Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum Hidrolika

BAB 1

ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR

1.1 PENDAHULUAN

Secara teoritis, ambang merupakan bangunan yang dapat digunakan untuk

menaikkan tinggi muka air dan menentukan debit aliran. Pada umumnya, aliran air

yang melewati suatu tempat harus diketahui sifat dan karakteristiknya jika dalam

penerapannya hendak merancang bangunan air. Berdasarkan hal tersebut,

pengetahuan mengenai ambang sangat diperlukan dalam merencanakan bangunan

air untuk distribusi ataupun pengaturan sungai. Pengetahuan percobaan aliran

melalui ambang lebar diperlukan untuk membuat bangunan air yang akan sangat

berguna dalam pendistribusian air maupun pengaturan sungai (Triatmodjo, 1996).

Percobaan ambang lebar akan mengamati profil suatu aliran terbuka

dengan pelimpah. Ambang lebar sendiri di lapangan banyak digunakan pada

saluran irigasi yang berfungsi untuk menaikkan tinggi muka air yang mengalir pada

saluran tersebut. Penelitian terhadap model hidraulik diharapkan akan mendapat

manfaat yang berguna untuk perencanaan bangunan air sebenarnya.

Aliran melalui ambang yang merupakan aliran berubah tiba-tiba akan

ditinjau dalam percobaan. Ambang yang digunakan adalah ambang lebar. Alasan

penggunaan ambang lebar sebagai berikut:

1
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1. Ambang Lebar akan menjadi model untuk diaplikasikan dalam

perencanaan bangunan pelimpah. Memperhatikan aliran pada ambang

dapat mempelajari karakteristik dan sifat aliran.

2. Bentuk ambang lebar adalah bentuk yang paling sederhana sehingga

proses pelaksanaan percobaan dilakukan dengan mudah.

He v

Gambar 1.1 Ambang Lebar

Karakteristik aliran yang melalui ambang lebar akan diamati dalam

percobaan ambang lebar dengan tipe karakteristik sebagai berikut:

1. Keadaan loncat adalah keadaan dimana tinggi muka air di hulu saluran

tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

2. Keadaan peralihan adalah keadaan dimana tinggi muka air di hulu saluran

sudah mulai dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

3. Keadaan tenggelam adalah keadaan dimana tinggi muka air di hulu saluran

sudah dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

Percobaan ambang lebar dapat memperoleh gambaran mengenai sifat

aliran berupa bentuk atau profil aliran melalui analisa model fisik dari sifat aliran

2
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

yang diamati. Ambang juga dapat digunakan untuk mengukur debit air yang

mengalir pada saluran terbuka.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dilakukan percobaan aliran yang melalui ambang lebar adalah

sebagai berikut.

1. Mempelajari karakteristik aliran yang melalui ambang lebar.

2. Mempelajari pengaruh perubahan keadaan tinggi muka air di hilir dan hulu

saluran.

3. Mempelajari hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air

yang melimpah di atas ambang.

1.3 PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Peralatan yang digunakan pada percobaan aliran melalui ambang lebar

adalah sebagai berikut.

Gambar 1.2 Model Saluran Terbuka untuk Percobaan Ambang Lebar

3
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Keterangan:

1. Ambang lebar, berfungsi untuk meninggikan muka air.

2. Alat pengukur kedalaman, berfungsi untuk mengukur kedalaman muka

air.

3. Meteran, berfungsi untuk mengetahui jarak aliran yang akan dihitung

kedalamannya.

4. Venturimeter dan pipa manometer, berfungsi untuk mengetahui debit

aliran yang akan melewati ambang lebar.

5. Sekat pengatur hilir, berfungsi untuk mendapatkan karakteristik aliran.

6. Penampung air, berfungsi untuk menampung air yang akan dipompa

maupun pembuangan aliran yang melewati ambang lebar.

7. Generator dan pompa air, berfungsi untuk mengalirkan air dari penampung

air sampai ke ambang lebar.

1.4 TEORI DASAR DAN RUMUS

Teori dan rumus yang digunakan pada percobaan aliran melalui ambang

lebar akan dijelaskan pada sub-sub bab sebagai berikut:

1.4.1 Debit Aliran (Q)

Prinsip kekekalan energi implus-momentum dan kontinuitas (kekekalan

massa), serta dengan asumsi terjadi kehilangan energi dapat diterapkan persamaan

Bernoulli. Persamaan Bernoulli digunakan untuk menghitung besar debit

berdasarkan tinggi muka air sebelum dan pada kontraksi. Pengukuran debit aliran

4
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

digunakan untuk mengetahui seberapa banyak air yang mengalir pada suatu saluran

dan seberapa cepat air tersebut mengalir dalam satu detik.

Udara
v1 V1 × P1
V2 × P2

ra
h V1 × P1

ra Raksa

Gambar 1.3 Venturimeter


ra

Besarnya debit aliran (Q) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

= 64,0988 × π × (ΔH )2
1
Q (1.1)

Di mana:

ΔH : Selisih tinggi air raksa pada manometer (cm)

Q : Besarnya debit aliran (cm3/s)

π = 3,140

1.4.2 Koefisien Pengaliran (C)

Koefisien pengaliran didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak

aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai

C adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah dan intensitas hujan (Arsyad,

2006). Koefisien ini juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju infiltrasi
5
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

turun pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi oleh kondisi kejenuhan

air sebelumnya. Faktor lain juga mempengaruhi nilai C adalah air tanah, derajat

kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi.

y2

Gambar 1.4 Profil Aliran Melalui ambang Lebar

Kecepatan aliran yang melewati saluran terbuka dapat diperoleh

menggunakan rumus sebagai berikut:

= (g × y )2
1
v (1.2)

= (g × He )2
1
v (1.3)

Hen = yn - t (1.4)

Di mana:

He : Tinggi air yang melewati atas pelimpah (cm)

g : Percepatan gravitasi = 981,000 (cm/s2)

t : Tinggi ambang (cm)

Debit aliran yang melalui pelimpah tersebut relatif kecil, maka diperlukan

koefisien reduksi bagi debit (Q). Rumus yang digunakan sebagai berikut:

6
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1 3
2 2
Q = C × g × L × He (1.5)

Persamaan (1.5) diperoleh dengan mensubstitusikan C = c  g 2 ke

persamaan (1.4) sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:


3
Q = C × L × He 2 (1.6)

Nilai debit yang mengalir sudah diketahui, maka nilai koefisien pengaliran

(C) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan:

Q
C = (1.7)
 3

 L  He 2 
 
 

Di mana:

C : Koefisien pengaliran (cm3/s)

Q : Debit aliran (cm)

L : Lebar saluran (cm)

He : Tinggi air yang melewati atas pelimpah (cm)

1.5 PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur yang dilakukan pada percobaan aliran melalui ambang lebar

adalah sebagai berikut.

1. Memasang ambang lebar pada posisi tertentu dalam model saluran

terbuka.

2. Mengalibrasikan alat pengukur kedalaman dan venturimeter. Mencatat

dimensi ambang.
7
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

3. Menyalakan pompa dengan debit air tertentu sesuai dengan yang

diinginkan, tetapi tidak sampai meluap.

4. Mengatur sekat di hilir sedemikian rupa, sehingga diperoleh keadaan

loncat pertama, loncat kedua, peralihan, tenggelam pertama dan tenggelam

kedua. Memeriksa kestabilan aliran pada masing-masing keadaan.

5. Menentukan delapan titik pengamatan tinggi muka air, diantaranya

sebagai berikut:

y1 : Tinggi muka air di hulu. (cm)

y2 : Tinggi muka air tepat sebelum ambang. (cm)

y3 : Tinggi muka air tepat setelah ambang. (cm)

y4 : Tinggi muka air yang jatuh. (cm)

y5 : Tinggi muka air sebelum air loncat. (cm)

y6 : Tinggi muka air setelah air loncat (cm)

y7 dan y8 : Tinggi muka air di hilir. (cm)

6. Mencatat jarak (x) dan data tinggi muka air (y) di delapan titik pengamatan

pada masing-masing keadaan untuk mengambil profil aliran. Mencatat

data dari venturimeter untuk mendapatkan debit.

7. Mengulangi langkah No. 4 dan No. 5 untuk empat debit yang berbeda dari

debit terbesar ke debit terkecil yang masih dapat mengalir. Mencatat

kedalaman air di hulu (y1) dan kedalaman air di hilir (y8) saja.

8. Mencatat tinggi raksa pada manometer untuk setiap perubahan debit

aliran.

9. Mengosongkan sekat di hilir jika percobaan selesai dilakukan.


8
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1.6 PROSEDUR PERHITUNGAN

Prosedur perhitungan yang dilakukan pada percobaan aliran melalui

ambang lebar adalah sebagai berikut.

1. Menggambar profil muka air sesuai dengan data yang didapatkan.

2. Menghitung besarnya debit yang mengalir (Q) menggunakan rumus (1.1).

3. Menghitung besarnya He1 dan He8 menggunakan rumus (1.4).

4. Menghitung koefisien pengaliran (C) menggunakan rumus (1.7).

5. Menentukan nilai Cd dan Hd menggunakan He1 vs C.

1.7 GRAFIK DAN KETERANGANNYA

Grafik yang dihasilkan pada percobaan ambang lebar adalah sebagai

berikut.

1. Grafik profil muka air

a. Mengambil data yang dapat menggambarkan profil aliran dari hulu,

saat melewati ambang, keadaan setelah melewati ambang dan hilir.

Mengambil nilai x dari sebelum ambang sampai setelah ambang.

b. Menggambarkan semua profil aliran dalam satu grafik.

2. Grafik He1 vs He8

a. Grafik He1 vs He8 bertujuan untuk membuktikan karakteristik air yang

melewati ambang. Kondisi tinggi muka air di hulu dan di hilir

ditunjukkan dalam bentuk grafik He1 vs He8. Idealnya, nilai He1 akan

selalu sama selama air masih dalam kondisi loncat, artinya tinggi

9
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

muka air di hulu belum di pengaruhi oleh tinggi muka air di hilir dan

seterusnya.

b. Menggambarkan semua debit yang digunakan dalam satu grafik.

3. Grafik He1 vs Q

a. Grafik He1 vs Q bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara He1

dan Q. Idealnya, nilai He1 akan makin besar pada saat Q yang

dialirkan juga makin besar. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan

persamaan hasil regresi power (pangkat).

b. Menggunakan trendline regresi power.

4. Grafik He1 vs C

a. Grafik He1 vs C bertujuan untuk menentukan nilai Cd dan Hd. Nilai Cd

didapatkan dengan cara merata-ratakan nilai C yang berdekatan. Nilai

C yang menyimpang tidak digunakan, sedangkan nilai Hd didapatkan

dengan cara menarik garis harus sejajar sumbu (x) ke arah sumbu (y)

dari nilai Cd.

b. Menggunakan trendline regresi power.

5. Grafik Q vs C

a. Grafik C vs C bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara Q dan

C. nilai C akan relatif konstan untuk setiap nilai Q yang berbeda.

Grafik digunakan untuk menunjukkan hubungan antara nilai C dan Q


3
dimana persamaan C pada rumus Q = C × L × He 2 .

b. Menggunakan trendline linear.

10
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

6. Grafik He1/Hd vs C/Cd

a. Menggunakan nilai Hd dan Cd yang diperoleh dari grafik He1 vs C.

b. Menggunakan grafik He1/Hd vs C/Cd untuk membuktikan bahwa pada

saat He1/Hd bernilai 1, maka C/Cd juga akan bernilai 1.

1.8 TABEL DAN DATA PERHITUNGAN

Data yang didapatkan pada percobaan aliran melalui ambang lebar adalah

sebagai berikut.

1.8.1 Percobaan dengan Debit Tetap

Data yang didapat dari percobaan aliran melalui ambang lebar dengan

debit tetap adalah sebagai berikut.

Data alat:

Tinggi ambang (t) = 10,900 cm


Lebar ambang (b) = 9,800 cm
Panjang ambang (L) = 25,800 cm

Tabel 1.1 Data Pembacaan Manometer


Sebelum Debit Dialirkan Sesudah Debit Dialirkan
H1 = 11,500 cm H1 = 10,900 cm
H2 = 11,800 cm H2 = 12,400 cm
Koreksi = 0,300 ΔH = 1,200

11
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tabel 1.2 Data untuk Menggambar Profil Muka Air

Loncat I Loncat II Peralihan Tenggelam I Tenggelam II


Titik

Kelompok 6
x y x y x y x y x y
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 5,000 14,000 5,000 13,000 5,000 14,000 5,000 14,000 5,000 14,500
2 25,000 12,700 25,000 12,700 25,000 12,700 25,000 12,800 25,000 13,300
3 50,000 10,800 50,000 10,800 50,000 11,000 50,000 11,700 50,000 13,400
4 60,000 1,800 62,400 0,800 55,000 10,400 55,000 12,700 55,000 14,300
5 182,000 1,300 126,500 1,200 126,500 12,100 150,000 14,500 150,000 16,000
6 215,000 4,000 165,000 4,400 165,000 12,700 200,000 15,100 200,000 16,700
7 275,000 5,500 275,000 6,500 275,000 14,500 275,000 16,500 275,000 17,800
8 375,000 7,500 375,000 8,500 375,000 16,500 375,000 18,500 375,000 19,800

Universitas Gunadarma
Jurusan Teknik Sipil
Laporan Praktikum Hidrolika

12
Laporan Praktikum Hidrolika

Contoh perhitungan untuk percobaan ambang lebar dengan debit tetap

adalah sebagai berikut.

Data:

H1 = 10,900 cm

H2 = 12,400 cm

Koreksi = 0,300 cm

π = 3,140

Maka dapat dihitung:

ΔH = (H2 – H1) – Koreksi

= (12,400 – 10,900) – 0,300

= 1,200 cm

 1

Q = 64, 0988× π ×  ΔH 2 
 

 1

= 64, 0988×3,140×  1, 200 2 
 

= 220,592 cm3/s

13
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1.8.2 Percobaan dengan Debit Berubah

Data debit berubah yang didapatkan pada percobaan ambang lebar adalah

sebagai berikut.

Data alat pembacaan manometer:

H1 = 11,500 cm
H2 = 11,800 cm
Koreksi = 0,300 cm

14
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Tabel 1.3 Data untuk Membuat Grafik He1 vs He8 dan He1 vs Q

Debit Manometer Q Jenis y1 y8 He1 He8


H1 H2 Koreksi ΔH 3
(cm /s) Aliran (cm) (cm) (cm) (cm)

L1 12,900 6,500 2,300 -4,100


L2 12,900 7,500 2,300 -3,100
Q1 10,500 12,800 0,300 2,000 284,783 P 13,700 15,400 3,100 4,800
T1 13,000 17,300 2,400 6,700
T2 13,200 18,500 2,600 7,900
L1 13,500 7,000 2,900 -3,600
L2 13,500 8,000 2,900 -2,600
Q2 9,800 13,500 0,300 3,400 371,312 P 13,500 15,800 2,900 5,200
T1 13,500 18,300 2,900 7,700
T2 13,900 19,000 3,300 8,400
L1 13,700 7,000 3,100 -3,600
L2 13,700 8,000 3,100 -2,600
Q3 9,200 14,000 0,300 4,500 427,175 P 13,700 16,000 3,100 5,400
T1 13,800 18,200 3,200 7,600
T2 14,100 19,500 3,500 8,900
L1 14,000 7,500 3,400 -3,100

