Dimana :
L adalah bentang pelat yang diukur dari pusat ke pusat tumpuan (meter);
Dengan nilai L adalah 1 meter, maka direncanakan dimensi tebal pelat beton
lantai kendaraan adalah sebagai berikut :
Ts > 100 + (40 x 1) mm
Ts > 140 mm
Maka dalam perencanaannya digunakan Ts = 200 mm. Untuk tebal perkerasan jalan
diambil asumsi dengan tebal 60 mm. sehingga didapatkan data perencanaan sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Properties Perencanaan Pelat Lantai Kendaraan
d4 6 Cm
d3 20 Cm
b1 1,5 M
L 50 M
λ 5 M
B 9 M
B + Trotoar 11 M
(Sumber : Penulis, 2019)
3.1.2. Pembebanan Pelat Lantai Kendaraan
Beban yang diterima oleh pelat lantai kendaraan adalah beban-beban
eksternal yang melalui jembatan dan dibedakan menjadi beban mati dan beban
hidup.
3.1.2.1. Beban Mati
Beban mati yang bekerja pada pelat lantai kendaraan adalah beban akibat
perkerasan jalan oleh aspal dan beban akibat berat struktur itu sendiri. Adapun
persamaan perhitungan pembebanannya adalah sebagai berikut :
- Beban Perkerasan Aspal
𝑞𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 = 𝑏1 𝑥 ℎ 𝑥 𝛾𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑥 K U
MS (3-3)
Sehingga didapatkan perhitungan beban mati pada pelat lantai kendaraan adalah
sebagai berikut :
- Aspal = 2245 × 1 × 0,06 × 1.3
= 175 kg/m
- Plat beton = 2320 × 1 × 0,2 × 1,3
= 603.2 kg/m
- Beban mati total = 175 + 603.2
= 778.2 kg/m
Setelah mendapatkan beban per meter akubat beban mati, langkah selanjutnya
adalah memperhitungkan momen yang diakibatkan oleh beban mati dengan
persamaan sebagai berikut :
1
Mc = 8 × 𝑄𝑚 × 𝑏12 (3-6)
Dimana :
Qm adalah beban total beban mati (kN/m)
B1 adalah jarak antar balok memanjang (meter)
Sehingga didapatkan nilai momen maksimum adalah sebagai berikut :
1
Mc = 10 × 778.2 × 12
Mc = 77.82 kg.m
3.1.2.2. Beban Hidup
Beban hidup yang diperhitungkan pada perencanaan pelat lantai kendaraan
hanya beban hidup akibat beban truk dengan persamaan sebagai berikut :
TU = T × (1 + DLA) × load factor (3-7)
Dimana :
T adalah adalah 112.5 kN atau 11467.9 Kg
Sehingga didapatkan perhitungan beban hidup akibat truk adalah sebagai berikut :
= 263.25 kN
= 26844.03 Kg/m
Dimana :
S adalah sampel 1 meter di pelat lantai kendaraan (meter)
T adalah nilai sebesar 112.5 kN.
Sehingga didapatkan nilai momen maksimum akibat beban hidup truk adalah
sebagai berikut :
1+0.6
M = 0.8 × 10
𝑥 11467.9
= 1467.89 kg.m
Sehingga didapatkan momen total akibat beban mati dan beban hidup sebesar
1545.71 kg.m
3.1.3. Perencanaan Tulangan Pelat
Dalam perencanaan tulang dibutuhkan beberapa data perencanaan pelat lantai
kendaraan berupa spesifikasi beton yang digunakan sebagai berikut :
- Tebal selimut beton adalah 40 mm
- Tebal pelat lantai adalah 200 mm.
- Faktor reduksi kekuatan (φ) adalah 0.8
Dan didapatkan data perencanaan lainnya menggunakan persamaan sebagai
berikut :
0.85 𝑥 ϐ1 𝑥 𝑓′ 𝑐 600
𝜌𝑏𝑎𝑙 = ( × ) (3-9)
𝐹𝑦 600+𝑓𝑦
400
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0.0018 𝑥 (3-10)
𝑓𝑦
Dimana :
𝜌𝑏𝑎𝑙 adalah rasio tulangan balok
𝜌𝑚𝑖𝑛 adalah rasio tulangan minimum
𝜌𝑚𝑎𝑥 adalah rasio tulangan maksimum
F’c adalah kuat tekan rencana balok sebesar 35 Mpa
Fy adalah tegangan leleh balok rencana sebesar 390 Mpa
Sehingga didapatkan data perencanaan tulangan pelat sebagai berikut :
0.85 𝑥 0.77 𝑥 35 600
𝜌𝑏𝑎𝑙 = ( × 600+390)
390
= 0.035
400
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0.0018 𝑥
390
= 0.0019
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0.75 𝑥 0,035
= 0.0263
Selanjutnya adalah menentukan jarak antara titik pusat tulangan dengan permukaan
pelat lantai kendaraan (dx) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Dx = t – selimut beton – (0.5 x ф) (3-12)
Dimana :
t adalah tebal pelat beton (200 mm)
selimut beton (40 mm)
ф adalah diameter tulangan yang dipakai (15 mm)
Sehingga didapatkan nilai dx adalah sebagai berikut :
dx = 200 – 40 – (0.5 x 15)
= 152.5 mm
Setelah mendapatkan nilai dx, langkah selanjutnya adalah menentukan momen
nomina (Mn) yang dibutuhkan dalam perencanaan tulangan pelat dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑀𝑢
𝑀𝑛 = φ
(3-13)
Dimana :
Mu adalah momen ultimit akibat beban truk dan beban mati (N.mm)
Φ adalah faktor reduksi kekuatan
Sehingga didapatkan nilai momen nomina (Mn) adalah sebagai berikut :
15158236.9715
𝑀𝑛 =
0.8
= 18947796.21 N.mm
Setelah mendapatkan momen nomina (Mn) langkah selanjutnya adalah menentukan
kuat tekan rencana dengan persamaan sebagai berikut :
𝑀𝑢
Rn = (3-14)
φ x b x 𝑑𝑥 2
Dimana :
b adalah lebar tinjauan sebesar 1 meter
dx adalah jarak titik pusat tulangan dengan permukaan pelat
Sehingga didapatkan nilai kuat rencana adalah sebagai berikut :
15158236.9715
Rn =
0.8 x 1000 x 152.52
= 0.81 N/mm2
Setelah mendapatkan kuat rencana, langkah selanjutnya adalah menentukan rasio
tulangan perlu (ρperlu) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
1 2 𝑥 𝑚 𝑥 𝑅𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝑥 (1 − √1 − ) (3-15)
𝑚 𝑓𝑦
Dimana :
𝐹𝑦
m adalah = 13.92
0.80 𝑥 𝑓′𝑐
= 0.00211
Jika dibandingkan makan nilai 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 > 𝜌𝑚𝑖𝑛 sehingga rasio perbandingan
tulangan yang digunakan adalah rasio tulangan perlu sebesar 0.00211.
Setelah mendapatkan nilai rasio tulangan, langkah selanjutnya adalah
menentukan luar penampang tulangan yang dibutuhkan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
As perlu = 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑𝑥 (3-16)
√𝑓′ 𝑐
2
Vc = (1 + (ϐ𝑐 )) 𝑥 ( 6
) 𝑥 𝑏0 𝑥 𝑑 (3-19)
Dimana :
Vn adalah gaya geser akibat beban terfaktor (kN)
Vc adalah kuat geser nominal (kN)
b0 adalah keliling penampang kritis yakni 750 mm
ϐ𝑐 adalah rasio sisi terpanjang terhadap sisi terpendek daerah beban terpusat yakni 2.5
Sehingga didapatkan nilai geser beban terfaktor dan geser nomina sebagai berikut :
Vn = 112.5 x 1.8
= 202.5 kN
2 √35
Vc = (1 + (2.5 )) 𝑥 ( ) 𝑥 750 𝑥 200
6
= 266223.59 N = 266.224 kN
Dari perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Vn ≤ Vc yang
mengartikan bahwa pelat lantai kendaraan mampu menahan geser akibat roda
tengah truk.
