Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Hidrolika

BAB 1

ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR

1.1 PENDAHULUAN

Syarat penting dalam merancang bangunan air adalah dengan mengetahui

sifat-sifat atau karakteristik aliran air yang melewatinya. Hal ini sangat

dibutuhkan untuk membuat bangunan air yang akan sangat berguna dalam

pendistribusian air maupun pengaturan sungai. Salah satu jenis ambang yang

digunakan untuk menentukan karakterisitik aliran adalah dengan menggunakan

ambang lebar.

Percobaan ambang lebar adalah mengamati aliran yang melewati ambang

lebar yang merupakan aliran berubah tiba-tiba. Ambang yang digunakan dalam

percobaan ini adalah ambang lebar. Ambang lebar dapat digunakan untuk

menghitung debit saluran air dan aplikasinya di lapangan banyak digunakan pada

saluran irigasi dan sungai yang fungsinya meninggikan tinggi muka air di sungai.

Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), di mana

tinggi energi hulu harus lebih kecil dari panjang mercu. Pola aliran di atas alat

ukur ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada

sekarang, maka bangunan ini bisa mempunyai bentuk yang berbeda-beda,

sementara debitnya tetap sama.

1
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Hal yang dilakukan pada percobaan ini adalah meninjau aliran yang

melalui ambang dengan keadaan aliran berubah secara tiba-tiba. Ambang yang

digunakan adalah ambang lebar.

Penggunaan ambang lebar mempunyai beberapa alasan. Alasan

menggunakan ambang lebar adalah :

1. Ambang ini akan menjadi model untuk diaplikasikan dalam perencanaan

bangunan pelimpah. Selain itu dengan memperhatikan aliran pada

ambang, praktikan dapat mempelajari karakteristik dan sifat aliran pada

percobaan ini.

2. Bentuk ambang ini adalah bentuk yang paling sederhana sehingga proses

pelaksanaan percobaan dapat dilakukan dengan mudah.

Hulu Hilir

Gambar 1.1 Ambang Lebar


(Sumber : Kamila Fadyana, 2015)

Percobaan ini mengamati tentang karakteristik aliran yang melalui

ambang lebar dengan tipe karakteristik sebagai berikut :

1. Keadaan loncat, yaitu keadaan dimana tinggi muka air di hulu saluran

tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

2
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

2. Keadaan peralihan, yaitu keadaan dimana tinggi muka air di hulu saluran

mulai dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

3. Keadaan tenggelam, yaitu keadaan dimana tinggi muka air di hulu

saluran dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

Hasil dari percobaan ini yaitu memperoleh gambaran mengenai sifat

aliran, berupa bentuk atau profil aliran melalui analisa model fisik dari sifat aliran

yang diamati. Ambang juga dapat digunakan untuk mengukur debit air yang

mengalir pada saluran terbuka.

Aliran air di bagian hulu berada pada kondisi subkritis, dimana

karakteristik aliran air berada pada kondisi tenang. Pada saat air melalui ambang

dan mengalami terjunan, air akan mengalami pelepasan energi dan perubahan

kecepatan aliran, sehingga terjadi air loncatan dan kondisi air berubah menjadi

kondisi superkritis. Pada kondisi ini karakteristik aliran air berada pada kondisi

tidak stabil atau tidak tenang. Kondisi aliran pada bagian yang lebih hilir

selanjutnya berubah menjadi subkritis kembali setelah melewati air loncat, dimana

karaktersitik aliran air berubah menjadi tenang kembali

1.2 TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dilakukannya percobaan aliran melalui ambang lebar ini adalah

sebagai berikut :

1. Mempelajari karakteristik aliran yang melalui ambang lebar.

2. Mempelajari pengaruh perubahan keadaan tinggi muka air di hilir dan di

hulu saluran.
3
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

3. Mempelajari hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air

yang melimpah di atas ambang.

1.3 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

Peralatan yang digunakan pada saat percobaan ambang lebar terdapat

pada gambar 1.2.

Gambar 1.2 Model Saluran Terbuka untuk Percobaan Ambang Lebar


(Sumber : Henday Kurniawan, 2015)

Keterangan :

1. Ambang lebar

2. Alat pengukur kedalaman

3. Meteran

4. Venturimeter dan pipa manometer

5. Sekat pengatur hilir

6. Penampung air

7. Generator dan pompa air

4
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1.4 TEORI DASAR DAN RUMUS

1.4.1 Debit Aliran (Q)

Berdasarkan prinsip kekekalan energi, impuls-momentum, dan

kontinuitas (kekekalan massa), serta dengan asumsi terjadi kehilangan energi,

dapat diterapkan persamaan Bernoulli untuk menghitung besar debit berdasarkan

tinggi muka air sebelum dan pada kontraksi.

V1 V2
A1 A2
P1 P2

∆h

Gambar 1.3 Venturimeter


(Sumber : Priyadi, 2015)

Besarnya aliran debit (Q) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :
1
Q = 110,9069 × π × (∆H) 2
(cm3/s) (1.1)

Di mana :

Q = Debit Aliran (cm/s)

∆H = H 2  H1  Koreksi (cm)

5
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Efek pembendungan yang terjadi di sebelah hulu saluran disebabkan

karena adanya ambang. Efek ini dapat dilihat dari naiknya permukaan air bila

dibandingkan dengan sebelum dipasang ambang. Naiknya permukaan air ini

merupakan gejala alam dari aliran dimana untuk memperoleh aliran air yang

stabil.

Aliran yang melewati ambang biasanya akan berperilaku sebagai aliran

kritis, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil. Kondisi setelah melewati

aliran kritis, maka kondisi tersebut disebut aliran superkritis.

1.4.2 Koefisien Pengaliran (C)

Koefisien pengaliran adalah bilangan yang besarnya tergantung pada

kondisi permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah, dan lamanya hujan di

daerah pengaliran. Penentuan nilai C dilakukan melalui pendekatan yaitu

berdasarkan karakter permukaan. Kecepatan aliran yang mengalir melewati di atas

pelimpah dapat di rumuskan sebagai berikut :

1 1
V  (g × y)  (g × He)
2 2
(1.2)

He  y  t (1.3)

Di mana :

g : Percepatan gravitasi = 9,810 m/s2

t : Tinggi ambang = 11,000 cm

6
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Debit aliran yang melalui pelimpah tersebut relatif kecil, maka

diperlukan koefisien reduksi bagi debit (Q) maka :

1 3
Q  C × g 2 × L × He 2 (1.4)

1
Apabila Q  C × g 2 disubstitusikan ke persamaan (1.4) maka diperoleh

persamaan sebagai berikut :

3
Q  C × L × He 2 (1.5)

Apabila debit yang mengalir telah diketahui nilainya, maka nilai

koefisien pengaliran (C) dapat diperoleh menggunakan rumus :

Q
C  3
(1.6)
2
b × He

Di mana :

b : Lebar saluran

1.5 PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur dalam percobaan aliran air melalui ambang lebar ini adalah

sebagai berikut :

1. Meletakkan ambang lebar pada posisi tertentu dalam model saluran

terbuka.

2. Mengkalibrasikan alat pengukur kedalaman dan venturimeter. Mencatat

dimensi ambang.

7
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

3. Menyalakan pompa dengan debit air tertentu sesuai dengan yang

diinginkan tetapi tidak meluap.

4. Mengatur sekat di hilir sedemikian rupa sehingga memperoleh keadaan

loncat pertama, loncat kedua, peralihan, tenggelam pertama, dan

tenggelam kedua. Mengambil data masing-masing setelah keadaan aliran

sudah stabil.

5. Menentukan delapan titik pengamatan tinggi muka air. Mencatat data

tinggi muka air pada delapan titik pengamatan pada masing-masing

keadaan untuk mengambil profil aliran. Mencatat data dari venturimeter

untuk mendapatkan debit.

6. Mengulangi langkah 4 dan 5 untuk empat debit yang berbeda. Mencatat

data kedalaman air di hulu (Y1) dan kedalaman air di hilir (X1).

7. Mengatur debit aliran mulai dari yang besar ke debit terkecil yang masih

mengalir dalam percobaan empat debit yang berbeda.

8. Mencatat tinggi raksa pada manometer untuk setiap perubahan debit.

9. Mengosongkan sekat di hilir jika percobaan selesai dilakukan.

1.6 PROSEDUR PERHITUNGAN

Prosedur perhitungan dalam percobaan aliran air ambang lebar adalah

sebagai berikut :

1. Menggambar profil muka air sesuai dengan data yang didapat.

2. Menghitung besarnya debit yang mengalir (Q) menggunakan rumus 1.1

3. Menghitung besarnya He1 dan He2 menggunakan rumus 1.3


8
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

4. Menghitung koefisien pengaliran (C) menggunakan rumus 1.6

5. Menentukan nilai Cd dan Hd menggunakan grafik He1 vs C.

1.7 GRAFIK DAN KETERANGANNYA

Hasil dari percobaan kali ini akan digambarkan dengan grafik, baik

grafik muka air maupun hubungan antara data yang telah didapatkan. Hal-hal

yang diperlukan untuk pembuatannya antara lain :

1. Profil muka air

a. Mengambil data yang dapat menggambarkan profil aliran dari hulu,

melewati ambang, setelah melewati ambang, dan hilir. Mengambil

nilai x dari sebelum ambang sampai setelah ambang.

b. Menggambarkan semua profil aliran dalam satu grafik.

2. He1 vs He2

a. Grafik ini bertujuan untuk membuktikan karakteristik air yang

melewati ambang. Kondisi tinggi muka air di hulu dan di hilir

ditunjukkan dalam bentuk grafik He1 vs He2. Idealnya, nilai He1 akan

selalu sama selama air masih dalam kondisi loncat. Bahwa tinggi

muka air di hulu belum dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir.

b. Menggambarkan semua debit yang digunakan dalam satu grafik.

3. He1 vs Q

a. Grafik ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara He1 dan Q.

Idealnya, nilai He1 akan semakin besar pada saat Q yang dialirkan

9
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

juga semakin besar. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan

persamaan hasil regresi power (pangkat).

b. Menggunakan trendline dengan regresi power.

4. He1 vs C

a. Grafik ini bertujuan untuk menentukan nilai Cd dan Hd.

Mendapatkan nilai Cd dengan cara merata-ratakan nilai C yang

berdekatan. Nilai C yang menyimpang tidak digunakan. Nilai Hd

didapatkan dengan cara mem-plot nilai Cd kemudian menarik garis

tegak lurus sumbu x sampai berpotongan dengan trendline kemudian

menarik ke arah sumbu y.

b. Memberi trendline regresi power.

5. Q vs C

a. Grafik ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara Q dan C.

Nilai C akan relatif konstan untuk setiap nilai Q yang berbeda.

Memakai grafik ini untuk menunjukkan hubungan antara nilai C dan

Q
Q dimana persamaan C yaitu C  3
2
b × He

b. Menggunakan trendline regresi linear.

6. He1/Hd vs C/Cd

a. Menggunakan nilai Hd dan Cd yang diperoleh dari grafik He1 vs C.

b. Menggunakan grafik ini untuk membuktikan bahwa pada saat

He1/Hd bernilai 1, maka C/Cd juga akan bernilai 1.

10
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1.8 TABEL DAN DATA PERHITUNGAN

1.8.1 Percobaan dengan Debit Tetap

Hasil yang didapat dari percobaan aliran melalui ambang lebar dengan

debit tetap adalah seperti berikut :

Data alat :

Tinggi ambang (t) = 11,00 cm

Lebar ambang (b) = 9,70 cm

Panjang ambang ( L ) = 2,60 cm

Tabel 1.1 Data Pembacaan Manometer

Sebelum Sesudah

H1 = 98,00 cm H1 = 80,00 cm
H2 = 118,00 cm H2 = 140,00 cm
Koreksi = 2,00 cm ∆H = 4,00 cm