L2 14,000 8,500 3,400 -2,100


Q4 8,800 14,500 0,300 5,400 467,947 P 14,000 16,500 3,400 5,900
T1 14,000 18,500 3,400 7,900

T2 14,500 19,800 3,900 9,200

15
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tabel 1.4 Data untuk Membuat Grafik He1 vs C, Q vs C, dan He1/Hd vs C
Manometer
Q y1 He1 C Cd Hd

Kelompok 6
Debit H1 H2 Koreksi ΔH He1/Hd C/ Cd
(cm3/s) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
(cm) (cm) (cm) (cm)
Q1 10,500 12,80 2,000 284,783 13,14 2,540 7,179 0,862 0,986
000 0
Q2 9,800 13,50 3,400 371,312 13,58 2,980 7,365 1,011 1,012
00 0,300 0 7,279 2,947
Q3 9,200 14,00 4,500 427,175 13,80 3,200 7,615 1,086 1,046
0 0
Q4 8,800 14,50 5,400 467,947 14,10 3,500 7,292 1,188 1,002
0 0

Universitas Gunadarma
Jurusan Teknik Sipil
Laporan Praktikum Hidrolika

16
Laporan Praktikum Hidrolika

Contoh perhitungan percobaan aliran melalui ambang lebar menggunakan

data debit berubah Q1 adalah sebagai berikut.

1. Perhitungan debit Q1

Data:

H1 = 10,900 cm

H2 = 12,400 cm

Koreksi = 0,300 cm

π = 3,140

Maka dapat dihitung:

ΔH = (H2 – H1) – Koreksi

= (12,400 – 10,900) – 0,300

= 1,200 cm

 1

Q1 = 64, 0988× π ×  ΔH 2 
 

 1

= 64, 0988×3,140×  1, 200 2 
 

= 220,592 cm3/s

2. Perhitungan He1

Data:

y1 = 13,140 cm

t = 10,600 cm

17
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Maka dapat dihitung:

He1 = y1 – t

= 12,910 – 10,900

= 2,540 cm
3. Perhitungan koefisien pengaliran C

Data:

Q1 = 220,592 cm3/s

L = 25,800 cm

He = 2,540 cm

Maka dapat dihitung:

Q1
C =
 3

 
2
L× He
 

220,592
= 3
(25,800×2,5402 )

= 7,719 cm0,5/s
4. Perhitungan Cd

Data:

C (Q1) = 7,719 cm0,5/s

C (Q2) = 7,365 cm0,5/s

C (Q3) = 7,615 cm0,5/s

18
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Maka dapat dihitung:

 C yang berdekatan
Cd =
3

7,179+7,292+7,365
=
3

= 7,279 cm0,5/s

5. Perhitungan He1/Hd

Data:

He1 = 2,540 cm

Hd = 2,947 cm

Maka dapat dihitung:

2,540
He1/Hd =
2,947

= 0,861

6. Perhitungan C/Cd

Data:

C = 7,980 cm

Cd = 7,279 cm

Maka dapat dihitung:

7,719
C/Cd =
7,279

= 1,060

19
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1.9 GRAFIK DAN ANALISA

Grafik dan analisa yang diperoleh berdasarkan percobaan aliran melalui

ambang lebar sebagai berikut:

1. Grafik Profil Muka Air

Grafik Profil Muka Air


25,000

20,000

15,000 Loncat I
Y (cm)

Loncat II
10,000 Peralihan
5,000 Tenggelam I
Tenggelam II
0,000
0,000 100,000 200,000 300,000 400,000
X (cm)

Gambar 1.5 Grafik Profil Muka Air

Grafik Profil Muka Air bertujuan menggambarkan sifat profil aliran yang

melewati ambang lebar berdasarkan tiga karakteristik aliran yaitu keadaan

loncat, keadaan peralihan dan keadaan tenggelam yang didapat dengan

cara mengatur sekat pada hilir saluran. Karakteristik aliran yang melalui

ambang lebar akan diamati dalam percobaan ini dengan tipe karakteristik

sebagai berikut:

1. Keadaan loncat adalah tinggi muka air di hulu saluran tidak

dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

2. Keadaan peralihan adalah tinggi muka air di hulu saluran mulai


20
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

3. Keadaan tenggelam adalah tinggi muka air di hulu saluran

dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

Hasil analisis grafik pada Gambar 1.5 yang dibuat berdasarkan hasil

pengolahan data praktikum hidrolika adalah sebagai berikut.

a. Keadaan Loncat 1 dan Loncat 2

Keadaan loncat 1 dan loncat 2, tinggi muka air di hulu belum

dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir dan pada ujung aliran diberi

sekat agar terjadi kenaikan tinggi muka air di hilir dan terjadi air

loncat. Grafik pada Gambar 1.5 menunjukkan hasil yang tidak ideal

karena berdasarkan data dan grafik pada loncat 2 seharusnya mulai

terjadi kenaikan tinggi muka air di titik keempat (tinggi muka air

jatuh) menuju titik kelima (tinggi muka air sebelum air loncat), yang

artinya titik keempat loncat 2 harus lebih tinggi daripada loncat 1. Hal

tersebut dapat terjadi karena adanya kesalahan pengukuran saat

percobaan.

b. Keadaan Peralihan

Keadaan peralihan, tinggi muka air di hulu mulai dipengaruhi oleh

tinggi muka air di hilir, hal ini disebabkan karena penambahan sekat

di ujung saluran sehingga menaikkan tinggi muka air di hilir. Gambar

1.5 menunjukkan bahwa pada bagian peralihan dimana tinggi muka

air di hulu mulai terpengaruh dan sedikit berbeda dari tinggi muka air

di hulu saat keadaan loncat.


21
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

c. Keadaan Tenggelam 1 dan Tenggelam 2

Keadaan tenggelam 1 dan tenggelam 2 dimana kondisi tinggi muka

air di hulu semakin tinggi karena dipengaruhi oleh tinggi muka air di

hilir karena penambahan sekat di ujung saluran. Grafik pada Gambar

1.5 menunjukkan hasil yang tidak ideal karena belum sesuai dengan

teori dimana pada tenggelam 1 titik ketiga dan titik keempat harus

dalam keadaan sejajar. Begitu pula dengan tenggelam 2 dimana

seharusnya grafik yang terbentuk akan mengalami kenaikan dan tidak

mengalami penurunan di titik kedua menuju titik ketiga. Hal tersebut

dapat terjadi karena kesalahan pengukuran pada saat percobaan.

2. Grafik He1 vs He8

He1 vs He8
5,000
4,000
3,000 Q1
He1 cm

2,000 Q2
Q3
1,000
Q4
0,000
-6,000 -3,000 0,000 3,000 6,000 9,000 12,000
He8 cm
Gambar 1.6 Grafik He1 vs He8

Grafik He1 vs He8 bertujuan untuk mempelajari hubungan antara tinggi

muka air di hulu dan di hilir untuk setiap debit yang berbeda dan

karakteristik aliran yang melewati ambang pada keadaan loncat, peralihan

22
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

dan tenggelam. Parameter adalah tinggi muka air, tinggi ambang dan debit.

Terdapat 4 debit pada grafik He1 vs He8 , yaitu Q1, Q2, Q3 dan Q4.

Berdasarkan grafik pada Gambar 1.6 dapat dilihat bahwa pada debit Q1

dan Q2 tidak ideal karena terjadinya tabrakan antara Q1 dan Q2 karena

idealnya tidak ada yang bertabrakan. Pada keadaan loncat debit Q1 sudah

ideal karena grafik terlihat naik, hal ini karena pada keadaan loncat aliran

dipengaruhi tinggi muka air di hilir, sedangkan pada debit Q2, Q3, dan Q4

belum ideal karena grafik terlihat mendatar (mempunyai nilai yang sama),

hal ini dikarenakan pada keadaan loncat aliran tidak dipengaruhi tinggi

muka air di hilir. Tinggi muka air di hulu (y1) tidak berubah, walaupun

terjadi perubahan tinggi muka air di hilir (y8), sehingga He8 akan berubah

akibat penambahan sekat. Keadaan peralihan, tinggi muka air pada

keadaan peralihan dengan debit air yang masih sama, nilai He1 belum

mengalami kenaikan. Berdasarkan grafik nilai He1 untuk debit Q2, Q3, dan

Q4, pada keadaan peralihan tidak mengalami kenaikan. Hal ini terjadi

karena tinggi muka air di hulu saluran belum terlalu dipengaruhi tinggi

muka air di hilir saluran. Hal tersebut ditunjukkan oleh grafik yaitu pada

saat grafik mulai berubah dari datar menjadi lengkung ke arah vertikal.

Gambar 1.6 menunjukkan bahwa pada keadaan tenggelam 2 tinggi muka

air pada Q2, Q3 dan Q4 relatif sudah ideal, karena tinggi muka air di hulu

tidak dipengaruhi tinggi muka air di hilir. Sedangkan, pada keadaan

tenggelam 2 tinggi muka air pada Q1 tidak ideal, karena seharusnya

tenggelam lebih tinggi dibandingkan keadaan peralihan.


23
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

3. Grafik He1 vs Q

He1 vs Q
4,000

3,500

3,000 y = 0,0051x + 1,0877


He1 cm

R² = 0,9906
2,500
He1 vs Q
2,000

1,500
200,000 300,000 400,000 500,000
Q (cm3/s)

Gambar 1.7 Grafik He1 vs Q

Grafik He1 vs Q bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara He1 dan

Q. Idealnya, nilai He1 akan semakin besar pada saat Q yang dialirkan juga

semakin besar. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan persamaan hasil

regresi power (pangkat). Berdasarkan Gambar 1.7, didapatkan nilai y =

0,0051x1,0877 dan R2 = 0,9906 yang artinya 99,060% Q berkorelasi dengan

He1, sisanya 0.940% dipengaruhi oleh variabel lain yaitu C (koefisien

pengaliran) dan L (lebar saluran) sehingga dapat dikatakan hasil yang

diperoleh sudah ideal karena nilai R2 mendekati 1.

24
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

4. Grafik He1 vs C

He1 vs C
4,000

3,500
He1 (cm)

3,000 y = 0,0158x2,6341
R² = 0,2348
2,500
Series1

2,000

1,500
7,100 7,200 7,300 7,400 7,500 7,600 7,700
C (cm0,5/s)
Gambar 1.8 Grafik He1 vs C

Grafik He1 vs C bertujuan untuk menentukan nilai Cd dan Hd. Nilai Cd

didapat dengan cara merata-ratakan tiga nilai C yang berdekatan, yaitu

7,179 cm0,5/s, 7,365 cm0,5/s dan 7,292 cm0,5/s sehingga diperoleh nilai Cd

sebesar 7,279 cm0,5/s. Nilai Hd didapat dengan cara menarik garis lurus

sejajar sumbu x ke arah sumbu y nilai Cd. Berdasarkan Gambar 1.8 didapat

nilai Hd sebesar 2,947 cm. Hubungan antara nilai C didapatkan persamaan

dari hasil trendline regresi power yang berfungsi untuk menunjukkan

hubungan pangkat dan grafik akan menghasilkan nilai 1. Berdasarkan

Gambar 1.8 didapat nilai y = 0,0158x2,6341 dan nilai R2 = 0,2348 yang

artinya 23,480% He1 berkorelasi terhadap C, sisanya 76,520% dipengaruhi

oleh variabel lain seperti tinggi muka air dan lebar saluran yang terdapat

pada aliran sehingga dapat dikatakan hasil yang didapat tidak ideal karena
25
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

nilai R2 tidak sama dengan 1.

5. Grafik Q vs C

Q vs C
600,000

500,000

400,000 y = 226,73x - 1281,6


Q(cm)

R² = 0,2791
300,000
Q vs C
200,000

100,000

0,000
7,100 7,200 7,300 7,400 7,500 7,600 7,700
C(cm0,5/s)
Gambar 1.9 Grafik Q vs C

Grafik Q vs C bertujuan untuk menentukan hubungan antara Q dan C. Q

merupakan debit atau banyaknya fluida yang mengalir melalui penampang

tiap detik sedangkan C adalah koefisien dari debit yang dialirkan.

Idealnya, semakin besar debit yang mengalir maka koefisien

pengalirannya relatif konstan. Grafik Q vs C merupakan hubungan antara

nilai Q dan C ditunjukkan dengan persamaan trendline regresi power yaitu

y = 226,73x - 1281,6 dan diperoleh nilai R2 = 0,2791 yang dapat diartikan

nilai debit berkorelasi terhadap nilai koefisien pengaliran sebesar 27,91%

dan sisanya sebesar 72,09% dipengaruhi oleh variabel lain seperti tinggi

muka air dan lebar saluran yang terdapat pada aliran sehingga dapat

26
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

dikatakan hasil yang diperoleh tidak ideal. Hal ini terjadi karena kurangnya

ketelitian pada saat melakukan pengukuran.

6. Grafik He1/Hd vs C/Cd

He1/Hd vs C/Cd
1,400
1,200
1,000
y = 0,9996x2,6341
0,800
He1/Hd

He1/Hd vs
0,600 C/Cd
0,400
0,200
0,000
0,980 1,000 1,020 1,040 1,060
C/Cd
Gambar 1.10 Grafik He1/Hd vs C/Cd

Grafik He1/Hd vs C/Cd bertujuan untuk membuktikan bahwa pada saat

He1/Hd bernilai 1, maka C/Cd juga akan bernilai 1. Keadaan tersebut akan

terpenuhi jika dari hasil perhitungan tersebut di plot kemudian diberi

trendline berupa trendline set intercept 0. Percobaan He1/Hd vs C/Cd,

setelah dibuat grafik dengan menggunakan regresi liner dengan set

intercept = 0, hubungan antara He1/Hd dan C/Cd didapatkan hasil bahwa

pada saat He1/Hd bernilai 1, maka C/Cd juga bernilai 1. Berdasarkan

gambar 1.10 yaitu persamaannya y = x. Hal ini dibuktikan dengan

persamaan y = 0,9996x2,6341 dan hasil grafik hubungan He1/Hd vs C/Cd

27
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

tidak ideal karena nilai He1/Hd vs C/Cd tidak bernilai sama, berarti grafik

diatas tidak ideal. Hal ini dikarenakan kesalahan pembacaan tinggi muka

air pada saat praktikum terutama pada bagian hulu atau tinggi muka air

sebelum melewati ambang dan pembacaan manometer.

1.10 KESIMPULAN

Perhitungan data dari hasil percobaan aliran melaui ambang lebar dan

analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Karakteristik aliran air yang melewati ambang lebar dapat dibedakan

menjadi tiga bagian, yaitu keadaan loncat, keadaan peralihan dan keadaan

tenggelam. Perbedaan antara setiap karakteristik aliran berdasarkan tinggi

muka air di atas ambang dengan debit air yang melalui ambang.

2. Pengaruh perubahan keadaan tinggi air di muka hilir dan hulu adalah

sebagai berikut.

a. Keadaan loncat adalah keadaan dimana tinggi muka air di hulu tidak

dipengaruhi oleh keadaan tinggi muka air di hilir saluran.

b. Keadaan peralihan adalah keadaan dimana tinggi muka air di hulu

mulai dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

c. Keadaan tenggelam adalah keadaan tinggi muka air di hulu

dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

3. Debit mempengaruhi tinggi muka air. Apabila debit air yang diberikan

semakin besar, maka tinggi muka air juga akan semakin tinggi dan jika

debit diperkecil, maka tinggi muka air akan rendah.


28
Kelompok 6 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai