JURNAL ILMIAH
TEKNIK PENGAIRAN
KONSENTRASI PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN SUMBER
DAYA AIR
DWI PUTRANTO
NIM. 125060407111028
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
Kajian Hidraulika Pelimpah Bendungan Ladongi Kabupaten Kolaka
Timur dengan Uji Model Fisik Skala 1:50
ABSTRAK
Untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah Kabupaten Kolaka Timur maka sangat dipelukan
dibangunnya Bendungan Ladongi di wilayah tersebut. Dalam membangun suatu bendungan, salah
satu tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh kesempurnaan desain adalah dengan melakukan
uji model fisik hidrolika pelimpah. Dalam kajian hidrolika pada model fisik ini, untuk analisa
hidrolika pada saluran pelimpah menggunakan persamaan kontinuitas dengan perhitungan
koefisien debit Cd menggunakan metode USBR dan Iwasaki. Untuk analisa hidrolika pada saluran
transisi dan saluran peluncur menggunakan persamaan energi dengan metode perhitungan tahapan
standar. Sedangkan untuk analisa hidrolika pada peredam energi USBR tipe II menggunakan
persamaan momentum dan kontinuitas kenaikan mendadak. Untuk perhitungan gerak material
dasar menggunakan persamaan momentum dan dilakukan koreksi dengan menggunakan grafik
shield. Dari hasil pengujian final design, dengan menambahkan ambang/sill pada akhir saluran
transisi setinggi 1.50 m, dapat menghilangkan aliran silang pada saluran peluncur yang diakibatkan
sudut perubahan penampang di saluran transisi sebesar 7.83o. Pada saluran peluncur di pasang 2
(dua) aerator pada section 18 dan antara section 21-22 untuk menghindari terjadinya kavitasi.
Tinggi dinding peredam energi USBR Tipe II masih mampu menampung debit rancangan Q1000th
yang lewat. Pada sungai di hilir saluran pengarah hilir ditemukan adanya gerusan lokal dari hasil
pengamatan.
ABSTRACT
To meet the needs of the raw water in the district of East Kolaka, Ladongi Dam construction in this
region is mandatory. In building a dam, one of the stages that must be passed to obtain perfection
of the design is to test the physical model hydraulics spillway. In this hydraulics study of the
physical model, analysis of hydraulics at Spillway is used the continuity equation by calculating the
coefficient of discharge Cd using USBR and Iwasaki method. For analysis of the transition channel
and the launcher channel using the energy equation with the calculation stages standard method.
As for the hydraulics analysis on USBR energy absorbers type II used the momentum and sudden
rise continuity equations. For the calculation of the base material movement using the equations of
momentum and correction by using charts shield. From The final design of the test results, by
adding the weir/ sill at the end of the transition channel as high as 1.5 m, can eliminate cross-flow
on a launcher channel caused by resulting angle changes the transition channel of 7.83 degree. On
the launchers channel is installed 2 (two) aerator on the section 18 and between section 21-22 to
avoid the occurrence of cavitation. Overall the high wall of energy absorbers USBR Type II is still
able to accommodate design discharge passing Q1000th. By observations, the downstream river
channel downstream director was found scours.
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Analisa Hidrolika Pelimpah Gambar 2. Koefisien debit dipengaruhi oleh
a. Aliran Pada Pelimpah faktor P/Ho.
Pelimpah langsung (over flow spillway) Sumber: Anonim, 1987:371
merupakan salah satu komponen dari saluran Besarnya koefisien debit limpahan (C) dari tipe
pengatur aliran dibuat untuk lebih standar suatu bendung juga dapat diperoleh
meningkatkan pengaturan serta memperbesar dengan rumus Iwasaki sebagai berikut:
debit air yang akan melintasi bangunan Cd = 2,20 - 0,0416 (Hd/W)0,990 (2)
pelimpah (Sosrodarsono 2002 : 181)
(3)
b. Debit Pelimpah
Rumus yang digunakan untuk menghitung C = koefisien debit limpahan
debit di atas pelimpah adalah sebagai berikut: Cd = koefisien debit limpahan pada saat h =
Q=C.L.H3/ (1) Hd
dengan: H = tinggi air di atas mercu pelimpah (m)
Q = debit yang melewati pelimpah (m3/dt) Hd = tinggi tekan rencana di atas mercu
C = koefisien limpahan bendung (m)
L = lebar efektif mercu pelimpah (m) W = tinggi bendung (m)
H = tinggi tekanan air di atas mercu (m) a = nilai koefisien pada saat h = Hd
sehingga C = Cd
c. Koefisien Debit d. Lebar Efektif Pelimpah
Beberapa faktor yang mempengaruhi Lebar efektif merupakan hasil
besarnya koefisien debit (C) adalah: pengurangan lebar sesungguhnya dengan
1. Kedalaman air di dalam saluran pengarah jumlah seluruh kontraksi yang timbul pada
aliran. aliran air yang melintasi mercu pelimpah
tersebut (Sosrodarsono, 1989:182).
