ABSTRAK
Indonesia sebagai suatu negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata
pencaharian pada sektor pertanian. Salah satu peluang usaha peningkatan produksi pangan adalah
pemanfaatan lahan kering. Pada lahan kering, irigasi dilakukan dengan memberikan air langsung
kebawah permukaan tanah (subsurface irrigation method) atau dengan cara menyiram yang dilakukan
dengan pancaran/curah (sprinkler irrigation).
Perencanaan irigasi sprinkler menggunakan satu jenis sprinkler yaitu sprinkler tiga nozzle
yang memiliki radius pembasahan 360⁰. Dipasang pada jaringan irigasi sprinkler seri, dengan jarak
untuk masing-masing sprinkler yaitu 3 m. Penelitian ini akan meneliti luas pembasahan akibat
pengaruh tiap-tiap beda ketinggian dudukan/penyangga tandon, dimana ketinggian
dudukan/penyangga tandon yang digunakan adalah 500 cm, 450 cm, dan 400 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian tandon sangat mempegaruhi jarak sebaran air
yang dihasilkan. Jarak sebaran air terjauh antara (326-353) cm yang terjadi pada ketinggian dudukan
tandon 500 cm, sedangkan jarak sebaran air terpendek antara (263-290) cm yang terjadi pada
ketinggian dudukan tandon 400 cm. Ketinggian dudukan tandon juga berpengaruh terhadap kinerja
dari sprinkler, debit pipa, kehilangan tenaga, dan kecepatan aliran air.
1
1. PENDAHULUAN b. Berapakah besar koefisien keseragaman
sebaran air dari sprinkler untuk tiap-tiap beda
1.1 Latar Belakang ketinggian dudukan/penyangga tandon?
Indonesia sebagai suatu negara agraris c. Berapa besar debit, kehilangan tenaga, dan
dimana sebagian besar penduduknya memiliki kecepatan aliran air yang terjadi pada saluran
mata pencaharian pada sektor pertanian. pipa lateral untuk tiap-tiap beda ketinggian
Indonesia diharapkan menjadi negara yang dudukan/penyangga tandon?
mampu berswasembada pangan. Usaha tani ini
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti 1.3 Tujuan Penelitian
kondisi lahan, luas lahan, jenis tanaman, modal, Adapun tujuan yang hendak dicapai dari
sarana produksi dan sebagainya, termasuk penelitian ini adalah:
budaya petani. Untuk mencapai keberhasilan 1. Untuk mengetahui luas pembasahan (radius
pengembangan suatu usaha tani, rupanya pembasahan) yang dihasilkan oleh pengaruh
peranan manusia sebagai pengelola sangat tiap-tiap beda ketinggian dudukan/penyangga
menentukan. tandon,
Salah satu peluang usaha peningkatan 2. Mengetahui koefisien keseragaman sebaran
produksi pangan adalah pemanfaatan lahan air dari sprinkler yang dihasilkan pada tiap-
kering. Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki tiap beda ketinggian dudukan/penyangga
potensi daerah lahan kering mencapai 83.25% tandon,
dari luas datarannya dengan berbagai jenis 3. Mengetahui besar debit, besar kehilangan
penggunaannya, sedangkan sisanya 16,75% tenaga, dan kecepatan aliran air yang terjadi
berupa lahan basah (sawah, rawa, waduk, dan pada saluran pipa lateral untuk tiap-tiap beda
perikanan). ketinggian dudukan/penyangga tandon.
Untuk menunjang produktifitas lahan
kering maka diperlukan suatu sistem jaringan 2. DASAR TEORI
irigasi. Pada lahan kering, irigasi dilakukan
dengan memberikan air langsung kebawah 2.1 Landasan Teori
permukaan tanah (subsurface irrigation method) 2.2.1 Aliran dalam Pipa
atau dengan cara menyiram yang dilakukan Pipa adalah saluran tertutup yang
dengan pancaran/curah (sprinkler irrigation). biasanya berpenampang lingkaran, dan
Komponen irigasi pancar di lapangan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan
umumnya terdiri dari unit utama (head unit) tampang aliran penuh. Fluida yang dialirkan
berupa sistem pompa, pipa utama (main line), melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas, dan
pipa peninggi, pipa lateral, dan alat aplikasi. tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari
Namun, penggunaan sistem pompa ini dirasakan tekanan atmosfer. Apabila zat cair didalam pipa
cukup memberatkan bagi para petani karena tidah penuh maka aliran termasuk aliran saluran
membutuhkan biaya yang cukup besar dan terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas,
pemeliharaannya yang tidak mudah dalam maka fluida yang dialirkan adalah zat cair
penerapannya. Oleh karena itu perlu adanya (Triatmodjo, 2003).
sistem alternatif pengganti untuk sistem irigasi
pancar sprinkler konvensional yang lebih 2.2.2 Debit Air
memasyarakat, dalam hal ini dengan Q= (2.1)
penggunaan tandon air sebagai sumber air
bertekananan sebagai penggati pompa. dengan:
Mengacu pada hal di atas maka Q = debit aliran (m3/det),
diperlukan suatu penelitian untuk dapat
mengetahui luas pembasahan yang dihasilkan. V = volume wadah (m3),
Penelitian ini akan meneliti luas pembasahan t = lama waktu untuk memenuhi volume
akibat pengaruh tiap-tiap beda ketinggian wadah yang digunakan (det)
dudukan/penyangga tandon. Adapun judul tugas
akhir ini adalah “Pengaruh Tinggi Tandon
Terhadap Luas Pembasahan Pada Irigasi 2.2.3 Kecepatan Aliran
Pancar (Sprinkler Irrigation)”. V= (2.2)
dengan :
1.2 Rumusan Masalah
V = kecepatan aliran (m/det)
Berdasarkan uraian di atas masalah
Q = debit aliran (mᶟ/det)
yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :
A = luas penampang pipa (mᶟ)
a. Bagaimana pengaruh tiap-tiap beda
ketinggian dudukan/penyangga tandon
terhadap luas pembasahan (radius
pembasahan)?
2
2.2.4 Keseragaman Sebaran Air Re = angka Reynolds
V = kecepatan aliran (m/det)
∑| | D = diameter pipa (m)
CU = 100 1− .
(2.3)
v = viskositas kinematic (kekentalan
dimana : kinematic) (m²/det).
CU = koefisien keseragaman Tabel 2.1 Sifat-sifat air pada tekanan atmosfer
P ersiapa n :
1. S tudi P usta ka
2. P er sia pan ala t dan ba han
- Ta ndon
- P ipa
- Air dll.
D esain Ja ringan
Ru nning awal
Ya
P r oses Pe ngujia n
b. Dudukan/penyangga tandon,
c. Selang, digunakan untuk menyalurkan air dari Gambar 3.4 Langkah-langkah pelaksanaan
kran ke tandon, penelitian.
d. Pipa paralon/PVC ∅ ½” = 1.27 cm,
e. Sambungan L ∅ ½” = 1.27 cm, 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
f. Sambungan T ∅ ½” = 1.27 cm,
g. Ember plastik digunakan untuk menampung 4.1 Debit Pipa
air pada pengukur kecepatan aliran pada Langkah-langkah dalam menganalisa debit pipa
pipa, terdiri dari :
h. Alat tulis digunakan untuk mencatat data-data 4.1.1 Pengukuran Volume Wadah.
dari hasil pengukuran, Dari pengukuran yang dilakukan didapat
i. Stop watch, digunakan untuk menghitung diameter ember 20.5 cm dan tinggi ember 17 cm.
durasi pengaliran yang direncanakan, Setelah didapatkan diameter dan tinggi ember
j. Meteran, digunakan untuk mengukur panjang maka volume ember bisa dihitung .
pipa dan luas pancaran yang dihasilkan, Perhitungannya sebagai berikut :
k. Alat dokumentasi, untuk mendokumentasikan - Diameter mulut ember (D) = 20.5 cm
jalannya penelitian - Diameter dasar ember = 15 cm
- Tinggi ember = 17 cm
3.4 Spesifikasi Sprinkler - Jari-jari (A1) = 10,25 cm
Sprinkler yang digunakan pada penelitian - Jari-jari (A2) = 7,5 cm
ini adalah sprinkler yang memiliki tiga buah Maka volume ember tersebut adalah :
nozzle dengan merek sellery yang terbuat dari
bahan yang dilapisi baja dan merupakan lisensy Volume ember = xt
California U.S.A. Sprinkler yang digunakan dapat , , ( , , )
= x 17
di lihat pada Gambar 3.3 berikut:
= 4305,43 cm
5
untuk memenuhi wadah. Dimana semakin tinggi dudukan tandon maka semakin kecil pula debit
ketinggian tandon maka semakin kecil waktu pipa yang dikeluarkan.
yang dibutuhkan air pada pipa untuk memenuhi
wadah, sebaliknya semakin rendah ketinggian 4.2 Analisa Kecepatan Air pada Pipa (V)
tandon maka semakin besar waktu yang Oleh karena pada penelitian ini diameter
dibutuhkan air pada pipa untuk memenuhi pipa yang digunakan adalah ½” (1.27 cm) maka
wadah. Atau dapat dikatakan ketinggian tandon untuk memperoleh luas penampang pipa (A) di
berbanding terbalik dengan waktu rata-rata hitung dengan menggunakan persamaan berikut:
pengisian wadah oleh air pada pipa. A=
Dari data yang ada, di ambil satu contoh
perhitungan untuk mendapatkan besarnya debit = x 1.27 = 1.267 cm
pipa, misalnya pada Tabel 4.1 diketahui untuk
sprinkler 1 pada ketinggian 500 cm waktu rata- Contoh perhitungan untuk mendapatkan
ratanya adalah 14.86 detik dan volume wadah kecepatan air pada pipa, untuk spinkler 1 pada
yang digunakan adalah 4305,43 cm³. ketinggian 500 cm besar debit pipa adalah
Maka untuk mendapat debit pipa 289,733 cm³/dtk dan luas penampang pada pipa
digunakan persamaan 2.1 sebagai berikut: adalah 1.267 cm , maka untuk mendapatkan
kecepatan air pada pipa digunakan persamaan
Q= =
2-1 sebagai berikut :
,
= = 289,733 cm³/dt
. V= =
Selanjutnya, hasil perhitungan debit pipa dari
data waktu pemenuhan wadah dapat di lihat ,
= = 228,676 cm/dt
pada tabel berikut ini: .
Hasil perhitungan debit pipa disajikan pada tabel Berikut ini adalah hasil perhitungan kecepatan air
berikut ini : pada pipa yang disajikan dalam Tabel 4.5, 4.6,
Tabel 4.2 Debit Pipa untuk Sprinkler 1
Ketinggian Volume Waktu Tabel 4.7 Kecepatan Aliran Air pada Pipa untuk Sprinkler 3
Debit Pipa
No Tandon Wadah Rata-rata
Luas Kecepatan
(cm) (cm³) (detik) (cm³/dtk) Ketinggian
Debit Pipa Penampang Aliran air pada
1 500 4305,43 25,93 166,040 No Tandon
Pipa (A) Pipa
2 450 4305,43 27,16 158,521
(cm) (cm³/dtk) (cm²) (cm/dtk)
3 400 4305,43 28,68 150,120
Sumber : Hasil Perhitungan 1 500 166,040 1,267 131,050
2 450 158,521 1,267 125,115
3 400 150,120 1,267 118,484
Dari Tabel 4.2, 4.3, dan 4.4 di atas Sumber : Hasil Perhitungan
terlihat bahwa debit pipa terbesar terjadi pada Pada Tabel 4.5, 4.6, dan 4.7 di atas
ketinggian tadon 500 cm sedangkan debit pipa terlihat bahwa kecepatan aliran terbesar terjadi
terkecil terjadi pada ketinggian tandon 400 cm. pada ketinggian tandon 500 cm sedangkan
Hubungan antara ketinggian tandon kecepatan aliran terkecil terjadi pada ketinggian
dengan debit pipa dapat di lihat pada Gambar tandon 400 cm pada luas penampang yang
4.3 di bawah ini : sama. Kecepatan aliran pada pipa sangat
dipengaruhi oleh debit pipa, dimana semakin
besar debit pipa maka kecepatan aliran air pada
pipa juga besar dan sebaliknya. Atau dapat
dikatakan kecepatan aliran pada pipa berbanding
lurus dengan debit pipa.
Grafik hubungan antara ketinggian
tandon dengan kecepatan air pada pipa dapat
Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Ketinggian dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.
Tandon dengan Debit Pipa
6
Tabel 4.8 Perhitungan Angka Reynolds dan Koefisien Gesekan untuk
Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara Ketinggian Sprinkler 1
(diameter ½ inchi)
Tandon dengan Kecepatan Air pada Pipa. No
Ketinggian Kecepatan Viskositas
Tandon Aliran Air
Angka
Kinematik Reynolds
Sifat
Aliran
Koefisien
Gesekan
(cm) (cm/dtk) (cm²/dtk)
1 500 228,676 0,01 29041,89 Turbulen 0,0242
2 450 226,090 0,01 28713,40 Turbulen 0,0243
Pada Gambar 4.4 tersebut terlihat bahwa 3 400 212,118 0,01 26938,98 Turbulen 0,0247
Sumber : Hasil Perhitungan
ketinggian tandon sangat berpengaruh terhadap
kecepatan aliran air pada pipa, dimana semakin Tabel 4.9 Perhitungan Angka Reynolds dan Koefisien Gesekan untuk
Sprinkler 2
pipa. Tabel 4.10 Perhitungan Angka Reynolds dan Koefisien Gesekan untuk
Sprinkler 3
(diameter ½ inchi)
Ketinggian Kecepatan Viskositas Angka Sifat Koefisien
4.3 Analisa Kehilangan Tenaga No Tandon Aliran Air Kinematik Reynolds Aliran Gesekan
(cm) (cm/dtk) (cm²/dtk)
4.3.1 Kehilangan Tenaga Primer 1
2
500
450
131,050
125,115
0,01
0,01
16643,36 Turbulen
15889,63 Turbulen
0,0278
0,0281
Untuk mengetahui besarnya kehilangan 3 400 118,484
Sumber : Hasil Perhitungan
0,01 15047,50 Turbulen 0,0285
7
Tabel 4.11 Kehilangan Tenaga Primer untuk Sprinkler 1
Ketinggian
Panjang
Pipa Diameter Kecepatan Gravitasi Koefisien
Kehilangan
Tenaga
perbandingan diameter yang sama yaitu ½ inchi
Tandon Pipa Aliran Air Bumi Gesekan
(m)
L D V g f
Primer
hf
dan 1½ inchi maka nilai gesekannya sama untuk
(cm)
500
(cm)
900
(cm)
1,27
(cm/dtk)
228,676
(cm/det²)
981 0,0242
(cm)
457,207
tiap ketinggian tandon.
450
400
850
800
Sumber : Hasil Perhitungan
1,27
1,27
226,090
212,118
981
981
0,0243
0,0247
423,296
356,315 Jadi kehilangan tenaga sekunder akibat
Tabel 4.12 Kehilangan Tenaga Primer untuk Sprinkler 2
pengecilan penampang adalah :
Panjang Kehilangan
Ketinggian Diameter Kecepatan Gravitasi Koefisien
ℎ = Kꞌc
Pipa Tenaga
Tandon Pipa Aliran Air Bumi Gesekan
(m) Primer
L D V g f hf
(cm) (cm) (cm) (cm/dtk) (cm/det²) (cm)
,
500 1300 1,27 159,238 981 0,0265 350,555
450 1250 1,27 147,233 981 0,0270 293,867
400 1200
Sumber : Hasil Perhitungan
1,27 140,129 981 0,0274 258,725 = 0.48 = 12,793 cm
Tabel 4.13 Kehilangan Tenaga Primer untuk Sprinkler 3
Ketinggian
Panjang
Pipa Diameter Kecepatan Gravitasi Koefisien
Kehilangan Tabel kehilangan tenaga sekunder akibat
Tenaga
Tandon
(m)
L
Pipa
D
Aliran Air
V
Bumi
g
Gesekan
f
Primer
hf
pengecilan pipa.
Tabel 4.14 Kehilangan Tenaga Sekunder Akibat Pengecilan Pipa untuk
(cm) (cm) (cm) (cm/dtk) (cm/det²) (cm) Sprinkler 1
500 1700 1,27 131,050 981 0,0278 325,985 Perbandingan Kehilangan
Ketinggian Kecepatan
450 1650 1,27 125,115 981 0,0281 291,750 No Diameter Koefisien Tenaga
Tandon Aliran Air
400 1600 1,27 118,484 981 0,0285 257,193 Pipa Sekunder
Sumber : Hasil Perhitungan (D1/D2)² K'c V he
(cm) (cm/det) (cm)
1 500 0,1 0,48 228,676 12,793
2 450 0,1 0,48 226,090 12,506
Pada Tabel 4.11, 4.12 dan 4.13 di atas 3 400 0,1
Sumber : Hasil Perhitungan
0,48 212,118 11,008
terlihat bahwa kehilangan tenaga primer terbesar Tabel 4.15 Kehilangan Tenaga Sekunder Akibat Pengecilan Pipa untuk
V
Sekunder
he
V
Sekunder
he
Tabel 4.18 Kehilangan Tenaga Sekunder Akibat Belokan Pipa untuk Sprinkler 2 Tabel 4.22 Total Kehilangan Tenaga Sekunder untuk Ketinggian
Kehilangan Tandon 400 cm
Ketinggian Sudut Kecepatan
No Koefisien Tenaga Lubang Kehilangan
Tandon Belokan Aliran Air Nomer Pengecilan Belokan
Sekunder Pemasukan Tenaga
Sprinkler Pipa Pipa
Pipa Sekunder
K'b V hb
90⁰
(cm) (derajat) (cm/det) (cm)
1 500 90 207,422 21,490 (cm) (cm) (cm) (cm)
0,98
1 11,008 4,8 38,133 53,941
2 450 90 0,98 191,785 18,372
2 4,804 4,8 16,642 26,246
3 400 90 0,98 182,531 16,642
3 3,435 4,8 11,898 20,132
Sumber : Hasil Perhitungan
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.19 Kehilangan Tenaga Sekunder Akibat Belokan Pipa untuk Sprinkler 3
1
(cm)
500
(derajat)
90
(cm/det)
170,705
(cm)
14,555
tenaga sekunder sangat kecil bila dibandingkan
0,98
2
3
450
400
90
90
0,98
0,98
162,974
154,337
13,267
11,898
dengan nilai kehilangan tenaga primer sehingga
Sumber : Hasil Perhitungan
kehilangan tenaga sekunder sering diabaikan
atau tidak diperhitungkan.
Dari Tabel 4.17, 4.18 dan 4.19 di
atas memperlihatkan bahwa kehilangan
4.4 Persamaan Bernoulli:
tenaga sekunder akibat belokan pipa yang
Untuk ketinggian tandon 500 cm pada sprinkler 1
terbesar terjadi pada ketinggian tandon 500
- Kehilangan tenaga primer
cm sedangkan kehilangan tenaga sekunder
(ℎ ) = 457,207 cm
akibat belokan pipa yang terkecil terjadi pada
ketinggian tandon 400 cm untuk masing- - Kehilangan tenaga sekunder
masing sprinkler. Besar kecilnya kehilangan (ℎ ) = 61,912 cm
tenaga sekunder akibat belokan pipa sangat - Elevasi 1 ( ) = 500 cm + 90 cm = 590 cm
- Elevasi 2 ( ) = 100 cm
9
- Berat jenis air (γ) = 0.001 kgf/cm³ Dari Gambar 4.8 di atas terlihat bahwa
semakin tinggi ketinggian tandon maka semakin
Karena penampang konstan maka = besar pula tekanan pada pipa yang dihasilkan
, maka digunakan persamaan 2.14 dalam sebaliknya semakin rendah ketinggian tandon
perhitungannya. Jadi tekanan yang terjadi pada maka semakin kecil pula tekanan pada pipa yang
jaringan pipa dapat dicari. dihasilkan atau dapat dikatkan ketinggian tandon
Kehilangan tenaga total (ℎ ) = ℎ + ℎ berbanding lurus dengan tekanan pada pipa.
= 457,207 + 61,912
= 519,119 cm 4.5 Garis Tenaga dan Garis Tekanan
ℎ = Δz + Berikut adalah gambar sketsa garis
tenaga pada ketinggian 500 cm.
ℎ = z − z +
= 0, karena berada pada tekanan udara bebas
ℎ = (590 – 100 + )
Tabel 4.24 Tekanan Pada Pipa untuk Sprinkler 2 Pada Gamabar 4.9 Terlihat bahwa garis
Ketinggian
Tandon
Beda
Tinggi
Berat
Jenis Air
Kehilangan
Tenaga
Primer
Kehilangan
Tenaga
sekunder
Tekanan tekanan terletak dibawah garis tenaga sebesar
(cm)
Z1-Z2
(cm)
hf he
(cm/det)
P
(cm)
tinggikecepatan. Garis tenaga menurun secara
500
450
490
440
0,001
0,001
350,555
293,867
32,493
28,475
0,1070
0,1177
teratur kearah aliran dan begitu juga terjadi pada
400 390 0,001
Sumber : Hasil Perhitungan
258,725 26,246 0,1050
garistekanan yang dipengaruhi terhadap
Tabel 4.25 Tekanan Pada Pipa untuk Sprinkler 3 penampang pipa terjadi penurunan secara
Kehilangan Kehilangan
Ketinggian
Tandon
Beda
Tinggi
Berat
Jenis Air
Tenaga
Primer
Tenaga
sekunder
Tekanan teratur, hal ini terjadi karena tidak adanya
(cm)
Z1-Z2
(cm)
hf he
(cm/det)
P
(cm)
perubahan penampang. Garis tekanan berada di
500
450
490
440
0,001
0,001
325,985
291,750
23,557
21,896
0,1405
0,1264 atas pipa hal ini menandakan nilai tekanan kita
400 390 0,001
Sumber : Hasil Perhitungan
257,193 20,132 0,1127
positif.
Tabel 4.23, 4.24 dan 4.25 tersebut Contoh perhitungan garis tenaga adalah sebagai
menunjukkan bahwa tekanan pada pipa yang berikut :
terbesar terjadi pada tetinggian tandon 500 cm Perhitungan Garis Energi dan Tenaga untuk
sedangkan tekanan pada pipa yang terkecil Ketinggian 500 cm
terjadi pada ketinggian tandon 400 cm untuk ∗ ∗
ℎ =
masing-masing sprinkler . Besarnya tekanan ∗
pada pipa sangat dipengaruhi oleh beda tinggi , ,
dan juga kehilangan tenaga primer, kehilangan Hf1 =
,
tenaga sekunder pengaruhnya sedikit karena
nilainya sangat kecil bila dibandingkan dengan = 50,78 cm = 0.5078 m
kehilangan tenaga primer. Semakin besar beda , ,
Hf2 =
tinggi dan kehilangan tenaga primer maka makin ,
besar pula tekanan pada pipa yang dihasilkan = 26,66 cm = 0.2666 m
dan sebaliknya.
, ,
Hubungan antara ketinggian tandon Hf3 =
,
dengan tekanan pada pipa dapat di lihat pada
Gambar 4.8 berikut ini. = 19,16 cm = 0.1916 m
,
= = 26,65 cm = 0.2665 m
,
= = 12,92 cm = 0.1292 m
,
= = 8,75 cm = 0.0875 m
= Z0 – (Z3 – + Hf1 + Hf2 + Hf3) Selanjutnya hasil perhitungan debit sprinkler dari
γ
data waktu pemenuhan wadah dapat dilihat
padatabel berikut ini:
= 590 – (0 + 8,75 + 50,78 + 26,66 + 19,16) Tabel 4.27 Debit Sprinkler untuk Sprinkler 1
Ketinggian Waktu Rata-
Volume Wadah Debit Sprinkler
No Tandon rata
(cm) (cm³) (detik) (cm³/dtk)
= 484,65 cm = 4.8465 m 1
2
500
450
4305,43
4305,43
41,06
41,25
104,857
104,374
3 400 4305,43 47,53 90,583
Sumber : Hasil Perhitungan
4.6 Hasil Pengamatan Kinerja dari Sprinkler Tabel 4.28 Debit Sprinkler untuk Sprinkler 2
Wadah yang digunakan untuk debit Dari Tabel 4.27, 4.28 dan 4.29 pada
sprinkler sama dengan wadah untuk debit pipa sprinkler tiga nozzle di atasterlihat bahwa debit
sehingga volume wadah sama yaitu 5608.23 sprinkler terbesar terjadi pada ketinggian 500 cm
cm³. sedangkan debit sprinkler terkecil terjadi pada
ketinggian tandon 400 cm untuk masing-masing
b. Pencatatan Waktu Pemenuhan Wadah sprinkler. Debit sprinkler ini sangat dipengaruhi
Hasil pencatatan waktu dan perhitungan waktu oleh waktu pemenuhan wadah . Dimana semakin
rata-rata dapat di lihat pada Tabel 4.26 berikut banyak waktu pemenuhan wadah, maka semakin
ini: kecil debit yang diperoleh dan sebaliknya
Tabel 4.26 Hasil Pencatatan Waktu Debit Sprinkler Tiga Nozzle semakin sedikit waktu pemenuhan wadah maka
Waktu
No
Ketinggian
Tandon
No
Sprinkler
Volume
Wadah
Waktu Pengisian Air Rata- semakin besar debit yang diperoleh untuk
rata
(cm) (cm³) (detik) (detik) volume wadah yang sama.
1 4305,43 41,09 40,59 41,48 40,94 41,18 41,06
1 500 2 4305,43 43,44 43,08 42,72 43,85 42,98 43,21
Hubungan antara ketingian tandon
3 4305,43 44,54 44,51 46,10 46,08 47,07 45,66 dengan debit sprinkler dapat dilihat pada Gambar
1 4305,43 41,20 41,36 40,92 41,75 41,02 41,25
2 450 2 4305,43 44,72 44,30 43,32 44,03 43,82 44,04 4.11 dibawah ini :
3 4305,43 46,77 46,53 46,72 47,16 44,99 46,43
1 4305,43 47,55 47,80 47,75 47,73 46,80 47,53
3 400 2 4305,43 49,41 48,22 48,09 48,13 48,69 48,51
3 4305,43 50,31 56,28 58,38 54,39 52,26 54,32
Sumber : Hasil Perhitungan
1
(cm)
400 254 270
(cm)
289 297 267
(cm)
275
4.6.1.3 Uji Keseragaman Sebaran Air
2 450 285 290 291 297 269 292
3 500 329 308 329 345 359 334 Sketsa penempatan ember pada uji
Sumber : Hasil Pengukuran
keseragaman sebaran air dapat dilihat pada
Tabel 4.32 Jarak Sebaran Air untuk Sprinkler 3
Ketinggian
Jarak Sebaran Air
Jarak
Sebaran
Gambar 4.16 dibawah ini.
No Tandon
Rata-rata
(cm) (cm) (cm)
1 400 235 274 277 269 259 263
2 450 263 268 276 282 288 275
3 500 330 313 332 335 319 326
Sumber : Hasil Pengukuran
12
Setelah didapatkan hasil tampungan
pada masing-masing wadah kemudian dicari
rata-rata tampungan dengan cara menjumlahkan
hasil tampungan lalu membagi dengan
banyaknya wadah yang digunakan sehingga
harga mutlak deviasih dapat dihitung.
Nomor
Ketinggian Tandon 500 cm dihasilkan.
Diameter
Ember Luas Mulut Hasil
Volume Air Mulut Harga Mutlak
Ember Tampungan
Ember Deviasih
(cm³) (cm) (cm²) (cm) Ketinggian sangat berpengaruh terhadap
1
2
172
169
20,5
20,5
330,196
330,196
0,521
0,512
0,150
0,159
keseragaman, dimana dengan ketinggian yang
3
4
178
277
20,5
20,5
330,196
330,196
0,539
0,839
0,132
0,168
lebih besar perputaran pada sprinkler menjadi
5
6
338
296
20,5
20,5
330,196
330,196
1,024
0,896
0,352
0,225
lebih cepat sehingga air yang tertampung dalam
7 276 20,5 330,196 0,836 0,165 wadah lebih banyak untuk waktu pengamatan
8 186 20,5 330,196 0,563 0,108
9 178 20,5 330,196 0,539 0,132 yang telah ditentukan. Nilai koefisien
10 186 20,5 330,196 0,563 0,108
11 176 20,5 330,196 0,533 0,138 keseragaman yang baik akan diperoleh jika air
12 272 20,5 330,196 0,824 0,152
13 166 20,5 330,196 0,503 0,164 yang keluar dari sprinkler menyebar secara
14 299 20,5 330,196 0,906 0,234
15 168 20,5 330,196 0,509 0,162 merata pada lahan yang dibasahi.
16 160 20,5 330,196 0,485 0,189
17 282 20,5 330,196 0,854 0,183
18
19
158
283
20,5
20,5
330,196
330,196
0,479
0,857
0,192
0,186
4. KESIMPULAN DAN SARAN
20 178 20,5 330,196 0,539 0,132
21 343 20,5 330,196 1,039 0,367
22 281 20,5 330,196 0,851 0,180 5.1 Kesimpulan
23 164 20,5 330,196 0,497 0,174
24 175 20,5 330,196 0,530 0,141 Dari hasil analisa dan pembahasan dapat
25 193 20,5 330,196 0,585 0,086
26 167 20,5 330,196 0,506 0,165 ditarik kesimpulan sebagai berikut:
27 163 20,5 330,196 0,494 0,177
28 172 20,5 330,196 0,521 0,150 1. Ketinggian dudukan tandon berpengaruh
29 286 20,5 330,196 0,866 0,195
30 308 20,5 330,196 0,933 0,933 terhadap luas pembasahan (radius
Rata-rata
Jumlah
0,671
5,998
pembasahan) dimana semakin tinggi dudukan
Koefisien Keseragaman Cu
Sumber : Hasil Perhitungan
70,22% tandon maka luas pembasahan semakin
besar dan volume air yang dikeluarkan lebih
Untuk perhitungan koefisien keseragaman banyak dibandingkan dengan kedudukan
dengan ketinggian yang lain dapat dilihat pada tandon yang lebih rendah. Radius
lampiran. pembasahan yang dihasilkan pada ketinggian
Dari pengamatan yang dilakukan dudukan tandon 500 cm antara (326-353) cm,
dilapangan pada sprinkler dengan tiga nozzle di radius pembasahan yang dihasilkan pada
peroleh nilai keseragaman pada masing-masing ketinggian dudukan tandon 450 cm antara
ketinggian yaitu: pada ketinggian 400 cm = 65,36 (263-290) cm, dan radius pembasahan yang
%, ketinggian 450 cm = 68,51 % dan ketinggian dihasilkan pada ketinggian dudukan tandon
500 cm = 70,22 %. Nilai keseragaman ini sangat 400 cm antara (263-290) cm.
dipengaruhi oleh jarak penempatan wadah, 2. Ketinggian dudukan tandon berpengaruh
jumlah wadah yang digunakan dan waktu terhadap kinerja dari sprinkler dimana
pengamatan. Semakin dekat rentang jarak semakin tinggi dudukan tandon maka
penempatan wadah yang digunakan untuk perputaran sprinkler semakin cepat yang
pengambilan data dan semakin banyak wadah menyebabkan sprinkler bekerja secara
yang digunakan serta semakin lama pengamatan maksimum, sehingga menghasilkan
akan diperoleh data yang lebih akurat. keseragaman sebaran air lebih besar dan
Hubungan antara ketinggian tandon waktu yang dibutuhkan untuk pembasahan
dengan koefisien keseragaman dapat di lahan semakin cepat dibandingkan dengan
lihatpada Gambar 4.18 di bawah ini : ketinggian dudukan tandon yang lebih rendah.
Koefisien keseragaman yang dihasilkan pada
13
ketinggian dudukan tandon 500 cm yaitu 3. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik
sebesar 70,22%, pada ketinggian dudukan Universitas Mataram, maka untuk penelitian
tendon 450 cm sebesar 68,51%, dan pada selanjutnya sebaiknya diterapkan secara
ketinggian dudukan tandon 400 cm sebesar
65,36%.
langsung diarea pertanian.
3. Ketinggian dudukan tandon juga berpengaruh
DAFTAR PUSTAKA
terhadap debit pipa, kehilangan tenaga, dan
kecepatan aliran air dalam pipa.
a. Debit pipa yang dihasilkan pada Azza, 2011. Pengaruh Jenis Sprinkler Terhadap
ketinggian dudukan tandon 500 cm Jarak Sebaran Air Pada Sistem Irigasi
antara (166,040-289,733) cm³/dtk, Curah (Sprinkler Irrigation), Mataram.
ketinggian dudukan 450 cm antara Jayati, 2007. Pengairan Lahan Kering Dengan
(158,521-286,456) cm³/dtk, dan pada
Menggunakan Sistem Irigasi Semprot
ketinggian 400 cm antara (150,120-
(Sprinkler), Mataram.
268,753) cm³/dtk.
b. Kehilangan tenaga primer yang Karmawan, (1997) dalam Sitinjak (2006). Cara
dihasilkan pada ketinggian 500 cm Pemberian Air Irigasi.
antara (325,985-457,207) cm,
sedangkan pada ketinggian 400 cm Kartasapoetra, Mul. Mulyani, dan E. Pollin. 1990.
yang dihasilkan antara (257,193- Teknologi Pengairan Pertanian (Irigasi).
356,315) cm, sedangkan untuk Bumi Aksara. Jakarta.
kehilangan tenaga sekunder yang
dihasilkan pada ketinggian dudukan Linsley, Franzini, dan Sasongko. 1991. Teknik
tandon 500 cm antara (23,557-61,912) Sumber Daya Air, Jilid II, Erlangga,
cm, sedangkan pada ketinggian Jakarta.
dudukan tandon 400 cm yang
dihasilkan antara (20,132-53,941) cm. Mulachela, 2011. Pengaruh Ketinggian Tandon
c. Kecepatan aliran air dalam pipa yang Pada Sistem Gabungan Seri-Paralel
dihasilkan pada ketinggian dudukan Terhadap Jarak Sebaran Air Pada Irigasi
tandon 500 cm antara (131,050- Curah (Sprinkler Irrigation), Mataram.
228,676) cm/dtk, ketinggian 450 cm
antara (125,115-226,090) cm/dtk, dan Partowijiyo, 1984. Kapita Selekta Teknik Tanah
pada ketinggian 400 cm antara dan Air.
(118,484-212,118) cm/dtk.
Pasandaran, 1991. Irigasi di Indonesia, Strategi
5.2 Saran dan Pengembangan.
Dari penelitian yang telah dilakukan ini,
Prastowo, 2008. Teknologi Irigasi Curah.
disarankan untuk peneliti-peneliti selanjutnya
memperhatikan beberapa hal berikut ini : Sosrodarsono, dan Takeda, 1985. Hidrologi
1. Dalam penelitian ini jarak utuk tiap sprinkler Untuk Pengairan. Pradnya Paramita.
yang digunakan seragam yaitu 300 cm, maka Jakarta
pada penelitian lebih lanjut perlu dicoba
variabel jarak yang berbeda yang disesuaikan Triatmodjo, 2008, Hidraulika I, Edisi II, Beta
dengan jarak sebaran agar tidak terjadi Offset, Yogyakarta.
overlap yang terlalu besar.
2. Dalam penelitian ini pengujian keseragaman Triatmodjo, 2003, Hidraulika II, Edisi II, Beta
sebaran air menggunakan durasi waktu 10 Offset,Yogyakarta.
menit untuk tiap-tiap beda ketinggian dudukan
tandon, maka untuk penelitian lebih lanjut
perlu dicoba variabel waktu yang berbeda.
14