Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS MODEL UJI FISIK PELIMPAH BENDUNGAN

PATARUMAN DI KOTA BANJAR JAWA BARAT

Oleh : Wahyu Sumarno

ABSTRAK: Banjar merupakan Kota yang terletak di Jawa Barat. Konstruksi Bendungan Pataruman
diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pasokan air baku. Untuk mengatasi masalah ini,
pemerintah merencanakan pembangunan bendungan. Analisis hidrolik model fisik Pelimpah Bendungan
Pataruman merupakan salah satu prosedur untuk perencanaan bendungan. Tujuan dari analisis model fisik
Bendungan Pataruman adalah meneliti dan memberikan alternatif terbaik bagi peningkatan kinerja hidrolik
pelimpah keseluruhan berdasarkan perencanaan awal. Analisis hidrolik model fisik Bendungan Pataruman
dilakukan berdasarkan perencanaan awal. Hasil akhir uji model fisik menunjukkan bahwa desain bendungan
telah aman namun untuk keamanan gerusan perlu ditambahkan groundsill pada peredam energi hilir.
Key words : Bendungan, Pelimpah, Gerusan, Uji model, Hidrolika

ABSTRACT: Banjar regency is located on West Java. Pataruman Dam will be built to fulfill community needs
of raw water supply. To solve this problem, the government is planning the construction of dams. Hydrauic
analysis of physical models Pataruman Dam spillway is one of the procedures to planning the dam. The purpose
of the analysis of physical models Pataruman Dam is researching and provide the best planning alternative for
the performance improvement of hydraulics spillway based on the original design. Hydraulic analysis of
physical models is based on original design. The final result of physical model is indicates that the design of the
dam was safe but for the safety of scouring should be groundsill added on the downstream of stilling basin.
Key words: Dams, Spillway, Scouring, Models test, Hydraulic

PENDAHULUAN Bendungan yang fungsi utamanya adalah


Kebutuhan air merupakan kebutuhan mensuplai kebutuhan air baku. Salah satu
pokok masyarakat yang harus dipenuhi oleh pekerjaan dalam kegiatan tersebut adalah Uji
pemerintah disamping kebutuhan-kebutuhan Model Fisik.
lainnya yang diperoleh dari pengelolaan Dengan adanya dukungan Uji Model Fisik
sumber daya alam. Ketersediaan air di musim Hidrolika ini diharapkan bisa memantapkan
kemarau saat ini masih merupakan hasil perencanaan, sehingga keamanan
permasalahan yang belum seluruhnya dapat bendungan tersebut dapat dipenuhi.
dipecahkan oleh pemerintah dalam rangka Maksud dan tujuan dari uji model fisik
memenuhi kebutuhan masyarakat antara lain hidrolika ini adalah untuk mempelajari perilaku
disebabkan oleh karena sumber air yang makin hidrolika pada bangunan pelimpah tipe
langka akibat penggundulan hutan dan pelimpah samping yang ditunjang dengan
penggunaan air yang tidak terkontrol. beberapa bangunan yang terdiri atas 3 bagian
Wilayah Kota Banjar terletak di bagian bangunan yaitu saluran transisi, saluran
peluncur dan bangunan peredam energi
Timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan
(stilling basin). Serta memberikan saran
daerah yang relatif sedikit sumber air yang
penyempurnaan dari aspek hidrolika yang
tersedia pada musim kemarau. Dari berupa alternatif desain berdasarkan
keterbatasan sumber air tersebut perlu perencanaan yang sudah ada, bila dari hasil
dibangun waduk guna menampungair selama percobaan diketahui bahwa desain yang ada
musim hujan agar air pada sungai-sungai yang kurang memuaskan.
ada tidak terbuang begitu saja. Air tanah di
sekitarnya juga dapat terjaga sehingga hutan BAHAN DAN METODE
dapat dikembangkan lagi yang pada akhirnya Pada penelitian ini menggunakan model
hutan-hutan tersebut dapat ikut berperan dalam fisik skala sama (undistorted scale).
melestarikan sumber-sumber air yang ada. Pengamatan dilakukan debit banjir rancangan
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih mulai Q2th, Q25th, Q50th, Q100th, Q1000th, dan ½
khususnya bagi penduduk di wilayah Kota QPMF.
Banjar Jawa Barat. Untuk itu maka dibuat
suatu kegiatan perencanaan detail berupa 1. Model Fisik Hidraulik
45
Model fisik hidraulik atau sering disebut pertimbangan antara lain : Tujuan dari
sebagai model skala adalah peniruan bangunan pengujian, Ketelitian yang diharapkan.
prototipe ke dalam suatu model miniatur skala Fasilitas yang tersedia di laboratorium dan
tertentu, dengan memperhatikan prinsip Waktu dan biaya yang tersedia. Berdasar
kesebangunan dan hubungan antar skala ketentuan tersebut, maka digunakan skala
parameter yang harus dipenuhi (De Vries, M, geometri 1:40.
1977).
3. Kapasitas Pengaliran Melalui Pelimpah
2. Penetapan Skala Model Untuk menentukan besarnya debit yang
Apabila hubungan antar skala dan melewati pelimpah (spillway) dipergunakan
kesebangunan telah dipenuhi, maka sebelum rumus (Sosrodarsono, Suyono dkk, 1977) :
menetapkan besaran skala yang akan Q = C . L . H3/2
digunakan terlebih dahulu harus dengan:
memperhatikan tingkat ketelitian (Sharp J.J., Q = debit (m3/dt)
1981). C = koefisien limpahan (m0.5/dt)
Skala model yang digunakan dalam L = lebar efektif mercu pelimpah (m)
pengujian ini didasarkan pada beberapa H = total tinggi tekanan air (m)

Gambar 1. Koefisien limpahan dari berbagai type bendung

Pehitungan hidrolika kecepatan aliran di atas pelimpah dapat dihitung dengan rumus berikut :
VZ  2 g ( Z  H Z  y z )
Q
 Vz . y z
L
Vz
Fz 
g. y z
dengan: Z = tinggi jatuh atau jarak vertikal dari
Q = debit aliran (m3/dt) permukaan hulu sampai lantai kaki hilir (m)
L = lebar efektif pelimpah Hz = tinggi kecepatan hulu (m)
Vz = kecepatan aliran (m/dt) Yz = kedalaman aliran di kaki pelimpah (m)
g = Percepatan gravitasi Fz = bilangan Froude
46
4. Saluran Transisi dan peluncur dan relatif berkurang dibanding pada bagian
Fenomena pola aliran pada saluran saluran transisi. Rumus pengaliran hidrolika
transisi pada pelimpah termasuk di dalam pada saluran transisi dan saluran peluncur
kategori yang ke 3, yaitu kondisi aliran super secara teori dapat dihitung dengan pendekatan
kritis (pada saluran transisi) ke tingkat sub rumus kekekalan energi antara dua pias, yaitu
kritis (pada saluran peluncur). dengan pendekatanHukum Bernoulli yang
Fenomena profil muka air pada saluran secara skematik dapat dijelaskan sebagai
peluncur gelombang alirannya sudah menurun berikut : (Chow, Ven Te, 1985)

Gambar 2. Skema Penampang Memanjang Aliran Saluran Peluncur


Persamaan kekekalan energi pada pias Dengan kemiringan gesekan Sf diambil
penampang saluran transisi dan peluncur sebagai kemiringan rata-rata pada kedua ujung
adalah sebagai berikut : (Chow, Ven Te, 1985) penampang atau S f.
Z1 = So.Δx + y1 + Z2 Maka persamaan di atas dapat ditulis :
Z2 = y2 +Z2
Kehilangan tekanan akibat gesekan adalah : V12 V22
hf = Sf . Δx = ½ ( S1 + S2 ) Δx Z 1  a1 .  Z 1  a 2 .  h f  he
2g 2g

47
Gambar 3. Skema Penampang Memanjang Aliran Pada Saluran Peluncur yang
disederhanakan

5. Peredam Energi Rumus hidrolika struktur yang digunakan


Fenomena aliran yang terjadi pada saluran dalam perhitungan pada kolam olakan datar
peluncur adalah dengan kecepatan aliran yang antara lain adalah sebagai berikut:
sangat tinggi, dengan kondisi pengaliran super Bilangan Froude di akhir saluran
kritis. Oleh karena itu sebelum aliran air di peluncur:
alirkan ke sungai harus diperlambat dan V1
dirubah pada kondisi aliran sub-kritis, agar F1 
supaya tidak terjadigerusan yang g.y1
membayahakan geometri sungai pada bagian Kedalaman aliran setelah loncatan
dasar, dan tebing sungai. (kedalaman konjugasi)
Rumus hidrolika yang digunakan sebagai y1
dasar perencanaan peredam energi adalah y2  1  8F12  1
2
berasal dari prinsip hukum kekekalan energi Panjang loncatan hidrolis pada kolam
dengan fenomena gaya-gaya yang bekerja pada olakan (Rangga Raju, 1986)
pias saluran untuk keadaan aliran yang L = A (y2 – y1)
mengalami perubahan dari super kritis menjadi Dimana A bervariasi dari 5,0 sampai 6,9 ,
aliran sub kritis. (Satria, Arief, Alternatif atau secara empirik dapat digunakan grafik
perencanaan pelimpah, 2009) berikut (Sosrodarsono, 1977).
Rumus hidrolika yang digunakan dalam
perhitungan pada kolam olakan datar antara
lain adalah sebagai berikut :

48
Gambar 4 Panjang loncatan hidrolis pada kolam olakan datar tipe I, II dan III

Keterangan : perhitungan potensi gerusan di hilir peredam


 Kondisi sesungguhnya pada kolam olakan energi dengan berbagai pendekatan rumus
type II empiris sebagai berikut :
x Kondisi pengujian model untuk kolam Rumus Jaeger’s
olakan type II  1/ 3

0.25 0.5  h 
'
o Kondisi pengujian model untuk kolam Af  c 6 H q    h ' 
olakan type III   d 90  
dimana ;
6. Kedalaman gerusan pada alur sungai dihilir Af = kedalaman gerusan
peredam energi c = 0.45 s/d 0.65 untuk nilai σ 1.00 – 1.60
Perhitungan teoritis dan pengukuran H = perbedaan elevasi muka air antara
dimodel test hidrolika tentang potensi gerusan upstream dan downstream
yang terjadi pada alur sungai di hilir peredam h’ = kedalaman di downstream (m)
energi merupakan bagian penting untuk q = debit per satuan lebar (m2/dtk)
mengamankan morfologi sungai di hilir d90 = diameter butiran
peredam energi. Sebagai bahan kajian dalam
penelitian ini akan dilakukan pengukuran dan

Gambar 5. Sketsa Gerusan Lokal di hilir Peredam Energi

49
Untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan 1. Hasil Uji Model Seri O
uji model fisik bendungan di laboratorium, Hasil percobaan pendahuluan kinerja
fasilitas pengujian yang akan digunakan di hidraulika model tes seri 0 yang dilakukan di
Laboratorium Hidrolika Terapan terdiri dari Laboratorium Hidrokika terapan Jurusan
peralatan sebagai berikut: Pengairan Fakultas Teknik dapat dijelaskan
1. 4 unit pompa listrik, masing-masing sebagai berikut:
dengan kapasitas debit sebagai berikut : 1). Ketersediaan air pada sistem tandon lebih
 1 unit pompa listrik dengan kapasitas dari cukup untuk melakukan uji coba pada
debit 50 l/det dan 1 unit dengan berbagai debit percobaan,
kapasitas debit 40 l/det. 2). Pompa air dan sistem sirkulasi dapat
 2 unit pompa listrik dengan kapasitas berjalan dengan baik,
debit 15 l/det 3). Alat ukur debit Rechbox kinerjanya sangat
2. Tandon air bawah tanah (ground reservoir) baik, dengan ketelitian pembacaan muka air
dengan kapasitas 1000 m3 dan tandon atas di atas ambang pelimpah minimal 3 mm.
100 m3 4). Kinerja kelancaran dan pola aliran antara
3. Sistem sirkulasi air antara unit pompa - tandon awal sebelum masuk ke model fisik
tandon air dan sistem model test. tampungan bendungan pada sistem di
model tes sangat baik.
4. Beberapa peralatan cetakan material untuk
pekerjaan kayu dan konstruksi pasangan 2. Kolam Tampungan Waduk
Daerah tampungan waduk yang di buat di
batu utuk membentuk model phisik
model fisik hidrolik harus mampu menciptakan
sebangun dengan prototipenya.
fenomena aliran yang tenang dan tidak ada
5. Beberapa peralatan cetakan material untuk
turbulensi aliran. Kondisi aliran yang tenang
pekerjaan kayu dan konstruksi pasangan
pada kolam tampungan pada model akan
batuuntuk membentuk model phisik
memberikan pengaruh yang baik pada
sebangun dengan prototipenya.
penciptaan aliran yang tenang dalam kondisi
6. Instrumentasi pengukuran di laboratorium sub kritis di saluran pengarah pelimpah.
berupa current meter, meteran taraf (point Daerah tampungan yang disediakan di
gauge) dan pizometer serta pengukur debit model fisik mampu memberikan kondisi
di tandon air dengan alat ukur debit tampungan yang tenang dan sesuai dengan
Rechbox. kondisi tampungan waduk pada daerah saluran
7. Instrumentasi pengukuran leveling untuk pengarah secara umum.
pencapaian posisi elevasi yang tepat dari
model phisik berupa water pas dan
theodolit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Tes Seri 0 (Original Design)


Model Tes Seri O (original design) adalah
merupakan model fisik yang dibuat
berdasarkan skala model sama untuk skala
vertikal dan horisontal (undistorted model) Gambar 5. Kondisi daerah tampungan
dengan perbandingan 1 : 40. Model ini dibuat bendungan di model fisik hidraulik
berdasarkan prototipe desain asli sesuai dengan
gambar perencanaan.

3. Saluran Pengarah mengakibatkan beban hidrodinamis pada


Bagian saluran ini sebagai penuntun dan bangunan pelimpah.
pengarah aliran agar aliran tersebut senantiasa Kondisi pengaliran di saluran pengarah
dalam kondisi hidrolika yang baik. Pada pelimpah menggambarkan kondisi yang baik,
saluran pengarah ini, kecepatan masuk aliran relatif tenang.
air tidak boleh melebihi 4 m/det, karena 4. Ambang Pelimpah
apabila melebihi kecepatan tersebut, maka Pelimpah pada Bendungan Gondang di
aliran akan bersifat helisoidal dan kapasitas Kota Karanganyar merupakan Overflow
pengalirannya akan menurun, juga akan spillway dengan tipe pelimpah ogee yang pada
50
saat pengaliran debit banjir maksimum yang kondisi yang paling menguntungkan, baik pada
mungkin terjadi atau PMF pelimpah masih aliran di dalam saluran transisi tersebut
mampu mengalirkan dengan baik dan tidak maupun pada aliran permulaan yang akan
terjadi overtopping pada mercu bendungan menuju saluran peluncur.
utama. Mengingat saluran transisi ini sangat
besar pengaruhnya terhadap regim aliran di
dalam saluran peluncur dan berfungsi sebgai
pengatur aliran pada debit banjir abnormal,
maka bentuk saluran ini direncanakan dengan
sangat hati-hati. Untuk menghindari aliran
helisoidal di dalam saluran ini, maka perlu
diusahakan agar bentuknya simetris terutama
pada penampang lintang dan tampak atasnya.
Gambar 6. Kondisi pelimpah di model fisik
hidraulik
Aliran di saluran pelimpah dalam kondisi
merata dan baik, tidak terindikasi adanya
ketidakmerataan aliran di semua profil crest
pelimpah.
5. Saluran Samping
Aliran air yang mengalir pada pelimpah
samping seperti ini, seolah-olah terbagi dua
tingkatan dengan dua peredam energi pada
bagianakhir saluran samping dan peredam Gambar 7. Kondisi saluran transisi di
energi di akhir bangunan pelimpah. model fisik hidraulik
Aliran pada kondisi debit banjir tidak Pada saluran transisi ini, tercipta aliran
boleh menenggelamkan ambang pada saluran tenang di sepanjang saluran samping sampai
pengatur, sehingga saluran samping dibuat saluran transisi hilir.
cukup rendah terhadap ambang tersebut. 7. Saluran Peluncur
Perbedaan muka air di hulu dan hilir ambang Untuk perencanaan saluran peluncur ini
pelimpah samping tidak kurang dari 2/3 kali diusahakan berdasarkan beberapa kriteria
tinggi air di atas mercu ambang pelimpah bentuk, misalnya: diusahakan agar tampak
tersebut. Pada kondisi ideal, elevasi permukaan atasnya selurus mungkin, bentuk saluran segi
air di hilir ambang pelimpah samping empat, dan kemiringan. Sacara umum kondisi
diusahakan hampir sama dengan elevasi mercu aliran di saluran peluncur dalam kondisi baik
ambang pelimpah tersebut. dan sesuai persyaratan untuk menciptakan
aliran super kritis yang nantinya akan diredam
Keberadaan pintu darurat di sisi kanan
energinya di peredam energi (kolam olak).
ambang pelimpah samping yang dipadu
dengan adanya sill di downstream pintu
tersebut, memberikan pengaruh yang baik pada
aliran di hilir ambang pelimpah (saluran
samping). Adanya sill di hilir saluran samping
memberikan pengaruh yang baik untuk
menciptakan aliran yang relatif merata dan
tenang menuju ke saluran transisi.
6. Saluran Transisi
Saluran transisi merupakan penghubung
antara saluran samping dengan saluran
peluncur. Yang dalam hal ini untuk
menyambungkan saluran samping yang
berbentuk trapesium dengan saluran peluncur
Gambar 8. Kondisi saluran peluncur di
yang berbentuk segi empat. model fisik hidraulik
Saluran transisi direncanakan agar debit
8. Peredam Energi
banjir rencana yang disalurkan tidak
Sebelum aliran air yang melintasi
menimbulkan aliran balik (back water) di
bangunan pelimpah dikembalikan lagi ke
bagian hilir saluran samping dan memberikan
sungai, maka aliran super kritis harus
51
diperlambat dan berada pada kondisi sub kritis. Aliran di saluran samping memberikan kondisi
Untuk keperluan mengurangi energi yang pengalirang yang stabil dan baik karena di hilir
terdapat dalam aliran tersebut, maka di ujung pintu diberikan sill untuk membantu efek
hilir saluran peluncur dibangun peredam peredaman di ujung hulu saluran samping.
energi. Di hilir saluran samping juga diberikan
sill yang juga membantu dalam peredaman
aliran dan mampu menciptakan aliran yang
tenang dan stabil sebelum masuk ke saluran
transisi. Pada saluran transisi, di hilirnya
diberikan ambang yang digunakan untuk
memberikan kondisi hidrulika aliran yang baik
dan stabil. Ambang di hilir saluran transisi
digunakan sebagai bagian kontrol aliran untuk
menciptakan aliran yang stabil dan merata
sebelum masuk ke saluran peluncur.
Pada saluran peluncur, aliran dalam
kondisi baik dan merata, super kritis (aliran
cepat) dan dilakukan pengecekan terhadap
kemungkinan terjadinya aliran silang, aliran
getar dan kavitasi. Secara hidraulika aliran,
Gambar 9. Kondisi peredam energi di kondisi di saluran peluncur ini relatif aman dan
model fisik hidraulik sesuai dengan kaidah hidraulika aliran.
Peredam energi di hilir saluran peluncur
9. Saluran Hilir mampu meredam energi aliran dengan baik.
Kondisi saluran di hilir peredam energi, Aliran super kritis dari saluran peluncur,
diharapkan tidak memberikan efek aliran balik mampu dikonversikan menjadi aliran sub kritis
(back water). oleh peredam energi ini. Dan saluran di hilir
peredam energi mampu melewatkan aliran
dengan baik tanpa terganggu dasar salurannya
dan aman terhadap kejadian backwater.

Model Tes Final Desain


Berdasarkan perilaku aliran yang terjadi
pada seri 0 yang telah dilakukan, didapatkan
perilaku aliran yang baik secara hidraulik di
sepanjang saluran pengarah, ambang pelimpah,
saluran samping, saluran transisi, saluran
Gambar 10. Kondisi saluran hilir di model peluncur, peredam energi/kolam olak, dan
fisik hidraulik saluran hilir.
Dengan hasil pengujian pada seri 0 yang
10. Pembahasan Hasil Uji Model Fisik berhasil mendapatkan kondisi hidraulika aliran
Hidraulik Seri 0 yang baik untuk semua kondisi debit
Berdasarkan hasil pengujian model fisik pengaliran, maka seri 0 ini dijadikan dan
hidraulik yang dilakukan di laboratorium disebut sebagai seri final. Selanjutnya
dengan skala 1:40, maka dapat disimpulkan dilakukan beberapa perlakuan operasi model
bahwa kondisi aliran di sepanjang saluran untuk kondisi final ini.
pengarah, ambang pelimpah, saluran samping, Pengujian untuk seri final ini didasarkan
saluran transisi, saluran peluncur, peredam pada hasil seri 0 tersebut. Dilakukan dengan
energi dan saluran hilir, memberikan hasil perlakuan untuk Peredaman di saluran transisi
yang baik. Semua aliran dalam kondisi dengan meninggikan sill sebelum saluran
hidraulik sesuai dengan perencanaan. peluncur, dan penambahan bangunan
Saluran pengarah memberikan profil Groundsill pada cross section 33 untuk
aliran yang baik dan tenang sebelum masuk ke mengantisipasi gerusan di hilir kolak olak atau
ambang pelimpah samping. Kondisi aliran peredam energi.
yang merata terjadi di semua section ambang
pelimpah samping dan dalam kondisi stabil.
52
kavitasi, hal ini ditunjukkan tidak terdapat
KESIMPULAN tekanan negatif pada bacaan pizometer.

Pelaksanaan Uji model fisik Pelimpah 2. Saluran Samping


Bendungan Pataruman telah melalui berbagai Saluran samping mampu meredam aliran
tahapan pengujian, yaitu pengujian dari pelimpah dengan baik.
pendahuluan (running test) untuk kalibrasi
model dan pengujian lanjutan model seri final 3. Saluran Transisi
(final design). Saluran transisi dengan penambahan
ambang dengan tinggi 1,50 m di akhir transisi
mampu membuat kondisi aliran merata sampai
1. Pelimpah menujuakhir saluran peluncur untuk semua
Pelimpah tipe OGEE dengan lebar 35 m debit percobaan. Dimana pada tiap debit
mampu mengalirkan debit banjir mulai Q2 th percobaan kedalaman aliran di atas ambang
sampai dengan ½ QPMF dengan aman tanpa pada control section di akhir saluran transisi
adalah sebagai berikut :
terjadi overtopping. Untuk semua perlakuan
debit pada lengkung pelimpah tidak terjadi
Tabel 1. Kedalaman aliran di akhir saluran transisi
Debit Kedalaman Kecepatan Bilangan
percobaan aliran, h (m) aliran, V Froude, F
(m/det)
Q 100 th 0.26 4.26 1.5789
Q 1000 th 1.18 5.59 1.7369
½ Q PMF 2.67 4.97 0.9709
(sumber : Hasil Pengamatan)

4. Saluran Peluncur ada gejala kavitasi) dan aman terhadap aliran


Saluran peluncur dengan kemiringan 1:5, getar (pulsating flow).
mampu mengalirkan semua debit percobaan
dengan baik, mulai debit Q2th sampai debit 5. Peredam Energi (Energy Dissipator)
maksimum ½ QPMF, yang ditandai dengan Peredam Energi USBR type II cukup
formasi aliran yang merata sepanjang saluran efektif meredam energi yang timbul dari akhir
peluncur. Aliran di setiap penampang dalam saluran peluncur. Hal ini terindikasi dengan
kondisi aliran superkritis dan keamanan loncatan hidraulik yang terjadi untuk debit
hidraulik terjamin, tidak terjadi kavitasi (tidak desain Q100th dan Q1000th masih di dalam ruang
terdapat tekanan negatif pada piezometer dan kolam olak. Sedangkan untuk debit aliran
hasil hitungan empirik juga menunjukkan tidak maksimum ½ QPMF loncatan hidrolik terjadi di
bagian kolam olak dan semburan terjauh masih
dalam kondisi aman.Q 100 th

Tabel 2. Karakteristik aliran pada peredam energi


Debit Kedalaman Kecepatan Bilangan
percobaan aliran, h1 aliran, V1 Froude,
(m) (m/det) F1
Q 100 th 28.37 26.98 1.2472
Q 1000 th 28.88 28.39 1.2317
½ QPMF 28.87 24.70 1.1385
Debit Kedalaman Kecepatan
percobaan aliran, h2 aliran, V2
(m) (m/det)
Q 100 th 26.18 6.53
Q 1000 th 26.51 15.31
½ QPMF 30.83 19.61
(sumber : Hasil Pengamatan)
Keterangan :
h1 = Kedalaman aliran sebelum loncatan hidrolik
53
v1 = Kecepatan aliran sebelum loncatan hidrolik
F1 = Bilangan Froude sebelum loncatan hidrolik
h2 = Kedalaman aliran setelah loncatan hidrolik
v2 = Kecepatan aliran setelah loncatan hidrolik

6. Saluran Pengarah Hilir (escape channel) pengarah hilir dalam kondisi subkritis dengan
Akibat peredaman yang baik pada karakteristik aliran pada section 30 sebagai
peredam energi, aliran yang menuju saluran berikut :
Tabel 3. Karakteristik aliran saluran pengarah hilir section 30
Debit Kedalaman Kecepatan Bilangan
percobaan aliran, h (m) aliran, V Froude, F
(m/det)
Q 2 th 28.62 1.93 0.1282
Q 25 th 28.54 1.10 0.0776
Q 50 th 28.14 1.64 0.1113
Q 100 th 27.68 1.79 0.1218
Q 1000 th 27.63 3.60 0.2337
½ Q PMF 26.82 8.51 0.5461
(sumber : Hasil Pengamatan)

7. Ground Sill 2. SLTP Negeri 1 Langensari, Tahun


Untuk keperluan pengaman penurunan 1999-2002
elevasi dasar sungai di Hilir peredam energi 3. SMK Negeri 2 Ciamis, Tahun 2002-
diperlukan pemasangan groundsill yang
2005
diletakkan , pada jarak 150 m dari pertemuan
escape channel dengan sungai asli. Dimana Program Studi Gambar Bangunan
tinggi groundsill direncanakan sama dengan (Architecture)
elevasi dasar sungai asli. 4. Fakultas Teknik Universias Galuh,
Tahun 2007-2011
DAFTAR PUSTAKA Program Studi Teknik Sipil (Civil
Chow, Ven Te, 1959, Open Channel Engineering)
Hydraulics, Mc Graw Hill Book company, 5. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Tokyo (UNS), Tahun 2013-sekarang (masih
De Vries, M, 1977. Scale Model in kuliah)
Hydraulics Engineering, Delft. Program Studi Teknik Sipil (Master
Raju, Rangga. 1986. Aliran Melalui Saluran
Engineering)
Terbuka. Jakarta: Erlangga.
Sharp, J.J. 1981. Hydraulic Modelling,
Butterworth & Co. (publishers) Ltd, Riwayat Pekerjaan :
London. 1. Tahun 2003-2005, Tim Pengajar dan
Satria, Arief, 2009. Alternatif Perencanaan Drafter di Unit Produksi SMK Negeri 2
Pelimpah, Skripsi, Universitas Brawijaya Ciamis
Malang. 2. Tahun 2006-2009, Drafter,
Sosrodarsono, Suyono dkk, 1977, Bendungan Administrasi, Estimate and Supervisi di
Type Urugan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Archindo Media Karya
3. Tahun 2011-2014, Dosen LB di
Riwayat Penulis Program Studi Teknik Sipil Universitas
Nama : Wahyu Sumarno, Galuh
S.T. 4. Tahun 2011-sekarang, Tim Leader
TTL : Ciamis, 18 Mei Marketing, Engineer and Supervisi di
1987 Archindo Media Karya
5. Tahun 2014-sekarang, Dosen Tetap
Riwayat Pendidikan : Yayasan di Program Studi Teknik Sipil
1. SD Negeri Sukahurip II, Tahun 1993- Universitas Galuh.
1999

54

Anda mungkin juga menyukai