3.1.4.1. Akibat Roda Depan Truk
Dengan nilai Vn sebesar 45 kN, beban akibat roda depan truk memiliki nilai
rasio sisi beban terpusat (ϐ𝑐)yakni 0.625 dan keliling penampang kritis (b0) adalah
126.2 mm sehingga nilai geser nominal adalah sebagai berikut :
2 √35
Vc = (1 + (0.625 )) 𝑥 ( ) 𝑥 126.2 𝑥 200
6
= 104525 N = 104.525 kN
Dari perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Vn ≤ Vc yang
mengartikan bahwa pelat lantai kendaraan mampu menahan geser akibat roda
depan truk.
Dimana ;
Mc adalah momen yang berada di titik c (kg.m)
Qm adalah total beban mati merata pada penampang (kg/m)
𝜆 adalah jarak antar gelagar melintang (meter)
Sehingga didapatkan nilai momen maksimum adalah sebagai berikut :
1
Mc = 8 × 919.81 × 52
= 2874.41 kg/m
b. Gaya reaksi balok
Gaya reaksi yang terjadi pada balok terhadap beban mati pada titik A dan titik
B pada gambar (3.1) dapat diperoleh melalui persamaan sebagai berikut :
1
Vd = 2 × 𝑄𝑚 × 𝜆 (3-24)
Dimana ;
Vd adalah gaya reaksi perletakan (kg)
Sehingga gaya reaksi balok adalah sebagai berikut :
1
VA = VB = 2 × 𝑄𝑚 × 𝜆
1
= 2 × 919.81 × 5
= 2299.525 kg
3.2.4. Beban Hidup
3.2.4.1 Beban Terbagi Rata
Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya q
tergantung pada panjang total yang dibebani “L” seperti berikut:
L ≤ 30 m : q = 9,0 kPa (3-25)
Dimana;
q adalah intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan;
L adalah panjang total jembatan yang dibebani (meter);
1 kPa = 0,001 MPa = 0,01 kg/cm2;
Untuk perhitungan L < 30 m, maka perhitungan beban merata menggunakan
persamaan sebagai berikut:
qL = 9 𝑘𝑃𝑎 × 𝑏1 (3-27)
Sehingga didapatkan besar beban merata beban hidup adalah sebagai berikut :
- qL1 =9 ×1
= 9 kN/m
- qUDL1 = 9 × 1.8
= 16.2 kN/m = 1651.38 kg/m
1
- M UDL = × 𝑄𝑚𝑡𝑜𝑡 × 𝜆2
8
1
= 8 × 1651.38 × 52
= 1032.11 kg.m
3.2.4.2. Beban garis (BGT)
Beban garis (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus
terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m.
Sehingga untuk perhitungan BGT dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
PKEL = 49 × 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 × (1 + 𝐷𝐿𝐴) × 𝑏1 (3-29)
Dimana :
Faktor beban adalah 1.8
DLA adalah koefisien dinamis 30%
b1 adalah jarak antar gelagar memanjang
Sehingga didapatkan hasil beban garis adalah sebagai berikut :
P KEL = 49 × 1.8 × (1 + 0,4) × 1
= 123.48 kN/m = 12587.156 kg/m
Setelah mendapatkan nilai beban garis dan beban merata akibat beban
hidup, langkah selanjutnya adalah mencari nilai momen maksimal yang diakibatkan
oleh beban BTR dan beban BGT. Seperti dalam persamaan momen maksimum
terjadi pada titik C bentang sehingga momen maksimum yang ditimbulkan oleh
beban BTR dan BGT dapat ditentukan melalui persamaan sebagai berikut :
1 1
Mc = (8 × 𝑞𝑈𝐷𝐿 × 𝜆2 ) + (4 × 𝑃𝐾𝐸𝐿 × 𝜆) (3-30)
Dimana :
qUDL adalah beban merata akibat beban hidup
PKEL adalah beban akibat beban garis
Maka didapatkan nilai momen maksimum (Mc) adalah sebagai berikut :
1 1
Mc = (8 × 1651.38 × 52 ) + (4 × 12587.156 × 5)
Dimana :
Faktor Beban adalah 1.8;
1
MTr = 4 × 𝑇𝑟 × 𝐿 (3-32)
Dimana :
Sehingga didapatkan nilai momen maksimum akibat beban truk adalah sebagai
berikut :
1
MTr = 4 × 26834.9 × 5
= 33543.578 kg.m\
3.2.5 Kontrol Terhadap Geser
Kontrol geser yang digunakan adalah beban geser ultimit yang berada dekat
dengan perletakan. Adapun beban geser yang diperhitungkan dibagi menjadi dua
bagian yakni sebagai berikut :
a. Geser akibat beban mati dan beban garis serta beban merata
Untuk mendapatkan nilai geser akibat beban mati dan beban hidup garis
serta beban merata (KEL dan UDL) digunakan persamaan sebagai berikut :
Vu = 𝑃𝑘𝑒𝑙 + (0.5 × 𝑞𝑈𝐷𝐿 × 𝜆 ) + (0.5 × 𝑄𝑚 × 𝜆) (3-33)
sebagai berikut :
Vn = 0.6 × 𝐹𝑦 × 𝐴𝑤 (3-37)
𝐴𝑤 = 𝑑 × 𝑡𝑤 (3-38)
Sehingga didapatkan nilai geser nomina (Vn) adalah sebagai berikut :
Vn = 0.6 × 250 × 488 × 11
Vn = 724680 kg
Setelah mendapatkan nilai geser ultimit maksimal dan nilai geser nomina, maka
dilakukan pengecekan terhadap geser dengan persamaan berikut :
Vu ≤ фVn
29134.39 ≤ 0.9 x 805200
29134.39 ≤ 724680
Sehingga dari persamaan pengecekan diatas, dapat disimpulkan bahwa profil
penampang balok memanjang mampu menahan beban geser yang terjadi pada
balok memanjang.
Dengan menggunakan data dimensi pada tabel 3.1 didapatkan perhitungan sebagai
berikut didapatkan perhitungan sebagai berikut :
396 1680
≤
11 √254.93
300 170
≤
2 𝑥 11 √250
8.33 ≤ 10.65 ……….(OK)
Dan didapatkan perbandingan Mu dan Mn sebagai berikut :
Mn = Mp = Zx . fy
= 0.0031 . 25492905.3
= 79028 kg/m
20394324259.56
Lp = 1.76 × 0.0704 × √ 25492905.32
Lp = λ = 3.50453 meter
𝑋𝐼
Lr = 𝑖𝑦 × (𝑓𝑦−𝑓𝑟 ) × √1 + √1 + 𝑋2 (𝑓𝑦 − 𝐹𝑟)^2
Dimana :
𝜋 𝐸𝐺𝐽𝐴 1 1
XI = 𝑆𝑥 × √ ………………. J = 2 × 3 𝑏 × 𝑡 3 + 3 𝑑 × 𝑡 3
2
XI = 1782116919.77 kg/m2
𝑆𝑥 2 𝐼𝑤 2
X2 = 4 × (𝐺.𝐽) 𝑥 ……… Iw = 𝐼𝑦 × (ℎ′)4
𝐼𝑦
0.00291 2 0.0000044787
=4×( ) 𝑥
16360.7 0.0000811
= 0.00000000000000699 m4/kg2
Sehingga nilai Lr adalah sebagai berikut :
Lr = 0.0704 × (1782116919.77
18492905.32
) × √1 + √3.390
Lr = 11.435 meter
Ma Mc
Mb
12.5 𝑀𝑚𝑎𝑥
𝐶𝑏 = ≤ 2.3
2.5 𝑀𝑚𝑎𝑥 + 3 𝑀𝑎 + 4𝑀𝑏 + 3 𝑀𝑐
12.5 (2847.41)
𝐶𝑏 = ≤ 2.3
2.5 (2847.41) + 3 (1437.20) + 4(2847.41) + 3 (1437.20)
Cb = 1.3158 ≤ 2.3
𝐿𝑟−𝐿𝑏
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 x (Mr + (Mp − Mr) x 𝐿𝑟−𝐿𝑝
11.435 − 5
𝑀𝑛 = 1.1578 x (53814. .35 + (79028 − 53814.35) x
11.435 − 3.50453
Mn = 97728.525 kg.m
Karena dimensi balok memanjang merupakan penampang kompak, maka :
Mn = Mp = 97728.525 kg.m
фMn > Mu
FT = 0.00268 meter
Jika dibandingkan, maka lendutan yang akan ditinjau adalah lendutan
terbesar (Fmax) akibat beban hidup, yakni lendutan akibat beban truk sebesar
0.00268 meter.
Langkah selanjutnya adalah menentukan besar nilai lendutan yang diizinkan
dalam perencanaan dengan persamaan sebagai berikut :
1
Fizin = 500 x 𝜆
1
Fizin = 500 x 5
Fizin = 0,010 meter
Setelah mendapatkan lendutan yang terjadi dan lendutan yang diizinkan,
langkah selanjutnya adalah pengecekan dengan syarat yang telah ditentukan yakni
sebagai berikut :
Fmax < Fizin
0.003 meter < 0.010 meter
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa lendutan yang terjadi pada profil
balok memanjang memenuhi izin lendutan yang telah disyaratkan.
3.4 Perhitungan Ikatan Angin
𝑉10 𝑍
VDZ = 2.5 𝑉𝑜 ( ) In ( )
𝑉𝐵 𝑍𝑜
EWs Tekan = PD x Ab
= 247662.63 N
EWs Tekan = PD x Ab
= 123831.31 N
EWs Tekan = PD x Ab
= 247662.63N
- Angin tekan pada permukaan datar
PB = 0.0019 Mpa
𝑉𝐷𝑍 2
PD = 𝑃𝐵 ( )
𝑉𝐵
= 0.001613714 Mpa
EWs Tekan = PD x Ab
= 196066.25 N
= 32066.26318 N
- Rc = n x Wb
= 320662.63 N
e. Perhitungan reaksi batang ikatan angin
- α = 65.56o
- 0 = Rc - Wb/2 - D1 x Sinα
D1 atau Pu = 333657.72 N
f. Perhitungan spec minimum ikatan angin
- Perhitungan r
KL
< 200
r
𝑟 > 39.26 mm
𝐿 = √ 𝑙 2 + λ2 = 12083.04 mm
Kc (jepit-jepit) = 0.65
𝐸
𝑟 ≥ 𝑘𝐿/4.71 √
𝑓𝑦
𝑟 ≥ 58.95 mm
- Perhitungan Ag
Pu = Fcr x Ag
ɸ = 0.9
π2 E
Fe = = 111.22 Mpa
KL 2
(r)
Fy
Fcr = (0.658Fe ) Fy = 97.58 Mpa
𝑃𝑢
Ag = = 3799.23 mm2
ɸFcr
= 37.99 cm2
g. Menentukan Profil Ikatan Angin
Profil IWF 150x150x7x10 dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Ag = 4014 mm2
- Ix = 1640 cm4
- Iy = 563 cm4
- rx = 6.39 cm
- ry = 3.75 cm
- Sx = 219 cm3
- Sy = 75.1 cm3
- r = 11 mm
h. Kontrol Batang Tarik
- Kontrol Leleh
ϕPn = ϕ x Fy x Ag
ϕ = 0.9
ϕ Pn = 903150 N
Pu = 333657.72 ≤ ϕ Pn = 903150 …Ok
- Kontrol Putus
ϕPn = ϕ x Fy x Ae
ϕ = 0.75
Ae = 0.85 x Ag
= 3411.9
ϕ Pn = 639731.25 N
Pn = 333657.7221 ≤ ϕ Pn = 639731.25 …Ok
i. Kontrol Batang Tekan
π2 E
Fe = = 130.66 Mpa
KL 2
( rx )
Fy
Fcr = (0.658Fe ) Fy = 112.2399767 Mpa
Pn = ф x Fcr x Ag
= 405478.13 N
Pu = 333657.72 < Pn = 405478.13 …Ok
j. Kontrol Block Shear
Agv = 40 x tf = 400 mm
Anv = (40 − (1.5 x ϕper`lemahan))x tf
= 355 mm
Agt = 35 x tf
= 350 mm
Ant = (35 − (0.5 x ϕperlemahan))x tf
= 335 mm
Ubs (merata) = 1
Putus Tarik = Ubs x fu x Ant = 137350 N
Putus Geser = 0.6 x fu x Anv = 87330 N
Kapasitas Block Shear
Rn = 0.60 x Fy x Agv + Ubs x Fu x Ant
= 197350 N
Putus Tarik = 137350 < Kapasitas Block Shear = 197350 …OK
Putus Geser = 87330 < Kapasitas Block Shear = 197350 …OK
𝑉 𝑍
VDZ = 2.5 𝑉𝑜 ( 𝑉10 ) In (𝑍 )
𝐵 𝑜
EWs Tekan = PD x Ab
= 339772.41 N
EWs Tekan = PD x Ab
= 169886.205 N
EWs Tekan = PD x Ab
= 339772.41 N
EWs Tekan = PD x Ab
= 268986.49 N
= 49771.55125 N
- Rc = n x Wb
= 398172.41 N
e. Perhitungan reaksi batang ikatan angin
- α = 65.56o
- 0 = Rc - Wb/2 - D1 x Sinα
D1 atau Pu = 408857.2118 N
f. Perhitungan spec minimum ikatan angin
- Perhitungan r
KL
< 200
r
𝑟 > 39.26 mm
𝐿 = √ 𝑙 2 + λ2 = 12083.04 mm
Kc (jepit-jepit) = 0.65
𝐸
𝑟 ≥ 𝑘𝐿/4.71 √
𝑓𝑦
𝑟 ≥ 58.95 mm
- Perhitungan Ag
Pu = Fcr x Ag
ɸ = 0.9
π2 E
Fe = = 111.22 Mpa
KL 2
(r)
Fy
Fcr = (0.658Fe ) Fy = 97.58 Mpa
Pu
Ag = = 4655.49 mm2
ɸFcr
= 46.55 cm2
g. Menentukan Profil Ikatan Angin
Profil IWF 175 x 175 x 7.5 x 11 dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Ag = 5121 mm2
- Ix = 2880 cm4
- Iy = 984 cm4
- rx = 7.5cm
- ry = 4.38cm
- Sx = 330 cm3
- Sy = 112cm3
- r = 12 mm
h. Kontrol Batang Tarik
- Kontrol Leleh
ϕPn = ϕ x Fy x Ag
ϕ = 0.9
ϕ Pn = 1152225 N
Pu = 408857.21 ≤ ϕ Pn = 1152225 …Ok
- Kontrol Putus
ϕPu = ϕ x Fy x Ae
ϕ = 0.75
Ae = 0.85 x Ag
= 4352.85
ϕ Pn = 816159.375N
Pu = 408857.2118 ≤ ϕ Pn = 816159.375…Ok
i. Kontrol Batang Tekan
π2 E
Fe = = 180.00 Mpa
KL 2
( )
rx
Fy
Fcr = (0.658Fe ) Fy = 139.78 Mpa
Pn = ф x Fcr x Ag
= 644278.10 N
Pu = 408857.2118 < Pn = 644278.10 …Ok
j. Kontrol Block Shear
Agv = 40 x tf = 440 mm
Anv = (40 − (1.5 x ϕper`lemahan))x tf
= 390.5 mm
Agt = 35 x tf
= 385 mm
Ant = (35 − (0.5 x ϕperlemahan))x tf
= 368.5 mm
Ubs (merata) = 1
Putus Tarik = Ubs x fu x Ant = 151085 N
Putus Geser = 0.6 x fu x Anv = 96063 N