintas. Sayangnya, polisi yang menjaga Sri Sultan
menangkapnya. Polisi menghentikan mobil Sri Sultan. "Selamat pagi!" kata Brigjen
Polisi Royadin. "Kamu bisa menunjukkan rebewe (dokumen kendaraan dan SIM)."
Sri Sultan tersenyum dan menyetujui permintaan polisi. Polisi kemudian mengetahui
bahwa orang yang dijemputnya adalah Sri Sultan. Brigadir Jenderal Royadin sangat
gugup. Namun, dia langsung berusaha membenahi sikapnya karena kewibawaan
petugas polisi. "Ayah mengklik tanpa kata. Tidak mungkin seperti itu. Itu salah satu
cara!" katanya. “Betul… saya yang salah,” jawab Sri Sultan. Melihat keraguan di
wajah Briptu Royadin, dia berkata, "Bawakan saya tiketnya."
Polisi juga mengeluarkan surat tilang. Saat itu, Sri Sultan tidak menunjukkan
sikap berkuasa. Bahkan, tak lama kemudian, ia meminta Brigjen Royadin untuk
bertugas di Yogyakarta dan menaikkan pangkatnya satu tingkat karena dianggap
berani dan gigih.
Seorang menteri yang juga tokoh internasional yang mengenakan baju lokal?
Jika terungkap pada saat ini, tidak ada yang akan mempercayainya. Namun, indikator
seperti itu dulunya nyata. Ia adalah Mohammad Natsir, seorang tokoh terkemuka yang
10
beberapa kali menjabat sebagai menteri dan juga pernah menjabat sebagai Perdana
Menteri Indonesia.
Ternyata Natsir hanya memiliki dua stel kemeja kerja yang sudah tidak bagus
lagi. Nazir tidak takut menjahit bajunya saat robek. Hal itu mendorong staf
Kementerian Penerangan mengumpulkan dana untuk membeli pakaian dari Natsir
agar terlihat seperti menteri sungguhan. “Mobil itu bukan milik kita. Lagi pula, sudah
cukup. Cukup apa adanya. Jangan mencari yang tidak ada. Bersyukurlah atas nikmat
tersebut.” Demikian jawaban Mohammad Natsir atas pertanyaan putrinya Lies saat
menerima mobil orang tak dikenal, pimpinan Grup Masyumi saat itu. Padahal, justru
mobil buatan USA yang tergolong mewah. Seorang nazir tidak akan pernah menerima
pemberian dari seseorang yang kemudian menjadi beban tugasnya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Karena itu, KPK melalui Direktorat Pembinaan Peran Serta Masyarakat
menginisiasi program Antikorupsi, yang didahului dengan penyusunan
sebuah panduan korupsi , dengan melibatkan berbagai unsur dari Kementerian terkait,
LSM, pemerhati desa, akademisi, kepala desa, tokoh agama, tokoh masyarakat,
pemuda dan kaum perempuan serta asosiasi pemerintahan desa, melalui serangkaian
diskusi kelompok terfokus. Panduan korupsi berisi 5 (lima) komponen yang menjadi
prasyarat untuk dikategorikan menjadi tindakan Antikorupsi khususnya pada saat
pasca kemerdekaan banyak para tokoh yang berjuang untuk mewujudkan program
dalam pelaksanaan antikorupsi namun sering terjadi kegagalan karena memang sikap
korupsi ini berasal dari diri mereka sendiri dan faktor lingkungan sang mendesak
serta adanya peluang untuk melakukannya dan cara memberantasnya pun juga bersaal
dari diri mereka yaitu dengan mengintopeksi diri.
3.2 SARAN
Menurut kelompok kami materi tentang korupsi ini sangat penting kami
pelajari karena sesuai dengan profesi kami seorang ahli gizi yang akan menunjang dan
menjunjung sifat jujur dari dalam diri kami sendiri.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Masykuri, 2011, Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia, Jakarta:
Gramedia.
Danil, Elwi, 2016 Konsep, Tindak Pidana dan Pemberantasannya, Jakarta: Rajawali
Pers.
Indriati,Etty, 2014, Pola dan Akar Korupsi, Jakarta : PT. Gramedia pustaka Utama.
13