Anda di halaman 1dari 16

KORUPSI SEJAK DAHULU SAMPAI SEKARANG DAN BERDIRINYA

LEMBAGA PENEGAK HUKUM, PEMBERANTASAN, DAN


PENCEGAHAN KORUPSI

KELOMPOK 13 :

TINGKAT : 2A

1. Berta Jasma Arisanti (PO7120222006)


2. Nur Azizah Tussyaiedah (PO7120222007)
3. Jelita Juliana (PO7120222037)

DOSEN PENGAMPUN : 1.Gunardi Pome, S.Ag, M.Kes

2. Saprianto, S.KM. M. Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI D III KEPERAWATAN BATURAJA
T.A 2022/2023

1
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

KATA PENGANTAR...............................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG........................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

I. PENGERTIAN KORUPSI..............................................................................................6

II. KORUPSI SEJAK DAHULU SAMPAI SEKARANG..................................................6

III. BERDIRINYA LEMBAGA PENEGAK HUKUM, PEMBERANTASAN DAN


PENCEGAHAN KORUPSI.................................................................................................11

BAB III.....................................................................................................................................15

PENUTUP................................................................................................................................15

D. KESIMPULAN.............................................................................................................15

E. SARAN.........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. karena hanya dengan
segala rahmat nya akhirnya kami bisa menyusun makalah dengan judul Korupsi sejak dahulu
sampai sekarang.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di
berikan oleh bapak Saprianto, S.KM, M. Kes selaku dosen pada bidang mata kuliah
pendidikan budaya anti korupsi selain itu ,makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Saprianto, S.KM, M. Kes yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami mendapatkan banyak tambahan pengetahuan dan
wawasan dalam materi makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan dan
saran dari para pembaca.

Baturaja, Oktober 2023

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah perjalanan bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai pasca reformasi
dihadapkan pada persoalan korupsi yang telah mengakar dan membudaya. Bahkan kalangan
para pejabat publik menganggap korupsi sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar. Ibarat
candu, korupsi telah menjadi barang bergengsi yang apabila tidak dilakukan akan membuat
stress para penikmatnya.

Korupsi berawal dari proses pembiasaan, yang akhirnya menjadi kebiasaan dan
berujung pada sesuatu yang sudah terbiasa untuk dikerjakan oleh pejabat-pejabat negara.
Itulah sebabnya, masyarakat begitu pesimis dan putus asa terhadap upaya penegakkan hukum
dalam menumpas koruptor di Indonesia.

Keadaan yang demikian suka atau tidak suka akan menggoyahkan demokrasi sebagai
sendi utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melumpuhkan nilai-nilai keadilan dan
kepastian hukum serta semakin jauh dari tujuan tercapainya masyarakat yang sejahtera dan
penegakan hukum.Dengan melihat latar belakang timbulnya korupsi, salah satu faktor yang
menyebabkan meningkatnya aktifitas korupsi di beberapa negara disebabkan terjadinya
perubahan politik yang sistematik, sehingga tidak saja memperlemah atau menghancurkan
lembaga sosial politik, tetapi juga lembaga-lembaga hukum.

Keadaan yang demikian suka atau tidak suka akan menggoyahkan demokrasi sebagai
sendi utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melumpuhkan nilai-nilai keadilan dan
kepastian hukum serta semakin jauh dari tujuan tercapainya masyarakat yang sejahtera.
Dengan melihat latar belakang timbulnya korupsi, salah satu faktor yang menyebabkan
meningkatnya aktifitas korupsi di beberapa negara disebabkan terjadinya perubahan politik
yang sistematik, sehingga tidak saja memperlemah atau menghancurkan lembaga sosial
politik, tetapi juga lembaga-lembaga hukum.

4
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari korupsi ?


2. Sejarah korupsi dari dahulu sampai sekarang ?
3. Sebutkan ada berapa berdirinya lembaga penegak hukum, pemberantasan dan
pencegahan korupsi ?

C. TUJUAN MASALAH

1. Mendeskripsikan apa itu korupsi


2. Mendeskripsikan korupsi dari dahulu sampai sekarang
3. Mendeskripsikan berdirinya lembaga penegak hukum, pemberantasan dan pencegahan
korupsi

5
BAB II

PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN KORUPSI

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki
arti beragam yakni tindakan merusak atau menghancurkan. Corruptio juga diartikan
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.Kata
corruptio masuk dalam bahasa Inggris menjadi kata corruption atau dalam bahasa Belanda
menjadi corruptie.

Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke dalam perbendaharaan Indonesia


menjadi korupsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan
sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Definisi lainnya dari korupsi disampaikan World Bank pada tahun 2000, yaitu
“korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi". Definisi
World Bank ini menjadi standar internasional dalam merumuskan korupsi.Pengertian korupsi
juga disampaikan oleh Asian Development Bank (ADB), yaitu kegiatan yang melibatkan
perilaku tidak pantas dan melawan hukum dari pegawai sektor publik dan swasta untuk
memperkaya diri sendiri dan orang-orang terdekat mereka. Orang-orang ini, lanjut pengertian
ADB, juga membujuk orang lain untuk melakukan hal-hal tersebut dengan menyalahgunakan
jabatan.

6
II. KORUPSI SEJAK DAHULU SAMPAI SEKARANG

Perbincangan mengenai korupsi dari dulu hingga saat ini masih saja hangat
dibicarakan orang. Titik tekan dalam persoalan korupsi sebenarnya adalah masyarakat masih
belum melihat kesungguhan pemerintah dalam upaya memberantas korupsi. Ibarat penyakit,
sebenarnya sudah ditemukan penyebabnya, namun obat mujarab untuk penyembuhan belum
bisa ditemukan.

Tulisan ini mencoba untuk menelusuri perjalanan para pemimpin negara ini dalam upayanya
memberantas korupsi, mulai dari era Orde Lama, Orde Baru hingga 'Orde Reformasi'.

a) Era orde lama:

Pada era ini, di bawah kepemimpinan Sukarno, tercatat sudah dua kali dibentuk Badan
Pemberantasan Korupsi, namun ternyata pemerintah pada waktu itu setengah hati
menjalankannya. Adapun perangkat hukum yang digunakan adalah Undang-undang Keadaan
Bahaya dengan produknya yang diberi nama Paran (Panitia Retooling Aparatur Negara).
Badan ini dipimpin oleh AH Nasution dan dibantu oleh 2 orang anggota yakni Prof M Yamin
dan Roeslan Abdulgani.

Salah satu tugas Paran saat itu adalah agar para pejabat pemerintah diharuskan mengisi
formulir yang disediakan -- istilah sekarang mungkin daftar kekayaan pejabat negara. Dalam
perkembangannya kemudian ternyata kewajiban pengisian formulir tersebut mendapat reaksi
keras dari para pejabat. Mereka berdalih agar formulir itu tidak diserahkan kepada Paran akan
tetapi langsung kepada presiden.

Usaha Paran akhirnya mengalami deadlock karena kebanyakan pejabat berlindung di


balik Presiden. Di sisi lain, karena pergolakan di daerah-daerah sedang memanas sehingga
tugas Paran akhirnya diserahkan kembali pemerintah (Kabinet Juanda).tahun 1963 melalui
Keputusan Presiden No 275 Tahun 1963, upaya pemberantasan korupsi kembali digalakkan.
Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menkohankam/Kasab ditunjuk kembali sebagai
ketua dibantu oleh Wiryono Prodjodikusumo. Tugas mereka lebih berat, yaitu meneruskan
kasus-kasus korupsi ke meja pengadilan.

Lembaga ini di kemudian hari dikenal dengan istilah Operasi Budhi di mana sasarannya
adalah perusahaan-perusahaan negara serta lembaga-lembaga negara lainnya yang dianggap

7
rawan praktik korupsi dan kolusi. Operasi Budhi ternyata juga mengalami hambatan.
Misalnya, untuk menghindari pemeriksaan, Dirut Pertamina mengajukan permohonan kepada
Presiden untuk menjalankan tugas ke luar negeri, sementara direksi yang lain menolak
diperiksa dengan dalih belum mendapat izin dari atasan.

b) Era orde baru :

Pada pidato kenegaraan, Pj Soeharto di depan anggota DPR/MPR menjelang hari


kemerdekaan RI tangal 16 Agustus 1967, menyalahkan rezim Orde Lama yang tidak mampu
memberantas korupsi sehingga segala kebijakan ekonomi dan politik berpusat di Istana.
Pidato itu memberi isyarat bahwa Soeharto bertekad untuk membasmi korupsi sampai ke
akar-akarnya. Sebagai wujud dari tekad itu tak lama kemudian dibentuklah Tim
Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa Agung.

Tahun 1970, terdorong oleh ketidakseriusan TPK dalam memberantas korupsi seperti
komitmen Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan unjuk rasa memprotes keberadaan
TPK. Perusahaan-perusahaan negara seperti Bulog, Pertamina, Departemen Kehutanan
banyak disorot masyarakat karena diangap sebagai sarang korupsi dan ''pat gulipat''.

Maraknya gelombang protes dan unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa, akhirnya
ditanggapi Soeharto dengan membentuk Komite Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang
dianggap bersih dan berwibawa seperti Prof Johannes, IJ Kasimo, Mr Wilopo dan A
Tjokroaminoto. Tugas mereka yang utama adalah membersihkan antara lain Departemen
Agama, Bulog, CV Waringin, PT Mantrust, Telkom, Pertamina, dan lain-lain.

Namun komite ini hanya ''macan ompong'' karena hasil temuannya tentang dugaan
korupsi di Pertamni tak direspon pemerintah. Ketika Laksamana Sudomo diangkat sebagai
Pangkopkamtib dibentuklah Opstib (Operasi Tertib) dengan tugas antara lain juga
memberantas korupsi. Kebijakan ini hanya melahirkan sinisme di masyarakat.

Tak lama setelah Opstib terbentuk, suatu ketika timbul perbedaan pendapat yang cukup
tajam antara Laksamana Sudomo dengan Nasution. Hal itu menyangkut pemilihan metode
atau cara, di mana Nasution menganggap bahwa apabila ingin berhasil dalam memberantas
korupsi, maka harus dimulai dari atas. Di samping itu, Nasution juga menyarankan kepada
Laksamana Sudomo agar memulai dari dirinya. Seiring dengan berjalannya waktu, Opstib
pun hilang ditiup angin tanpa menimbulkan bekas sama sekali.

8
Dalam kurun waktu 3 bulan sejak Operasi Budhi dijalankan, keuangan negara dapat
diselamatkan sebanyak kurang lebih Rp 11 miliar, suatu jumlah yang cukup banyak untuk
ukuran pada saat itu. Karena dianggap mengganggu prestise Presiden, akhirnya Operasi
Budhi dihentikan. Menurut Soebandrio dalam pertemuan di Bobor, prestise Presiden harus
ditegakkan di atas semua kepentingan yang lain.

Selang beberapa hari kemudian, Soebandrio mengumumkan pembubaran Paran/Operasi


Budhi yang kemudian diganti namanya menjadi Kotrar (Komando Tertinggi Retooling
Aparat Revolusi) di mana Presiden Sukarno menjadi ketuanya serta dibantu oleh Soebandrio
dan Letjen Ahmad Yani. Sejarah kemudian mencatat pemberantasan korupsi pada masa itu
akhirnya mengalami stagnasi.

c) Era reformasi :

Bung Hatta pernah mengkonstatir bahwa di era pemerintahan Orde Baru (baca
Soeharto), korupsi di Indonesia sudah sampai pada tahap membudaya. Pernyataan tersebut
meski memperoleh tanggapan beragam dalam masyarakat, tetapi kebenarannya tidak
terbantahkan.

Presiden BJ Habibie mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang


Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN berikut pembentukan berbagai
komisi atau badan baru seperti KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman. Presiden
berikutnya, Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (TGPTPK).

Badan ini dibentuk dengan Keppres di masa Jaksa Agung Marzuki Darusman dan
dipimpin Hakim Agung Andi Andojo. Namun di tengah semangat menggebu-gebu untuk
memberantas korupsi dari anggota tim, melalui suatu judicial review Mahkamah Agung,
TGPTPK akhirnya dibubarkan. Sejak itu, Indonesia mengalami kemunduran dalam upaya
pemberantasan KKN.

Di samping membubarkan TGPTPK, Gus Dur juga dianggap sebagian masyarakat tidak
bisa menunjukkan kepemimpinan yang bisa mendukung upaya pemberantasan korupsi.
Kegemaran beliau melakukan pertemuan-pertemuan di luar agenda kepresidenan bahkan di
tempat-tempat yang tidak pantas dalam kapasitasnya sebagai presiden, melahirkan kecurigana
masyarakat bahwa Gus Dur sedang melakukan proses tawar-menawar tingkat tinggi.

9
Kita mungkin masih ingat pertemuan Gus Dur dengan Tommy Soeharto di Hotel
Borobudur, padahal Tommy saat itu sedang tersangkut kasus korupsi tukar guling Goro dan
penembakan Hakim Agung Syafiudin. Kemudian konglomerat Sofyan Wanandi melalui
Jaksa Agung Marzuki Usman diberinya Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3).
Akhirnya, Gus Dur didera kasus Buloggate.

Gus Dur lengser, Mega pun menggantikannya melalui apa yang disebut sebagai kompromi
politik. Laksamana Sukardi ditempatkan sebagai Menneg BUMN yang dalam pola pikirnya
hanya bagaimana cara menjual aset negara untuk meraih uang. Di masa pemerintahan
Megawati pula kita melihat dengan kasat mata wibawa hukum semakin merosot, di mana
yang menonjol adalah otoritas kekuasaan. Lihat saja betapa mudahnya konglomerat
bermasalah bisa mengecoh aparat hukum dengan alasan berobat ke luar negeri.

Pemberian SP3 untuk Prajogo Pangestu, Marimutu Sinivasan, Sjamsul Nursalim, The
Nien King, lolosnya Samadikun Hartono dari jeratan eksekusi putusan MA, pemberian
fasilitas MSAA kepada konglomerat yang utangnya macet, menjadi bukti kuat bahwa elite
pemerintah sebenarnya tidak serius dalam upaya memberantas korupsi. Masyarakat menilai
bahwa pemerintah masih memberi perlindungan kepada para pengusaha besar yang nota bene
memberi andil bagi kebangkrutan perekonomian nasional.

Pemerintah semakin lama semakin kehilangan wibawa. Pelajaran yang bisa ditarik
dari tulisan ini adalah, ternyata upaya untuk memberantas korupsi tidak semudah
membalikkan tangan. Korupsi bukan hanya menghambat proses pembangunan negara ke arah
yang lebih baik, yaitu peningkatan kesejahteraan serta pengentasan kemiskinan rakyat.

Ketidakberdayaan hukum di hadapan orang kuat, ditambah minimnya komitmen dari


elite pemerintahan menjadi faktor penyebab mengapa KKN masih tumbuh subur di
Indonesia. Akhirnya penulis ingin menutup artikel ini dengan mengutip pernyataan seorang
filsuf Yunani Socrates di muka pengadilan: Tuan-tuan, kekuasaan tuan-tuan dapat membuat
hukum semau-maunya.Tetapi kekuasaan tuan-tuan pada akhirnya akan dapat dikalahkan
perasaan keadilan dari rakyat yang tidak dapat dimatikan atau ditindas.

10
III. BERDIRINYA LEMBAGA PENEGAK HUKUM, PEMBERANTASAN DAN
PENCEGAHAN KORUPSI

Ada sejumlah lembaga yang memiliki peran dalam pencegahan dan penangulangan
korupsi, antara lain: Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan korupsi dan Pengadilan.

a) Kepolisian

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik


Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian di samping berfungsi dalam Harkamtibnas,
perlindungan dan pengayoman, pelayanan masyarakat namun juga bertugas untuk melakukan
penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindakan pidana.

b) Kejaksaan

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik


Indonesia, disebutkan bahwa Kejaksaan berwenang untuk melaku- kan penyidikan terhadap
tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang, termasuk di antaranya Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

c) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

KPK dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002. Undang-undang


ini terbit dengan pertimbangan penegakan hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi
yang dilakukan secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Saat
ini korupsi telah menjadi kejahatan luar biasa (extraordinary crime) sehingga harus ditangani
secara luar biasa (extraordinary measures).

Persepsi publik terhadap kejaksaan dan kepolisian dan atau lembaga pemerintah
dipandang belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam penanganan kasus-kasus korupsi
sehingga masyarakat telah kehilangan kepercayaan (Josing trast). Selain itu, korupsi terbukti
telah merugikan keuangan negara, perekonomian negara, dan menghambat pembangunan
nasional. Untuk itu, diperlukan metode penegakan hukum secara luar biasa melalui
pembentukan suatu badan khusus yang mempunyai kewenangan luas, serta bebas dari
kekuasaan manapun dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, yang pelaksanaannya

11
dilakukan secara optimal, intensif, efektif, profesional, serta berkesinambungan (Santoso P.,
2011).

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyebutkan KPK mempunyai tugas:

a. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi
b. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi
c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi
e. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

KPK menurut pasal 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 mempunyai kewenangan:

a. mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi


b. menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
c. meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait
d. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan
e. meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyebutkan KPK berwenang:

a. melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang


menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak
pidana korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik.
b. mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi
yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.
c. mengambil alih penyidikan atau penuntutan, kepolisian atau kejaksaan wajib
menyerahkan tersangka dan seluruh berkas perkara beserta alat bukti dan dokumen
lain yang diperlukan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari 29 kerja,
terhitung sejak tanggal diterimanya permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi.

12
d. membuat dan menandatangani berita acara penyerahan sehingga segala tugas dan
kewenangan kepolisian atau kejaksaan pada saat penyerahan tersebut beralih kepada
KPK.

Pasal 11 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyatakan bahwa dalam melaksanakan


tugas KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana
korupsi yang:

a. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada
kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
atau penyelenggara negara
b. endapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau
c. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 12 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa dalam


melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sebagaimana KPK berwenang:

a. melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan


b. memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke
luar negeri
c. meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan
keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa
d. memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir
rekening yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka,terdakwa, atau pihak lain
yang terkait
e. memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan
sementara tersangka dari jabatannya.
f. meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi
yang terkait
g. menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksiperdagangan, dan
perjanjian lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang
dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti

13
awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi yang sedang
diperiksa
h. meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum
1. negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di
luar negeri.
i. meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak
pidana korupsi yang sedang ditangani.

d) Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)

Pengadilan Tipikor merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan


peradilan umum dan berkedudukan di setiap ibu kota kabupaten/kota yang daerah hukumnya
meliputi daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan. Khusus untuk Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Pengadilan Tipikor berkedudukan di setiap kota madya yang daerah
hukumnya meliputi daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan.

Pengadilan Tipikor diatur dalam Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang


Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Pengadilan Tipikor berwenang memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara:

a. tindak pidana korupsi;


b. tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya adalah tindak pidana
korupsi, dan/atau
c. tindak pidana yang secara tegas dalam undang-undang lain ditentukan sebagai tindak
pidana korupsi.

14
BAB III

PENUTUP

D. KESIMPULAN

Dengan demikian dari penyelesaian tugas makalah ini dapat disimpulkan bahwa Tindak
pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan memberikan dampak bagi rakyat.
Rakyat harus menanggung akibat dari tindak pidana korupsi. Pemiskinan koruptor dianggap
sebagai terobosan baru dalam menindak kasus tindak pidana korupsi.

Konsep pemiskinan koruptor dapat dijalankan dengan perampasan aset hasil tindak
pidana korupsi dan penggantian kerugian yang ditimbulkan akibat tindak pidana
korupsi.konsep pemiskinan koruptor ini dinilai mampu memberikan efek jera sekaligus
sebagai bentuk mengurangi tindak pidana korupsi.

E. SARAN

Pemiskinan koruptor memang mendapat sambutan positif dari banyak kalangan. Namun
perlu dipertimbangkan lagi mengenai pelaksanaannya. Saran yang dapat penulis
sumbangkan, yaitu:

1. Perlu adanya rekonseptualisasi mengenai konsep pemiskinan koruptor.


Rekonseptualisasi
dengan memberikan arahan yang jelas bagi penegak hukum mengenai konsep
pemiskinan koruptor, sehingga pelaksanaan pemiskinan koruptor dapat dijalankan
sebagai suatu terobosan hukum yang memberikan efek jera dalam tindak pidana
korupsi.

2. Perlu adanya suatu gerakan yang mendorong pelaksanaan pemiskinan koruptor.


Contohnya seperti pendidikan, pemahaman, penjelasan, integritas dari para penegak
hukum agar para penegak hukum di Indonesia melaksanakan sanksi pidana pemiskinan
koruptor dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adwirman. dkk. 2014. Pendidikan dan budaya anti korupsi. Jakarta selatan : Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Republika. 2003. Korupsi dari dulu hingga kini. https://antikorupsi.org/id/article/korupsi-


dari-dulu-hingga-kini. Diakses 24 Agustus 2023.

16

Anda mungkin juga menyukai