Rekayasa
Hidrologi
PENELUSURAN BANJIR DI
WADUK
14
Teknik Teknik Sipil 11024 Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT.
Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan penelusuran Mahasiswa/i mampu menjelaskan
banjir di waduk tentang penelusuran banjir di waduk
Rekayasa Hidrologi
‘19
1 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
PENELUSURAN BANJIR DI WADUK
Penelusuran Banjir adalah suatu metode pendekatan untuk menentukan variasi debit
terhadap waktu pada suatu titik pengamatan.
Penelusuran banjir adalah merupakan prakiraan hidrograf di suatu titik pada suatu
aliran atau bagian sungai yang didasarkan atas pengamatan hidrograf di titik lain.
Hidrograf banjir dapat ditelusuri lewat palung sungai atau lewat waduk. Pendekatan
yang pertama adalah yang tidak didasarkan atas hukum-hukum hidrolika, sedangkan
yang kedua menggunakan hukum-hukum hidrolika. Pada cara pertama, yang ditinjau
hanyalah hukum kontinuitas, sedangkan persamaan keduanya didapatkan secara
empirik dari pengamatan banjir. Pada cara kedua, aliran adalah tidak tetap yang
berubah secara ruang (spatially varied unsteady flow), yang penelusurannya
dilaksanakan secara simultan dari ekspresi-ekspresi kontinuitas dan momentum.
Penelusuran lewat waduk, yang penampungannya merupakan fungsi langsung dari
aliran keluar (outflow), dapat diperoleh hasil yang lebih eksak.
Rekayasa Hidrologi
‘19
2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
2. Storage Routing Method (Metode Penelusuran Simpanan)
Nilai ∆S/∆t akan positif jika simpanan meningkat dan negatif jika simpanan menurun.
Besarnya ∆S dapat juga ditulis sebagai integrasi I dan O terhadap dt, sebagai
berikut:
Rekayasa Hidrologi
‘19
3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
di mana: t1 dan t2 masing-masing menyatakan waktu pada awal dan akhir periode
penelusuran. Agar persamaan lebih mudah digunakan, dibuat anggapan bahwa
aliran rata-rata pada waktu t1 dan t2 adalah sama dengan aliran rata-rata selama
periode tersebut. Sehingga hasil integrasi persamaan (1.2) dapat ditulis menjadi:
Komentar atas metode simpanan tersebut: Metode ini tidak cocok dipakai untuk
sungai-sungai yang mempunyai kapasitas simpanan besar dan tahanan tinggi,
karena pada sungai seperti ini akan banyak terjadi kehilangan volume air, sementara
metode simpanan di atas mengabaikan kehilangan ataupun tambahan volume air.
Pada persamaan (1.3), menganggap bahwa (I1 + I2)/2 = I secara tak langsung
menunjukkan bahwa hidrografnya linier di dalam periode penelusuran ∆t. Jadi ∆t
harus pendek agar dapat memberikan hasil yang lebih tepat. Periode penelusuran ∆t
harus lebih kecil dari pada waktu perjalanan banjir melalui ruas sungai karena bila
tidak maka puncak gelombang di dalam periode tersebut mungkin akan melewati
seluruh ruas sungai tersebut.
Rekayasa Hidrologi
‘19
4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
di mana a dan n adalah konstanta dari hubungan debit-kedalaman rata-rata untuk
penampang, dan b dan m adalah konstanta dalam hubungan simpanan-kedalaman
ratarata untuk ruas yang bersangkutan. Si dan So adalah simpanan pada
penampang bagian hulu dan hilir. Dengan mengeliminasi y dari persamaan-
persamaan di atas,
Untuk waduk sederhana, X = 0 (tidak ada pengaruh aliran masuk). Untuk aliran
masuk dan keluar sama-sama efektif, X = 0,5. Pada sebagian besar sungai X berada
antara 0 dan 0,3, dengan nilai rata-rata 0,2. Substitusi persamaan (2.5) dan (2.6) ke
dalam persamaan (2.7) kemudian menyederhanakannya, diperoleh:
di mana K = b/am/n dan x = m/n. Pada saluran persegi panjang yang prismatis,
berdasarkan rumus Manning, m = 1 dan n = 5/3, jadi x = 0,6. Di dalam saluran alam,
m umumnya lebih besar dari 1 sehingga x > 0,6. Metode Muskingum yang dibangun
oleh Mc Carthy, persamaan (2.8) dipakai dengan menganggap x = 1, sehingga
persamaan menjadi:
Rekayasa Hidrologi
‘19
5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Komentar atas metode Muskingum:
Melihat persamaan yang dipakai di dalam metode ini, nampaknya efek dinamis aliran
diabaikan dan simpanan hanya merupakan fungsi dari debit saja. Metode ini hanya
cocok untuk aliran yang berubah secara perlahan-lahan dan untuk kemiringan
saluran yang kecil. Apabila hubungan aliran-simpanan tidak linier, maka perlu
digunakan metode alternatif lainnya.
Rekayasa Hidrologi
‘19
6 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Anggapan selanjutnya ialah bahwa saluran relatif lebar sehingga aliran secara rata-
rata merupakan aliran seragam dan tunak (steady). Jadi debit per satuan lebar dapat
memakai rumus Chezy atau Manning. Rumus Chezy adalah:
Persamaan ini merupakan persamaan differensial dasar untuk aliran banjir pada
sungai sungai alam. Dapat dilihat bahwa koefisien dari tergantung dari
tahanan saluran
Penyelesaian persamaan (3.5) ini oleh Hayami untuk perambatan suatu gelombang
banjir adalah sebagai berikut:
di mana y adalah kedalaman pada suatu titik berjarak x dari hulu suatu ruas sungai,
yn adalah kedalaman normal aliran pada titik yang sama sebelum banjir datang, yo
adalah kedalaman di bagian hulu, t adalah waktu, K adalah koefisien difusi, Vw =
1,5V, V adalah kecepatan rata-rata, dan X adalah variabel.
Komentar atas metode Analogi Difusi: Metode ini sudah mempertimbangkan ketidak-
teraturan saluran yang banyak dijumpai di sungai-sungai alam sehingga lebih akurat,
tetapi penyelesaian metode ini merupakan persamaan differensial yang sudah
mendetail seperti metode numerik. Metode ini cocok untuk sungai-sungai yang lebar,
alirannya seragam dan tunak. Hal ini sesuai dengan asumsi yang diambil di dalam
menerapkan rumus Chezy atau Manning.
Rekayasa Hidrologi
‘19
7 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
5. Metode Gelombang Kinematik (Kinematic Wave)
Pendekatan penelusuran banjir dengan gelombang kinematik merupakan salah satu
pendekatan secara hidrolis. Penelusuran banjir secara hidrolis bersandar pada 3
asumsi, yakni:
1) kerapatan airnya secara konstan
2) panjang sungai yang dipengaruhi oleh gelombang banjirnya lebih besar beberapa
kali dibandingkan kedalaman alirannya
3) alirannya secara hakiki berdimensi satu.
di mana bentuk A i,j adalah luas penampang aliran di posisi ii pada waktu t j , K =
∆x/u = waktu yang dibutuhkan gelombang kinematik kecil untuk melintasi elemennya,
∆x = panjang elemen, ∆t = langkah waktu, dan I j = aliran lateral yang masuk pada
saat t j . Kecepatan gelombang kinematik u dihitung dengan
Rekayasa Hidrologi
‘19
8 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
untuk setiap langkah waktu dan elemen. Laju aliran yang bersesuaian dengan A2,2
pada persamaan (4.2) dihitung melalui persamaan:
Kesalahan relatif maksimun yang diperkenankan dalam hubungan antara luas dan
debit pada hasil yang diperoleh:
Catatan :
1. Karakteristik sungai dan jenis aliran menentukan pemilihan metode
penelusuran banjir
2. Untuk sungai-sungai yang mempunyai kapasitas simpanan besar dan tahanan
tinggi, Metode Simpanan lebih cocok digunakan. Metode Muskingun hanya
cocok untuk aliran yang berubah secara perlahan-lahan dan kemiringan
saluran yang kecil.
3. Sungai atau saluran yang karakteristiknya kurang teratur, Metode Difusi atau
Metode Gelombang Kinematik lebih cocok dipilih, dengan penyelesaian
melalui persamaan matematika differensial atau dengan metode numerik.
Rekayasa Hidrologi
‘19
9 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Pada aliran bebas debit air yang melalui terowongan diperhitungkan sama dengan
aliran pada saluran terbuka.
Elevasi muka air di hulu merupakan elevasi tampungan cofferdam, sedangkan untk
elevasi hilir didapatkan dari analisis hidrolika penampang sungai dengan software
HEC-RAS. Grafik hubungan antara debit dan elevasi muka air dapat dilihat pada
Lampiran Gambar. Perhitungan penelusuran banjir elalui pengelak dapat dilihat pada
Tabel 7.1. Dari perhitungan penelusuran banjir dibuat grafik flood routing seperti
pada Gambar 7.1.
Rekayasa Hidrologi
‘19
10 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Dari penelusuran banjir melalui saluran pengelak didapatkan elevasi puncak
cofferdam sebesar +65,12 m.
Dimana :
V hidup = volume tampungan embung untuk memenuhi kebutuhan air
V mati = volume sedimen embung
V kehilangan air = volume air yang hilang pada embung akibat rembesan dan evaporasi
(penguapan)
Dari grafik hubungan antara elevasi dan volume tampungan pada Gambar 4.7, diperoleh
bahwa muka air genangan pada volume tampungan 740.270,62 m3 , dengan elevasi
72,18 m.
Rekayasa Hidrologi
‘19
11 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
8. Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah
Untuk mendapatkan muka air banjir pada tubuh embung perlu dilakukan penelusuran
banjir untuk menentukan debit out flow untuk mendesain spillway dan tampungan banjir
dalam waduk (Soemarto, 1999).
Data – data yang diperlukan pada penelusuran banjir lewat waduk adalah:
• Hubungan volume tampungan dengan elevasi waduk.
• Hubungan debit keluar dengan elevasi muka air di waduk serta hubungan debit keluar
dengan tampungan.
• Hidrograf inflow, I.
• Nilai awal dari tampungan S, inflow I, debit keluar pada t =0.
Digunakan pelimpah (spillway) Tipe Ogee dengan elevasi dan volume sebagai berikut:
Puncak optimal embung diperoleh pada saat debit inflow sama dengan debit outflow
yang dihitung dengan perhitungan penelusuran banjir ( flood routing ). Perhitungan
flood routing dilakukan dengan menggunakan Tabel 7.1 Cara pengisian Tabel
tersebut adalah sebagai berikut (Kodoatie, 2000) :
Kolom 1 = Jam
Kolom 2 = t
Kolom 3 = Q inflow
Kolom 4 = Q inflow rata - rata
Kolom 5 = Kolom 4 * t
Kolom 6 = Asumsi elevasi
Kolom 7 = Q outflow
Kolom 8 = Q outflow rata - rata
Kolom 9 = Kolom 8 * t
Kolom 10 = Storage normal
Kolom 11 = Storage banjir ( kolom 5 – kolom 9 )
Kolom 12 = Storage kumulatif
Kolom 13 = Elevasi muka air berdasarkan storage kumulatif
Rekayasa Hidrologi
‘19
12 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 8.1 Perhitungan Penelusuran Banjir (Flood Routing) Melalui Pelimpah
Rekayasa Hidrologi
‘19
13 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Penelusuran banjir lewat pelimpah erat kaitannya dengan penentuan tinggi puncak embung.
Berdasarkan perhitungan flood routing di atas didapat storage maksimum yang terjadi akibat
debit banjir rencana 100 tahunan adalah sebesar 1.015.091,64 m3 dengan elevasi
maksimum 73,97.
Rekayasa Hidrologi
‘19
14 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Jantiara Eka Nandiasa, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id