11
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Tabel 1.2 Data untuk Menggambarkan Profil Muka Air

Loncat I Loncat II Peralihan Tenggelam I Tenggelam II

Titik
X Y X Y X Y X Y X Y
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)

1 5,00 14,00 5,00 14,00 5,00 14,00 5,00 15,00 5,00 16,00

2 25,00 13,70 25,00 13,70 25,00 13,70 25,00 15,20 25,00 16,00

3 50,00 12,20 50,00 12,20 50,00 12,20 50,00 15,00 50,00 16,00

4 60,00 1,80 59,50 4,10 55,00 10,50 55,00 15,00 55,00 15,20

5 65,70 1,00 60,00 3,60 60,00 11,00 150,00 15,00 100,00 15,50

6 105,30 3,00 85,00 4,70 90,00 11,00 200,00 15,00 130,00 15,50

7 300,00 4,60 300,00 5,50 300,00 12,00 300,00 15,30 300,00 16,20

8 370,00 5,10 370,00 6,20 370,00 12,70 370,00 16,00 370,00 16,90

1.8.2 Percobaan dengan Debit Berubah

Data yang diperoleh dalam percobaan ambang lebar untuk debit berubah

adalah sebagai berikut :

12
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Tabel 1.3 Data untuk Membuat Grafik He1 vs He2 dan He1 vs Q
Manometer (cm) Q Jenis Y1 Y2 He1 He2
Debit
H1 H2 Koreksi ∆H (cm3/s) Aliran (cm) (cm) (cm) (cm)

L1 12,50 3,80 1,50 -7,20

L2 12,50 4,90 1,50 -6,10

Q1 9,80 12,20 2,00 0,40 220,26 P 12,70 12,60 1,70 1,60

T1 13,40 14,50 2,40 3,50

T2 13,40 15,40 3,40 4,40

L1 12,70 4,80 1,70 -6,20

L2 12,70 5,90 1,70 -5,10

Q2 9,50 12,50 2,00 1,00 348,26 P 13,70 12,40 2,70 1,40

T1 15,10 15,90 4,10 4,90

T2 15,20 16,20 4,20 5,20

L1 14,00 5,10 3,00 -5,90

L2 14,00 6,10 3,00 -4,90

Q3 8,00 14,00 2,00 0,40 696,51 P 14,00 12,70 3,00 1,70

T1 15,00 16,00 4,00 5,00

T2 16,00 16,90 5,00 5,90

L1 14,50 5,60 3,50 -5,40

L2 14,60 6,60 3,60 -4,40

Q4 6,50 15,50 2,00 7,00 921,40 P 14,80 13,20 3,80 2,20

T1 15,90 16,50 4,90 5,50

T2 16,50 17,50 5,50 6,50

13
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tabel 1.4 Data untuk Membuat Grafik He1 vs C, Q vs C dan He1/Hd vs C/Cd

Kelompok 8
Manometer (cm)
C Cd Hd
Q Y1 He1
Debit He /Hd C/Cd
(cm3/s) (cm) (cm)
H1 H2 Koreksi ∆H (cm0,5/s) (cm0,5/s) (cm)

Q1 9,80 12,20 0,40 220,25 13,10 2,10 2,78 0,85 1,02

Q2 9,50 12,50 1,00 348,25 13,88 2,88 2,74 1,16 0,99


2,00 2,76 2,48
Q3 8,00 14,00 4,00 696,50 14,60 3,60 3,92 1,45 1,42

Q4 6,50 15,50 7,00 921,38 15,26 4,26 4,03 1,72 1,46

Universitas Gunadarma
Jurusan Teknik Sipil
Laporan Praktikum Hidrolika

14
Laporan Praktikum Hidrolika

Contoh perhitungan pada percobaan aliran melalui ambang lebar adalah

sebagai berikut :

Tinggi ambang (t) = 11,00 cm

Lebar ambang (b) = 9,70 cm

π = 3,14

H1 = 9,80 cm

H2 = 12,20 cm

Koreksi = 2,00 cm

Maka dapat dihitung :

∆H = H 2  H1  Koreksi

= 12,20  9,80  2,00

= 0,40 cm
1

= 110,9069  π  (H)
2
Q1

= 110,9069  3,14  (0,40) 2

= 220,26 cm3/s

He1 = y1  t

= 12,50  11,00

= 1,50 cm

He2 = y2  t

= 3,80  11,00

= –7,20 cm

15
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

12,50  12,50  12,70  13,40  14,40


Y1 rata-rata =
5

= 13,10 cm

1,50  1,50  1,70  2,40  3,40


He1 rata-rata =
5

= 2,10 cm

Q
C1 = 3
b × He 2

220,25
= 3
2
9,70 × (2,10)

= 2,78

C
Cd =
4

2,78  2,74  3,92  4,03


=
4

= 2,76

2,10
He1/Hd =
2,48

= 0,85
2,78
C/Cd =
2,76
= 1,01

16
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1.9 GRAFIK DAN ANALISA

Grafik dari percobaan aliran yang melalui ambang lebar adalah sebagai

berikut :

1. Profil Muka Air

Gambar 1.4 Grafik Profil Muka Air (Ambang Lebar)

Berdasarkan grafik profil muka air, dapat dijelaskan bagaimana keadaan

profil aliran yang melewati ambang pada tiga keadaan, yaitu keadaan

loncat, keadaan peralihan dan keadaan tenggelam yang didapat dengan

mengatur sekat pada hilir saluran. Tujuan dari pembuatan grafik ini, yaitu

untuk mengetahui serta menggambarkan profil aliran dari hulu ambang,

pada saat melewati ambang, keadaan setelah melewati ambang, dan hilir.

Keadaan yang terjadi pada aliran tersebut adalah :

17
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

a. Keadaan loncat I dan loncat II

Keadaan loncat adalah keadaan tinggi muka air di hulu tidak

dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir. Pada Gambar 1.4

menunjukkan hasil percobaan dengan keadaan loncat I dan loncat II

yang ditunjukkan dengan garis berwarna biru dan merah, tinggi

muka air di hulu pada loncat I dan loncat II di titik 1 sampai 3

memiliki tinggi yang relatif sama. Hal tersebut dikarenakan muka air

di hulu belum dipengaruhi dengan tinggi muka air di hilir. Pada titik

4, 5, dan 6 air terjatuh setelah melewati ambang dan terjadi loncatan

air, pada titik 7 dan 8 terjadi kenaikan tinggi muka air. Jarak

loncatan air di loncat II lebih dekat dengan ambang karena terjadi

penambahan pemasangan sekat di hilir.

b. Keadaan peralihan

Keadaan peralihan adalah tinggi muka air di hulu mulai dipengaruhi

oleh tinggi muka air di hilir. Pada Gambar 1.4 menunjukkan hasil

percobaan dengan keadaan peralihan yang ditunjukkan dengan garis

berwarna hijau. Pada keadaan peralihan, air yang melewati ambang

masih terjadi loncatan air dan juga terjading gelombang air, hal ini

disebabkan oleh penambahan sekat.

c. Keadaan tenggelam I dan tenggelam II

Keadaan tenggelam adalah tinggi muka air di hulu semakin tinggi

karena dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir. Pada Gambar 1.4

menunjukkan hasil percobaan dengan keadaan tenggelam I dan


18
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

tenggelam II yang ditunjukkan dengan garis berwarna ungu dan biru

muda. Pada keadaan tenggelam I dan II sudah tidak terjadi loncatan

air dan kondisi air setelah melewati ambang lebih tenang

dibandingkan di kondisi peralihan. Kondisi keadaan tenggelam I

memiliki tinggi muka air yang lebih kecil dibandingkan kondisi

tenggelam II. Hal tesebut disebabkan adanya penambahan sekat pada

kondisi tenggelam II.

2. He1 vs He2

Gambar 1.5 Grafik He1 vs He2 (Ambang Lebar)

Grafik He1 vs He2 adalah grafik yang bertujuan untuk membuktikan

karakteristik air yang melewati ambang. Idealnya, nilai He1 akan selalu

sama selama air masih dalam kondisi loncat. Artinya bahwa tinggi muka

air di hulu belum dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir. Pada kondisi

19
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Q1, Q2, Q3 dan Q4 yang terdapat pada grafik He1 vs He2 terjadi kenaikan

muka air dikarenakan debit yang berubah juga semakin tinggi, sehingga

menyebabkan tinggi muka air di atas ambang yang berada di hulu saluran

juga mengalami kenaikan. Pada Gambar 1.5 Grafik He1 vs He2 terjadi

penyimpangan karena garis Q2 memotong Q3. Hal ini disebabkan terjadi

kesalahan dalam pengukuran tinggi muka air, dimana pengukuran tinggi

muka air dilakukan pada saat kondisi aliran air yang belum stabil.

3. He1 vs Q

Gambar 1.6 Grafik He1 vs Q (Ambang Lebar)

Grafik He1 vs Q bertujuan untuk mencari hubungan antara He1 dengan Q.

Idealnya semakin besar nilai debit (Q) maka nilai tinggi muka air di atas

ambang (He1) juga semakin besar. Hal tersebut telah ditunjukkan di dalam

grafik. Hubungan tersebut ditunjukkan oleh regresi power dengan

20
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

persamaan y = xb. Berdasarkan percobaan, didapat persamaan garis

trendline y = 0,1787x0,4638. Koefisien determinan atau nilai R2 adalah nilai

yang menunjukkan seberapa besar variabel y dipengaruhi oleh variabel x.

Nilai R2 idealnya bernilai 1 artinya variabel y sepenuhnya dipengaruhi

variabel x. Berdasarkan hasil percobaan, nilai R2 yang didapat 0,9756.

Artinya tinggi muka air di hulu 97,5% dipengaruhi oleh besarnya debit,

sedangkan 2,5% lainnya dipengaruhi oleh koefisien pengaliran (C) dan

lebar saluran (L). Hal tersebut juga dapat terlihat dari sebaran data yang

terdapat pada grafik, dimana penyebaran data berada di dekat trendline

regresi power dengan bentuk grafik yang mengalami kenaikan.

Berdasarkan analisa Grafik pada Gambar 1.6 dapat dikatakan sudah ideal,

yang berarti semakin besar debit maka tinggi muka air di atas ambang

yang berada di hulu saluran juga mengalami kenaikan.

21
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

4. He1 vs C

Gambar 1.7 Grafik He1 vs C (Ambang Lebar)

Grafik ini bertujuan untuk membuat hubungan grafik antara He1 dengan C

yaitu untuk menentukan nilai Cd dan Hd. Grafik ini menggunakan regresi

power dengan persamaan y= axb. Berdasarkan hasil percobaan, didapat

persamaan sebesar y= 0,6767x1,2712. Mencari nilai Cd dengan cara merata-

ratakan nilai C yang berdekatan, nilai C yang menyimpang tidak

digunakan sehingga diperoleh Cd = 2,76. Nilai Hd didapat dari hasil

plotting sebesar = 2,48. R2 adalah koefisien determinan, yaitu nilai yang

menunjukkan seberapa besar variabel y dipengaruhi oleh variabel x. R2

idealnya bernilai 1, artinya variabel y sepenuhnya di pengaruhi variabel x.

Berdasarkan hasil percobaan nilai R2 yang didapat 0,76. Artinya tinggi

koefisien pengaliran sebesar 76% dipengaruhi oleh besarnya ketinggian air

di atas ambang, sedangkan 24% lainnya dipengaruhi oleh debit (Q) dan

22
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

lebar saluran (b). Hal tersebut juga dapat terlihat dari penyebaran data

yang terdapat pada grafik, dimana selebaran data berada di dekat trendline

regresi power dengan bentuk grafik yang mengalami kenaikan.

Berdasarkan analisa Gambar 1.7 Grafik He1 vs C dapat dikatakan sudah

ideal.

5. Q vs C

Gambar 1.8 Grafik Q vs C (Ambang Lebar)

Grafik Q vs C bertujuan untuk mencari hubungan antara Q dengan C.

Idealnya semakin besar debit (Q) maka nilai koefisien pengaliran (C)

akan semakin besar pula. Hubungan ditunjukkan oleh regresi linear

dengan persamaan idealnya yaitu y = ax. Berdasarkan percobaan,

didapat persamaan y = 0,0021x + 2,2248 dengan nilai slope a = 0,0021

menunjukkan hubungan Q dan C berbanding lurus. Nilai R2 adalah

23
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

koefisien determinan, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar

variabel y dipengaruhi oleh variabel x. R2 idealnya bernilai 1 artinya

variabel y sepenuhnya dipengaruhi variabel x. Berdasarkan hasil

percobaan nilai R2 yang didapat 0,914. Artinya koefisien pengaliran

91,4% dipengaruhi oleh besarnya debit, sedangkan 8,6% lainnya

dipengaruhi oleh tinggi aliran di atas ambang (He) dan lebar saluran (b).

Gambar 1.8 Grafik Q vs C menunjukkan bahwa data yang diperoleh

tidak mencapi kondisi ideal. Hal ini terjadi karena kurangnya ketelitian

ketika melakukan pengamatan sehingga data yang diolah tidak

mendapatkan nilai yang ideal.

6. He/Hd vs C/Cd

Gambar 1.9 Grafik He1/Hd vs C/Cd (Ambang Lebar)

Grafik He1/Hd vs C/Cd bertujuan untuk membuktikan bahwa pada saat

He1/Hd bernilai 1, maka C/Cd juga bernilai 1. Keadaan tersebut akan


24
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

terpenuhi jika menggunakan trendline regresi linear dengan set intercept

0, sehingga persamaan idealnya, yaitu y = ax. Berdasarkan percobaan,

didapat persamaan garis trendline y = 1,0696x dengan a = 1,0696 yaitu

slope yang menunjukkan arah regresi adalah positif jadi semakin besar

nilai He1/Hd maka C/Cd juga bernilai semakin besar. Gambar 1.9 Grafik

He1/Hd vs C/Cd menunjukkan bahwa data yang diperoleh memiliki

kondisi hampir ideal . Percobaan ini terbukti karena nilai He1/ Hd harus

sama dengan 1 dan nilai C/Cd juga harus sama dengan 1.

1.10 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis dari data hasil percobaan

yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik aliran air yang melewati ambang lebar terbagi menjadi tiga,

yaitu keadaan loncat, keadaan peralihan, dan keadaan tenggelam. Hal ini

disebabkan oleh karateristik aliran yang berdasarkan tinggi muka air di

hilir saluran. Pembagian karakterisitik tersebut dipengaruhi oleh

perbedaan tinggi muka air di hulu dan di hilir.

2. Perbedaan tinggi muka air di hulu dan di hilir berpengaruh pada

karakteristik aliran yang terjadi. Tinggi muka air di hulu pada keadaan

loncat tidak mengalami perubahan karena belum dipengaruhi tinggi

muka air di hilir. Tinggi muka air di hulu pada keadaan peralihan mulai

berubah dipengaruhi tinggi muka air di hilir. Keadaan tinggi muka air di

hulu pada keadaan tenggelam semakin tinggi yang disebabkan oleh sekat
25
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

dengan pengaruh tinggi muka air yang terus bertambah tinggi. Tinggi

muka air di hulu dengan di hilir untuk setiap debit yang berbeda terus

mengalami kenaikan dari keadaan loncat, keadaan peralihan hingga

keadaan tenggelam.

3. Besar debit yang diberikan mempengaruhi tinggi muka air di atas

ambang. Apabila debit semakin besar, maka tinggi muka air semakin

tinggi. Sebaliknya apabila debit diperkecil, maka tinggi muka air semakin

rendah. Hal tersebut dapat diketahui melalui grafik He1 vs Q yang

berbandinng lurus, dimana semakin besar debit air maka semakin besar

tinggi muka air di hulu, sehingga tinggi muka air di atas ambang juga

semakin besar.

26
Kelompok 8 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai