Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS STABILITAS PADA

BENDUNG
oleh,
Dyah Wahyu, S.T. M. Eng

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
2019
PENDAHULUAN
• Dalam peninjauan stabilitas bendung, maka potongan-potongan yang
di tinjau adalah potongan I-I dan II-II karena merupakan struktur
utama dan terlemah.

Gambar 1. Potongan terlemah bendung


PENDAHULUAN
Asumsi dalam perhitungan stabilitas :
1. Titik lemah bendung terletak pada ambang ujung hilir bendung
yang memungkinkan terjadi geser dan guling
2. Stabilitas bendung ditinjau dalam beberapa kondisi : kondisi kosong,
kondisi normal dan kondisi banjir
Gaya-gaya yang bekerja pada bendung
1. Tekanan air
2. Tekanan lumpur
3. Gaya gempa
4. Berat sendiri bendung
5. Daya dukung (reaksi pondasi)
1. Gaya Berat
Merupakan berat konstruksi bendung, berarah vertical kebawah
yang garis kerjanya melewati titik berat konstruksi.

Gambar 2 Gaya berat konstruksi bendung


2. Gaya Gempa
Besar gaya gempa yang harus
diperhitungkan terhadap
konstruksi bendung adalah :
𝐾 =𝐸 𝑥 𝐺
 

K = Gaya gempa
G = Berat Bangunan (ton)
E = Koef Gempa
Gambar 3 Peta Zonasi Gempa Indonesia
3. Tekanan Lumpur
Apabila bendung sudah ber-exploitasi, maka akan tertimbun
endapan di depan bendung.

Gambar 4. Tekanan Lumpur


3. Tekanan Lumpur
Besar tekanan lumpur yang terjadi :

di mana :
Ps = Tekanan Lumpur
 = Sudut geser dalam. Umumnya diasumsikan 30 0
s = Berat jenis lumpur saat terendam (t/m3) = 1 t/m3.
h = Kedalaman lumpur (setinggi mercu bendung).
4. Gaya Hidrostatis
Ditinjau pada kondisi banjir dan muka air normal (air di muka setinggi
mercu dan di belakang kosong). Disamping itu di tinjau pula terhadap
pengaliran dimana mercu tenggelam dan mercu tidak tenggelam.

Gambar 4. Gaya Hidrostatis kondisi air normal dan Banjir


4. Gaya Hidrostatis
A. Mercu tidak tenggelam
Pada kondisi MAB mercu tidak tenggelam pada kondisi terdapat lapisan
air yang mengalir di atas mercu, tetapi karena lapisannya tidak tebal
dan kecepatannya besar maka untuk keamanan lapisan tidak
diperhitungkan.
B. Mercu tenggelam
Lapisan air di atas mercu sangat tebal sehingga harus diperhitungkan
tekanan hidrostatisnya
4. Gaya Hidrostatis

Gambar 5. Gaya Hidrostatis Kondisi Banjir


5. Uplift
Adalah tekanan air pada dasar bangunan. Harus dicari tekanan pada
tiap-tiap titik sudut, kemudian cari besarnya gaya yang bekerja pada
tiap-tiap bidang.

Gambar 6. Tekanan pada tiap titik sudut


5. Uplift
6. Rembesan
Rembesan air melalui tanah
disekitar bangunan diakibatkan
oleh beda tinggi energi pada
bangunan tsb.
Rembesan mengakibatkan :
• Tekanan ke atas
• Erosi bawah tanah/piping
• Tekanan aliran
6. 1 Teori Lane
Tabel 1. Harga-harga minimum angka rembesan Lane (CL)

Menyatakan : Energi yang Pasir sangat halus / lanau 8,5


dibutuhkan oleh air untuk Pasir halus 7
melewati jalan vertical lebih besar Pasir sedang 6
Pasir kasar 5
dari jalan horizontal dengan
Kerikil halus 4
perbandingan 3:1  Lv = 3 Lh Kerikil sedang 3,5
Kemiringan >45 o = vertikal Kerikil kasar termasuk berangkal 3
Bongkah dengan sedikit berangkal dan kerikil 2,5
Lempung lunak 3
Lempung sedang 2
CL = Angka rembesan Lane Lempung keras 1,8
Lv = Panjang vertical (m) Lempung sangat keras 1,6

Lh = Panjang horizontal
H = beda tinggi muka air
6. 2 Jaring-jaring aliran (flow net)

Dapat digambarkan sebagai jaring-jaring


yang terdiri dari garis-garis yang saling tegak
lurus

• Garis-garis aliran (flow lines) : garis


dimana partikel-partikel air mengalir dari
bagian yang mempunyai energi lebih tinggi
ke bagian yang energinya lebih rendah

• Garis-garis ekipotensial (equipotential lines) :


garis sepanjang mana energi potensialnya
sama (total head sama)
6. 2 Jaring-jaring aliran (flow net)
• Pembuatan flownet dilakukan dengan
coba-coba
• Garis ekipotensial dan garis aliran
harus berpotongan tegak lurus
• Perpotongan garis aliran dan
ekipotensial berbentuk bujur sangkar
• jumlah parit aliran = Nf, Jumlah
ekipotensial drop = Nd, Harga 1 (satu)
ekipotensial drop (Dh).
H
h 
Nd

U = hp x gw
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai