JULIAN PANUNTUN
NURUL FADILAH
SANIA
YURISQA PUTRI
Korupsi Sejak Dulu Sampai Kini
Secara garis besar, budaya korupsi di Indonesia tumbuh dan
berkembang melalu 3 (tiga) fase sejarah, yakni ; zaman
kerajaan, zaman penjajahan hingga zaman modern yang dibagi
menjadi 2 masa, yaitu pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
1. PRA KEMERDEKAAN
a. Masa Pemerintahan Kerajaan
Gagasan pembentukan KPK sebenarnya diawali oleh TAP MPR No. 11 Tahun 1998 tentang
Pemerintahan yang Bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Menindaklanjuti amanat
itu, DPR dan pemerintah kemudian membuat UU No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana
Korupsi. Ketika pembahasan UU itulah, muncul gagasan dari beberapa orang Fraksi PPP
seperti Zein Badjeber, Ali Marwan Hanan dkk. Mereka mengusulkan untuk menambah bab
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.”Yang saya ingat usulan itu bukan ketikan komputer,
tetapi manual,” kenang Ketua KPK Taufiequrachman Ruki. Mereka ingin agar ini dijadikan bab
tersendiri, merupakan bagian dari RUU tersebut.
Tapi usulan itu ditolak Fraksi ABRI. “Argumentasi saya, adalah tidak logis menambah bab dalam
RUU
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sendiri resmi dibentuk
pada Desember 2003 berdasarkan UU No.30 tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam UU tersebut disebutkan
bahwa KPK dibentuk karena lembaga pemerintah yang menangani
perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan
efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
Di indonesia ketentuan mengenai pemberantasan korupsi telah ada sejak berlakunya undang –
undang no.24 prp.1960 tentang pengusutan penuntutan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi.
Mengingat UU No.24 Prp. 1960 tersebut sesuai dengan perkembangan masyarakat saat itu dinilai
kurang mencukupi untuk mencapai hasil yang diharapkan, maka telah diganti dengan UU No.3
tahun 1971 tentang tindak pidana korupsi.
Rumusan tindak pidana korupsi berdasarkan UU No.3 tahun 1971 lebih luas dan memudahkan
pembuktiannya dibandingkan rumusan tindak pidana korupsi yang diatur dalam UU No.24 Prp,
1960. Hal ini sesuai dengan perkembangan masyarakat dan rasa tuntutan keadilan masyarakat
terhadap pemberantas korupsi yang sangat merugikan masyarakat, keuangan Negara dan
perekonomian Negara.
D. Penanganan Korupsi Paska Pembentukan KPK
1. Tahun 2004 tercatat ada 6 (enam) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
2. Tahun 2005 tercatat ada 6 (enam) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
3. Tahun 2006 tercatat ada 8 (delapan) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
4. Tahun 2008 tercatat ada 10 (sepuluh) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
5. Tahun 2009 tercatat ada 1 (satu) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
6. Tahun 2010 tercatat ada 2 (dua) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
7. Tahun 2011 tercatat ada 13 (tiga belas) kasus korupsi besar yang ditangani oleh
KPK[7].