Anda di halaman 1dari 18

 

RESUME

PANCASILA

DOSEN PEMBIMBING

Arisman Sabir, M.Pd

DISUSUN OLEH

Yogi Efriyandi

NPM : 221257305005

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS

PRODI INFORMATIKA MEDIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO

2022/2023
g. sejarah perkembangan korupsi dan perilaku koruptif diindonesia dari er
a orde lama sampai dengan sekarang.

A. ORDE LAMA 

 Dibentuk Badan Pemberantasan Korupsi, Panitia Retooling Aparatur Negara (PA


RAN) dibentuk berdasarkan UU Keadaan Bahaya, dipimpin oleh A.H. Nasution
dan dibantu oleh dua orang anggota yakni Prof M Yamin dan Roeslan Abdulgani.
Namun ter-nyata pemerintah pada waktu itu setengah hati menjalankannya.  
 Pejabat pemerintah diharuskan mengisi formulir yang disediakan - istilah sekara
ng : daftar kekayaan pejabat negara. Dalam perkembangannya kemudian ternya-t
a kewajiban pengisian formulir tersebut mendapat reaksi keras dari para pejabat.
Mereka berdalih agar formulir itu tidak diserahkan kepada Paran tetapi langsung
kepada Presiden.  
 Tahun 1963 melalui Keputusan Presiden No 275 Tahun 1963, upaya pemberanta
san korupsi kembali digalakkan. A.H. Nasution yang saat itu menjabat sebagai M
enkohankam/ Kasab dibantu oleh Wiryono Prodjodikusumo. Tugasnya yaitu me
neruskan kasus-kasus korupsi ke meja pengadilan. Lembaga ini di kemudian hari
dikenal dengan istilah “Operasi Budhi”. Sasarannya adalah perusahaan-perusaha
an negara serta lembaga-lembaga negara lainnya yang dianggap rawan praktik ko
rupsi dan kolusi. Operasi Budhi ternyata juga mengalami hambatan.  
 Soebandrio mengumumkan pembubaran Paran/Operasi Budhi yang kemudian di
ganti namanya menjadi Kotrar (Komando Tertinggi Retooling Aparat Revolusi)
di mana Presiden Sukarno menjadi ketuanya serta dibantu oleh Soebandrio dan L
etjen Ahmad Yani. Sejarah kemudian mencatat pemberantasan korupsi pada mas
a itu akhirnya mengalami stagnasi.  
 Dalam kurun waktu 3 bulan sejak Operasi Budhi di-jalankan, keuangan negara d
apat diselamatkan sebesar kurang lebih Rp 11 miliar, jumlah yang cukup signifik
an untuk kurun waktu itu. Karena dianggap mengganggu prestise Presiden, akhir
nya Operasi Budhi dihentikan.

B. ORDE BARU 

 Dibentuk Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa Agung.  


 Tahun 1970, terdorong oleh ketidak seriusan TPK dalam memberantas korupsi s
eperti komitmen Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan unjuk rasa mempro
tes keberadaan TPK. 
 Perusahaan-perusahaan negara seperti Bulog, Pertamina, Departemen Kehutanan
banyak disorot masya-rakat karena dianggap sebagai sarang korupsi. Marak-nya
gelombang protes dan unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa, akhirnya ditanggap
i Soeharto. 
 Dibentuk Komite Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap bersih da
n berwibawa seperti Prof Johannes, I.J Kasimo, Mr Wilopo dan A Tjokroaminot
o. Tugasnya yang utama adalah mem-bersihkan antara lain Departemen Agama,
Bulog, CV Waringin, PT Mantrust, Telkom, dan Pertamina. Namun kornite ini h
anya “macan ompong” karena hasil temuannya tentang dugaan korupsi di Pertam
ina tak direspon pemerintah.  
 Ketika Laksamana Sudomo diangkat sebagai Pangkopkamtib, dibentuklah Opsti
b (Operasi Tertib) dengan tugas antara lain juga memberantas korupsi. Kebijakan
ini hanya melahirkan sinisme di masyarakat. Tak lama setelah Opstib terbentuk,
suatu ketika timbul perbedaan pendapat yang cukup tajam antara Sudomo denga
n Nasution. Hal itu menyangkut pemilihan metode atau cara pemberantasan koru
psi, Nasution berpendapat apabila ingin berhasil dalam memberantas korupsi, har
us dimulai dari atas. Nasution juga menyarankan kepada Laksamana Sudomo ag
ar memulai dari dirinya. Seiring dengan berjalannya waktu, Opstib pun hilang ta
npa bekas sama sekali.

C. REFORMASI

 Pada Era Reformasi hampir seluruh elemen penyelenggara negara sudah terjangk
it “Virus Korupsi” yang sangat ganas. 
 Presiden BJ Habibie mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelen
ggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN berikut pembentukan berbagai
komisi atau badan baru seperti KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman.
 Presiden Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tinda
k Pidana Korupsi (TGPTPK) dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 200
0 Namun di tengah semangat menggebu-gebu untuk rnemberantas korupsi dari a
nggota tim, melalui suatu judicial review Mahkamah Agung, TGPTPK akhirnya
dibubarkan. Sejak itu, Indonesia mengalami kemunduran dalam upaya pemberan
tasan KKN. 
 Di samping membubarkan TGPTPK, Presiden Gus Dur juga dianggap tidak bisa
menunjukkan kepemimpinan yang dapat mendukung upaya pemberantasan koru
psi. 
 Proses pemeriksaan kasus dugaan korupsi yang melibatkan konglomerat Sofyan
Wanandi dihentikan de-ngan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) dari J
aksa Agung Marzuki Darusman. Akhirnya, Gus Dur didera kasus Buloggate. 
 Di masa pemerintahan Megawati, wibawa hukum semakin merosot, di mana yan
g menonjol adalah otoritas kekuasaan.
 Konglomerat bermasalah bisa mengecoh aparat hukum dengan alasan berobat ke
luar negeri. Pemberian SP3 untuk Prajogo Pangestu, Marimutu Sinivasan, Sjams
ul Nursalim, The Nien King, lolosnya Samadikun Hartono dari jeratan eksekusi
putusan MA, pemberian fasilitas MSAA kepada konglomerat yang utangnya mac
et, menjadi bukti kuat bahwa elit pemerintahan tidak serius dalam upaya member
antas korupsi. Masyarakat menilai bahwa pemerintah masih memberi perlindung
an kepada para pengusaha besar yang notabene memberi andil bagi kebangkrutan
per-ekonomian nasional. Pemerintah semakin lama semakin kehilangan wibawa.
Belakangan kasus-kasus ko-rupsi merebak pula di sejumlah DPRD era Reformas
i. 
 Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi yan
g dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas
korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan Undang-Undang Republi
k Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pid
ana Korupsi. 
 Pada tanggal 16 Desember 2003, Taufiequrachman Ruki, dilantik menjadi Ketua
KPK. KPK hendak memposisikan dirinya sebagai katalisator (pemicu) bagi apar
at dan institusi lain untuk terciptanya jalannya sebuah “good and clean governan
ce” (pemerintahan baik dan bersih) di Republik Indonesia. Taufiequrachman wal
aupun konsisten mendapat kritik dari berbagai pihak tentang dugaan tebang pilih
pemberantasan korupsi.
h. urgensi nilai – nilai Pancasila dan integritas dalam kajian sejarah

Urgensi Pancasila Meskipun Pancasila menjadi panduan atau pedoman kehidu


pan, tetap ada permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan, seperti penyakit da
n korupsi di Indonesia. Dalam proses pemecahan masalah inilah Pancasila tidak hanya
berperan sebagai pedoman, melainkan juga pelindung bangsa Indonesia agar tetap ber
komitmen menggapai tujuan dan cita-citanya. Kesimpulannya, urgensi Pancasila seba
gai ideologi adalah: Menjadi penolak hal-hal yang tidak sesuai dengan kepribadian m
asyarakat Indonesia. Menjadi pembimbing yang mampu mengembalikan bangsa Indo
nesia kepada tujuan awalnya. Sementara itu, urgensi Pancasila sebagai dasar negara a
dalah: Supaya para pejabat publik tidak hilang arah dalam penyelenggaraan negara. A
gar seluruh warga negara dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan di berbagai
kehidupan. Urgensi implementasi Pancasila sebagai dasar negara adalah memastikan
para pejabat tidak korupsi serta setiap warga negara menjadikan Pancasila sebagai nil
ai etika. Alasan Diperlukannya Pancasila dalam arus sejarah bangsa adalah: Pancasila
sebagai identitas bangsa Indonesia. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia. P
ancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila sebagai jiwa bangsa In
donesia. Pancasila sebagai perjanjian luhur.

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA :

1. Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila

a. Pokok Pikiran Pertama


Pokok pikiran pertama yakni membentuk negara persatuan yang mencerminkan sila keti
ga. Pembukaan UUD 1945 memiliki pokok pikiran mengenai paham negara kesatuan. Ar
tinya, negara yang mampu melindungi dan meliputi segenap bangsa Indonesia, seluruh tu
mpah darah Indonesia, serta mencakupi segala paham golongan dan perseorangan.

b. Pokok Pikiran Kedua


Pokok pikiran kedua yakni membentuk negara berkeadilan sosial mencerminkan sila keli
ma. Negara Indonesia hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh warganya. Pemb
ukaan UUD 1945 memiliki pokok pikiran bahwa negara memiliki keinginan untuk mewu
judkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

c. Pokok Pikiran Ketiga


Pokok pikiran ketiga yakni membentuk negara berkedaulatan rakyat mencerminkan sila
keempat. Pembukaan UUD 1945 memiliki pokok pikiran sistem kenegaraan yang terbent
uk harus dilandaskan pada kedaulatan rakyat serta berlandaskan pada permusyawaratan p
erwakilan. Pokok pikiran ini memiliki kesesuaian dengan sifat masyarakat Indonesia. Ne
gara Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat. Negara dibentuk dan diselenggaraka
n berdasarkan kedaulatan rakyat, yang juga disebut sebagai sistem demokrasi.

d. Pokok Pikiran Keempat


Pokok pikiran keempat yakni membentuk negara ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
mencerminkan sila pertama dan kedua. Pembukaan UUD 1945 memiliki pokok pikiran b
ahwa negara Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa dan kemanusiaan ya
ng adil serta beradab.

2. Penjabaran Pancasila dalam batang tubuh UUD 1945

  Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatina
n, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut m
engandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia karena bersumber dari pan
dangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari Pa
ncasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD 1945.
      Hubungan Pebukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD 1945
bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan UUD 194
5 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945, sedangkan hubungan organis be
rarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terp
isahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD 1945 yang bersumber
dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hu
kum, tetapi telah, menjadi hukum positif.
      Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan mengandung 4 pokok pikiran yang dici
ptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran tersebut adalah sebagai be
rikut:
1.  Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap Bangsa Indo
nesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudka
n keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
2.  Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak mewujudkan keadila
n sosial bagi seluruh rakyat.”
3.  Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang berkedaulatan rakya
t, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”
4.   Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara berdasar atas K
etuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adali dan beradab”.

Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan diterim
a dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu negara yang melindungi bangsa Indonesia seluruhnya.
Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi paham golongan dan segala paham pe
rorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka persatuan merupakan dasar negara ya
ng utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamak
an kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau perorangan.
Pokok pikiiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD 1945 yang me
negaskan suatu tujuan atau sutu cita-cita yang hendak dicapai. Melalui pokok pikiran ini, dap
at ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam UUD sehingga tujuan at
au cita-cita dapat dicapai dengan berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Ha
l ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan negara yang didasa
rkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama unt
uk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa siste
m negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan permusya
waratan perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209), aliran sesuai dengan sifat masyarakat Indon
esia. kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini merupakan sistem negara yang menegaskan k
edaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR).
Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus mengandung is
i yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pe
kerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung pengertian taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga meng
andung maksud menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusia
an yang luhur. Pokok pikiran keempat Pembukaan UUD 1945 merupakan asas moral bangsa
dan negara (Bakry, 2010; 210).
MPR RI telah melakukan amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali secara berturu
t-turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November 2001, dan 10 Agustus 20
01. Menurut Rindjin (2012: 245-246), keseluruhan batang tubuh UUD NRI tahun 1945 yang t
elah mengalami amndemen dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.      Pasal-pasal yang tertakait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan negara
2.   Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga ne
gara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial
3.  Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa negara, la
mbing negara, lagu kebangsaan, peerubahan UUD, aturan peralihan, dan aturan tambahan.

Berdasarkan hasil amandemen dan pengelompokan keseluruhan Batang Tubuh UUD


NRI Tahun 1945, berikut disampaikan beberapa contoh penjabaran Pancasila kedalam batang
tubuh melalaui  pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945.
·        Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara
a. Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang dimaks
ud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan keadilan dan keben
aran dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggung-jawabkan.
b. Pasal 3ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUDayat (2) : MPR me
lantik Prisiden dan / atau Wakil Presidenayat (3): MPR hanya dapat memberhentikan Preside
n dan / atau Wakil  Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD
·   Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama, pertahanan ne
gara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
1.      Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.
2.      Pasal 27 ayat (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
3.    Pasal 29 ayat (2) : negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
nya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
4.      Pasal 31 ayat (2) : setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah w
ajib membiayainya.  Pasal 33 ayat (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasa
r atas asas kekeluargaan.
6.      Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan m
emberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaa
n.
·    Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambing negara, dan lagu kebangsaa
n.
1.      Pasal 35 Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih
2.      Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia
3.      Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika
4.      Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 da


pat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan secara formal, s
eperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara formal di dalam
Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan bernegara tidak hanya bertop
ang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan a
sas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegara
an yang unsure-unsurnya terdapat dalam Pancasila.
            Hubungan Pebukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD 19
45 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan UUD 1
945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945, sedangkan hubungan organis
berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak te
rpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD 1945 yang bersumb
er dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita
hukum, tetapi telah, menjadi hukum positif.

3. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bid


ang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam
a. implementasi Pancasila dalam bidang politik
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar ontologi
s manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai su
bjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus benar-benar merealisasikan tujuan d
emi harkat dan martabat manusia. Pengembangan politik Negara terutama dalam proses r
eformasi dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-
sila pancasila dan esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala
cara harus segera diakhiri. Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara da
lam bidang politik dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28[2]. Pasal-pasal te
rsebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan y
ang adil dan beradap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 pa
ncasila[3]. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang poli
tik di Negara Republik Indonesia. [1] PASAL 26 (1) Yang menjadi warga negara ialah or
ang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan unda
ng-undang sebagai warga negara. (2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang
asing yang bertempat tinggal di Indonesia. PASAL 27 (1) Segala warga negara bersamaa
n kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan p
emerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. PASAL 28A – 28J ini membahas tentang h
ak asasi manusia mulai dari hak hidup, hak berkreasi dan hak hak lainnya secara umum.
[3] sistem negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas
kedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan karena menurut pendapat Bakry (20
10: 209), aliran yang sesuai dengan sifat dan pikiran masyarakat Indonesia. Berdasarkan
penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidan
g politik harus berdasar pada manusia yang merupakan subyek pendukung pancasila, seb
agai mana dikatakan oleh Noto Nagoro (1975:23) bahwa yang berketuhanan, berkemanu
siaan,berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah sub
yek negara dan oleh karena itu politik negara harus berdasar dan merealisasikan harkat d
an martabat manusia di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem politik negara dapat
menjamin hak-hak asasi manusia.Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam b
idang politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekua
saan atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain itu, sistem politik yang dikembangk
an adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral politik.

b. implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi


Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang, lazimnya pengem
bangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan jarang mementingkan moralitas k
emanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebih tertuju kepada ekonomi ker
akyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahtera
an rakyat secara luas[4]. Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan sa
ja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem e
konomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa. Implementasi pancasil
a dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam pasal 27 ay
at (2), pasal 33 dan pasal 34[5]. Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok
pikiran kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang masingmasing merupakan pancaran d
ari sila ke 4 dan sila ke-5 pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi pemba
ngunan sistem ekonomi pancasila dan kehidupan ekonomi nasional. [4] Mubyarto,1999
[5] PASAL 27 (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang l
ayak bagi kemanusiaan. PASAL 33 (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama b
erdasar atas asas kekeluargaan. PASAL 34 (2) : negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan. Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran terse
but, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi di indonesia dimaksudkan
untuk menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan be
rkeadilan. Salah satu pemikiran yang sesuai dengan maksud ini adalah gagasan ekonomi
kerakyatan yang dilontarkan oleh Mubyarto(1999), sebagaimana dikutip oleh Kaelan (20
00:239), yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan, melankan d
emi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan kata lain, pengembangan
ekonomi tidak bisa di pisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan

c. implementasi Pancasila dalam bidang social dan budaya


Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas
sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa
ini. Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnas
i nilai social budaya dalam masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai
wilayah Indonesia saat ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara la
in amuk massa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu denga
n yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik. Oleh karena itu dalam pengemban
gan sosial budaya pada masa reformasi ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimilik
i bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsi
p etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai pancasila menda
sarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ya
ng berbudaya. Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik dituangkan dalam pasal , 29 pasal 31, dan pasal 32[6]. Pasal-pasal tersebut adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradap, dan persatuan yang massing-masing merupakan pancaran dari sila pertama,
kedua, dan ketiga pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan
bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional. [6] PASAL 29 (1)
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. PASAL 31 (1) Setiap warga negara ber
hak mendapat pendidikan. PASAL 32 (1) Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Berdasarkan
penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka implementasi pancasila dalam pembuata
n kebijakan negara dalam bidang sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam ptos
es pembangunan masyarakat dan kebudayaan di indonesia. Dengan demikian, pancasila s
ebagai sumber nilai dapat menjadi arh bagi kebijakan negara dalam mengembangkan keh
idupan sosial budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan sila ke-2, kemanusiaan yang
adil dan beradab.Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat nila
i-nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal ini tidak dapat dilep
askan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan nilainya bersu
mber dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradap.

d. implementasi Pancasila dalam bidang hankam(pertahanan dan hukum)


Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya ha
k-hak warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan negara, baik dalam
rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituang
kan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 [7]. Pasal-pasal tersebut merupakan penjabaran
dari pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran dari sila pertama pancasila. Poko
k pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang pertahanan dan keamanan nasion
al. Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam pembuatan kebija
kan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus diawali dengan
kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan dan keamanan negara di at
ur dan dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan kekuasaandengan kata lain, per
tahanan dan keamanan indonesia berbasis pada moralitas keamanan sehingga kebijakan
yang terkait dengannya harus terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi manusia. [7]PAS
AL 27 (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan neg
ara. PASAL 30 (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha perta
hanan dan keamanan negara Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdas
ar pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang M
aha Esa (sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan untuk mewujudkan kepentingan s
eluruh warga sebagai warga negara (sila ke tiga), harus mampu menjamin hak-hak dasar,
persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan ditujukan untuk me
wujudkan keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini dimaksudkan agar p
ertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam konteks negara
hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara dalam melindungi dan membel
a wilayah negara dengan bangsa, serta dalam mengayomi masyarakat.

4. Penyebab Korupsi
Sebelum kita membahas dari penyebab korupsi, kenali dulu pengertian dari korupsi itu se
ndiri, Korupsi merupakan peristiwa penyalahgunaan dana atau uang milik negara untuk k
euntungan dan digunakan oleh pribadi. 

Berikut merupakan penyebab terjadiya korupsi:

 Terjadinya kecurangan, Kecurangan merupakan kesempatan dan motivasi utama seseorang m


elakukan korupsi, biasanya seseorang tersebut tidak melakukan sendiri.
 Faktor ekonomi, Biasanya seseorang melakukan korupsi karena kekurangan ekonomi atau pe
ndapatan/ gaji seseorang kecil, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab terjadinya
korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan faktor kesempatan
bagi pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya.
 Memiliki sifat yang kurang bersyukur atau rakus. Faktor lain dari seseorang melakukan korup
si ialah merasa tidak puas dengan kekayaan, Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam it
u datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.
 Memiliki gaya hidup yang komsutif, Prilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapat
an yang mencukupi akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan un
tuk memenuhi hajatnya termasuk melakukan penggelapan uang negara/perusahaan (korupsi)

5. Dampak Korupsi pada Berbagai Bidang


a. Bidang Ekonomi
Korupsi Bidang Ekonomi Dalam bidang perkeonomian tentatusaja korupsi memberikan efek
dan sumbangan besarnya untuk penanganan atas masalah ekonomi modern dan klasik. Misaln
ya saja cerminan atas ini terwujud dalam berbagai hal berikut ini;

1. Ketidakseimbangan Finansial Negara

Finansial berasal dari bahasa inggris “finance” yang mengandung arti keuangan. Finansial me
rupakan keuangan yang meliputi keluar masuknya dana bagi perorangan maupun perusahaan
bahkan dalam tingkat daerah. Korupsi menyebabkan finansial suatu negara menjadi tidak sei
mbang. Hal ini dikarenakan koruptor (koruptor adalah sebutan pelaku tindak pidana korupsi)
mengambil uang yang sejatinya adalah milik masyarakat, untuk negara, dan nantinya akan di
pergunakan untuk keuangan suatu negara. Apabila keuangan negara berkurang tanpa transpar
ansi yang jelas, maka sudah dapat dipastikan pengurangan keuangan negara tersebut disebabk
an karena ulah koruptor.

2. Meningkatnya Utang Negara

Korupsi dapat mengakibatkan meningkatnya utang suatu negara. Utang negara terjadi karena
negara tidak dapat mengeluarkan sejumlah anggaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
umum. Maka negara harus mau tidak mau melakukan pinjaman ke negara lain hingga terjadil
ah gali lubang tutup lubang. Pinjaman kepada negara lain menggunakan mata uang internasio
nal yaitu dollar Amerika. Hukum ekonomi adalah dimana permintaan bertambah maka harga
akan naik. Semakin sering negara melakukan pinjaman ke negara lain maka semakin naik nil
ai tukar dollar Amerika terhadap rupiah. Kenaikan nilai tukar dollar Amerika terhadap mata u
ang Indonesia yaitu rupiah dapat mengakibatkan kenaikan harga sejumlah barang impor. Mak
a, korupsi harus ditekan suapaya kenaikan harga barang tidak semakin terjadi.

b. Bidang Lingkungan Sosial dan Kemasyarakatan


Adapun dampak yang diciptakan dari adanya korupsi untuk bidang lingkungan sosial yang be
rhubungan dengan masyarakat ini, antara lain sebagai berikut;

1. Mengganggu Stabilitas Umum

Stabilitas umum dapat terganggu karena dampak korupsi. Dapat kita jumpai bahwa sekelomp
ok massa melakukan demonstrasi agar pelaku tindak pidana korupsi dihukum dengan hukum
an yang paling berat. Disini stabilitas umum sudah dapat dikatakan terganggu.
2. Kemiskinan Bertambah

Korupsi dapat menyebabkan berbagai jenis kemiskinan di masyarakat. Korupsi memicu terja


dinya inflasi, kenaikan harga barang, dan penurunan kualitas barang dan jasa. Ketiga indikato
r tersebut menjadi faktor pendorong kemiskinan yang terjadi di masyarakat Indonesia.

c. Bidang Kesehatan
Permasalahan lainnya yang terjadi akibat korupsi dalam kesehatan terjadi lantaran alokasi da
na yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak terpat sasaran. Berikut akibatnya;

1. Banyaknya Penyakit yang Sulit Tertangani

Penyakit menjadi salah satu masalah sosial yang kerapkali ditemukan dalam ciri negara berke
mbang, termasuk Indonesia. Jika korupsi dalam bidang kesehatan di biarakan tentusaja hal ini
mengakibatnya sulitnya permasalahan terhadap penyekit teratasi, dalam konteksnya untuk se
karang ini ialah permasalahan Virus Covid 19 yang sangat sulit ditengai pemerintah, karena b
eberapa alokasi dana untuk tenaga kesehatan kurang di maksimalkan.

2. Fasiltas yang Dibedakan

Permasalahan lainnya akibat dari adanya korupsi dalam bidang kesehatan adalah terkait fasili
tas pemerintahan yang tidak menyamaratakan, semua itu terjadi karena sesuai keinginan kem
ampuan seseorang dalam membayar. Misalnya saja penanganan terhadap si miskin pasti akan
berbeda dengan orang yang lebih kaya.

d. Bidang Hukum dan Pemerintahan


Akibat adanya tindakan korupsi yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam memperkaya diri i
ni tentusaja mempengaruhi jalannya proses hukum serta roda pemerintahan. Dalam hal ini mi
salnya saja terwujud atas;

1. Kepercayaan Masyarakat pada Pemerintahan

Kepercayaan menjadi sangat penting dalam menjalankan sistem pemerintahan suatu negara, j
ika korupsi terjadi tentusaja hal ini memicu banyaknya masyarakat kurang begitu yakin denga
n kebijakan pemerintah. Dalam hal ini misalnya saja ketika adanya DPR sebagai fungsi lemb
aga legistatif banyak masyarakat yang mengkalim bahwa menjadi DPR adalah sarana untuk k
orupsi.

2. Money Politik yang Tinggi

Akibat adanya korupsi juga mendorong terjadinya politik uang, artinya masyarakat mengagga
p biasa pelangggaran yang dilakukan tersebut. Sehingga sangat sulit bagi masyarakat memilih
pimpinan yang dianggapnya mampu dalam mengambil kebijakan, semua hanya berdasarkan
uang.
6. Tugas dan wewenang KPK

Tugas KPK

Tugas KPK secara umum adalah melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indon
esia. Adapun tugas-tugas KPK menurut undang-undang adalah sebagai berikut :

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi (TPK)
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Wewenang KPK

Tentu dalam pelaksanaan tugas, KPK diberikan wewenang khusus. Wewenang KPK ini penti
ng dalam pelaksanaan tujuan KPK untuk memberantas korupsi. Berikut ini adalah wewenan
g-wewenang KPK sesuai undang-undang : 

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi.


2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi.
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada inst
ansi yang terkait.
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang mela
kukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

7. Sejarah pengaturan pemberantasan korupsi dari masa ke masa

1. Masa Peraturan Penguasa Militer, yang terdiri dari: Pengaturan yang berkuasa Nomor P
RT/PM/06/1957 dikeluarkan oleh Penguasa Militer Angkatan Darat dan berlaku untuk d
aerah kekuasaan Angkatan Darat. Rumusan korupsi menurut perundang- undangan ini a
da dua yaitu, tiap perbuatan yang dilakukan oleh siapa pun juga baik untuk kepentingan
sendiri, untuk kepentingan orang lain, atau untuk kepentingan suatu badan yang langsun
g atau tidak langsung menyebabkan kerugian keuangan atau perekonomian. Tiap perbuat
an yang dilakukan oleh seorang pejabat yang menerima gaji atau upah dari suatu badan y
ang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah yang dengan mempergunakan k
esempatan atau kewenangan atau kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh jabatan lang
sung atau tidak langsung membawa keuntungan keuangan material baginya.
2. Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/08/1957 berisi tentang pembentukan badan
yang berwenang mewakili negara untuk menggugat secara perdata orang- orang yang dit
uduh melakukan berbagai bentuk perbuatan korupsi yang bersifat keperdataan (perbuata
n korupsi lainnya lewat Pengadilan Tinggi. Badan yang dimaksud adalah Pemilik Harta
Benda (PHB).
3. Peraturan Penguasaan Militer Nomor PRT/PM/011/1957 merupakan peraturan yang men
jadi dasar hukum dari kewenangan yang dimiliki oleh Pemilik Harta Benda (PHB) untuk
melakukan penyitaan harta benda yang dianggap hasil perbuatan korupsi lainnya, sambil
menunggu putusan dari Pengadilan Tinggi.
4. Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan darat Nomor PRT/PEPERPU/03
1/1958 serta peraturan pelaksananya.
5. Peraturan Penguasaan Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Laut Nomor PRT/z.1/I/7/1958
tanggal 17 April 1958 (diumumkan dalam BN Nomor 42/58). Peraturan tersebut diberlak
ukan untuk wilayah hukum Angkatan Laut.
6. Masa Undang-Undang Nomor  24/Prp/Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan
Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Anti Korupsi, yang merupakan peningkatan dari berbagai peraturan. Sifat Undang-Unda
ng ini masih melekat sifat kedaruratan, menurut Pasal 96 UUDS 1950, Pasal 139 Konstit
usi RIS 1949.20 Undang-Undang ini merupakan perubahan dari Peraturan Pemerintah P
engganti Undang- Undang Nomor 24 Tahun 1960 yang tertera dalam Undang-Undang N
omor 1 Tahun 1961.
7. Masa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 (LNRI 1971-19, TNLRI 2958) tentang Pem
berantasan Tindak Pidana Korupsi.
8. Masa Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 (LNRI 1999-40, TNLRI 387), tentang Pe
mberantasan Tindak Pidana Korupsi kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 2
0 Tahun 2001 (LNRI 2001-134, TNLRI 4150), tentang Perubahan atas Undang- Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selanjutnya pada
tanggal 27 Desember 2002 dikeluarkan Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2002 (LNRI
2002-137. TNLRI 4250) tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA :


1. pengertian ideologi

Ideologi adalah seperangkat keyakinan atau filosofi yang dikaitkan dengan seseorang atau se
kelompok orang, terutama karena alasan yang tidak murni epistemik, di mana elemen praktis
sama menonjolnya dengan elemen teoretis.

Istilah ideologi berasal dari bahasa Prancis idéologie, yang berasal dari gabungan bahasa Yun
ani: idéā yang berarti ‘gagasan, pola’ dan -logíā yang berarti ‘studi tentang, ilmu yang mempe
lajari’. Istilah ini diciptakan oleh Antoine Destutt de Tracy, seorang aristokrat dan filsuf Penc
erahan Perancis.

2. Pancasila sebagai ideologi terbuka

nilai yang terkandung di Pancasila sebagai ideologi terbuka, di antaranya:

1) Nilai dasar yang mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Kelima hal ini adalah pedoman fundamental yang sifatnya universal, mengandung cita-cita ne
gara, dan tujuan yang baik dan benar.

2) Nilai instrumental yang mencakup arahan, kebijakan, strategi, sasaran, dan lembaga yang
melaksanakannya.

3) Nilai praksis, meliputi realisasi dari instrumental yang sifatnya nyata dan bisa digunakan u
ntuk kehidupan bernegara.

3. Pancasila dan Agama

Agama dan Pancasila memiliki kesamaan fungsi, yaitu sebagai nilai dan alat untuk me
ncapai kesejahteraan lahir batin masyarakat. Tidak berlebihan kalau diibaratkan roda kanan d
an kiri sebuah kendaraan. Fungsi roda tersebut sama sebagai penggerak badan kendaraan unt
uk menempuh satu tujuan tertentu, namun perannya yang berbeda. Agama berperan sebagai p
erekat sosial dan pembina ruhani, sedangkan Pancasila berperan sebagai pedoman (ideologi)
bernegara. Agama adalah rumah besar yang menyajikan tata kelola mental, spiritual dan
seluruh sendi kehidupan manusia, sedangkan Pancasila adalah rumah besar ragam agama
anak bangsa, menyajikan tata kelola negara supaya terarah pada sasaran.

Antara agama dan Pancasila telah terjadi saling dukung dan saling menguatkan. Pancasila me
ngakui agama dan juga agama mengapresiasi nilai-nilai Pancasila. Pancasila memberi ruang y
ang luas bagi agama. Nilai ketuhanan yang terkandung dalam Pancasila adalah inti ajaran aga
ma. Sementara itu agama menilai positif pada isi Pancasila karena tidak bertentangan dengan
doktrin agama.

4.Pancasila dan Ideologi Dunia

Pancasila adalah pedoman hidup bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bagi setiap warga
negara Indonesia. Pancasila juga memegang peranan penting sebagai fondasi yang kuat dala
m menjalankan sistem pemerintahan di Indonesia Banyak jenis ideologi di dunia. Hampir ma
sing-masing negara mempunyai ideologi tersendiri yang sesuai dengan prinsip dan tujuan neg
aranya karena ideologi merupakan pedoman hidup dan dasar negara untuk semakin berkemba
ng dan maju. Salah satu ideologi dunia ialah ideologi komunisme. Menurut Prof. Dr. Jimly A
sshiddiqie,S.H selaku Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan Guru Besar Huku
m Tata Negara Universitas Indonesia mengatakan bahwa istilah ideologi negara mulai banya
k digunakan bersamaan dengan perkembangan pemikiran Karl Marx yang dijadikan sebagai i
deologi beberapa negara pada abad ke-18. Namun sesungguhnya konsepsi ideologi sebagai ca
ra pandang atau sistem berpikir suatu bangsa berdasarkan nilai dan prinsip dasar tertentu tela
h ada sebelum kelahiran Karl Marx sendiri. Bahkan awal dan inti dari ajaran Marx adalah krit
ik dan gugatan terhadap sistem dan struktur sosial yang eksploitatif berdasarkan ideologi kapi
talisme.

5. Dampak masif korupsi Upaya pemberantasan korupsi di era digital

1. Upaya Preventif
Strategi preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk menghilangkan ata
u meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya korupsi

Upaya preventif dilakukan dengan cara:


 Pemberlakuan berbagai undang-undang yang mempersempit peluang korupsi.
 Pembentukan berbagai lembaga yang diperlukan untuk mencegah korupsi, misalnya Komisi 
Pemeriksa Kekayaan Penyelenggaraan Negara (KPKPN).
 Pelaksanaan sistem rekrutmen aparat secara adil dan terbuka.
 Peningkatan kualitas kerja berbagai lembaga independen masyarakart untuk memantau kinerj
a para penyelenggara negara.
 Kampanye untuk menciptakan nilai anti korupsi secara nasional.

2. Upaya Detektif
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi terjadiny
a kasus-kasus korupsi dengan cepat, tepat dan murah sehingga dapat ditindaklanjuti.

Upaya detektif dilakukan dengan cara:

 Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan masyarakat.


 Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.
 Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik.
 Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di masyarakat intern
asional
 Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) atau Satuan Pe
ngawas Intern (SPI) dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.

3. Upaya Represif
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah diidenti
fikasi dapat diproses secara cepat, tepat dengan biaya murah sehingga kepada para pelakunya
dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Upaya represif dapat dilakukan dengan cara:

 Pembentukan Badan atau Komisi Anti Korupsi (pada tahun 2003 pemerintah membentuk Ko
misi Pemberantasan Korupsi atau disingkat KPK).
 Penyidikan, penuntutan, peradilan dan penghukuman koruptor besar.
 Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk diberantas.
 Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem peradilan pidana
secara terus menerus.
 Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak pidana korupsi secara terpadu.
 Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya.

Anda mungkin juga menyukai