Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBERANTASAN


KORUPSI DI INDONESIA”
Untuk memenuhi salah satutugas
Mata Kuliah: Pengethuan Budaya anti Korupsi
Dosen Pengampuh: H. Muliyadi, M. Kes

Oleh Kelompok 3:
1. Andiny Putri Yanuwarini
2. Anisa Suparman
3. Amanda
4. Meilani Putri
5. Muhammad Aqsal Arifullah
6. Muhammad Navi Yasir
7. Musrianti Putri Andani
8. Nawal Subgi
9. Nurhayati
10. Nuriska Aza Syafitri
11. Putri Nabila Amalia
12. Tasya Awalia Ramadani
13. Yulpriani Petrus Ina

POLITEKNIK KALTARA 2022


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah atas segala limpahan


nikmat-Nya, sehingga penyusunan makalah ini dapat selesai tepat waktu. Shalat
salam semoga terhadiahkan untuk Rasulullah Muhammad SAW atas tauladannya
yang sempurna untuk umat.
Korupsi merupakan penyakit bangsa yang saat ini menjamur di hampir seluruh
lapisan masyarakat. Tindakan pencucian kepentingan untuk maksud kesejahteraan
pribadi ini, merebak dan menjadikan negara kita harus terkuras anggarannya
banyak sekali. Akibatnya kesejahteraan rakyat semakin jauh dari harapan.
Makalah ini kami susun untuk membekali diri tentang perkara-perkara yang
termasuk tindakan korupsi serta upaya setiap elemen masyarakat dalam
menanggulangi korupsi sehingga korupsi dapat terkikis dan akhirnya hilang dari
bumi negara Pancasila kita.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca sekaligus kami sebagai
penyusunnya. Kami mengharapkan arahan dan saran pembaca, agar pada
penyusunan makalah selanjutnya, kami bisa menyajikan dengan lebih baik dan
sempurna.

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Permasalahan...............................................................................................2
C. Manfaat Penulisan........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. SEJARAH PERKEMBANGAN KORUPSI DI INDONESIA...................3
1. Era sebelum Indonesia Merdeka..............................................................3
2. Era Pasca Kemerdekaan...........................................................................4
3. Era Orde Baru..........................................................................................5
4. Era Reformasi..........................................................................................6
B. SEJARAH PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA.................9
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
A. KESIMPULAN............................................................................12
B. SARAN........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan peradaban dunia semakin hari seakan-akan berlari menuju
modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi
kehidupan tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan
juga senantiasa mengikuti perkembangan zaman dan bertransformasi dalam
bentuk-bentuk yang semakin canggih dan beranekaragam. Kejahatan dalam
bidang teknologi dan ilmu pengetahuan senantiasa turut mengikutinya. Kejahatan
masa kini memang tidak lagi selalu menggunakan cara-cara lama yang telah
terjadi selama bertahun-tahun seiring dengan perjalanan usia bumi ini. Bisa kita
lihat contohnya seperti, kejahatan dunia maya (cybercrime), tindak pidana
pencucian uang (money laundering), tindak pidana korupsi dan tindak pidana
lainnya.
Salah satu tindak pidana yang menjadi musuh seluruh bangsa di dunia ini.
Sesungguhnya fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi baru
menarik perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri
fenomena korupsi ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Salah satu bukti
yang menunjukkan bahwa korupsi sudah ada dalam masyarakat Indonesia zaman
penjajahan yaitu dengan adanya tradisi memberikan upeti oleh beberapa golongan
masyarakat kepada penguasa setempat.
Kemudian setelah perang dunia kedua, muncul era baru, gejolak korupsi ini
meningkat di Negara yang sedang berkembang, Negara yang baru memperoleh
kemerdekaan. Masalah korupsi ini sangat berbahaya karena dapat menghancurkan
jaringan sosial, yang secara tidak langsung memperlemah ketahanan nasional
serta eksistensi suatu bangsa. Reimon Aron seorang sosiolog berpendapat bahwa
korupsi dapat mengundang gejolak revolusi, alat yang ampuh untuk
mengkreditkan suatu bangsa. Bukanlah tidak mungkin penyaluran akan timbul
apabila penguasa tidak secepatnya menyelesaikan masalah korupsi.
Di Indonesia sendiri praktik korupsi sudah sedemikian parah dan akut.
Telah banyak gambaran tentang praktik korupsi yang terekspos ke permukaan. Di

