Anda di halaman 1dari 24

“SEJARAH KORUPSI”

JULIAN PANUNTUN
NURUL FADILAH
SANIA
YURISQA PUTRI
Korupsi Sejak Dulu Sampai Kini
Secara garis besar, budaya korupsi di Indonesia tumbuh dan
berkembang melalu 3 (tiga) fase sejarah, yakni ; zaman
kerajaan, zaman penjajahan hingga zaman modern yang dibagi
menjadi 2 masa, yaitu pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
1. PRA KEMERDEKAAN
a. Masa Pemerintahan Kerajaan

 “Budaya-tradisi korupsi” yang tiada henti karena didorong oleh motif


kekuasaan, kekayaan dan wanita.
 Perebutan kekusaan di Kerajaan Singosari (sampai tujuh keturunan saling
membalas dendam berebut kekusaan: Anusopati, Tohjoyo, Ranggawuni,
Mahesa, Wongateleng, dan seterusnya).
 Perlawanan rakyat terhadap Belanda dan seterusnya sampai terjadinya
beberapa kali peralihan kekuasaan di Nusantara telah mewarnai Sejarah
Korupsi dan Kekuasaan di Indonesia.
Kehancuran kerajaan-kerajaan besar (Sriwijaya, Majapahit dan
Mataram) adalah karena perilaku korup dari sebagian besar para
bangsawannya.
1. Sriwijaya diketahui berakhir karena tidak adanya pengganti atau
penerus kerajaan sepeninggal Balaputra Dewa.
2. Majapahit diketahui hancur karena adanya perang saudara (perang
paregreg) sepeninggal Maha Patih Gajah Mada.
3. Mataram lemah dan semakin tidak punya gigi karena dipecah belah
dan dipreteli gigi taringnya oleh Belanda.
b. Masa Kolonial Belanda
 Pada tahun 1755 dengan Perjanjian Giyanti, VOC memecah Mataram menjadi
dua kekuasaan yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
 Tahun 1757/1758 VOC memecah Kasunanan Surakarta menjadi dua daerah
kekuasaan yaitu Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran.
 Kesultanan Yogyakarta juga dibagi dua menjadi Kasultanan Yogyakarta dan
Pakualaman.
2. PASCA KEMERDEKAAN
a. Orde Lama

 Dibentuk Badan Pemberantasan Korupsi, Panitia Retooling Aparatur Negara (PARAN)


dibentuk berdasarkan UU Keadaan Bahaya, dipimpin oleh A.H. Nasution dan dibantu oleh
dua orang anggota yakni Prof M Yamin dan Roeslan Abdulgani. Namun ternyata pemerintah
pada waktu itu setengah hati menjalankannya.
 Tahun 1963 melalui Keputusan Presiden No 275 Tahun 1963, upaya pemberantasan korupsi
kembali digalakkan. Lembaga ini di kemudian hari dikenal dengan istilah “Operasi Budhi”.
 Dalam kurun waktu 3 bulan sejak Operasi Budhi dijalankan, keuangan negara dapat
diselamatkan sebesar kurang lebih Rp 11 miliar, jumlah yang cukup signifikan untuk kurun
waktu itu. Karena dianggap mengganggu prestise Presiden, akhirnya Operasi Budhi
dihentikan.
b. Orde Baru
 Dibentuk Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa Agung.
 Tahun 1970, terdorong oleh ketidakseriusan TPK dalam memberantas korupsi seperti
komitmen Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan unjuk rasa memprotes keberadaan
TPK.
 Dibentuk Komite Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap bersih dan berwibawa
seperti Prof Johannes, I.J Kasimo, Mr Wilopo dan A Tjokroaminoto. Tugasnya yang utama
adalah membersihkan antara lain Departemen Agama, Bulog, CV Waringin, PT Mantrust,
Telkom, dan Pertamina. Namun kornite ini hanya “macan ompong” karena hasil temuannya
tentang dugaan korupsi di Pertamina tak direspon pemerintah.
c. Reformasi
 Pada Era Reformasi hampir seluruh elemen penyelenggara negara sudah terjangkit “Virus
Korupsi” yang sangat ganas.
 Presiden BJ Habibie mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang bersih dan bebas dari KKN berikut pembentukan berbagai komisi atau badan baru seperti
KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman.
 Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi yang dibentuk pada
tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini
didirikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sejarah Pemberantasan Korupsi di Indonesia.
Perbincangan mengenai korupsi dari dulu hingga saat ini masih saja
hangat dibicarakan orang. Titik tekan dalam persoalan korupsi sebenarnya
adalah masyarakat masih belum melihat kesungguhan pemerintah dalam upaya
memberantas korupsi. Ibarat penyakit, sebenarnya sudah ditemukan
penyebabnya, namun obat mujarab untuk penyembuhan belum bisa
ditemukan.
Penanganan Korupsi di Indonesia
paska pembentukan (KPK)
1.Era Orde Lama
Pada masa orde lama, tercatat dua kali dibentuk badan pemberantas korupsi, yaitu :
A. ‘’Panitia Retooling Aparatur Negara’’(paran)
B. ‘’Operasi Budhi’’
2. Era Orde Baru
Pada masa orde baru, dibawah kepemimpinan soeharto minimal ada 4 lembaga yang dipasrahi
tugas untu melakukan pemberantasan korupsi. Lembaga – lembaga tersebut adalah sebagai
beerikut :
A. Tim pemberantas korupsi (TPK)
B. Komite Empat
C. Operasi Tertip (Opstib)
D. Tim pemberantas korupsi bar
3. Era Reformasi
• komisi pengawas kekayaan penjabat Negara (KPKPN),KPPU,maupun
lembaga Ombudsman. oleh B.J.Habibie
• gabungan pemberantas tindak pidana korupsi ( TGPTPK ) oleh
Abdurrahman Wahid
• Komisi pemberantasan korupsi (KPK) dibentuk lewat undang – undang
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantas tindak pidana korupsi
Berdirinya Lembaga
Penegak Hukum Pemberantasan
dan Pencegahan Korupsi
A. Sejarah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Gagasan pembentukan KPK sebenarnya diawali oleh TAP MPR No. 11 Tahun 1998 tentang
Pemerintahan yang Bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Menindaklanjuti amanat
itu, DPR dan pemerintah kemudian membuat UU No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana
Korupsi. Ketika pembahasan UU itulah, muncul gagasan dari beberapa orang Fraksi PPP
seperti Zein Badjeber, Ali Marwan Hanan dkk. Mereka mengusulkan untuk menambah bab
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.”Yang saya ingat usulan itu bukan ketikan komputer,
tetapi manual,” kenang Ketua KPK Taufiequrachman Ruki. Mereka ingin agar ini dijadikan bab
tersendiri, merupakan bagian dari RUU tersebut.
Tapi usulan itu ditolak Fraksi ABRI. “Argumentasi saya, adalah tidak logis menambah bab dalam
RUU
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sendiri resmi dibentuk
pada Desember 2003 berdasarkan UU No.30 tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam UU tersebut disebutkan
bahwa KPK dibentuk karena lembaga pemerintah yang menangani
perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan
efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;

2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi;

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;

4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan

5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.


B. Regulasi KPK
Dasar hukum KPK
UU RI nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi

Kepres RI No. 73 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Panitia Seleksi


Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

PP RI No. 19 Tahun 2000 Tentang Tim Gabungan Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi
Undang-Undang

1. UU RI No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang


Bersih dan Bebas Dari KKN

2. UU RI No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi

3. UU RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU No. 31


Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

4. UU RI No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas UU No. 15


Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
Peraturan Pemerintah
1. PP RI No. 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

2. PP RI No. 109 Tahun 109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan


Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
C. Ketentuan dan Rumusan Mengenai Pemberantasan
Korupsi

Di indonesia ketentuan mengenai pemberantasan korupsi telah ada sejak berlakunya undang –
undang no.24 prp.1960 tentang pengusutan penuntutan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi.
Mengingat UU No.24 Prp. 1960 tersebut sesuai dengan perkembangan masyarakat saat itu dinilai
kurang mencukupi untuk mencapai hasil yang diharapkan, maka telah diganti dengan UU No.3
tahun 1971 tentang tindak pidana korupsi.
Rumusan tindak pidana korupsi berdasarkan UU No.3 tahun 1971 lebih luas dan memudahkan
pembuktiannya dibandingkan rumusan tindak pidana korupsi yang diatur dalam UU No.24 Prp,
1960. Hal ini sesuai dengan perkembangan masyarakat dan rasa tuntutan keadilan masyarakat
terhadap pemberantas korupsi yang sangat merugikan masyarakat, keuangan Negara dan
perekonomian Negara.
D. Penanganan Korupsi Paska Pembentukan KPK

1. Tahun 2004 tercatat ada 6 (enam) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
2. Tahun 2005 tercatat ada 6 (enam) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
3. Tahun 2006 tercatat ada 8 (delapan) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
4. Tahun 2008 tercatat ada 10 (sepuluh) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
5. Tahun 2009 tercatat ada 1 (satu) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
6. Tahun 2010 tercatat ada 2 (dua) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
7. Tahun 2011 tercatat ada 13 (tiga belas) kasus korupsi besar yang ditangani oleh
KPK[7].

Anda mungkin juga menyukai