2. Kemiringan lereng udik bendung
L=L’-2(N.Kp+Ka).H (4)
3. Tinggi air diatas mercu bendung dengan:
4. Perbedaan antara tinggi air rencana pada L = lebar efektif pelimpah (m)
saluran pengatur aliran yang bersangkutan. L’ = lebar pelimpah sebenarnya (m)
N = jumlah pilar-pilar di atas mercu
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi dinding samping Perhitungan hidraulika saluran transisi
H = tinggi tekanan total di atas mercu menggunakan persamaan energi dengan rumus
sebagai berikut:
pelimpah (m)
ve
2 2
vc
K ve2 v c2 (8)
e. Tinggi Muka Air di Atas Pelimpah ze d e zc d c hm
2g 2g 2g
Kecepatan aliran teoritis pada pelimpah dapat dengan:
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Chow,
z = elevasi dasar saluran pada suatu bidang
1985:378):
vertical (m)
(5) de = kedalaman aliran masuk ke dalam
(6) saluran transisi (m)
ve = kecepatan aliran masuk ke dalam
(7) saluran transisi (m/dt)
dengan: dc = kedalaman kritis pada ujung hilir
Q = debit aliran (m3/dt) saluran transisi (m)
L = lebar efektif pelimpah (m) vc = kecepatan aliran kritis pada ujung hilir
Vz = kecepatan aliran (m/dt) saluran transisi (m/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2) K = koefisien kehilangan tinggi tekanan
Z = tinggi jatuh atau jarak vertikal dari yang disebabkan oleh perubahan
permukaan hulu sampai lantai kaki penampang lintang saluran transisi
hilir (m) h m = kehilangan total tinggi tekanan
Hd = tinggi tekanan di atas mercu bendung yang disebabkan oleh gesekan, dan
(m) lain-lain. (m)
hz = kedalaman aliran di kaki pelimpah (m)
Fz = bilangan froude di kaki pelimpah
8
Daerah aliran getar
menjadi: 5
3
Daerah tanpa aliran getar
(12) 2
(kedalaman konjugasi)
h2 1
Gambar 5. Skema penampang memanjang 1 8Fr 2 1 (16)
aliran pada saluran peluncur h1 2
Sumber: Sosrodarsono, 1989:208 Panjang loncatan hidrolis pada kolam
Aliran Getar olakan (Raju, 1986 : 194)
Pada suatu saluran peluncur yang panjang L = A (y2 – y1) (17)
terdapat bahaya aliran yang tidak stabil yang Dimana A bervariasi dari 5,0 sampai 6,9 , atau
disebut sebagai aliran getar (slug/pulsating secara empirik dapat digunakan grafik pada
flow). Apabila panjang saluran tersebut > 30 Gambar 7. (Sosrodarsono, 1989:222).
meter, maka harus dikontrol dengan cara
menghitung bilangan “vendernikov (V)”dan
bilangan“Montuori (M)”.
Bilangan Vendernikov (V)
V = (13)
Bilangan Montuori (M)
M2 = (14)
dengan:
b = lebar dasar saluran (m)
v = kecepatan aliran (m/dt) Gambar 7. Panjang Loncatan Hidrolis
g = percepatan gravitasi (= 9,81 m/dt2) Sumber: Peterka, 1984:3
2.5. Kavitasi dengan :
Kavitasi adalah suatu kejadian yang P1 = tekanan pada section 1 (kN/m)
timbul dalam aliran dengan kecepatan begitu P2 = tekanan pada section 2 (kN/m)
besar, sehigga tekanan air menjadi lebih kecil W = berat air (kN/m)
dari pada tekanan uap air maksimum di Fa = gesekan akibat tekanan atmosfer
temperatur itu. Proses ini menimbulkan (kN/m)
gelembung-gelembung uap air yang dapat β = koefisien momentum
menimbulkan erosi pada konstruksi (Patty, ρ = masa jenis air (kg/m3)
1995:99). Q = debit aliran (m3/detik)
Suatu bentuk persamaan untuk V1 = kecepatan pada section 1 (m/detik)
memperkirakan kavitasi berupa parameter tak V2 = kecepatan pada section 2 (m/detik)
berdimensi, merupakan hubungan antara gaya = tegangan geser (N/m)
pelindung terhadap kavitasi (ambient pressure) P = panjang keliling basah (m)
dan penyebab kavitasi (dynamic pressure) L= panjang section (m)
disebut indeks kavitasi. Perhitungan kavitasi h = kedalaman air (m)
dengan persamaan berikut: I = kemiringan saluran
Po Pv Ū = kecepatan rata-rata (m/s)
(18)
2
V0 Selanjutnya dibandingkan dengan
yang didapat dari grafik shield dan metode
2
P Po isbach. Jika maka butiran dasar
C p 2 (19) tidak bergerak. Sebaliknya jika ,
V
0 maka butiran dasar bergerak. Nilai dapat
2
dilihat pada grafik shield berikut.
dengan:
σ = indeks kavitasi
Po = ambient pressure (kPa) 1kPa =
1000 N/m2
= Pa + Pg
Pa = tekanan atmosfir (=101 kPa)
Pg = tekanan setempat (kPa) = . g . h
h = tinggi muka air (m)
Pv = tekanan uap (kPa)
= massa jenis cairan (kg/m3)
Vo = kecepatan aliran (m/dt)
Cp = koefisien kavitasi Gambar 8. Grafik Shield
σ1 = angka batas kavitasi Sumber: Ven Te Chow, 1985
Kriteria timbulnya kavitasi ditentukan dengan Perhitungan empirik gerusan setempat
syarat : dapat menggunakan pendekatan rumus sebagai
1. > 1 : tidak terjadi kavitasi berikut :
2. ≤ 1 : terjadi kavitasi Rumus Schoklitsch.
0,57
K .H 0, 2 .q
2.6. Gerusan Lokal S 0,32 dm (21)
D90
Gerusan local pada sistem pelimpah
terjadi pada saluran hantar hilir disebabkan Rumus Veronise.
oleh aliran yang mempunyai kecepatan yang S = ( K.He0,255. q0,54) – dm (22)
besar dan mempunyai dasar saluran yang
bergerak. dengan :
Perhitungan gerusan lokal pada bagian S = kedalaman gerusan (local scouring)
hilir dapat juga menggunakan persaamaan yang terjadi di hilir bangunan
momentum, dan dilakukan koreksi dengan H = jarak vertical antara muka air hulu
menggunakan grafik shield untuk menentukan dengan permukaan air di hilir
butiran pada tegangan geser ijin. Prinsip dasar bangunan
pendekatan hitungan dengan prinsip q = debit per satuan lebar (m3/detik.m)
momentum diuraikan sebagai berikut : dm = kedalaman aliran di hilir bangunan (m)
P 1 – P2 + W sin θ – Fa – PL = β.ρ.Q (V1 – V2) (20)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Selanjutnya didapatkan nilai Vz :
3.1. Pola Operasi 183,69
Sesuai dengan investigasi lapangan dan VZ 12,001 m/dt
31.0,494
berdasarkan desain konstruksi konsultan
perencanaan, pengujian perilaku hidrolika Bilangan froude (Fz) :
aliran di bangunan pelimpah diuji dengan
VZ 12,001
beberapa kondisi model. Masing-masing model FZ 5,453
seri tersebut diuji dengan beberapa variasi g.h Z 9,81.0,494
banjir rencana yaitu kondisi banjir rancangan
Q2 sebagai debit terkecil dan debit-debit banjir Elevasi lereng pelimpah = +114,0 m
Q5, Q10, Q25, Q50, Q100, Q1000, dan QPMF. Elevasi muka air = 114,0 + 0,494 = +114,494
m
Tabel 3.1. Data teknik debit banjir rancangan
Q2 s/d QPMF
Q Q Model
Debit
Prototipe Model
Rancangan
(m3/dt) (m3/dt) (lt/dt)
Q2 44,75 0.0025 2.53
Q5 82,94 0.0047 4.69
Q10 108,10 0.0061 6.12
Q25 148,84 0.0084 8.42
Q50 176,14 0.0100 9.96
Q100 183,69 0.0104 10.39
Q1000 307,49 0.0174 17.39 Gambar 9. Profil muka air mercu pelimpah.
QPMFHasil Perhitungan
Sumber: 768,23 0.0435 43.46
Fr = = = 10,225 = 21,272 N/m2
h2 1
1 8Fr 2 1
h1 2
Selanjutnya
dengan
= 21,272 N/m2 dibandingkan
yang didapat dari grafik shield
pada gambar 2.19. Nilai dari grafik shield
h2 1
1 8.10,22 2 1 = 8,00 N/m2 < sehingga maka butiran dasar
0,435 2 bergerak.
Perhitungan kedalaman gerusan
h2 = 6,075 m menggunakan metode schoklistch dan
Dengan nilai Fr = 26,55 maka tipe loncatan Veronise. Contoh perhitungannya sebagai
hidrolis yang terjadi adalah tipe loncatan tetap. berikut :
Data-data:
Q2th = 44.75 m3/det
B = 20 m
V = 3,07 m/det Pendekatan hitungan pada peredam
dm = 0,45 m energi menggunakan persamaan
H = 3.42 m momentum untuk perhitungan
D90 = 9 mm kedalaman konjugasi.
Maka : 2. Kondisi hidrolika aliran setelah perubahan
q = Q/B desain berdasarkan hasil uji model fisik
= 44.75/20 = 2,238 m3/det adalah sebagai berikut:
Metode Schoklitsch Pelimpah
S = 4,75( H0,2. q0,57)/( D0,32) – dm Model Pelimpah Overflow Bendungan
= 4,75( 3,420,2. 2,2380,57)/ ( 90,32) – 0,45 Ladongi mampu mengalirkan air pada
= 4,259 m semua debit rancangan yang diujikan
Metode Veronese tanpa menimbulkan overtopping. Dari
S = (1,9.He0,255. q0,54) – dm hasil model test didapatkan bahwa
= (1,9. 3,9000,255. 2,2380,54) – 0,45 elevasi muka air maksimum saat kondisi
= 3,703 m QPMF = 768,23 m3/det adalah +124,07
4. KESIMPULAN sehingga muka air waduk masih berada
Berdasarkan analisa perhitungan dan 1,73m di bawah elevasi puncak
pengujian pada model fisik Bendungan bendungan (batas toleransi freeboard
Ladongi dengan skala 1 : 50 yang dilakukan tidak boleh kurang dari 0,75m).
sesuai dengan rumusan masalah pada kajian
Saluran Transisi
ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal
Kapasitas Saluran Transisi dengan
sebagai berikut:
1. Pendekatan hitungan terhadap kondisi panjang 73,06m dan kemiringan 0,00
aliran yang terjadi adalah sebagai berikut: (datar) mampu mengalirkan dengan
Pelimpah aman pada
s/d QPMF semua
) yang debit rancangan
dioperasikan (Q2th
di model.
Perhitungan tinggi muka air Pada Piezometer yang terpasang pada
menggunakan metode USBR dan dasar saluran transisi, tidak menunjukan
Iwasaki. pada hasil pengujian adanya nilai negatif pada debit
mempunyai perbedaan dengan hitungan pengaliran debit banjir rancangan.
menggunakan metode USBR yaitu pada Dengan demikian tidak ada bahaya
Q100th = 4,07%, Q1000th = 3,65% dan kavitasi pada saluran transisi. Kemudian
QPMF = 0,27 % dengan menambahkan ambang/sill pada
Saluran transisi akhir saluran transisi setinggi 1.50 m
Pendekatan hitungan pada saluran (dari elevasi +114,00 menjadi +115.50),
transisi atas menggunakan metode dapat menghilangkan aliran silang (cross
tahapan standar dengan titik kotrol flow) pada saluran peluncur yang
pada ujung hilir saluran transisi dengan diakibatkan sudut perubahan penampang
kondisi kritis atau bilangan Froude sama (penyempitan dari 31.00 m menjadi
dengan 1 (satu). Dengan pendekatan 20.00 m) di saluran transisi sebesar
hitungan metode tahapan standar 7.83o.
memperoleh hasil pendekatan yang baik Saluran Peluncur
sehingga dapat dijadikan referensi untuk Dengan penambahan 2 (dua) aerator
memprediksi tinggi muka air dan pada section 18 dan antara section 21-22
kecepatan saluran transisi. hasilnya dapat menghilangkan tekanan
Saluran peluncur negatif pada section 24 saat pengaliran
Pendekatan hitungan pada saluran debit Q1000thyang semula -4,5 m menjadi
peluncur menggunakan metode tahapan positif 0,85 m. Hal ini menunjukkan
langsung dengan titik kontrol pada ujung bahwa fungsi dari kedua aerator sangat
hilir saluran transisi atas dengan kondisi efektif.
kritis atau bilangan Froude sama dengan Peredam Energi dan Saluran Pengarah
1 (satu) dan mengabaikan adanya 2 Hilir
(dua) aerator di saluran peluncur. Secara keseluruhan tinggi dinding
Peredam energi peredam energi USBR Tipe II masih
mampu menampung debit rancangan
Q100th yang lewat. Untuk saluran
pengarah hilir, penampang saluran Bangunan Pengatur Debit. Jakarta:
pengarah hilir sepanjang 143,69 m (B = Departemen Pekerjaan Umum.
20,00 m) berbentuk trapesium, cukup Anonim. 2016. Laporan Akhir Uji Model
efektif dalam mengalirkan debit yang Fisik Bendungan Ladongi Kabupaten
dioperasikan dengan kemiringan dasar Kolaka Timur Propinsi Sulawesi
saluran 0,00 (datar). Kondisi aliran pada Tenggara. Malang : Jurusan Pengairan
bagian ini adalah subkritis. FT UB.
3. Pada sungai di hilir saluran pengarah Chow, Ven Te. 1985. Hidrolika Saluran
ditemukan adanya gerusan lokal dari hasil Terbuka, terjemahan E.V. Nensi
pengamatan uji model fisik serta hasil dari Rosalina. Jakarta : Erlangga.
perhitungan dengan menggunakan Dake, J.M.K.. 1983. HidrolikaTeknik
persamaan momentum, dan selanjutnya (Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
dilakukan koreksi dengan menggunakan De Vries, M. 1987. Scalling Model Hydraulic.
grafik shield untuk menetukan butiran pada Netherland: IHE Published
tegangan geser ijin. Pada pengamatan, Falvey, Henry T. 1990. Cavitation in Chutes
gerusan terdalam terdapat pada section 36. and Spillways. United States Department
Selanjutnya kedalaman gerusan dihitung of The Interior : Bureau of Reclamation.
menggunakan metode Schoklitsch dan Patty, O.F. 1995. Tenaga Air. Surabaya:
Veronese. Hasil dari kedua metode tersebut Erlangga.
setelah dibandingan dengan hasil Peterka, A.J. 1984. Hydraulic Design of
pengamatan model maka di dapatkan Stilling Basins and Energy Dissipators.
metode Veronese yang lebih mendekati United States Department of The Interior
hasil pengamatan model. : Bureau of Reclamation.
Raju, K.G.R. 1986. Aliran Melalui Saluran
Saran
1. Berdasarkan perhitungan analitik dan uji Terbuka, terjemahan Yan Piter
model yang dilakukan, maka disarankan Pangaribuan B.E., M.Eng. Jakarta :
pendekatan hidrolika sebaiknya mengacu Erlangga.
pada uji model karena teori yang ada belum Sosrodarsono, Suyono dan Tekeda, Kensaku.
tentu dapat memenuhi kesesuaian kondisi di 1989. Bendungan Type Urugan. Jakarta
lapangan. : Erlangga.
2. Untuk pekerjaan detail desain perlu Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrolika II.
dilengkapi observasi muka air di lapangan Yogyakarta : Beta Offset.
dengan berbagai kondisi debit aliran guna Yuwono, Nur. 1996. Perencanaan Model
lebih memantapkan data fluktuasi muka air Hidraulik. Yogyakarta: Laboratorium
hilir (TWL). Hidraulik dan Hidrologi UGM.
3. Pada saluran peluncur atas dan peluncur
bawah, apabila tidak dilengkapi aerator,
maka peningkatan mutu beton sangat
dianjurkan.
4. Untuk keamanan alur sungai di hilir saluran
pengarah, perlindungan dengan groundsill
secara seri akan sangat efektif untuk
meredam penjalaran gerusan lokal. Oleh
karenanya rekomendasi bangunan
pengaman hasil model sangat diharapkan
untuk dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1987. Design of Small Dams. Oxford
& IBH Publishing CO. New Delhi
Bombay Calcutta.
Anonim. 2010. Standar Perencanaan Irigasi,
Kriteria Perencanaan, Bagian
Lampiran