1
negeri ini sendiri, korupsi sudah seperti sebuah penyakit kanker ganas yang
menjalar ke sel-sel organ publik, menjangkit ke lembaga-lembaga tinggi Negara
seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif hingga ke BUMN. Apalagi mengingat di
akhir masa orde baru, korupsi hampir kita temui dimana-mana. Mulai dari pejabat
kecil hingga pejabat tinggi.Walaupun demikian, peraturan perundang-undangan
yang khusus mengatur tentang tindak pidana korupsi sudah ada.
B. Permasalahan
1. Sejarah perkembangan korupsi di Indonesia
2. Sejarah pemberantasan korupsi di Indonesia

C. Manfaat Penulisan
1. Memahami sejarah perkembangan korupsi di Indonesia
2. Memahami sejarah pemberantasan korupsi di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN KORUPSI DI INDONESIA

A. Era sebelum Indonesia Merdeka

Sejarah sebelum Indonesia merdeka sudah diwarnai oleh “budaya-tradisi


korupsi” yang tiada henti karena didorong oleh motif kekuasaan, kekayaan dan
wanita. Kita dapat menyirnak bagaimana tradisi korupsi berjalin berkelin dan
dengan perebutan kekusaan di Kerajaan Singosari (sampai tujuh keturunan saling
membalas dendam berebut kekusaan: Anusopati-Tohjoyo-Ranggawuni-Mahesa
Wongateleng dan seterusnya), Majapahit (pemberontakan Kuti, Narnbi, Suro dan
lain-lain), Demak (Joko Tingkir dengan Haryo Penangsang), Banten (Sultan Haji
merebut tahta dari ayahnya, Sultan Ageng Tirtoyoso), perlawanan rakyat terhadap
Belanda dan seterusnya sampai terjadinya beberapa kali peralihan kekuasaan di
Nusantara telah mewarnai Sejarah Korupsi dan Kekuasaan di Indonesia.
Kebiasaan mengambil “upeti” dari rakyat kecil yang dilakukan oleh Raja
Jawa ditiru oleh Belanda ketika menguasai Nusantara (1800 – 1942) minus
Zaman Inggris (1811 – 1816), Akibat kebijakan itulah banyak terjadi perlawanan-
perlawanan rakyat terhadap Belanda. Sebut saja misalnya perlawanan Diponegoro
(1825 -1830), Imam Bonjol (1821 – 1837), Aceh (1873 – 1904) dan lain-lain.
Namun, yang lebih menyedihkan lagi yaitu penindasan atas penduduk pribumi
(rakyat Indonesia yang terjajah) juga dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Sebut saja misalnya kasus penyelewengan pada pelaksanaan Sistem “Cuituur
Stelsel (CS)” yang secara harfiah berarti Sistem Pembudayaan. Walaupun tujuan
utama sistem itu adalah membudayakan tanaman produktif di masyarakat agar
hasilnya mampu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memberi
kontribusi ke kas Belanda, namun kenyataannya justru sangat memprihatinkan.
Isi peraturan (teori atau bunyi hukumnya) dalam CS sebenarnya sangat
“manusiawi” dan sangat “beradab”, namun pelaksanaan atau praktiknyalah yang
sangat tidak manusiawi, mirip Dwang Stelsel (DS), yang artinya “Sistem
Pemaksaan”. Itu sebabnya mengapa sebagian besar pengajar, guru atau dosen

3
sejarah di Indonesia mengganti sebutan CS menjadi DS. mengganti ungkapan
“Sistem Pembudayaan” menjadi “Tanam Paksa”.

B. Era Pasca Kemerdekaan

Bagaimana sejarah “budaya korupsi” khususnya bisa dijelaskan?


Sebenarnya “Budaya korupsi” yang sudah mendarah daging sejak awal sejarah
Indonesia dimulai seperti telah diuraikan di muka, rupanya kambuh lagi di Era
Pasca Kemerdekaan Indonesia, baik di Era Orde Lama maupun di Era Orde Baru.

Titik tekan dalam persoalan korupsi sebenarnya adalah masyarakat masih


belum melihat kesungguhan pemerintah dalam upaya memberantas korupsi. Ibarat
penyakit, sebenarnya sudah ditemukan penyebabnya, namun obat mujarab untuk
penyembuhan belum bisa ditemukan.

Pada era di bawah kepemimpinan Soekarno, tercatat sudah dua kali


dibentuk Badan Pemberantasan Korupsi – Paran dan Operasi Budhi – namun
ternyata pemerintah pada waktu itu setengah hati menjalankannya. Paran,
singkatan dari Panitia Retooling Aparatur Negara dibentuk berdasarkan Undang-
undang Keadaan Bahaya, dipimpin oleh Abdul Haris Nasution dan dibantu oleh
dua orang anggota yakni Prof M Yamin dan Roeslan Abdulgani.
Salah satu tugas Paran saat itu adalah agar para pejabat pemerintah
diharuskan mengisi formulir yang disediakan – istilah sekarang : daftar kekayaan
pejabat negara. Dalam perkembangannya kemudian ternyata kewajiban pengisian
formulir tersebut mendapat reaksi keras dari para pejabat. Mereka berdalih agar
formulir itu tidak diserahkan kepada Paran tetapi langsung kepada Presiden.
Usaha Paran akhirnya mengalami deadlock karena kebanyakan pejabat
berlindung di balik Presiden. Di sisi lain, karena pergolakan di daerah-daerah
sedang memanas sehingga tugas Paran akhirnya diserahkan kembali kepada
pemerintah (Kabinet Juanda).
Tahun 1963 melalui Keputusan Presiden No 275 Tahun 1963, upaya
pemberantasan korupsi kembali digalakkan. Nasution yang saat itu menjabat
sebagai Menkohankam/Kasab ditunjuk kembali sebagai ketua dibantu oleh

4
Wiryono Prodjodikusumo. Tugas mereka lebih berat, yaitu meneruskan kasus-
kasus korupsi ke meja pengadilan.
Lembaga ini di kemudian hah dikenal dengan istilah “Operasi Budhi”.
Sasarannya adalah perusahaan-perusahaan negara serta lembaga-lembaga negara
lainnya yang dianggap rawan praktik korupsi dan kolusi. Operasi Budhi ternyata
juga mengalami hambatan. Misalnya, untuk menghindari pemeriksaan, Dirut
Pertamina mengajukan permohonan kepada Presiden untuk menjalankan tugas ke
luar negeri, sementara direksi yang lain menolak diperiksa dengan dalih belum
mendapat izin dari atasan.
Dalam kurun waktu 3 bulan sejak Operasi Budhi dijalankan, keuangan
negara dapat diselamatkan sebesar kurang lebih Rp 11 miliar, jumlah yang cukup
signifikan untuk kurun waktu itu. Karena dianggap mengganggu prestise
Presiden, akhirnya Operasi Budhi dihentikan. Menurut Soebandrio dalam suatu
pertemuan di Bogor, “prestise Presiden harus ditegakkan di atas semua
kepentingan yang lain”.
Selang beberapa hari kemudian, Soebandrio mengumurnkan pembubaran
Paran/Operasi Budhi yang kemudian diganti namanya menjadi Kotrar (Komando
Tertinggi Retooling Aparat Revolusi) di mana Presiden Sukarno menjadi
ketuanya serta dibantu oleh Soebandrio dan Letjen Ahmad Yani. Sejarah
kemudian mencatat pemberantasan korupsi pada masa itu akhirnya mengalami
stagnasi.

C. Era Orde Baru

Pada pidato kenegaraan di depan anggota DPR/MPR tanggal 16 Agustus


1967, Pj Presiden Soeharto menyalahkan rezim Orde Lama yang tidak mampu
memberantas korupsi sehingga segala kebijakan ekonomi dan politik berpusat di
Istana. Pidato itu memberi isyarat bahwa Soeharto bertekad untuk membasmi
korupsi sampai ke akar-akarnya. Sebagai wujud dari tekad itu tak lama kemudian
dibentuklah Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa Agung.

Tahun 1970, terdorong oleh ketidak-seriusan TPK dalam memberantas


korupsi seperti komitmen Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan unjuk rasa

5
memprotes keberadaan TPK. Perusahaan-perusahaan negara seperti Bulog,
Pertamina, Departemen Kehutanan banyak disorot masyarakat karena dianggap
sebagai sarang korupsi. Maraknya gelombang protes dan unjuk rasa yang
dilakukan mahasiswa, akhirnya ditanggapi Soeharto dengan membentuk Komite
Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap bersih dan berwibawa
seperti Prof Johannes, IJ Kasimo, Mr Wilopo dan A Tjokroaminoto. Tugas
mereka yang utama adalah membersihkan antara lain Departemen Agama, Bulog,
CV Waringin, PT Mantrust, Telkom, dan Pertamina. Namun kornite ini hanya
“macan ompong” karena hasil temuannya tentang dugaan korupsi di Pertamina
tak direspon pemerintah.
Ketika Laksamana Sudomo diangkat sebagai Pangkopkamtib, dibentuklah
Opstib (Operasi Tertib) derigan tugas antara lain juga memberantas korupsi.
Kebijakan ini hanya melahirkan sinisme di masyarakat. Tak lama setelah Opstib
terbentuk, suatu ketika timbul perbedaan pendapat yang cukup tajam antara
Sudomo dengan Nasution. Hal itu menyangkut pemilihan metode atau cara
pemberantasan korupsi, Nasution berpendapat apabila ingin berhasil dalam
memberantas korupsi, harus dimulai dari atas. Nasution juga menyarankan kepada
Laksamana Sudomo agar memulai dari dirinya. Seiring dengan berjalannya
waktu, Opstib pun hilang ditiup angin tanpa bekas sama sekali

D. Era Reformasi

Pada masa Presiden BJ.Habibie kasus yang terjadi (krisis di tahun 1998)
nilai tukar rupiah tercatat nyaris menyentuh Rp 15.000 per dolar AS. Pada Januari
1998, Rupiah sempat menyentuh 14.800 per dolar AS, dan paling parah pernah
terjadi pada Juni 1998, di mana USD 1 senilai Rp 16.800.Namun, nilai tukar
Rupiah pada era tersebut mampu dikendalikan Presiden BJ Habibie. Dia berhasil
menekan Rupiah dari belasan ribu hingga berada di bawah Rp 7.000 jelang akhir
masa pemerintahannya. Pada masa pemerintahan sebelumnya, pers dibungkam
dan dipaksa mengikuti opini dari pemerintahan sehingga apabila ada pers yang
menentang kebijakan pemerintah maka akan mendapatkan hukuman. Untuk
mengatasi krisis ekonomi, pemerintahan BJ Habibie mengambil beberapa

6
kebijakan penting. Di bidang moneter, dimulai dengan mengendalikan jumlah
uang yang beredar, menaikkan suku bunga Sertifikat BI menjadi 70% dan
menerapkan bank sentral independen. Di bidang perbankan, diterbitkan obligasi
senilai Rp. 650 triliun untuk menalangi perbankan, menutup 38 bank dan
mengambil alih tujuh bank. Di bidang fiskal, sejumlah proyek infrastruktur
dibatalkan, juga perlakuan khusus bagi mobil nasional, dan membiayai program
Jaring Pengaman Sosial.
Pada masa Presiden Abdurrahman Wahit kasus yang terjadi: Kasus
buloggatte Pada Mei 2000, Kasus Bruneigate Februari 2000, Kasus Bruneigate

pada 28 Mei 2001. Di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur),

dibentuk sebuah Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi


(TGPTPK) pada tahun 2000. Lingkup wilayah kerja tim ini menyasar pejabat
penegak hukum dan unsur masyarakat sipil.Gus Dur bahkan mengeluarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. PP ini bertujuan untuk meningkatkan
peran aktif masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Direktur Pendidikan
Pelayanan Masyarakat pada KPK Giri Suprapidiono mengungkapkan, undang-
undang pembentukan lembaga pemberantasan korupsi atau regulasi yang
melatarbelakangi hadirnya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) adalah inisiasi
dari pesiden keempat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Menurutnya, tokoh
Nahdlatul Ulama itu memiliki komitmen kuat untuk melawan kasus korupsi di
Indonesia. “UU KPK itu yang inisiasi Presiden Gus Dur, ditandatangani Presiden
Megawati, dilaksanakan Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), dan
dilanjutkan Presiden Jokowi.
Pada masa Presiden Megawati kasus yang terjadi sebagai berikut: Kasus
pengumpulan dana dekonsentrasi, Korupsi pengadaan alat kesehatan, Kasus
pengadaan mobil pemadam kebakaran, Kasus pengadaan mesin jahit, impor sapi,
dan kain sarung. Pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) pada
masa pemerintahan Presiden Megawati tahun 2001-2004, keberadaan lembagain
dipenden pemberantasan korupsi ini sudah sangat lama dibutuhkan oleh

7
Indonesia. Usaha pemerintah memberantaskorupsisudahdilakukan sejak
pemerintahan Presiden Soekarno, Soeharto, B.J Habbie, Abdurrahman Wahiddan
Megawati. Pembentukan lembaga khusus untuk menangani korupsi juga sudah
dilakukan pemerintahan sebelum-sebelumnya. Namun, dalam pelaksanaanya para
koruptor lebih kebal dibandingkan lembaga-lembaga anti korupsi yang pernah
dibuat.Sepanjang Orde Lama, Orde Baru, hingga lima tahun Reformasi hanya
sedikit koruptor yang berhasil di penjarakan. Oleh karena itu, pengesahan UU No.
30 Tahun 2002 oleh Presiden Megawati sebagai wujud keseriusan pemerintah
dalam memerangi korupsi.
Pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kasus yang terjadi adalah
kasus korupsi yang melibatkan PT Masaro yang juga berakibat langsung pada
perseteruan antara KPK dan pimpinan Polri saat ini membuat banyak orang ngeri
karena ternyata negeri ini berada dalam kendali para mafia. Kondisi seperti itu
menunjukkan bahwa periode lima tahun pertama pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) bukan saja masih jauh dari keberhasilan
memberantas korupsi, melainkan justru korupsi semakin tampak dilakukan secara
berjamaah dan merata di seluruh Indonesia.Kasus masuknya debitor nakal di
istana beberapa waktu lalu dan atau hubungan pertemanan antara PT Masaro yang
terlibat kasus korupsi pengadaan alat komunikasi radio terpadu di Departremen
Kehutanan (keluarga Anggoro Widjojo) dan pimpinan kepolisian dan kejaksaan
merupakan bukti konkret yang sudah diketahui luas oleh publik.Fenomena seperti
itu merupakan wujud dari penyelenggaraan negara yang berwatak kekeluargaan
atau setidaknya berangkat dari nilai-nilai negara berbasis suku yang homogen.
Prinsipnya, "semua bisa diatur secara kekeluargaan" dengan sifat saling
menguntungkan alias simbiosis mutualisme. Pihak-pihak yang secara
kelembagaan berada langsung di bawah kendali presiden justru menjadi bagian
dari aktor pelanggeng korupsi. Lebih ironis lagi, kejaksaaan dan kepolisian dua
lembaga penegak hukum yang merupakan instrumen negara di bawah presiden
terindikasi kuat menjadi bagian dari pelanggeng korupsi dan permafiaan itu.
Padahal, SBY seharusnya menjadikan mereka sebagai barisan terdepan untuk
penyelenggaraan negara yang bersih dan baik. Seharusnya, sejak awal
memastikan bahwa yang berperan dan terlibat di lembaga-lembaga pemerintahan

8
adalah mereka yang bersih, tak memiliki agenda subjektif dengan kepentingan
materi yang menonjol, selain memiliki kemampuan yang layak untuk bekerja
dalam sistem pencegahan dan pemberantasan korupsi. Upaya pencegahan dan
pemerantasan korupsi di negeri ini yang baru berlangsung 10 tahun harus
mendapat dukungan penuh masyarakat. Dia mengatakan, saat ini terdapat empat
‘pintu’ penyimpangan yang  harus diperhatikan dan diawasi  aparat penegak
hukum.Pintu pertama adalah pengadaan barang dan jasa, yang dinilai Kepala
Negara sangat berpotensi untuk dilakukan mark up dan pembuatan proyek fiktif.
Kedua adalah  penerbitan izin usaha  di daerah. Dia menyebutkan, penerbitan  izin
juga sarat suap, conflict of interest (konflik kepentingan), dan sering terjadi
menjelang pelaksanaan Pilkada. Yang ketiga adalah penyusunan dan penggunaan
APBN/APBD, di mana kerap terjadi  kolusi antara oknum pejabat pemerintah
dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), baik di tingkat  pusat maupun daerah. Dan
yang keempat adalah penyimpangan di sektor perpajakan.
Ir. H. Joko Widodo (2014-Sekarang), Kasus-kasus korupsi yang terjadi
pada pemerintahan Presiden Joko Widodo, adalah sebagai berikut :Kasus Korupsi
Pelindo II (2021), Kasus Korupsi Jiwasraya (2019-2020), Kasus Korupsi
ASABRI (2012-2019), Kasus Korupsi Bansos (2021), Kasus Korupsi Minyak
Goreng (2022), Kasus Korupsi E-KTP (2014-2017), Kasus Korupsi BLBI (1996-
2021), Kasus Korupsi Menteri Kelautan (Lobster) (2021), Dan masih banyak lagi.
Sekitar 1500 kasus yang sudah ditindak dari 2014-Sekarang. Lembaga apa saja
yang ada pada masa pemerintahan Presiden Jokowi dalam pemberantasan korupsi
:Kepolisian, Jaksa Agung, KPK. Lalu ada beberapa Inpres, Perpres, UU, dll. Yang
tercipta pada masa pemerintahan Presiden Jokowi :Inpres No.10 Tahun 2016 dan
2017 Tentang aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi, Perpres No. 56 Tahun
2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, Perpres No. 102/2020
tentang Pelaksanaan supervisi pemberantasan tindak korupsi, Permenristek dikti
No. 33/2019 tentang Kewajiban penyelengaraan Pendidikan Anti Korupsi di
perguruan tinggi. Peraturan Pemerintah No. 43 /2018 tentang tata cara
pelaksanaan peran serta masyarakat dan pemberian penghargaan dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

9
E. SEJARAH PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
Sejarah Panjang Pemberantasan Korupsi Di Indonesia. Komitmen
pemberantasan korupsi merupakan tonggak penting dalam pemerintahan sebuah
negara. Di Indonesia, hampir setiap pemilihan kepala negara tak luput dari
kesungguhan meneropong apa komitmen yang diberikan oleh calon kepala negara
untuk memberantas korupsi. Tak pelak ini terjadi karena korupsi terus terjadi
menggerus hak rakyat atas kekayaan negara. Kekayaan negara yang berlimpah,
nyaris tak tersisa untuk kesejahteraan masyarakat.
Semuanya tergerus oleh perilaku licik birokrat berkongkalingkong dengan para
koruptor. Komitmen pemberantasan korupsi ini juga menjadi daya tarik pemilih
untuk mencari calon kepala negara yang memiliki komitmen nyata dan
memberikan secercah harapan bahwa setiap orang yang berbuat curang pada
negara layak diusut sampai penghabisan.
Komitmen kepemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentu
masih terngiang dalam pendengaran kita, bahkan mungkin lengkap dengan
cengkok gaya bahasa dalam pidatonya yang disampaikan bahwa dirinya akan
berada di garda terdepan dalam pemberantasan negeri ini. Rupanya komitmen
yang disampaikan oleh SBY ini bukan barang baru. Pendahulunya, Soeharto
pernah menyatakan komitmen yang sama. Saat itu tahun 1970 bersamaa dengan
Peringatan Hari Kemerdekaan RI, Soeharto-Presiden saat itu-mencoba
meyakinkan rakyat bahwa komitemn memberantas korupsi dalam
pemerintahannya sangat besar dan ia juga menegaskan bahwa dia sendiri yang
akan memimpin pemberantasan korupsi. “Seharusnya tidak ada keraguan, saya
sendiri yang akan memimpin.”
Tak semudah diucapkan, komitmen pemberantasan korupsi memang berat
untuk dilakukan. Berbagai upaya pemberantasan korupsi dicanangkan di setiap
periode pemerintahan negara ini. Beberapa referensi menyatakan bahwa
pemberantasan korupsi secara yuridis baru dimulai pada tahun 1957, dengan
keluarnya Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957. Peraturan yang
dikenal dengan Peraturan tentang Pemberantasan Korupsi ini dibuat oleh
penguasa militer waktu itu, yaitu Penguasa Militer Angkatan Darat dan Angkatan
Laut.

10
Di masa awal Orde Baru, pemerintah menerbitkan Keppres No.28 Tahun
1967 tentang Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi. Dalam pelaksanaannya,
tim tidak bisa melakukan pemberantasan korupsi secara maksimal, bahkan bisa
dikatakan hampir tidak berfungsi. Peraturan ini malahan memicu berbagai bentuk
protes dan demonstrasi mulai tahun 1969 dan puncaknya di tahun 1970 yang
kemudian ditandai dengan dibentuknya Komisi IV yang bertugas menganalisa
permasalahan dalam birokrasi dan mengeluarkan rekomendasi untuk
mengatasinya.
Masih di tahun yang sama, mantan wakil presiden pertama RI Bung Hatta
memunculkan wacana bahwa korupsi telah membudaya di Indonesia. Padahal,
lanjut Hatta, korupsi telah menjadi perilaku dari sebuah rezim baru yang dipimpin
Soeharto, padahal usia rezim ini masih begitu muda. Hatta seperti merasakan cita-
cita pendiri Republik ini telah dikhianati dalam masa yang masih sangat muda.
Ahli sejarah JJ Rizal mengungkapkan, “Hatta saat itu merasa cita-cita negara telah
dikhianati dan lebih parah lagi karena korupsi itu justru seperti diberi fasilitas.
Padahal menurut dia, tak ada kompromi apapun dengan korupsi.”
Korupsi diperkirakan telah ada sejak dinasti Mesir dan saat ini masih berlangsung
di hampir setiap negara di dunia.
The Oxford Dictionary mendefinisikan korupsi sebagai “perilaku tidak
jujur atau curang oleh mereka yang berkuasa, biasanya melibatkan penyuapan”.
Korupsi berasal dari kata latin: "corruptus". Kata tersebut adalah past participle
dari "corrumpere", yang berarti “merusak, menyuap, menghancurkan”.
korupsi sama tuanya dengan sejarah manusia. Dinasti Pertama (3100–2700 SM)
Mesir kuno mencatat korupsi dalam peradilannya.
Praktek ini juga ada di Tiongkok kuno. Dalam mitologi Tiongkok, setiap rumah
tangga memiliki Dewa Dapur yang mengawasi perilaku anggotanya.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebenarnya “Budaya korupsi” yang sudah mendarah daging sejak awal
sejarah Indonesia dimulai seperti telah diuraikan di muka, rupanya kambuh lagi di
Era Pasca Kemerdekaan Indonesia, baik di Era Orde Lama Era Orde Baru maupun
di Era Reformasi – sekarang.
Bahkan tindak pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan
memberikan dampak bagi rakyat. Rakyat harus menanggung akibat dari tindak
pidana korupsi. Pemiskinan koruptor dianggap sebagai terobosan baru dalam
menindak kasus tindak pidana korupsi. Konsep pemiskinan koruptor dapat
dijalankan dengan perampasan aset hasil tindak pidana korupsi dan
penggantian kerugian yang ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi.
Konsep pemiskinan koruptor ini dinilai mampu memberikan efek jera
sekaligus sebagai bentuk mengurangi tindak pidana korupsi.

B. SARAN
Perlu adanya rekonseptualisasi mengenai konsep pemiskinan
koruptor.Rekonseptualisasi dengan memberikan arahan yang jelas bagi penegak
hukum mengenai konsep pemiskinan koruptor, sehingga pelaksanaan pemiskinan
koruptor dapat dijalankan sebagai suatu terobosan hukum yang memberikan efek
jera dalam tindak pidana korupsi. Dan juga perlu di tanamkan nilai – nilai anti
korupsi pada generasi bangsa agar dapat mencabut akar atau bibit bibit korupsi di
masa depan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, D. L. (2022, Febuary 8). 8 Kasus Korupsi di Indonesia Berdasarkan Total


Kerugian Negara. Retrieved from katadata.co.id:
https://katadata.co.id/safrezi/berita/6201fc94110d8/8-kasus-korupsi-di-
indonesia-berdasarkan-total-kerugian-negara
Firdausi, F. A. (2020, January 29). Bulog Gate & Brunei Gate yang Berujung
Lengsernya Gus Dur. Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/bulog-gate-
brunei-gate-yang-berujung-lengsernya-gus-dur-evB9
KOMPAS. (2010, October 16). 6 Isu Kontroversial Pemerintahan SBY. Retrieved
from Kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2010/10/16/10545433/~Nasiona
Kompas. (2019, September 11). Kompas.com. Retrieved from BJ Habibie,
Pendekatan "Ajaib", dan Krisis Ekonomi 1998:
https://money.kompas.com/read/2019/09/11/203100126/bj-habibie-
pendekatan-ajaib-dan-krisis-ekonomi-1998?page=all
Rahayu, A. (2015, January 29). SEJARAH PERJALANAN KORUPSI DI
INDONESIA. Retrieved from Sinergibangsa:
https://www.sinergibangsa.org/sejarah-perjalanan-korupsi-di-indonesia/
User, S. (2010). Sejarah Panjang Pemberantasan Korupsi Di Indonesia.
Retrieved from Anti Corruption Cleaning House:
https://acch.kpk.go.id/id/component/content/article?id=144:sejarah-
panjang-pemberantasan-korupsi-di-indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai